You are on page 1of 15

OSTEOARTHRITIS (OA)

A. Definisi
Osteoartritis merupakan suatu
penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat yang tidak
diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa faktor resiko yang berperan.
Keadaan ini ditandai dengan kerusakan dan
hilangnya kartilago artikular yang berakibat
pada pembentukan osteofit, rasa sakit,
pergerakan yang terbatas, deformitas (Tjokroprawiro, 2007).
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran
patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi,
sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis
secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan
tulang yang membentuk persendian (Mubin, 2001).

B. Klasifikasi
Osteoartritis menurut Zairin (2008) diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan
etiologi yang mendasari terjadinya, yaitu :

1. Osteoartritis Primer
Osteoarthritis primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, tidak
memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis
primer disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada sendi yang menahan
berat tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang lemah. OA primer
sering menyerang sendi jari-jari, panggul dan lutut, tulang belakang servikal
dan lumbal, serta ibu jari. Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi
yang menahan berat badan.

2. Osteoartritis Sekunder
Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba pada
sendi. OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder
berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain:

 Trauma, termasuk trauma olah raga


 Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang
 Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan
oleh perkembangan yang tidak normal
 Kelainan metabolik dan endokrin

C. Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang 40 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50%
hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevaleensi terjadinya
Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria sedangkan umur 55 tahun lebih banyak
terjadi pada wanita.
Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun,
30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoartritis lutut
prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien
OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan
pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang berat dan terus menerus bisa
mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena OA (Darmojo & Hadi, 2006).

D. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya osteoarthritis menurut Tjokroprawiro (2007)
diantaranya adalah:
1. Umur

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya


usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan


sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
3. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat


badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan
4. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang


menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi


peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh
membran synovial dan sel- sel radang.
6. Penyakit Endokrin

Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
7. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat


mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.

E. Patofisiologi
(Terlampir)

F. Manifestasi klinis
Pada umumnya, pasien Osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhan
yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan.
Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoarthritis :
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski osteoarthritis masih tergolong dini
( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur,
Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris
( salah satu arah gerakan saja ).

2. Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri. Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah
pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di
kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur
di pagi hari (Muttaqin, 2011).
3. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang
sakit.
4. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
5. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah.
6. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut (Muttaqin, 2011).
7. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.

F. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis. Gambaran radiografi
sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah:
 Penyempitan celah sendi yang seringkali
asimetris (lebih berat pada daerah yang
menanggung beban)
 Peningkatan densitas (sclerosis) tulang
subkondral
 Kista tulang
 Osteofit pada pinggir sendi
 Perubahan struktur anatomi sendi
2. Tes Darah
Pada pemeriksaan darah lengkap bisa terjadi anemia dan leukositosis pada OA
yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, dan
peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m).
3. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik,


cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoarthritis menurut Kasjmir (2003) dan Setyohadi
(2001) adalah sebagai berikut:
1. Istirahat sendi

Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi
ada masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan
dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti
bahwa pasien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena
nyeri.

2. Farmakologi
Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:
a. Analgesik oral
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
b. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Obat pilihan utama untuk paien OA adalah Acetaminophen 500mg
maksimal 4 gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada
pasien usia lanjut karena dapat menimbulkan reaksi pada liver dan
ginjal.
c. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan yang
dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi
pada pasien OA, sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan
tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: etrasiklin, asam
hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide
desmutase dan sebagainya.
 Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai efek menghambat kerja
enzime MMP. Salah satu contohnya doxycycline. Sayangnya obat
ini baru dipakai oleh hewan belum dipakai pada manusia.
 Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan dalam degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase,
protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang
sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan
sendi. Pada penelitian Rejholec tahun 1987 pemakaian GAG
selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada
lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara
statistik bermakna.
 Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan
kelompok vertebra, dan terutama terdapat pada matriks
ekstraseluler sekeliling sel. Menurut penelitian Ronca dkk (1998),
efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin melalui 3
mekanisme utama, yaitu : 1. Anti inflamasi 2. Efek metabolik
terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan. 3. Anti degeneratif
melalui hambatan enzim proteolitik dan menghambat oksigen
reaktif.
 Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas
enzim lisozim dan bermanfaat dalam terapi OA
 Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia
dam mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan
hydroxyl radicals. Secara in vitro, radikal superoxide mampu
merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang
hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara langsung.
Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide
dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA.

3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai
sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik
lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
5. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
a. Penggantian engsel (artroplasti)
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat
dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
b. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang
rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat
tulang bergerak.

H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat penanganan osteoarthritis
yang kurang tepat diantaranya yaitu:
1. Malfungsi tulang
2. Kelumpuhan
3. Osteonekrosis

I. Pencegahan
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
1. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran
2. Minum obat yang direkomendasikan dokter
3. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang
4. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban

J. Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan
stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris.
Tanda: malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
2) Kardiovaskular
Gejala: Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3) Integritas ego
Gejala: factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh
4) Makanan / cairan
Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau
cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
5) Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.

6) Neurosensory
Gejala: kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8) Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
9) Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
c. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis distruksi
sendi, ditandai dengan mengungkapkan nyeri
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,
perubahan fungsi sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan
bentuk tubuh pada sendi dan tulang.

3. Perencanaan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis Setelah diberikan Pain Management
berhubungan asuhan keperawatan  Lakukan pengkajian
dengan agen selama 3x24 jam nyeri secara
cedera biologis diharapkan nyeri komprehensif termasuk
distruksi sendi, berkurang/terkontrol lokasi, karakteristik,
ditandai dengan dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi,
mengungkapkan  Mampu kualitas dan faktor
nyeri mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab  Observasi reaksi
nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan ketidaknyamanan
tehnik  Evaluasi pengalaman
nonfarmakologi nyeri masa lampau
untuk mengurangi  Kurangi faktor
nyeri, mencari presipitasi nyeri
bantuan)  Pilih dan lakukan
 Melaporkan penanganan nyeri
bahwa nyeri (farmakologi, non
berkurang dengan farmakologi dan inter
menggunakan personal)
manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber
 Mampu mengenali nyeri untuk
nyeri (skala, menentukan intervensi
intensitas,  Ajarkan tentang teknik
frekuensi dan non farmakologi
tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk
 Menyatakan rasa mengurangi nyeri
nyaman setelah  Evaluasi keefektifan
nyeri berkurang kontrol nyeri
 Tanda vital dalam  Tingkatkan istirahat
rentang normal  Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Gangguan/kerusa Setelah diberikan Exercise therapy :


kan mobilitas fisik asuhan keperawatan ambulation
b/d deformitas selama 3x24 jam,
 Monitoring vital sign
skeletal, nyeri, diharapkanhambatan
sebelm/sesudah latihan
ketidaknyamanan, mobilisasi fisik dapat
dan lihat respon pasien
penurunan diatasi dengan kriteria :
saat latihan
.kekuatan otot  Klien meningkat
 Kaji kemampuan
dalam aktivitas
pasien dalam
fisik
mobilisasi
 Mengerti tujuan
 Latih pasien dalam
dari peningkatan
pemenuhan kebutuhan
mobilitas
ADLs secara mandiri
 Memverbalisasik
sesuai kemampuan
an perasaan
 Dampingi dan Bantu
dalam
meningkatkan pasien saat mobilisasi
kekuatan dan dan bantu penuhi
kemampuan kebutuhan ADLs ps.
berpindah  Berikan alat Bantu jika
 Memperagakan klien memerlukan
penggunaan alat  Bantu klien melakukan
Bantu untuk latihan ROM
mobilisasi  Ajarkan pasien
(walker) bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3 Defisit perawatan Setelah diberikan
Self Care assistance : ADLs
diri b/d asuhan keperawatan
 Monitor kemampuan
kelemahan, selama 3x24 jam, klien
klien untuk perawatan
kerusakan mampu merawat diri
diri yang mandiri.
persepsi dan dengan kriteria hasil :
 Monitor kebutuhan
kognitif  Klien
klien untuk alat-alat
terbebas dari bau
bantu untuk kebersihan
badan
diri, berpakaian,
 Menyatak
berhias, toileting dan
an kenyamanan
makan.
terhadap
 Sediakan bantuan
kemampuan untuk
sampai klien mampu
melakukan ADLs
secara utuh untuk
 Dapat
melakukan self-care.
melakukan ADLS
 Dorong klien untuk
dengan bantuan
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Berikan aktivitas
rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
.
4. Resiko trauma b/d Setelah diberikan Environmental
penurunan fungsi asuhan keperawatan Management safety
sendi, selama 3x24 jam,  Sediakan lingkungan
keterbatasan diharapkan klien yang aman untuk
ketahanan fisik tidak/terhindar dari pasien
resiko trauma dengan  Identifikasi kebutuhan
criteria: keamanan pasien,
 Klien terbebas dari sesuai dengan kondisi
cedera fisik dan fungsi kognitif
 Klien mampu pasien dan riwayat
menjelaskan penyakit terdahulu
faktor resiko dari pasien
lingkungan/perilak  Menghindarkan
u personal lingkungan yang

 Mampu berbahaya (misalnya

memodifikasi gaya memindahkan

hidup untuk perabotan)

mencegah injuri  Memasang side rail


tempat tidur
 Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
 Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
pasien.
 Memberikan
penerangan yang
cukup
 Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
 Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Kasjmir, Y. 2003. Penatalaksanaan Osteoartritis yang Refrakter Terhadap NSAIDs.


Dalam Penyakit Kronik dan Degeneratif – Penatalaksanaan dalam Praktek
Sehari-hari. Jakarta : Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Mubin, H. 2001. Osteoartritis. Dalam Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam -
Diagnosis dan Terapi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik
Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Setyohadi. 2000. Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis. www.
technorati favorites.com. Diakses tanggal 3 Oktober 2016
Tjokroprawiro. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga
University Press.
Zairin, N.H. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

You might also like