You are on page 1of 13

ANALISIS PERILAKU AMAN TENAGA KERJA MENGGUNAKAN MODEL

PERILAKU ABC ( Antecedent Behavior Consequence)

Ayu Irlianti, Endang Dwiyanti


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: ayuirlianti@gmail.com

ABSTRACT
One way that can be used to reduce accidents at workplace is to change unsafe behavior into
safe behavior. Unsafe behavior caused due to ignorance, unwillingness, and inability from
workers to perform safe behavior. Therefore, analysis of workers’s safe behavior with ABC
model behavior will be conducted to optimizing prevention of accident.This research was an
observational research with cross sectional design. Interview addressedto safety officer and
questionnaires and observations addressed to 7 workers of Maintanance Unit. Based from
the analysis of questionnaires, workers have a good enough knowledge and good attitude
against safe behavior and Occupational health and safety. Workers assess that management
have a good enough commitment and training that given from management to help workers
work safely. Moreover, the existence of reward and punishment regulation has been
approved by the workers.Conclusion of this research is workers’s safe behavior triggered by
internal and external antecedents and the existence of consequences from company.

Keywords : analysis, safe behavior, ABC model behavior, workers

ABSTRAK
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kecelakaan kerja ialah
denganmengubah perilaku tidak aman menjadi perilaku aman.Perilaku tidak aman dapat
terjadi karena ketidaktahuan, ketidakmauan atau ketidakmampuan tenaga kerja untuk
berperilaku aman. Oleh karena itu analisis perilaku aman menggunakan model perilaku ABC
akan dilakukan untuk mengoptimalkan upaya pencegahan kecelakaan kerja. Penelitian yang
dilakukan merupakan jenis observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Dalam
penelitian akan dilakukan wawancara kepada safety officer dan pembagian kuesioner serta
observasi perilaku terhadap 7 tenaga kerja bagian Maintanance. Hasil pembagian kuesioner
menunjukkan tenaga kerja memiliki pengetahuan yang cukup baik dan sikap yang baik
terhadap perilaku aman dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tenaga kerja juga menilai
bahwa komitmen manajemen yang diberikan sudah cukup baik dan training yang ada dapat
membantu bekerja secara aman. Selain itu tenaga kerja juga setuju terhadap adanya aturan
reward dan punishment dari perusahaan sebagai konsekuensi perilaku tenaga
kerja.Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini ialah perilaku aman tenaga kerja
merupakan hasil dari adanya antecedent internal dan eksternal serta adanya aturan reward
dan punishment dari perusahaan.

Katakunci : analisis, perilaku aman, model perilaku ABC, pekerja

94
95 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:94-106

PENDAHULUAN kecelakaan kerja ini dapat berkurang atau


bahkan hilang.
Perilaku merupakan hasil Untuk membantu mengubah
kombinasi dari berbagai faktor, baik faktor perilaku tidak aman tenaga kerja menjadi
internal maupun faktor eksternal. Faktor perilaku aman, banyak perusahaan yang
internal merupakan karakteristik bawaan mulai menggunakan model perilaku ABC
yang dimiliki oleh seseorang, seperti untuk membantu mengubah perilaku
kecerdasan, tingkat emosional, jenis tenaga kerja.
kelamin, pengetahuan, sikap dan Model perilaku ABC ialah suatu
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal model perubahan perilaku yang terdiri dari
merupakan lingkungan sekeliling yang Antecedent-Behavior-Consequence yang
dapat berupa lingkungan fisik, sosial, cocok digunakan untuk mempromosikan
budaya, pendidikan, politik atau ekonomi. perilaku Keselamatan dan Kesehatan
Lingkungan sebagai faktor Kerja.
eksternal inilah yang paling banyak Antecedent ialah sesuatu yang
mempengaruhi perilaku seseorang datangnya lebih dahulu sebelum terjadi
sehingga terkadang seseorang mengadopsi perilaku atau behavior. Antecedent dapat
suatu perilaku baru yang ada di dikatakan sebagai pemicu suatu perilaku
lingkungannya.Pengadopsian perilaku ini atau dapat dikatakan mengapa orang
bisa memberikan dampak yang baik atau berperilaku seperti itu. Consequence ialah
buruk untuk diri sendiri maupun orang sesuatu yang mengikuti perilaku atau
lain. dengan kata lain akibat dari perilaku yang
Ilmu pengadopsian perilaku kini dilakukan (Anonim, 2010).
mulai banyak digunakan dalam bidang Teori dalam model perilaku ABC
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). ini sesuai dengan The lawfullness of
Untuk membantu menurunkan angka behavior dalam ilmu perilaku yang
kecelakaan kerja yang terjadi. disampaikan oleh As’ad (1998).
Menurut data Organisasi Buruh As’ad (1998)mengemukakanbahwa
Sedunia (ILO), angka kecelakaan kerja tingkah laku manusia timbul karena adanya
rata-rata per tahun di Indonesia mencapai stimulus, tidak ada tingkah laku manusia
99.000 kasus dan 20 diantaranya termasuk yang terjadi tanpa adanya stimulus,
fatal karena menyebabkan kematian atau stimulus merupakan sebab terjadinya
cacat seumur hidup. Berdasarkan data perilaku, dan semakin besar stimulus yang
Ditjen PPK yang diolah oleh Pusdatinaker ada maka semakin besar kemampuannya
menyatakan bahwa pada tahun 2008 telah untuk menggerakkan tingkah laku.
terjadi 11.277 kecelakaan kerja dan Penggunaan model perilaku ABC
sebanyak 10.034 kecelakaan kerja terjadi merupakan cara yang efektif untuk
pada tahun 2009 dengan korban sebanyak memahami mengapa perilaku bisa terjadi
10.965 orang pada tahun 2008 dan 7.394 dan merupakan cara yang efektif untuk
pada tahun 2009. meningkatkan perilaku yang diharapkan
Menurut beberapa penelitian, 85- karena dalam model perilaku ini terdapat
90% kecelakaan yang terjadi itu konsekuensi yang digunakan untuk
disebabkan oleh perilaku tidak aman memotivasi agar frekuensi perilaku yang
(Anizar, 2012). Berdasarkan hal tersebut, diharapkan dapat meningkat serta model
perusahaan dan industri yang ada mulai perilaku ABC ini berguna untuk mendisain
menerapkan ilmu perilaku untuk intervensi yang dapat meningkatkan
digunakan sebagai salah satu cara perilaku, individu, kelompok, dan
mengubah perilaku tidak aman penyebab organisasi. Dalam hal ini perilaku yang
kecelakaan menjadi perilaku yang lebih diharapkan frekuensinya meningkat ialah
aman. Agar jumlah kerugian materil dan perilaku aman (Geller, 2005).
non materil yang disebabkan oleh
Ayu Erlianti dan Endang Dwiyanti, Analisis Perilaku Aman…96

Model perilaku ABC ini juga Berdasarkan hasil wawancara dengan


dikombinasikan dengan The DO IT safety officer, unsafe behavior atau
Process dalam penerapan pendekatan perilaku tidak amanyang masih sering
perilaku yang dikenal dengan nama terjadi di perusahaan yang dapat
Behavior Based Safety (BBS). menyebabkan terjadinya kecelakaan, ialah
Behavior Based Safety ialahsuatu kurangnya perhatian tenaga kerja terhadap
proses yang menciptakan komitmen pemakaian APD (Alat pelindung Diri) dan
keselamatan antara manajemen dan seluruh kurang mematuhi SOP (Standar
tenaga kerja dengan memfokuskan Operasional Prosedur) dalam
perhatian dan tindakan pada perilaku aman melaksanakan pekerjaannya.
diri sendiri dan orang lain secara Oleh karena itu akan dilakukan
berkelanjutan (Cooper, 2009). analisis perilaku aman tenaga kerja yang
Geller (2005) menjelaskan bahwa difokuskan pada perilaku pemakaian APD
BBS merupakan suatu proses yang terdiri dengan menggunakan model perilaku
dari empat tahap berkelanjutan. Empat ABC. Antecedent internal yang digunakan
tahap ini ialah Define, Observe, Intervene, ialah pengetahuan dan sikap tenaga kerja
dan Test. Pada tahap Intervene inilah terhadap perilaku aman dan K3.
model perilaku ABC digunakan untuk Antecedent eksternal yang digunakan ialah
membantu mendisain intervensi yang dapat persepsi tenaga kerja terhadap training
meningkatkan perilaku aman tenaga kerja. yang diberikan dan komitmen manajemen
Ketika perilaku aman tenaga kerja serta melihat persepsi tenaga kerja
meningkat maka akan meningkatkan terhadap adanya reward dan punishment
keselamatan kerja yang dapat sebagai konsekuensi perilaku tenaga kerja.
meningkatkan produktivitas sebesar 12 %, Tujuan penelitian ini ialah untuk
menurunkan kecelakaan kerja, dan menganalisis perilaku aman tenaga kerja
menyejahterakan pekerja (Cooper, 2009). bagian Maintanance menggunakan model
Perusahaan tempat perilaku ABC.
dilaksanakannya penelitian ini ialah salah
satu perusahaan gas yang ada di Indonesia. METODE
Kegiatan yang dilakukan terdiri dari
Jenis penelitian ini ialah penelitian
eksplorasi dan produksi. Perusahaanyang
observasional dengan rancangan penelitian
berada di Sidoarjo, Jawa Timur ini
cross sectional. Penelitian cross sectional
bergerak pada bidang onshoredan offshore.
ialah penelitian yang dilakukan pada satu
Kegiatan onshore merupakan kegiatan
waktu. Sedangkan menurut metode analisis
pengeboran minyak atau gas yang
yang digunakan, penelitian ini merupakan
dilakukan di darat. Sedangkan kegiatan
penelitian deskriptif karena peneliti hanya
offshore ialah kegiatan pengeboran lepas
memberikan gambaran atau deskripsi
pantai. Kegiatan ini memiliki risiko bahaya
tentang keadaan secara objektif
yang dapat mencelakakan atau
(Notoatmodjo, 1993).
membahayakan tenaga kerja, seperti
Penelitian ini dilakukan dengan
kebakaran, ledakan, terpeleset, tertimpa
waktu penelitian mulai dari bulan Oktober
benda, kurangnya keergonomisan dari
2013 sampai Juni 2014. Subyek dari
stasiun kerja, dan kemungkinan diserang
penelitian ini ialah tujuh orang tenaga kerja
binatang. Resiko tersebut bisa melukai,
perusahaan bagian Maintanance.
mencederai atau bahkan membuat tenaga
Variabel yang digunakan dalam
kerja kehilangan anggota badan dan
penelitian ini ialah pengetahuan dan sikap
jiwanya.
tenaga kerja terhadap Keselamatan dan
Dalam melaksanakan pekerjaan,
Kesehatan Kerja dan perilaku aman,
masih banyak tenaga kerja yang
persepsi tenaga kerja terhadap training
melakukan perilaku tidak aman.
yang diberikan, komitmen manajemen,
97 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:94-106

aturan reward dan punishment sebagai bumi. Saat ini perusahaan memiliki 2 Gas
konsekuensi perilaku tenaga kerja, dan plant di Sidoarjo, yaitu Wunut Gas Plant
persepsi perilaku aman tenaga kerja. dan Tanggulangin Gas Plant.
Dalam penelitia ini juga akan dilaksanakan Kegiatan produksi gas di
observasi perilaku aman tenaga kerja perusahaan ini dimulai dengan pengeboran
terhadap kelengkapan pemakaian APD sumur gas atau sumur produksi. Fluida
tenaga kerja saat melaksanakan yang dihasilkan oleh sumur produksi akan
pekerjaannya. dialirkan melalui pipa menuju Wunut Gas
Data primer dan sekunder Plant untuk diproses. Fluida dari sumur
digunakan dalam penelitian ini. Data produksi dipisahkan antara fase gas dan
primer yang dikumpulkan melalui fase cair melewati Production Separator.
wawancara kepada safety officer, Sebagian kecil gas digunakan sebagai pilot
sedangkan penyebaran kuesioner, dan pada flare, selanjutnya gas dari Production
observasi perilaku ditujukan kepada tenaga Separator dikompres menggunakan Gas
kerja bagian Maintanance. Data sekunder Booster Compressor berbahan bakar gas.
yang digunakan dalam penelitian ini Kemudian gas dilewatkan ke Gas
meliputi profil perusahaan dan proses Dehydration Unit dengan menggunakan
produksi. glyco). Sebagian besar gas yang telah
Wawancara akan dilakukan kepada dikeringkan dikirim ke buyer melalui pipa
safety officer perusahaan mengenai Gas Distribution.
pemberian training kepada tenaga kerja, Dalam kegiatan produksi itu tenaga
komitmen manajemen perusahaan terhadap kerja akan banyak berhadapan dengan
K3 dan perilaku aman, dan aturan reward bahaya yang dapat mengancam
dan punishment yang ada di perusahaan. keselamatan mereka namun perhatian
Kuesioner yang digunakan tenaga kerja terhadap pemakaian APD
merupakan kuesioner tertutup dan (Alat pelindung Diri) masih kurang. Oleh
menggunakan skala likert kecuali pada karena itu analisis perilaku aman tenaga
bagian kuesioner pengetahuan kerja berkaitan pemakaian APD dalam
menggunakan soal dengan jawaban pilihan pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan.
ganda. Hasil distribusi analisis perilaku
Untuk observasi perilaku aman tenaga kerja menggunakan model
pemakaian APD menggunakan critical perilaku ABC kepada 7 orang tenaga kerja
behavior checklist yang akan membantu bagian Maintanance, ialah sebagai berikut.
menghitung perilaku aman tenaga kerja.
Data hasil analisis akan disajikan dalam Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Tenaga
kata dan kalimat. Kerja Bagian Maintanance
Pada Tahun 2014
HASIL Kategori Jumlah Persentase
Pengetahuan 3 42, 86 %
Perusahaan yang terletak di Baik
Pengetahuan 4 57, 14 %
Sidoarjo, Jawa Timur ini merupakan Cukup Baik
perusahaan minyak dan gas yang mendapat Pengetahuan 0 0
hak untuk mengelola Blok Brantas, yang Kurang Baik
meliputi Area I sampai V (darat dan laut) Jumlah 7 100%
yang terletak di Kab. Nganjuk, Kab.
Kediri, Kab. Jombang, Kab. Sidoarjo, Kab. Tabel 1 menunjukkan bahwa
Pasuruan, Kab. Probolinggo, Kab. sebagaian besar tenaga kerja bagian
Situbondo dan Kab. Banyuwangi, Propinsi Mantanance memiliki pengetahuan cukup
Jawa Timur. Namun sampai saat ini baru baik terhadap perilaku aman dan K3
Area I di Kab. Sidoarjo yang telah namun terdapat beberapa hal yang perlu
dieksploitasi menghasilkan minyak dan gas diperbaiki berkaitan dengan definisi
Ayu Erlianti dan Endang Dwiyanti, Analisis Perilaku Aman…98

perilaku tidak aman, contoh perilaku tidak Tabel 4 menunjukkan bahwa


aman, dan jenis Alat Pelindung Diri sebagaian besar tenaga kerja menilai
(APD). bahwa komitmen manajemen yang ada
sudah cukup baik. Hanya terdapat
Tabel 2. Distribusi Sikap Tenaga Kerja beberapa hal yang perlu ditingkatkan
Bagian Maintanance Pada mengenai penyediaan APD untuk tenaga
Tahun 2014 kerja dan perhatian manajemen terhadap
Kategori Jumlah Persentase tenaga kerja yang berperilaku tidak aman.
Sikap Baik 6 85, 71 %
Sikap Cukup 1 14, 29 %
Baik Tabel 5. Distribusi Persepsi Tenaga Kerja
Sikap Kurang 0 0 Bagian Maintanance Terhadap
Baik Adanya Reward Dan Punishment
Jumlah 7 100 % Pada Tahun 2014
Kategori Jumlah Persentase
Tabel 2 menunjukkan bahwa Baik 1 14, 29 %
tenaga kerja bagian Maintanance telah Cukup Baik 6 85, 71 %
memiliki sikap yang baik terhadap perilaku Kurang Baik 0 0
Jumlah 7 100 %
aman dan K3. Tenaga kerja menilai faktor
keselamatan merupakan hal yang perlu
untuk diprioritaskan saat bekerja. Tenaga kerja bagian Maintanance
setuju terhadap adanya aturan reward dan
Tabel 3. Distribusi Persepsi Tenaga Kerja punishment sebagai konsekuensi perilaku
Bagian Maintanance Pada tenaga kerja namun masih terdapat
Tahun 2014Terhadap Training persepsi tenaga kerja yang perlu diperbaiki
Yang Diberikan mengenai hal yang dapat memotivasi
Kategori Jumlah Persentase tenaga kerja untuk berperilaku aman.
Baik 5 71, 43 %
Cukup Baik 2 28, 57 % Tabel 6. Distribusi Persepsi Perilaku
Kurang Baik 0 0 Aman Tenaga Kerja Bagian
Jumlah 7 100 % Maintanance Pada Tahun
2014
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kategori Jumlah Persentase
tenaga kerja bagian Maintanance menilai Perilaku 4 57, 14 %
training yang diberikan sudah baik karena Aman
dapat membantu tenaga kerja untuk Perilaku 3 42, 86 %
Cukup Aman
bekerja secara aman. Perilaku 0 0
Kurang
Tabel 4. Distribusi Persepsi Tenaga Kerja Aman
Bagian Maintanance Pada Jumlah 7 100 %
Tahun 2014 Terhadap
Komitmen Manajemen Tabel 6 menunjukkan bahwa
Kategori Jumlah Persentase sebagaian besar tenaga kerja menilai
Komitmen 2 28, 57 % dirinya telah melakukan perilaku aman saat
Manajemen bekerja, seperti memakai Alat Pelindung
Baik
Komitmen 5 71, 43 %
Diri (APD) ketika bekerja, menaati
Manajemen peraturan keselamatan, dan Standar
Cukup Baik Operasional Prosedur (SOP) serta bekerja
Komitmen 0 0 sesuai kewenangan dan keahliannya.
Manajemen Namun berdasarkan hasil observasi
Kurang Baik
perilaku aman yang difokuskan pada
Jumlah 7 100 %
kelengkapan pemakaian APD tenaga kerja
99 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:94-106

sesuai kebutuhan pekerjaannya didapatkan dilakukan tenaga kerja. Dalam penilaian


hasil bahwa pemakaian APD tenaga kerja persepsi diri terhadap perilaku aman,
masih kurang dan perlu mendapat sebagaian tenaga kerja menilai telah
perhatian. berperilaku aman namun dalam observasi
perilaku masih banyak tenaga kerja yang
Tabel 7. Distribusi % Safe Act Tenaga berperilaku kurang aman saat bekerja.
Kerja Bagian Maintanance
Pada Tahun 2014 PEMBAHASAN
Pekerjaan % Safe Kategori Perilaku
Act Berdasarkan hasil observasi
Pelaksanaan 40% Perilaku kurang perilaku aman tenaga kerja dalam
pemeliharaan aman
injection pemakaian Alat Pelindung Diri diketahui
pump bahwa pemakaian APD tenaga kerja masih
Pelaksanaan 0% Perilaku kurang kurang. Dan hal ini dapat disebabkan oleh
pemeliharaan aman pemicu dan konsekuensi yang ada di
PCS, FSS, dan tempat kerja sesuai dengan teori model
HMI
Pelaksanaan 42,86% Perilaku kurang perilaku ABC. Analisis perilaku aman
pemeliharaan aman tenaga kerja bagian Maintanance
emergency menggunakan model perilaku ABC
generator set dijelaskan sebagai berikut.
Pelaksanaan 40% Perilaku kurang Pengetahuan dan sikap tenaga kerja
pemeliharaan aman
air terhadap perilaku aman dan K3 merupakan
compressor antecedent atau pemicu internal dalam
Pelaksanaan 75% Perilaku cukup penelitian ini. Pemicu internal yaitu hal
pemeliharaan aman yang dapat memicu seseorang untuk
fan cooler berperilaku yang berasal dari dalam diri
Pelaksanaan 100% Perilaku aman
pemeliharaan orang tersebut.
alat pengukur Pengetahuan merupakan hal utama
laju dan yang dibutuhkan untuk mengadopsi suatu
tekanan gas perilaku karena untuk mengadopsi suatu
Pelaksanaan 40% Perilaku kurang perilaku seseorang harus mengetahui
pemeliharaan aman
fire water perilaku tersebut terlebih dahulu.
system Pengukuran pengetahuan juga perlu
untuk dilakukan karena salah satu unsur
Tabel 7 menunjukkan hasil penyebab kecelakaan karena faktor manusi
observasi kelengkapan pemakaian APD ialah karena kurangnya pengetahuan
kepada tujuh orang tenaga kerja bagian tenaga kerja terhadap cara kerja yang
Maintanance.Dari hasil observasi aman, peraturan yang ada, serta bahaya
diketahui bahwa lima orang tenaga kerja yang mengancam sehingga tenaga kerja
masih berperilaku kurang aman ketika melakukan kesalahan dalam menjalankan
bekerja dengan tidak melengkapi aktivitasnya yang berujung pada
pemakaian APD sesuai yang dibutuhkan kecelakaan kerja (Ramli, 2013). Hal serupa
dan hanya satu orang tenaga kerja yang juga disampaikan pada teori domino
berperilaku aman dengan % safe act 100%. Heinrich, yaitu kurangnya pendidikan dan
Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja pengetahuan merupakan unsur penyebab
tersebut menggunakan APD yang lengkap kecelakaan kerja (Santoso, 2004).
saat melaksanakan pekerjaannya. Pengetahuan tenaga kerja bagian
Hasil observasi ini berbeda dengan Maintanance sudah cukup baik namun ada
hasil penilaian persepsi diri sendiri beberapa tenaga kerja yang masih belum
terhadap perilaku aman yang telah memahami dengan baik pengertian
Ayu Erlianti dan Endang Dwiyanti, Analisis Perilaku Aman…100

perilaku tidak aman, contoh perilaku tidak aman dan kecelakaan kerja di tempat kerja.
aman, dan jenis Alat Pelindung Diri Penelitian yang dilakukan oleh Salawati
(APD). menunjukkan bahwa pengetahuan dan
Berdasarkan hal tersebut sikap berhubungan dengan terjadinya
manajemen dapat meningkatkan kecelakaan kerja di laboratorium patologi
pengetahuan tenaga kerja terhadap perilaku klinik rumah sakit umum Dr. Zainoel
aman dan K3 dengan menggunakan Abidin pada tahun 2009.
pendekatan manusia, seperti pembinaan Penelitian lain yang dilakukan oleh
dan pelatihan, promosi dan kampanye K3, kurniawan, dkk menunjukkan bahwa ada
komunikasi K3 (Ramli, 2013). hubungan antara pengetahuan dan sikap
Dengan strategi untuk pekerja terhadap praktik penerapan
meningkatkan pengetahuan ini diharapkan prosedur keselamatan kerja di PT. Bina
tenaga kerja dapat berperilaku aman sesuai Buna Kimia Ungaran pada tahun 2006.
dengan pengetahuannya. Strategi ini Penelitian yang dilakukan oleh
memang membutuhkan waktu yang relatif Yanti pada tahun 2011 pada pekerja
lama namun perubahan perilaku yang peternak ayam ras di kecamatan Tilatang
terjadi dapat bersifat permanen Kamang kabupaten Agam juga
(Notoatmodjo, 2007). menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Setelah tenaga kerja mendapat pengetahuan dengan kecelakaan kerja yang
pengetahuan terhadap perilaku aman maka terjadi.
hal kedua yang dilakukan dalam adopsi Dalam penelitian ini juga terdapat
perilaku ialah penilaian atau pendapat antecedent atau pemicu eksternal. Pemicu
tenaga kerja terhadap perilaku aman eksternal ialah pemicu yang berasal dari
tersebut. Penilaian ini disebut dengan lingkungan manusia, bisa berupa faktor
sikap. fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
Sikap ini dapat menyebabkan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
terjadinya perilaku tidak aman karena antecedent eksternal yang digunakan
perilaku tidak aman dapat terjadi karena berupa persepsi tenaga kerja terhadap
ketidakmauan tenaga kerja. training yang diberikan dan komitmen
Ketidakmauan untuk berperilaku manajemen.
aman ini berkaitan dengan kepedualian Training merupakan salah satu hal
atau penilaian tenaga kerja terhadap penting untuk diberikan kepada tenaga
perilaku aman dan K3. Tenaga kerja kerja sebagai upaya pemicu perilaku aman
mengetahui dan mampu melaksanakan karena tujuan dari training ialah untuk
pekerjaan secara aman, namun dalam meningkatkan Knowlegde, Skill, dan
dirinya terdapat ketidak pedulian terhadap Attitude (KSA) tenaga kerja. Oleh karena
hal tersebut sehingga terjadilah kecelakaan itu training harus dirancang secara spesifik
(Ramli, 2013). sesuai dengan pekerjaan dan kebutuhan
Berdasarkan hasil pembagian tenaga kerja (The Keil Centre, 2002).
kuesioner diketahui bahwa tenaga kerja Terdapat beberapa penelitian yang
bagian Maintanance telah memiliki sikap mendukung bahwa training mendukung
yang baik terhadap perilaku aman dan terjadinya perilaku aman di tempat kerja,
keselamatan. Mereka menilai bahwa faktor diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
keselamatan merupakan hal yang perlu Firmansyah, dkk di PT. Prima Karya
diutamakan saat bekerja sehingga dapat Manunggal pada tahun 2013 dan penelitian
mengoptimalkan upaya pencegahan yang dilakukan oleh Marcahyo, dkkdi
kecelakaan kerja yang ada. bagian produksi PT. Fumira, Semarang
Beberapa penelitian menunjukan pada tahun 2012.
bahwa pengetahuan dan sikap tenaga kerja Dalam penelitiannya, Firmansyah,
berhubungan dengan terjadinya perilaku dkk (2013) menyatakan bahwa pelatihan
101 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:94-106

mengemudi merupakan salah satu faktor aman dalam organisasi. Menurut Ramli
yang berhubungan dengan perilaku (2013), komitmen manajemen merupakan
mengemudi aman (safety driving) pada kunci keberhasilan pelaksanaan K3 dalam
pengemudi mobil pengangkut semen curah suatu perusahaan atau organisasi.
di PT. Prima Karya Manunggal pada tahun Komitmen manajemen ini ditunjukkan
2013. dengan cara diantaranya, memberikan
Hal serupa juga disampaikan dalam contoh yang baik terhadap keselamatan
penelitian Marcahyo, dkk (2012) bahwa dan kesehatan kerja sehari-hari, seperti
job training, jaminan sosial, dan insentif pemakaian APD yang benar, menyediakan
memiliki pengaruh yang positif dan sumber daya yang mendukung pelaksanaan
signifikan pada kinerja karyawan. keselamatan dan kesehatan kerja serta
Sehingga perusahaan disarankan utuk perilaku aman, menempatkan K3 sebagai
meningkatkan perhatian perusahaan pada prioritas dalam rapat dan pengambilan
job training, jaminan sosial, dan insentif keputusan, dan meluangkan waktu untuk
untuk meningkatkan kinerja karyawan. terlibat dalam forum atau kegiatan K3 di
Berdasarkan hasil pembagian perusahaan.
kuesioner, tenaga kerja bagian Manajemen perusahaan berusaha
Maintanance menilai bahwa perusahaan memberikan contoh perilaku aman dalam
telah memberikan training yang sesuai kegiatan harian dengan menggunakan APD
dengan pekerjaan mereka. Selain itu tenaga yang benar saat melakukan kegiatan
kerja juga mendapatkan training K3 inspeksi yang dilakukan setiap tiga dan
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) enam bulan sekali. Kegiatan inspeksi ini
sehingga training yang telah diberikan ini dilakukan untuk menemukan kondisi dan
bermanfaat untuk membantu tenaga kerja perilaku tidak aman yang dapat
bekerja secara aman. menyebabkan kecelakaan. Hasil inspeksi
Hal ini juga dibenarkan oleh yang memerlukan tindak lanjut akan
manajemen. Manajemen menyatakan dicatat dan dilakukan perbaikan. Hasil
bahwaperusahaan akan selalu berusaha temuan kondisi dan perilaku tidak aman
menyediakan training dan pelatihan bagi yang diperoleh akan di follow up pada
tenaga kerja sebagai bentuk dukungan inspeksi selanjutnya untuk memastikan
untuk menciptakan perilaku aman saat apakah perbaikan yang dilakukan telah
bekerja. dilakukan dengan baik atau masih
Menurut Wexley & Yukl (1976) memerlukan perbaikan dan pemantauan
dalam As’ad (1998) menyatakan bahwa kembali.
untuk tenaga kerja yang telah lama bekerja Manajemen perusahaan juga
sebaiknya perlu dilakukan training ulang berusaha menempatkan masalah
sebagai bentuk penyegaran bagi tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
kerja. Training ini juga dapat digunakan prioritas dalam rapat dan pengambilan
untuk mengingatkan kembali terhadap hal keputusan serta berusaha untuk selalu hadir
yang mungkin terlupakan oleh tenaga kerja dalam forum atau kegiatan Keselamatan
sehingga perilaku aman yang yang dan Kesehatan Kerja yang diadakan.
diharapkan dapat terjadi lebih baik. Manajemen perusahaan juga
Hal yang dapat mendukung berusahauntuk memenuhi sumber daya
terciptanya perilaku aman dan yang diperlukan dalam menunjang
meingkatkan Keselamatan dan Kesehatan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di tempat kerja ialah komitmen Kerjadan perilaku aman di perusahaan
manajemen. berupa sumber daya manusia, komunikasi
Komitmen manajemen ialah peran K3, dan sumber daya finansial.
serta dan dukungan positif manajemen Untuk pemenuhan sumber daya
terhadap pelaksanaan K3 dan perilaku manusia penunjang Keselamatan dan
Ayu Erlianti dan Endang Dwiyanti, Analisis Perilaku Aman…102

Kesehatan Kerja dan perilaku aman kerja juga masih kurang, contohnya tenaga
manajemen menyediakan tiga orang tenaga kerja merasa manajemen kurang tanggap
ahli K3, Koordinator K3, dan juga dalam memperbaiki tangga yang rusak
manajemen representatif untuk K3. yang seharusnya dapat membantu tenaga
Untuk pemenuhan sarana kerja untuk bekerja di ketinggian.
komunikasi yang menunjang perilaku Beberapa tenaga kerja juga
aman dan K3 manajemen menyediakan berpendapat bahwa perhatian manajemen
safety talk setiap pagi dan safety meeting terhadap perilaku tidak aman tenaga kerja
setiap bulan dengan tema yang berbeda masih kurang. Alasan tenaga kerja
sehingga dapat membantu meningkatkan menyatakan hal tersebut karena tenaga
pengetahuan tenaga kerja agar dapat kerja menilai masih ada beberapa orang
berperilaku aman dalam kegiatan sehari- manajemen yang masih acuh terhadap
hari. perilaku tidak aman tenaga kerja, misalnya
Sumber daya finansial untuk saat manajemen mengetahui tenaga kerja
mendukung K3 dan perilaku aman tidak menggunakan APD yang dibutuhkan
dipenuhi manajemen dengan berusaha saat bekerja. Manajemen hanya diam dan
untuk selalu mengganti alat atau APD yang tidak menegur tenaga kerja tersebut.
rusak dan barang pendukung pekerjaan lain Seharusnya manajemen memberikan
tepat waktu. feedback kepada tenaga kerja tersebut
Namun nyatanya sebagian besar untuk memperbaiki perilakunya sehingga
tenaga kerja bagian maintanancemenilai dapat berperilaku lebih aman.
bahwa terdapat beberapa hal dari OSHAS 18001 dalam Ramli (2013)
komitmen manajemen yang masih perlu mensyaratkan manajemen untuk
untuk diperbaiki, yaitu penyediaan APD memastikan ketersediaan sumber daya
dan alat pendukung kerja serta perhatian yang penting untuk menetapkan,
manajemen terhadap perilaku tidak aman menjalankan, memelihara, dan
tenaga kerja. meningkatkan sistem manajemen
Tenaga kerja merasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tanpa
bahwaketersediaan APD yang ada sumber daya yang memadai, program K3
terkadang masih belum mencukupi tidak akan berjalan dengan baik dan
kebutuhan mereka dan hal ini dapat efektif.
menghambat mereka untuk berperilaku Menurut Ramli (2013), faktor
aman. Contohnya, tenaga kerja terkadang manajemen yang kurang kondusif juga
tidak mendapatkan masker yang dapat dapat menyebabkan banyak kecelakaan.
melindungi saluran pernapasan tenaga Hal ini juga dibenarkan oleh Sulaksmono
kerja dari bahan atau materi yang tidak (1997) dalam Santoso (2004), bahwa
diinginkan yang dapat memasuki saluran kurangnya kontrol manajemen
pernapasan mereka. Selain itu tenaga kerja menyebabkan terjadinya praktek atau
hanya mendapat safety googles kaca gelap kondisi dibawah standar yang merupakan
dan tidak mendapat safety googles kaca penyebab terjadinya kecelakaan.
bening padahal safety googles kaca bening Penelitian yang dilakukan Retnani
ini dapat membantu melindungi mata dan Denny juga menunjukkan bahwa peran
tenaga kerja saat melakukan pekerjaannya atau komitmen manajemen mendukung
dan terkadang tenaga kerja harus terciptanya perilaku aman tenaga kerja di
menghemat pemakaian sarung tangan PT. Pupuk Kalimantan Timur Tahun 2013.
karena tenaga kerja mendapat jatah untuk Selain antecedent, consequence
penggunaan sarung tangan ini. juga dapat digunakan untuk memotivasi
Tenaga kerja bagian Maintanance terjadinya suatu perilaku. Reward dan
juga merasa bahwa perhatianmanajemen punishment merupakan suatu bentuk
terhadap penyediaan barang pendukung konsekuensi atau akibat yang diterima
103 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:94-106

tenaga kerja akibat perilaku mereka. diharapkan, yaitu perilaku aman. Padahal
Reward atau penghargaanmerupakan inti dari adanya consequence ialah untuk
bentuk penguatan positif sedangkan mempengaruhi frekuensi terjadinya
punishment atau hukuman identik dengan perilaku tersebut. Dalam hal ini perilaku
menerima sesuatu yang tidak kita inginkan yang ingin ditingkatkan frekuensinya ialah
atau kehilangan sesuatu yang kita miliki perilaku aman. Dan cara yang baik untuk
atau kita inginkan(The Keil Centre, 2002). meningkatkan frekuensi terjadinya perilaku
Sistem penghargaan dan hukuman aman ialah dengan pemberian penguatan
telah diterapkan di perusahaan ini. positif berupa pujian atau hadiah. Persepsi
Penghargaan yang diberikan kepada tenaga inilah yang perlu dirubah (The Keil Centre,
kerja berupa pujian bila menjumpai tenaga 2002). Perubahan persepsi bisa dilakukan
kerja yang melakukan perilaku aman dengan sosialisasi, diskusi K3, komunikasi
ketika bekerja. Sedangkan hukuman K3 ataupun seminar.
diberikan bagi tenaga kerja yang tidak Sebaiknya manajemen tidak hanya
berprestasi, berupa tidak ada kenaikan gaji memberikan pujian untuk perilaku aman
dan promosi. Menurut manajemen tenaga kerja. Hadiah berupa barang atau
pemberian penghargaan dan hukuman ini penghargaan dengan cara menempelkan
memotivasi tenaga kerja untuk berperilaku foto dan nama tenaga kerja di buletin atau
aman dan manajemen merasa belum ada majalah dinding perusahaan dapat
hambatan dalam pelaksanaan sistem ini. diberikan sebagai bentuk apresiasi
Penelitian sejenis dilakukan oleh terhadap tenaga kerja yang selalu
Annishia, menunjukkan bahwa adanya berperilaku aman ketika bekerja. Hal
reward untuk perilaku aman dan semacam ini dapat digunakan sebagai
punishment untuk perilaku tidak aman motivasi bagi tenaga kerja untuk selalu
memotivasi perilaku kerja pekerja berperilaku aman sehingga dapat
konstruksi PT. PP proyek pembangunan membantu menjadikan perilaku aman
Tiffany apartemen pada tahun 2011. sebagai kebiasaan serta dapat digunakan
Tenaga kerja bagian maintanance untuk menunjukkan perhatian manajemen
setuju terhadap adanya reward dan terhadap perilaku aman tenaga kerja dan
punishment sebagai konsekuensi perilaku K3.
tenaga kerja. Namun masih ada persepsi Perilaku aman ialah tindakan atau
salah yang dimiliki oleh tenaga kerja dan kegiatan tenaga kerja yang dapat mencegah
manajemen mengenai konsekuensi yang tenaga kerja dari terjadinya celaka atau
dapat memotivasi timbulnya perilaku cedera yang dapat membahayakan
aman. Sebagaian tenaga kerja berpendapat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
bahwa adanya hukuman atau sanksi dapat Dalam penilaian persepsi diri sendiri
memotivasi mereka untuk berperilaku terhadap perilaku aman menggunakan
aman, meskipun mereka juga menyetujui kuesioner, tenaga kerja bagian
bahwa penghargaan lebih memotivasi Maintanance menyatakan bahwa selalu
daripada adanya hukuman atau sanksi. menggunakan APD saat bekerja, nyatanya
Persepsi yang kurang tepat juga hasil observasi menunjukkan bahwa
terdapat pada manajemen. Manajemen jumlah tenaga kerja yang memiliki
berpendapat bahwa penghargaan dan perilaku aman dalam hal penggunaan APD
hukuman merupakan hal yang efektif hanya satu orang tenaga kerja dengan %
untuk diberikan kepada tenaga kerja safe act sebesar 100%.
sebagai konsekuensi karena telah Hasil yang berbeda ini bisa
berperilaku aman. dikarenakan tenaga kerja ingin terlihat baik
Persepsi semacam ini masih kurang saat penilaian dengan menggunakan
tepat karena hukuman atau sanksi dapat kuesioner. Dan ketika bekerja dan
menurunkan frekuensi dari perilaku yang melakukan kegiatan harian hal yang
Ayu Erlianti dan Endang Dwiyanti, Analisis Perilaku Aman…104

menjadi kebiasaan akan terlihat, seperti sebaiknya memberi tahukan kepada


halnya pemakaian APD yang kurang manajemen mengenai hal tersebut agar
lengkap ini. Saat ditanyakan mengapa manajemen dapat memeberikan APD lain
tidak memakai APD, terdapat tiga alasan, yang lebih nyaman untuk digunakan
yaitu karena terbiasa tidak memakai APD karena salah satu peran manajemen ialah
tersebut, merasa tidak nyaman menyediakan sumber daya yang dapat
menggunakan APD itu ketika bekerja, dan mendukung dan menunjang K3 di
manajemen tidak memberikan APD perusahaan (Ramli, 2013).
tersebut.
Sebagaian tenaga kerja tidak biasa KESIMPULAN
memakai earplug padahal mereka tahu
manfaat penggunaan earplug dan bahaya Berdasarkan hasil penelitian dan
yang mungkin mereka alami namun karena pembahasan yang ada, dapat dilihat bahwa
sudah terbiasa tidak memakai maka tidak perilaku aman tenaga kerja bagian
menggunakan earplug menjadi kebiasaan Maintanance berupa kelengkapan
dan merupakan hal yang wajar. Hal inilah pemakaian APD saat melaksanakan
yang yang disebut perilaku tidak aman pekerjaannya dipicu oleh komitmen
terjadi karena rasa ketidakmauan. Hal ini manajemen yang diberikan serta karena
juga dapat menunjukkan bahwa masih adanya training yang diberikan oleh
kurangnya perhatian manajemen terhadap manajemen sehingga dapat memicu
salah satu perilaku tidak aman tenaga kerja perilaku aman tenaga kerja ketika bekerja.
berupa pemakaian APD yang kurang Training inilah yang meningkatkan
lengkap (Ramli, 2013). pengetahuan tenaga kerja terhadap
Saat inilah peranan konsekuensi pekerjaan atau tugasnya, Keselamatan dan
sebagai motivasi untuk meningkatkan Kesehatan Kerja serta perilaku aman. Dari
frekuensi perilaku aman dibutuhkan. pengetahuan yang didapat ini akhirnya
Frekuensi positif berupa pemberian pujian tenaga kerja dapat menilai bahwa
terhadap tenaga kerja yang menggunakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
earplug dapat meningkatkan motivasi perilaku aman merupakan hal yang penting
tenaga kerja untuk selalu menggunakan saat bekerja dan merupakan faktor yang
earplug tersebut atau APD lainnya. harus diutamakan.
Penghargaan lain yang dapat dilakukan Dari sikap dan pengetahuan tenaga
manajemen ialah dengan menjadikan kerja ini akhirnya tenaga kerja dapat
tenaga kerja yang berperilaku mana berperilaku aman seperti apa yang disikapi
tersebut sebagai contoh bagi rekan kerja dan diketahuinya. Selain itu kurangnya
yang lain sehingga dapat memotivasi diri reward sebagai motivasi perilaku aman
tenaga kerja dan rekan kerjanya untuk tenaga kerja dan kesalaha persepsi
berperilaku lebih aman dan menggunakan mengenai konsekuensi perilaku aman
APD ketika bekerja. tenaga kerja dan manajemen juga
Manajemen juga dapat memberikan mempengaruhi terjadinya perilaku aman
sosialisasi kembali mengenai pentingnya tenaga kerja.
pemakaian APD ketika bekerja sebagai
bentuk penyegaran bagi tenaga kerja serta DAFTAR PUSTAKA
dapat melakukan inspeksi sebagai bentuk
perhatian manajemen terhadap perilaku ABCModel,http://www.in.gov/fssa/files/A
tidak aman tenaga kerja yang merupakan BC.pdf [Sitasi: 21 Oktober 2012
salah satu bukti komitmen manajemen 09:34]
terhadap K3 dan perilaku aman. Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan
Untuk tenaga kerja yang merasa Kesehatan Kerja di Industri.
tidak nyaman ketika mengenakan APD Yogyakarta: Graha Ilmu.
105 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:94-106

Annishia, Fristi B. 2011, Analisis Perilaku Martcahyo, V. Aries, Wahyu Hidayat, dan
Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT. Sri Suryoko. 2012. Pengaruh
PP (Persero) Di Proyek Pelatihan Kerja, Jaminan Sosial, dan
Pembangunan Tiffany Apartemen Insentif Terhadap Kinerja Karyawan
Jakarta Selatan Tahun 2011. Bagian Produksi PT. FUMIRA
Universitas Islam Negeri Syarif Semarang. Jurnal Ilmu Administrasi
Hidayatullah Jakarta. Bisnis.
Anonim. 2010,ABC (Antecedent-Behavior- Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Metodologi
Consequence) Model. Indiana Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Family & Social Services Rineka Cipta.
Administration Division of Disability Notoatmojdo, Soekidjo. 2007. Promosi
& Rehabilitative Services Bureau of Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta :
Quality Improvement Services. Rineka Cipta.
As’ad, Moh. 1998. Psikologi Industri. Pratiwi, A. D. 2011. Analisis Faktor-Faktor
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. yang Mempengaruhi Tindakan Tidak
Cooper, Dominic. 2009,Behavioral Safety Aman (Unsafe Act) Pada Tenaga
A Framework For Success. USA: B- Kerja Di PT. X Tahun 2011. Skripsi.
Safe Management Solution, Inc. Universitas Indonesia: 50.
Daryanto. 2007. Keselamatan dan Pusdatinaker, Kecelakaan Kerja di
Kesehatan Kerja Bengkel. Jakarta: Indonesia,
Rineka Cipta. http://pusdatinaker.balitfo.depnakertr
Firmansyah, Andi, Muhammad Rum ans.go.id/ [Sitasi: 26 September 2013
Rahim, dan Atjo Wahyu. 2013. 17:05]
Faktor yang Berhubungan Dengan Ramli, Soehatman. 2013. Sistem
Perilaku Safety Driving Pada Manajemen Keselamatan dan
Pengemudi Mobil Pengangkut Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Semen Curah di PT. Prima Karya Jakarta: Dian Rakyat.
Manunggal (PKM) Kab. Pangkep Retnani, N. D. 2013. Analisis Pengaruh
Tahun 2013. Activator Dan Consequence
Geller, E. Scott. 2005, Behavior-Based Terhadap Safe Behavior Pada
Safety and Occupational Risk Tenaga Kerja Di PT. Pupuk
Management in Behavior Kalimantan Timur Tahun 2013.
Modification, Vol. 29, No. 3, 539- Skripsi.Surabaya, Universitas
561. Sage Publication. Airlangga.
Haqi, D.N.2013. Analisis Penyebab Unsafe Retnani, N. D, Denny Ardyanto. 2013,
Action Dengan Pendekatan Human Analisis Pengaruh Activator dan
Factors Analysis And Classification Consequence Terhadap Safe
System (HFACS) (Studi Pada Behavior Pada Tenaga Kerja Di PT.
Pekerja Proyek Pembangunan Hotel Pupuk Kalimantan Timur Tahun
Pt “X” Surabaya). Tesis. Surabaya, 2013, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013:
Universitas Airlangga. 119-129. The Indonesian Journal of
Kurniawan, Bina, Daru Lestanto, dan Dewi Occupational Safety and Health.
Murtiningsih. 2006, Hubungan Salawati, Liza. 2009, Hubungan Perilaku,
Karakteristik Pekerja Dengan Praktik Manajemen Keselamatan dan
Penerapan Prosedur Keselamatan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya
Kerja di PT. Bina Buna Kimia Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Ungaran, Vol. 1/ No. 2/ Agustus Patologi Klinik Rumah Sakit Umum
2006. Jurnal Promosi Kesehatan Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Indonesia.
Ayu Erlianti dan Endang Dwiyanti, Analisis Perilaku Aman…106

Tahun 2009. Sekolah Pascasarjana Literature Review. Health and Safety


Universitas Sumatera Utara Medan. Executive.
Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Yanti, Khairi. 2011, Hubungan Perilaku
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dengan Kecelakaan Kerja Pada
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Pekerja Peternak Ayam Ras Di
Siagian, Sondang P. 1985. Organisasi, Kecamatan Tilatang Kamang
Kepemimpinan & Perilaku Kabupaten Agam Tahun 2011.
Administrasi. Jakarta: PT. Gunung Universitas Andalan Padang.
Agung.
The Keil Centre. 2000.Behaviour
Modification to Improve Safety:

You might also like