You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

Sebelum tahun 1970 hampir 90% kasus uretritis belum diketahui


penyebabnya, sedangkan 10% sudah diketahui penyebabnya, yaitu Gonokok,
Trichomonas vaginalis, Candida albicans dan benda asing. Dengan semakin
majunya fasilitas diagnostik sesudah tahun 1970, penyebab uretritis sudah
diketahui 75%, sedangkan sisanya 25% lagi masih dalam taraf penelitian. (1)

Uretritis merupakan kondisi urologis yang normal terjadi dan sulit


ditegakkan diagnosanya oleh dokter, sehingga mempersulit pemberian pengobatan
yang tepat. Organisme seperti Trichomonas vaginalis, Neiserria gonorrheae,
Chlamydial trachomatis dan Mycoplasma sp dilaporkan menjadi penyebab
terjadinya uretritis. Meski demikian, sebagian pasien dengan uretritis tidak
memiliki organisme tersebut. Dengan demikian, diagnosa uretritis khususnya pada
pria dengan tidak adanya penanda inflamasi uretra menjadi sulit, karena belum
adanya informasi yang jelas mengenai komposisi flora uretra pada pria normal
maupun penderita uretritis. (2)

Pada sebuah studi yang dilakukan, didapatkan beberapa mikroorganisme


gram positif yang menjadi mikroflora pada uretra seseorang yang
normal. Lactobacilli, Coagulase
negative staphylococcidan Streptococci dilaporkan juga menjadi bagian dari flora
normal. Partisipasi dari beberapa flora normal ini diyakini menjadi bagian untuk
mencegah invasi mikroorganisme oportunistik (2)

Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat
disebabkan oleh proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discar, disuria,
atau gatal pada ujung uretra. Temuan fisik yang paling sering ditemukan berupa
discar uretra, sedangkan temuan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan
jumlah leukosit polimorfonuklear dengan pengecatan Gram pada usapan uretra

1
atau dari sedimen pancaran urin awal. Untuk memudahkan dalam perawatan,
seringkali infeksi uretritis diklasifikasikankan menjadi Uretritis Gonococcal dan
Uretritis Non-gonococcal (disebut pula uretritis non spesifik). (3)

Disebut sebagai uretritis gonococcal jika pada pemeriksaan laboratorium


ditemukan Neisseria gonorrhea, sebaliknya jika tidak
ditemukan N.gonorrhea disebut sebagai urethritia non gonococcal atau uretritis
non spesifik. Kedua klasifikasi diatas termasuk dalam kategori penyakit dengan
transmisi secara seksual. (4)

Infeksi Chlamidya trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab


utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun
1995 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai
infeksi C. trachomatis. (5)

2
BAB II

GONORE

2.1 Definisi
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh kuman
Gram negative N. gonorrhoeae.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai
pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah
dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur),
yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Galur N. gonorrhoeae penghasil
penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan
enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi
senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya,
walaupun dengan peninggian dosis.

2.2 Epidemiologi
Gonore dapat terjadi pada semua ras, usia dan tidak memandang strata sosial.
Kejadian penyakit ini meningkat dengan adanya kontak seksual dengan banyak
mitra.Di dunia diperkirakan 200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya. Dimana
pria 1,5 kali lebih banyak daripada wanita.

2.3 Morfologi N. Gonorrhea

2.3.1 Ciri organisme


Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus,
non motil, berdiameter mendekati 0,8 μm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal,
ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan.

3
Penampakan mikroskopik N. Gonore
2.3.2 Kultur
Selama 48 jam pada media yang diperkaya (misalnya Mueller-Hinton,
modified Thayer-Martin), koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau,
meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat,
tidak berpigmen dan tidak bersifat hemolitik.

2.4 Patogenesis
Kuman N. gonorrhoeae menyerang membran mukosa berepitel kolumner.
Pada wanita, endoserviks merupakan tempat primer dari infeksi gonore (80-90%),
kemudian pada uretra (80%), rektum (40%), dan faring (10-20%). Dapat terjadi
infeksi asenden hingga mencapai tuba falopii dan ovarium saat teijadinya
menstruasi.
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan, sehingga dapat
melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial. Dengan adanya
lipooligosakarida akan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel mukosa dan
lapisan submukosa secara progresif, disertai dengan respons dari lekosit
polimorfonuklear yang hebat. Peradangan dan destruksi sel epitel tersebut
menimbulkan duh tubuh mukopurulen.

4
2.5 Gambaran Klinis
Uretritis gonore masa tunasnya sulit ditentukan oleh karena pada umumnya
asimtomatis, hal ini disebabkan keadaan anatomi dan fisiologi organ genital pada
wanita berbeda dengan pria. Pada pria gejala awal biasanya timbul dalam waktu
2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra,
yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya
nanah dari penis. Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing.
Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah
beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa
nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa
peradangan pada alat kelamin. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan
untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra
bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita penderita yang simtomatis umumnya mengalami gejala lokal
setelah 10 hari terinfeksi. Sering duh tubuh yang keluar dari endoserviks melalui
vagina tidak ditemukan, baik pada keadaan akut maupun kronis. Gejala subyektif
ini jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapat kelainan obyektif.
Umumnya penderita datang bila sudah ada komplikasi atau ditemukan saat
pemeriksaan antenatal maupun keluarga berencana. Apabila terdapat gejala, dapat
berupa kombinasi peningkatan duh tubuh yang keluar dari vagina, disuria,
perdarahan uterus intermenstrual dan menoragia. Duh tubuh yang keluar dari
serviks sifatnya purulen atau mukopurulen.

2.6 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
1. Cara pengambilan spesimen
Spesimen pada penderita servisitis gonore diambil dari endoserviks,
digunakan untuk pemeriksaan Gram dan kultur. Pengambilan duh tubuh
endoserviks dilakukan dengan memakai alat spekulum yang telah dibasahi
air, kemudian dimasukkan kedalam vagina. Swab (lidi kapas) steril
dimasukkan kedalam kanalis servikalis sedalam 2-3 cm, kemudian swab
diputar dan diangkat.

5
2. Sediaan langsung
Kuman N. gonorrhoeae diperiksa secara langsung dengan pewarnaan
Gram atau methylene blue akan tampak sebagai diplokokus Gram negatif
didalam dan atau diluar sel lekosit polimorfonuklear. Sensitivitas
pemeriksaan dengan pewarnaan Gram pada penderita servisitis gonore
adalah 50% dan spesifisitasnya sekitar 95%.

3. Kultur
Pemeriksaan kultur pada gonore mempunyai sensitivitas sekitar 80-
90%.Terdapat beberapa macam media untuk isolasi N. gonorrhoeae yaitu
media transport dan media pertumbuhan. Media transport digunakan jika
letak pengambilan spesimen jauh dari laboratorium. Spesimen dalam
media transport yang disimpan dalam lemari es dapat tahan selama 24 jam.
Beberapa media transport yang sekarang tersedia adalah:

- Media Stuart yang dimodifikasi


- Media Amies
- Media Transgrow
Media pertumbuhan yang digunakan untuk menumbuhkan N.
gonorrhoeae diantaranya Mc Loads chocolate agar, Thayer Martin dan Modified
Thayer Martin agar. Beberapa antimikroba dimasukkan kedalam media
untuk menghambat kontaminasi kuman Gram negatif, Gram positif dan
jamur. Obat-obat yang sering digunakan adalah vancomisin, colistin,
nistatin, trimetoprim dan amfoterisin B. Media tersebut harus segera
dimasukkan kedalam pengeram 37°C yang mengandung 5% C02 selama
24 jam atau 48 jam. Setelah koloni tumbuh, kuman dapat bertahan selama
48 jam pada suhu kamar.

Keberhasilan kultur gonokokus tergantung 3 faktor:


1. Cara yang digunakan untuk mengambil spesimen dan cara
inokulasinya.

6
2. Pemilihan media yang mampu menumbuhkan gonokokus dari
inokulasi yang kecil.
3. Pemberian antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan
kuman komensal tanpa menghambat pertumbuhan gonokokus.

4. Tes Oksidasi
Tes oksidasi untuk membuktikan bahwa koloni yang tumbuh adalah
koloni Neisseria. Pada koloni diteteskan larutan tetrametil p-fenilendiamin
dihidroklorida 1%. Apabila tes oksidasi positif warna koloni berubah
menjadi merah muda sampai ungu. Ada juga yang menggunakan potongan
kertas yang mengandung reagen / indikator naftol dan dimetilparafenilen-
diamin (NaDi), koloni kuman tersangka dioleskan pada potongan kertas
tersebut, dalam waktu 20-60 detik kertas terlihat berwarna biru sampai biru
tua. Tes ini juga positif pada beberapa mikroorganisme lain, misalnya
Vibrio spp.y Brucella spp., dan Pseudomonas spp.

5. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui dimana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan
pada waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi dalam dua gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Syarat mutlak adalah kandung kencing paling sedikit harus
mengandung 80-100 ,l urine, jika air seni kurang dari 80 ml maka gelas
2 sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.

7
Hasil pembacaan :
Gelas 1 Gelas 2 Makna

Jernih Jernih Tidak ada infeksi

Keruh Jernih Infeksi uretritis


anterior
Keruh Keruh Panuretritis

Jernih Keruh Tidak mungkin

2.8 Penatalaksanaan
Pemilihan rejimen pengobatan gonore membutuhkan pertimbangan
resistensi strain N. gonorrhoeae terhadap antimikroba, kemungkinan koinfeksi dan
letak infeksi.Terapi gonore yaitu 1) spektinomisin 2 gr IM dosis tunggal bagi
penderita yang tidak tahan quinolon atau cephalosporin; 2) golongan
cephalosporin dosis tunggal dengan: a) ceftriakson 250 mg IM, b) Sefoperazon
0,5-1 gr IM, c) Sefiksim 400 mg oral; 3) Kanamisin 2 gr IM; 4) golongan
quinolon levofloksasin 250 mg dosis tunggal.

2.9 Komplikasi
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan
anatomi genital pria dan wanita. Berikut dicantumkan infeksi pertama dan
komplikasi pada pria maupun wanita :

Pada pria
Infeksi pertama Komplikasi
Uretritis Lokal : Tysonitis
Parauretritis
Litritis
Cowperitis

Ascendens : Prostatitis

8
Vesikulitis
Vas deferentitis/funkulitis
Epididimitis
Trigonitis

Pada wanita
Infeksi pertama Komplikasi
Uretritis Lokal : Parauretritis
Bartholinitis
Ascendens : Salphingitis
PID

Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa :


- Artritis - Perikarditis
- Miokarditis - Meningitis
- Endokarditis - Dermatitis

9
BAB 3

Infeksi Genital Non Spesifik

3.1 Definisi

Infeksi Genital non spesifik (IGNS) adalah penyakit menular seksual berupa
peradangan di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan oleh kuman
nonspesifik. Pada pria sering disebut sebagai uretritis non spesifik (UNS) oleh
karena terutama mengenai uretra. Yang dimaksud dengan kuman spesifik adalah
kuman yang dengan fasilitas laboratorium biasa/sederhana dapat diketemukan
seketika, misalnya gonokok, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan
Gardnerella vaginalis.

Berikut adalah beberapa definisi dari istilah yang sering digunakan dalam
mendiagnosis infeksi genital non spesifik. Ada beberapa istilah yang sering
digunakan dalam mendiagnosis infeksi genital non spesifik,

 Infeksi Genital Non Spesifik (IGNS) adalah penyakit menular seksual


yang berupa peradangan di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan
oleh kuman non spesifik.
 Uretritis Non Spesifik (UNS) adalah peradangan pada uretra yang
disebabkan oleh kuman non-spesifik.
 Infeksi Genital Non Gonokok (IGNG) adalah peradangan di uretra,
rektum, dan serviks yang disebabkan bukan oleh kuman Gonokok.
 Uretritis Non Gonokok (UNG) adalah peradangan di uretra yang
disebabkan oleh kuman lain selain Gononokok
Istilah IGNS dan UNS memiliki pengertian yang lebih luas daripada IGNG
dan UNG.

3.2 Epidemiologi

Di beberapa negeri ternyata insidens IGNS merupakan PMS yang paling


tinggi dan angka perbandingan dengan uretritis gonore kira-kira 2:1. UNS banyak

10
ditemukan pada orang dengan keadaan social ekonomi lebih tinggi, usia lebih tua,
dan aktivitas seksual yang tinggi. Juga ternyata pria lebih banyak daripada wanita
dan golongan heteroseksual lebih banyak daripada golongan
homoseksual.Chlamydia trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik
(UNS) terbanyak dibanding dengan organisme lain

3.3 Etiologi
Penyebab paling sering ialah Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum, dan Mycoplasma hominis. Selain itu ada juga dugaan bahwa
penyebab dari UNS adalah alergi dan bakteri. Uretritis non spesifik adalah
inflamasi pada uretra yang disebabkan oleh infeksi selain gonococcal. Etiologi
dari uretritis non spesifik dapat disebabkan oleh bakterial, viral, ataupun parasit.
Banyak organisme berbeda yang berperan dalam terjadinya uretritis terutama agen
bakteri basil Gram negative seperti E.Coli, Proteus, Klebsiella atau Enterobacter.

Namun pada kasus uretritis non spesifik yang dapat ditularkan secara seksual agen
yang sangat berperan adalah :
 Bakteri : Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Haemophylus
vaginalis, dan Mycoplasma genitalium.
 Viral : Herpes simpleks, Adenovirus.
 Parasit : Trichomonas vaginalis.

Etiologi Uretritis Menular Seksual

Gonococcal : Nongonococcal :

N. gonorrhea C. trachomatis, 15-40%

M. genitalium, 15-25 %

Lain-lain, 20-50 %

T. vaginalis, 5-15%

U. urealyticum. <15%

11
HSV, 2-3%

Adenovirus, 2-4%

Haemophilus sp. jarang

3.4 Morfologi

a. Chlamydia trachomatis
Telah terbukti bahwa lebih 50% daripada semua kasus UNS disebabkan oleh
kuman ini. Chlamydia trachomatis merupakan parasit intraobligat, menyerupai
bakteri negatif-gram. Telah terbukti bahwa lebih dari 50% kasus Uretritis Non
Spesifik disebabkan oleh kuman ini. Chlamydial trachomatis merupakan parasit
intraobligat, menyerupai bakteri gram negatif.

Chlamydia terbagi menjadi tiga spesies yaitu : (1) Chlamydia trachomatis;


(2) Chlamydia psittaci; (3) Chlamydia pneumoniae. Chlamydial
trachomatis adalah bakteri Gram negatif obligat intraseluler, dan merupakan
penyebab penyakit menular seksual yang paling sering terjadi.Chlamydia
merupakan bakteri gram negatif yang tidak memiliki mekanisme untuk
menghasilkan energi metabolik dan tidak dapat mensintesa ATP sehingga
membuatnya menjadi bentuk seluler dimana sel host melengkapinya dengan
energi yang cukup kaya, dengan demikian Chlamydia merupakan parasit obligat
intraseluler (obligate intracelluler) atau bakteri obligat intraseluler, mempunyai
siklus hidup bifasik yang unik ( biphasic life cycle) dengan dua bentuk morfologi
yang berbeda.

b. Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Ureaplasma urealyticum merupakan 25% penyebab UNS dan sering
bersamaan dengan Chlamydia trachomatis. Dahulu dikenal dengan nama T-strain
mycoplasma. Mycoplasma hominis juga sering bersama-sama dengan Ureaplasma
urealyticum. Mycoplasma hominis sebagai penyebab UNS masih diragukan
karena kuman ini bersifat komensal yang dapat menjadi pathogen dalam kondisi-
kondisi tertentu. Ureaplasma urealyticum merupakan mikroorganisme paling

12
kecil, negatif-Gram, dan sangat pleomorfik karena tidak mempunyai dinding sel
yang kaku.

Mycoplasma sp. merupakan salah satu mikroorganisme terkecil yang dapt


berkoloni di traktur respirasi dan urogenital. Mycoplasma memiliki 13 spesies, 4
diantaranya menginfeksi traktus genital, yaitu Mycoplasma hominis, M.
genitalium, Ureaplasma parvum, dan U. urealyticum. Sekitar 40-80 % wanita
yang aktif secara seksual mengalami kolonisasi genital dari ureaplasma.
Organisme ini juga berperan dalam 20-30% kasus uretritis nonspesifik. Seperti
halnya Chlamydia, infeksi Mycoplasma genital mengakibatkan uretritis, cervicitis,
PID, endometritis, salpingitis, dan chorioamnionitis. Spesies lainnya dapat
menyebabkan infeksi pernapasan, arthritis septic, pneumonia neonatal, dan
meningitis.

c. Infeksi Trichomonas vaginalis

Organisme lain seperti Trichomonas vaginalis dan virus herpes simpleks


hanya berperan kecil dalam kejadian kasus uretritis non spesifik. T.
vaginalis merupakan protozoa yang menyebabkan kondisi yang dinamakan
trikomoniasis. T. vaginalis menginfeksi epitel vagina dan uretra, menyebabkan
ulserasi. Infeksi pada wanita menyebabkan timbulnya keputihan yang berbau,
berwarna kuning kehijauan, disertai pruritus, eritema dan dispareunia. Pada pria
seringkali asimtomatis, keluhan yang muncul berupa discar uretra, nyeri berkemih
yang terasa panas, dan frekuensi.

Alergi

Ada dugaan bahwa UNS disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen
sekret alat urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini dikemukakan karena pada
pemeriksaan sekret UNS tersebut ternyata steril dan pemberian antihistamin dan
kortikosteroid mengurangi gejala penyakit.

13
Bakteri

Mikroorganisme penyebab UNS ini adalah Staphylococcus dan difteroid.


Sesungguhnya bakteri ini dapat tumbuh komensal dan menyebabkan uretritis
hanya pada beberapa kasus.

3.5 Patogenesis

Dalam perkembangannya Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase:


o Fase I: disebut fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat
ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman
sifatnya intraselular dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat
pada inti sel hospes, disebut badan inklusi.
o Fase II: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk
badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang
baru.

Siklus bifasik diawali dengan menempelnya infeksius EB ke mikrofili sel host


yang rentan. EB secara aktif menembus sel host, EB didalam sel akan berdiam
didalam fagosom dan mulai bereplikasi. EB yang tidak aktif secara metabolik,
menjadi aktif dan membelah diri menjadi RB dimana RB tersebut dapat
mensintesa DNA, RNA dan protein namun masih tergantung pada sel hostnya
untuk suplai energi (ATP), keadaan ini disebut sebagai parasit energi.
Selanjutnya RB kemudian membelah diri secara berulang didalam fagosom.
Fagosom dengan RB didalamnya inilah disebut dengan badan inklusi. Setelah
terjadi infeksi selam 18-24 jam, RB kemudian kembali berorganisasi menjadi EB
dan antara 48-72 jam kemudian, sel yang terinfeksi akan pecah dan kemudian
dilepaskan oleh EB.

14
Siklus perkembangbiakan Chlamydia trachomatis

Manifestasi penyakit yang paling umum terjadi pada infeksi C.


trachomatis adalah uretritis, ditandai dengan discharge encer atau mukoid pada
uretra, dapat disertai dengan disuria. Pada infeksi rectum menyebabkan proktitis
pada wanita maupun pria. Infeksi juga dapat termanifestasi sebagai
Lymphogranuloma venerum.

3.6 Gejala Klinis

Tanda dan gejala Uretritis Gonococcal (UG) dan Uretritis Non-


Gonococcal (UNG) pada dasarnya adalah sama, namun berbeda pada derajat
keparahan gejala yang timbul. Kedua uretritis baik gonococcal maupun non-
gonococcal menyebabkan adanya lendir, dysuria, dan gatal pada uretra. Lendir
yang sangat banyak, dan purulen lebih sering pada gonorrhea, sedangkan pada
kondisi UNG, lendir yang dihasilkan lebih sedikit dan mukoid. Pada UNG, lendir
sering hanya muncul pada pagi hari, atau hanya terlihat seperti krusta yang
melekat di meatus atau terlihat seperti bercak pada pakaian dalam. frekuensi,
hematuria, dan urgensi sering terjadi pada kedua jenis infeksi. Masa inkubasi jauh
lebih pendek pada infeksi gonorrhea, yaitu dalam 2-6 hari, sedangkan pada UNG,
gejala muncul dalam 1-5 minggu setelah infeksi, dengan masa inkubasi rata-rata
2-3 minggu.

15
Pria

Gejala baru mulai timbul biasanya setelah 1-3 minggu kontak seksual dan
umumnya tidak seberat gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak
enak di uretra, sering kencing dan keluarnya duh tubuh seropurulen.
Dibandingkan dengan gonore, perjalanan penyakit lebih lama karena masa
inkubasi yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh kembali. Pada beberapa
keadaan tidak terlihat keluarnya cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan
diagnosis. Dalam keadaan demikian sangat diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis dan
striktur uretra.

Wanita

Infeksi lebih ringan terjadi di serviks bila dibandingkan dengan vagina, kelenjar
Bartholin atau uretra sendiri. Sama seperti pada gonore, umumnya wanita tidak
menunjukkan adanya gejala. Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya duh tubuh
vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri daerah pelvis dan dispareunia. Pada
pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis yang disertai adanya
folikel-folikel kecil yang mudah berdarah. Komplikasi dapat berupa bartholinitis,
proktitis, salfingitis dan sistitis.

3.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.


Pada pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu harus disingkirkan kuman-kuman
spesifik yakni gonokok, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, dan
Gardnerella vaginalis.

Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau non-
gonore. Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis oleh klamidia, perlu
pemeriksaan khusus untuk menemukan atau menentukan adanya C. trachomatis.
Pemeriksaan laboratorium yang umum digunakan sejak lama adalah pemeriksaan
sediaan sitologi langsung dan biakan dari inokulum yang diambil dari specimen

16
urogenital. Baru pada tahun 1980-an ditemukan tehnologi pemeriksaan terhadap
antigen dan asam nukleat C. trachomatis.

Pada meatus eksternus nampak tanda radang berupa edema dan kemerahan yang
biasanya ringan dan tidak sehebat gonore, atau tak ada kelainan. Sekret uretra
dapat berupa purelent (lebih sering pada gonore), mukos, seromukos atau cairan
jernih. Pada umumnya sekret uretra tidak sehebat sekret pada gonore. Saat ini
pemeriksaan biakan masih dianggap sebagai standar baku emas pemeriksaan
klamidia namun pemeriksaannya membutuhkan waktu 3-7 hari.

LABORATORIUM
Bahan yang dilakukan pemeriksaan laboratorium adalah
- Sekret uretra
- Urin gelas yang pertama. Urin yang ditampung sebaiknya urin yang pertama
pada pagi hari atau minimal 4 jam setelah kencing terakhir.
- Hapusan endouretral, yaitu dengan lidi kapas yang steril dimasukkan ke dalam
uretra sedalam 1 – 2 cm di atas fossa navikularis, kemudian di putar secara
perlahan-lahan ke kiri dan ke kanan.

Kriteria laboratorium uretritis non gonore ditegakkan apabila ;


a. Pada sekret uretra atau hapusan endouretal dilakukan pengecatan gram
ditemukan 5 atau lebih sel lekosit polimorphonuklear pada mikroskop dengan
pemebsaran 1000 kali, atau
b. Pada sedimen urin ditemukan lebih dari 10 sel lekosit polimorphonuklear
dengan mikroskop pembesaran 400 kali.
c. Pada preparat gram tidak ditemukan adanya Diplococcus gram negatif.

3.8 Penatalaksanaan

Secara umum, manajemen obat yang paling efektif adalah golongan


tetrasiklin dan eritromisin. Indikasi ertitromisin adalah untuk pasien yang tidak

17
tahan tetrasiklin atau wanita hamil. Di samping itu dapat juga digunakan
gabungan sulfa-trimetoprim, spiramisin dan kuinolon.

Beberapa dosis obat yang dapat digunakan sebagai pada tabel berikut.

Medikasi Dosis

Tetrasiklin HCl 4 x 500mg sehari selama 1 minggu atau

4 x 250mg sehari selama 2 minggu

Doksisiklin 2 x 100mg sehari selama 1 minggu

Eritromisin 4 x 500mg sehari selama 1 minggu atau

4 x 250mg sehari selama 2 minggu

(untuk penderita tidak tahan tetrasiklin, hamil,


atau < 12 tahun)

Sulfa-trimetoprim 2 x 2 tablet sehari selama 1 minggu

Azitromisin 1 gram dosis tunggal

Spiramisin 4 x 500mg sehari selama 1 minggu

Ofloksasin 2 x 200 mg sehari selama 10 hari

3.9 Komplikasi

Hampir sama dengan gonore. Pada pria dapat terjadi prostatitis, vesikulitis,
epididimitis, dan striktur uretra. Pada wanita dapat terjadi bartolinitis, prokitis,
salpingitis, dan sistitis.

18
Infeksi genital nonspesifik Gonore

Definisi peradangan di uretra, rektum, atau Peradangan uretra dengan


serviks yang disebabkan oleh kuman penyebab kuman N. Gonorrhoeae
nonspesifik

Etiologi Chlamydia trachomatis N. gonorrhoeae


Ureaplasma urealyticum dan
Mycoplasma hominis
Gardnerella vaginalis
Alergi
Bakteri

Masa inkubasi 2-3 minggu 1-7 hari

Gambaran klinis disuria ringan, perasaan tidak enak di - Nyeri atau gatal pada
uretra, sering kencing, dan duh tubuh ujung kemaluan
seropurulen - Discharge retra: banyak
pada pagi hari, makin lama
makin banyak,
mukopurulen
- BAK sakit / pedih
- Tampak mukosa eritem ,
edem
Px penunjang - Pemeriksaan gram dari uretral - Pemeriksaan gram dari
smear: leukosit pmn >5 uretral smear: leukosit
- Specimen FPU (first pass urine): pmn >5
leukosit pmn 10 - Specimen FPU (first pass
urine): leukosit pmn 10

Terapi - Azytroycin 1gr (dosis tunggal) - Ceftriaxon 125 mg IM


- Doxycycline 2x100mg (selama dosis tunggal
7 hari) - Cefixim 400 mg peroral
dosis tunggal
Komplikasi Pria : prostatitis, vesikulitis, Pria : Tysonitis, parauretritis,
epididimitis, dan striktur uretra. litritis, cowperitis
Wanita : Bartolinitis, prokitis, Ascendens : Prostatitis,
salpingitis, dan sistitis. Peritonitis dan Vesikulitis, Vas drferenitis,
hepatitis juga pernah dilaporkan
Epididimitis
Wanita : salphingitis, PID

19
20
BAB IV

KESIMPULAN

Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat disebabkan
oleh proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discar, disuria, atau gatal pada ujung
uretra. Seringkali infeksi uretritis diklasifikasikankan menjadi Uretritis Gonococcal dan
Uretritis Non-gonococcal (disebut pula uretritis non spesifik). Untuk dapat mendiagnosis
etiologi dari uretritis tersebut diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang
tepat sehingga terapi yang diberikan dapat tepat sasaran serta mencegah kekambuhan dan
resitensi antibiotik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang
mungkin terjadi akibat komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi bila penyakit ini tidak
ditatalaksana dengan baik dari awal.

21

You might also like