You are on page 1of 36

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA


TRANSPORTASI PERKOTAAN

DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN


DISAMPAIKAN PADA
RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERHUBUNGAN DARAT
YOGYAKARTA, OKTOBER 2014
PROFIL
KAWASAN PERKOTAAN
DI INDONESIA
Potret Kota di Indonesia

• Daerah Otonom di Indonesia


 34 Provinsi,
 412 Kabupaten,
 92 Kota (tidak termasuk DKI Jakarta)

(Sumber : Undang –Undang Republik Indonesia Otda kemendagri Nomor 20 - 24 Tahun 2012, Nomor 2-8
Tahun 2013, Nomor 12, 13, dan 16 Tahun 2013)
93 Kawasan Perkotaan Utama di Indonesia

Kota Otonom sebanyak 92 kota + DKI Jakarta, terdiri dari :


 Kota Metropolitan : 11 kota;
 Kota Besar : 15 kota;
 Kota Sedang : 56 kota;
 Kota Kecil : 11 kota.
Jumlah Penduduk
(dlm ribuan)

0
1500
2000
2500
3000

500
1000
10.000

1. Jakarta

2.Surabaya

3.Bekasi

4.Bandung

5.Medan

6.Tangerang

7.Depok

8.Palembang

Sumber : BPS Masing-Masing Kota Tahun 2012/2013


9.Semarang

10.Tangerang Selatan

11.Makassar

12.Bogor

13.Batam

14.Bandar Lampung

15.Padang

16.Malang

17.Samarinda

18.Banjarmasin

19.Pekanbaru

20.Tasikmalaya

21.Cimahi
KOTA METROPOLITAN DAN BESAR

22.Jambi

23.Balikpapan

24.Pontianak

25.Yogyakarta
KOTA

KOTA BESAR

26.Serang
METROPOLITAN
Wilayah Anglomerasi di Indonesia

BANJAR BAKULA
MEBIDANGRO Population : 1.9 million
Population : 3.9 million Area : 3,405 km2
Area : 2,750 km2

CIAYUMAJAKUNNG
Population : 2.3 million
PALEMBANG RAYA Area : 1,026 km2
Population : 2.4 million KEDUNGSEPUR
Area : 1,134 km2 Population : 4.7 million
Area : 3,269 km2

JABODETABEK
Population : 28 million
Area : 6,683 km2
MAMMINASATA
Population : 2.4 million
Area : 2,462 km2
BANDUNG RAYA
Population : 7.9 million
Area : 3,383 km2

SARBAGITA
KARTAMANTUL Population : 1.4 million Source: CMEA, 2011
Population : 2.4 million Area : 724 km2
Area : 1,114 km2
GERBANG KERTASUSILA
Population : 6.5 million
Area : 2,117 km2

6
PERMASALAHAN
TRANSPORTASI PERKOTAAN
DI INDONESIA
PERMASALAHAN TRANSPORTASI SAAT INI

1. Tingginya tingkat 2. Belum memadainya kualitas


penggunaan kendaraan pelayanan angkutan umum.
pribadi mengakibatkan
penggunaan ruang jalan
tidak efektif & efisien
sehingga mengakibatkan
kemacetan lalu lintas.

8
KONDISI EKSISTING

3. Peningkatan pencemaran udara sebagai akibat meluasnya


kemacetan lalu lintas.

9
KONDISI EKSISTING

Angkutan Umum “Ngetem” Menaikkan & Menurunkan penumpang


di sembarang tempat

4. Rendahnya disiplin berlalu lintas, antara lain : Persimpangan,


Terminal, Halte, Parkir.

10
MENYEBERANG TIDAK PADA TEMPATNYA PENUMPANG BERLEBIH

BERKENDARA SAMBIL BERMAIN HANDPHONE MELAWAN ARUS


11
KEBIJAKAN
DALAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI PERKOTAAN
FOKUS: 5 PILAR KEBIJAKAN (Push – Pull Policies)
1 2
1 3 4 5
Peningkatan
Peran Manajemen
Transportation Pengembangan
Angkutan dan Rekayasa Penurunan Polusi
Demand Non Motorized
Umum Lalu Lintas Udara dan Suara
Management (TDM) Transport (NMT)
(Prioritasi) (MRLL)

Pengembangan Perbaikan Gasifikasi ERP Pengembangan


Transit System atau
TOD
Kapasitas Jalan Fasilitas Pejalan
Pemanfaatan Energi Perparkiran Kaki
Alternatif (Parking Policy)
Pengembangan Penerapan
Jaringan dan ATCS / ITS Pengembangan
Penerapan Dis-incentive using
infrastruktur Jalur Sepeda
Teknologi Ramah
Angkutan Umum
Manajemen private car
Masal Lingkungan (green
Lalu Lintas transport - Car free day
environmentally
Perbaikan ANDALALIN friendly)
Intermodalitas dan
Aksesibilitas
Angkutan Umum

Perbaikan Sistem 5 Pilar kebijakan dilaksanakan secara paralel (dalam


Kepemilikan
Angkutan Umum
satu paket kebijakan) untuk menuju keberhasilan
transportasi perkotaan yang berkelanjutan
PILAR 1:
PENINGKATAN PERAN ANGKUTAN UMUM (PRIORITAS)
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT adalah peruntukkan lahan campuran
berupa perumahan/perdagangan yang direncanakan untuk memaksimalkan
akses angkutan umum.

PENGEMBANGAN BRT di semua Ibu Kota Provinsi dan Kota Besar

PEMISAHAN LAJUR/JALAN antara kendaraan pribadi dan angkutan umum


di kota besar dan kota metropolitan (dedicated public transport
infrastructure).

INTEGRASI SIMPUL DAN LAYANAN ANGKUTAN UMUM BERBASIS JALAN


dengan simpul lainnya (Bandara, Pelabuhan dan Stasiun KA) yang didukung
dengan infrastruktur Non Motorized Transport (NMT) (sepeda dan pejalan kaki
yang memadai)

PERBAIKAN SISTEM KEPEMILIKAN ANGKUTAN UMUM


Penyelenggaraan angkutan yang berbadan hukum seperti koperasi,
perusahaan, Badan Layanan Umum (BLU), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Kerjasama Pemda dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan
Konsorsium pengusaha angkutan umum.
PILAR 2:
MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS (MRLL)
PERBAIKAN KAPASITAS JALAN:
 Penyediaan jalur/jalan khusus angkutan umum;
 Penyediaan jalur khusus sepeda motor/sepeda

PENERAPAN ATCS / ITS


di semua Ibu Kota Provinsi, Kota Besar, kota-kota yang sudah menerapkan
BRT dan kota-kota yang berada pada jalur logistik nasional(

MANAJEMEN LALU LINTAS:


 Larangan Parkir di Jalan Nasional dan Jalan Provinsi;
 Pengendalian lalu lintas di ruas jalan dan persimpangan;
 Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki yang mendukung aksesibilitas
pengguna angkutan umum.

ANDALALIN
Kewajiban melaksanakan ANDALALIN pada setiap pengurusan IMB untuk
pembangunan pusat kegiatan, perumahan, permukiman dan infrastruktur
yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas.
PILAR 3:
PENURUNAN POLUSI UDARA DAN SUARA

GASIFIKASI
Gasifikasi angkutan umum pada kota-kota yang memiliki jaringan
pipa gas/SPBG.

PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF


 Penerapan APILL Tenaga Surya;
 Penerapan penerangan jalan umum (PJU) Tenaga Surya;
 Penggunaan Bio Solar untuk angkutan umum (saat ini sudah diterapkan
di Kota Bogor).

PENERAPAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN (GREEN TRANSPORT -


ENVIRONMENTALLY FRIENDLY)
Penelitian pemanfaatan kendaraan bermotor bertenaga listrik.
PILAR 4:
TRANSPORTATION DEMAND MANAGEMENT (TDM)
PEMBATASAN LALU LINTAS:
Pembatasan lalu lintas tanpa dan dengan pengenaan retribusi pengendalian
lalu lintas)

PEMBATASAN KENDARAAN (DIS-INCENTIVE USING PRIVATE CAR)


Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi (pembatasan penggunaan
sepeda motor, penerapan 3 in 1 dan 4 in 1).

KEBIJAKAN PERPARKIRAN (PARKING POLICY)


 Penerapan pembatasan parkir di pusat kota;
 Pengenaan tarif parkir yang lebih tinggi pada kawasan pusat kota;
 Pembangunan Park and Ride pada simpul-simpul angkutan massal.

PENERAPAN ERP
 PP 32 Tahun 2011 Tentang MRLL, ANDALALIN dan Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas;
 PP 97 tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas.
PILAR 5:
PENGEMBANGAN NON MOTORIZED TRANSPORT (NMT)

PENGEMBANGAN FASILITAS PEJALAN KAKI


Pengembangan fasilitas pejalan kaki di perkotaan .

PENGEMBANGAN JALUR SEPEDA


 Pengembangan jalur sepeda di pusat pendidikan ;
 Pengembangan jalur sepeda pada kawasan-kawasan khusus di
perkotaan .

HARI BEBAS KENDARAAN CAR FREE DAY


 Public transport day;
 One day no car;
 Car free day.
PERAN DIREKTORAT BSTP
DALAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI PERKOTAAN
PERAN
DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN

BIMBINGAN TEKNIS:
 Asistensi langsung;
 Rapat koordinasi dan fasilitasi;
 Penyelenggaraan Wahana Tata Nugraha;
 Penyelenggaraan bimbingan teknis.

BANTUAN TEKNIS:
 Penyusunan rencana induk LLAJ perkotaan;
 Penyelenggaraan Angkutan Umum Massal dan fasilitas pendukungnya;
 Penerapan fasilitas pejalan kaki dan jalur sepeda;
 Penerapan APILL adaptif/responsif, ATCS/ITS;
 Peningkatan kinerja lalu lintas di jalan nasional perkotaan
 Penyelenggaraan angkutan pemadu moda;
 Penyelenggaraan angkutan sekolah, kampus dan umum perkotaan;
 Penerapan fasilitas integrasi moda.
IMPLEMENTASI DAN LANGKAH-LANGKAH
YANG TELAH DILAKUKAN
PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS JALAN
(Sistem Transit)
N0 KOTA NAMA TAHUN
1 DKI Jakarta **) TransJakarta 2004
2 Batam *) Bus Pilot Project 2005
3 Bogor *) Trans Pakuan 2006
4 Bandung Trans Metro Bandung 2006
5 Yogyakarta Trans Jogja 2007
6 Semarang Trans Semarang 2009
7 Pekanbaru Trans Metro 2009
8 Manado Trans Kawanua 2009
9 Gorontalo Trans Hulontalangi 2010
10 Palembang Trans Musi 2010
11 Surakarta/Solo *) Batik Solo Trans 2010
12 Ambon Trans Amboina 2011
13 Denpasar/Sarbagita Trans Sarbagita (Aglomerasi) 2011
14 Bandar Lampung **) Trans Bandar Lampung 2011
15 Tangerang *) Trans Jabodetabek Tangerang 2012
16 Bekasi *) Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) 2012
17 Padang Trans Padang 2013

*) Bukan ibukota Propinsi; **) Non APBN


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KOTA – KOTA YG MENERAPKAN SISTEM TRANSIT DI INDONESIA

Bogor Palembang
Yogya

Pekanbaru

Solo Semarang

Gorontalo Manado

Batam
Bandung

23
PENYEDIAAN ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN (2014)

Pengembangan Sistem Transit (BRT) menuju Angkutan


Massal berbasis jalan pada Kawasan Perkotaan Aglomerasi

1. Kawasan Perkotaan Mebidangro;


2. Kawasan Perkotaan Bandung Raya;
3. Kawasan Perkotaan Jabodetabek;
4. Kawasan Perkotaan Surabaya Metropolitan Area;
5. Kawasan Perkotaan Maminasata;
6. Kawasan Perkotaan Sarbagita;

24
ANGKUTAN PEMADU MODA
No. BANDARA KOTA/KAB. JUMLAH TAHUN
(UNIT)
Bandara Sultan Hasanudin Makasar 5
1. 2011
Bandara International Lombok Lombok 5

Bandara Sam Ratulangi Manado 5


2. Bandara Sentani Jayapura 3
2012
Bandara Belimbingsari Banyuwangi 2

Bandara International Kuala Namu Medan 5

3. Bandara Djalaludin Gorontalo 3


Bandara Depati Amir Pangkal Pinang 2 2013

Bandara Supadio Pontianak 3

4. Bandara Sam Ratulangi Manado 5 2014

Bandara Depati Amir Pangkal Pinang 2


IMPLEMENTASI ATCSDA
Dampak Sosial Ekonomi
ATCS (Area Traffic Control System) telah diimplementasikan di 24 Kota, antara
lain :
2005 : Bekasi

2006 : Surabaya (Jatim), Bandung (Jabar), Jakarta dan Batam (Kepri)


2007 : Tegal (Jateng), Malang (Jatim)
2008 : Bukit Tinggi (Sumbar) , Manado (Sulut), Balikpapan (Kaltim) dan Pontianak (Kalbar)
2009 : Sragen (Jateng)
2010 : Surakarta (Jateng) dan Bogor (Jateng)
2011 : Jakarta (upgrade), Samarinda (Kaltim), Tangerang dan Sarbagita (Bali)
2012 : Medan (Sumut) and Yogyakarta, Bandung (lanjutan), Samarinda (lanjutan),
Sarbagita (lanjutan), Surakarta (lanjutan)
2013 : Medan (lanjutan), Padang, Bandung (lanjutan), Yogyakarta (lanjutan), Samarinda (lanjutan)
dan Sarbagita (lanjutan)
2014 : Medan, Padang, Batam, Bandar Lampung, Bandung, Yogyakarta, Pekalongan dan Sarbagita
RUANG PENGENDALI ATCS
DENPASAR BANDUNG SURAKARTA

BOGOR TEGAL MEDAN


Fasilitas Pejalan Kaki, Jalur Khusus sepeda,
dan Fasilitas Integrasi

 2010: Bukittinggi dan Sragen;


 2011: Surakarta;
 2012: Surakarta, Bogor, dan Palembang;
 2013: Bogor dan Palembang;
 2014: Bogor dan Palembang.
Bukittinggi Before and After
Bogor Before and After
Palembang
Bus Sekolah, Kampus dan Angkutan Umum Perkotaan
(Tahun 2006-2013)

TAHUN BUS SEKOLAH BUS KAMPUS BUS UMUM JUMLAH


(unit) (unit) (unit) (unit)
2006 0 15 5 20
2007 40 8 2 50
2008 35 34 6 75
2009 36 30 4 70
2010 3 31 4 38
2011 30 14 6 50
2012 31 5 9 45
2013 39 7 13 60
TOTAL 408
UNIVERSITAS ISLAM BATIK (UNIBA) SURAKARTA
KRITERIA PROPINSI, KABUPATEN/KOTA
PENERIMA BANTUAN TEKNIS

1. KOMITMEN KEPALA DAERAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN

2. MEMPUNYAI RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN (DILENGKAPI


DENGAN FS, DED DAN PENTAHAPAN PELAKSANAAN)

3. SECARA AKTIF IKUT SERTA DALAM KEGIATAN PENGHARGAAN YANG DILAKSANAKAN


OLEH KEMENTERIAN PERHUBUNGAN SEPERTI WTN, AKUT, PENGUJI TELADAN

4. ADANYA KESIAPAN DAERAH UNTUK MENERIMA ASSET, MENGOPERASIKAN,


MEMELIHARA DAN MENGEMBANGKANNYA
PROSEDUR PENGAJUAN
BANTUAN TEKNIS

USULAN KAB/KOTA

DISHUB PROPINSI
Nop : N-2 tahun

Pembahasan Ditampung dalam


DIT. BSTP Dit. BSTP, Usulan Satuan 1
Desember : N-2 tahun Propinsi Satker Propinsi

Februari : N-1 tahun


Terima
Kasih

You might also like