Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Umur : 10 tahun
Pekerjaan : Pelajar
1
menggigil tidak dijumpai, kejang tidak dijumpai, pasien kemudian
berobat ke mantri dan diberi obat minum dan obat suntik yang
pasien tidak mengetahui jenis obatnya. Kisaran 2 hari yang lalu
pasien mengaku demam turun namun pasien mengeluh timbul
bercak kemerahan berawal di bagian ekstermitas atas dan tidak
gatal.
6) Riwayat Pengobatan
3. Pemeriksaan Fisik
6) Suhu : 38,8 oC
KEPALA
3
Telinga : Dalam batas normal
LEHER
THORAX
JANTUNG
Perkusi :
Batas jantung atas sejajar garis horizontal setinggi ICS III garis
parasternal sinistra.
4
Batas jantung kiri di ICS IV garis midclavicularis sinistra.
ABDOMEN
EKSTERMITAS
5
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematokrit : 45,6 %
Hematokrit : 34,8 %
6
Pemeriksaan Serologi (26-05-2018)
IgG : Positif
IgM : Positif
Pemeriksaan Darah Rutin (Tanggal 19 juni 2013, pukul 13.55 WIB)
Hematokrit : 37,3 %
Pemeriksaan Darah Rutin ( Tanggal 27-05-2018)
Hematokrit : 35,5 %
Hematokrit : 34,9 %
7
5. DIAGNOSA BANDING
2) Morbili
4) Malaria
6. DIAGNOSA KERJA
7. PENATALAKSANAAN
1) Non Medikamentosa
Tirah baring
2) Medikamentosa
8. PROGNOSA
Dubia ad Bonam
BAB II
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus). Peningkatan kasus setiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,
kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
10
2. Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan
paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
2.3. Etiologi
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus
yang berbeda antigen.Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya
adalah :
DEN-1
DEN-2
DEN-3
DEN-4.
Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan
seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain.
Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi
sebanyak 4 kali seumur hidupnya.Dengue adalah penyakit daerah tropis dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
2.4. Patofisiologi
11
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut sebagai antibody dependent enhanchement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan
TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d. Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
1. Demam dengue
13
sebagai demam selama 1-5 hari, peradangan faring, rinitis dan batuk
ringan. Pada remaja dan dewasa mengalami demam secara mendadak,
dengan suhu meningkat cepat hingga 39,4-41,1 oC, biasanya disertai nyeri
frontal atau retro-orbital khususnya ketika mata di tekan. Kadang kadang
nyeri punggung hebat mendahului demam. Ruam transien dapat terlihat
selama 24-48 jam pertama demam. Denyut nadi dapat relatif melambat
sesuai derajat demam. Mialgia dan artalgia segera terjadi setelah demam.
Pada hari kedua sampai hari ke enam demam, mual muntah terjadi dan
limfadenopati generalisata, hiperestesia atau hiperalgesia kutan, gangguan
pengecapan, dan anoreksia dapat berkembang. Sekitar 1-2 hari kemudian,
ruam mukopapular terlihat, terutama di telapak kaki dan telapak tangan,
kemudian menghilang selama 1-5 hari. Kemudian ruam kedua terlihat,
suhu tubuh yang sebelumnya sudah menurun ke normal, meningkat dan
mendemonstrasikan karakteristik pola suhu bifasik.
1. Laboratorium
a) Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru
(LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
b) Trombosit
15
Umumnya terdapat trombositopenia < 100.000 pada hari ke-3 sampai hari
ke-8
c) Hematokrit
d) Hemostasis
e) Protein/albumin
g) Elektrolit
i) Imunoserologi
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
16
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula
di deteksi dengan pemeriksaan USG.
2.6. Diagnosis
Belum ada panduan yang dapat diterima untuk mengenal awal infeksi
virus dengue (WHO scientific working group, 2006). Perbedaan utama antara
demam dengue dan DBD adalah pada DBD ditemukannya adanya kebocoran
plasma.
1. Demam dengue
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala,
nyeri retroorbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan,
leukopenia) di tambah pemeriksaan serologis dengue positif atau
ditemukan pasien demam dengue/ demam berdarah dengue yang telah
dikonfirmasi pada waktu dan lokasi yang sama.
Berdasarkan kriteria WHO 1999 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
di bawah ini terpenuhi.
a) Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
Seluruh kriteria DBD disertai dengan kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20 mmHg), hipotensi
dibandingkan standard sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif Trombositopenia < 100.000
Ht meningkat >20%
18
Uji serologi dengue (+)
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi Trombositopenia < 100.000
(kulit dingin dan lembab serta gelisah)
Ht meningkat > 20%
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan Trombositopenia < 100.000
nadi tidak terukur.
Bukti ada kebocoran plasma
2.8. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasusDBD. Asupan
cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral
pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melaui
intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi bermakna.
19
Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan dan tindakan yang dibuat
sesuai atas indikasi
20
Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan di UGD
1500 + ( 20 x ( BB dalam kg – 20 ) )
21
Bila Hb, Ht meningkat 10 – 20% dan trombosit < 100.000 jumlah
pemberian cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht dan
trombosit dilakukan tiap 12 jam.
Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka
pemberian cairan sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD dengan
peningkatan Ht > 20%.
23
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa
adalah : perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah
diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan
melena atau hematoskesia), perdarahan saluran kencing (hematuria),
perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan
sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. Pada keadaan seperti ini jumlah dan
kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD tanpa syok
lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin
dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan trombosis
serta hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan
trombosit sebaiknya diulang tiap 4-6 jam.
24
Penatalaksanaan perdarahan pada DBD dewasa
25
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB
dan dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai
dengan tekanan darah sistolik 100mmHg dan tekanan nadi lebih dari 20
mmHg, frequensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan volume yang
cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak pucat serta diuresis 0,5 – 1
ml/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila
dalam waktu 60-120 menit keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi
5 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit kemudian keadaan tetap
stabil maka pemberian cairan menjadi 3 ml/kgBB/jam.
Bila 24-48 jam setelah renjatan teratasi dan tanda tanda vital dan
hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup maka pemberian cairan
perinfus harus dihentikan (karena jika reabsorpsi cairan plasma yang
mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit,
cairan infus terus diberikan maka keadaan hipervolemia, edema paru atau
gagal jantung dapat terjadi).
26
30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi, maka perhatikan nilai
hematokrit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma
masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan,
tetapi bila nilai hematokrit menurun, berarti terjadi perdarahan ( internal
bleeding ) maka penderita diberikan transfusi darah segar 10ml/kgBB dan
dapat diulang sesuai kebutuhan.
27
Penatalaksanaan sindrom renjatan dengue
28