Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
Osteoartritis merupakan suatu
penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat yang tidak
diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa faktor resiko yang berperan.
Keadaan ini ditandai dengan kerusakan dan
hilangnya kartilago artikular yang berakibat
pada pembentukan osteofit, rasa sakit,
pergerakan yang terbatas, deformitas (Tjokroprawiro, 2007).
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran
patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi,
sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis
secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan
tulang yang membentuk persendian (Mubin, 2001).
B. Klasifikasi
Osteoartritis menurut Zairin (2008) diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan
etiologi yang mendasari terjadinya, yaitu :
1. Osteoartritis Primer
Osteoarthritis primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, tidak
memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis
primer disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada sendi yang menahan
berat tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang lemah. OA primer
sering menyerang sendi jari-jari, panggul dan lutut, tulang belakang servikal
dan lumbal, serta ibu jari. Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi
yang menahan berat badan.
2. Osteoartritis Sekunder
Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba pada
sendi. OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder
berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain:
C. Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang 40 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50%
hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevaleensi terjadinya
Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria sedangkan umur 55 tahun lebih banyak
terjadi pada wanita.
Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun,
30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoartritis lutut
prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien
OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan
pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang berat dan terus menerus bisa
mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena OA (Darmojo & Hadi, 2006).
D. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya osteoarthritis menurut Tjokroprawiro (2007)
diantaranya adalah:
1. Umur
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
7. Deposit pada rawan sendi
E. Patofisiologi
(Terlampir)
F. Manifestasi klinis
Pada umumnya, pasien Osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhan
yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan.
Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoarthritis :
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski osteoarthritis masih tergolong dini
( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur,
Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris
( salah satu arah gerakan saja ).
F. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis. Gambaran radiografi
sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah:
Penyempitan celah sendi yang seringkali
asimetris (lebih berat pada daerah yang
menanggung beban)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang
subkondral
Kista tulang
Osteofit pada pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi
2. Tes Darah
Pada pemeriksaan darah lengkap bisa terjadi anemia dan leukositosis pada OA
yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, dan
peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m).
3. Aspirasi sendi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoarthritis menurut Kasjmir (2003) dan Setyohadi
(2001) adalah sebagai berikut:
1. Istirahat sendi
Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi
ada masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan
dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti
bahwa pasien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena
nyeri.
2. Farmakologi
Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:
a. Analgesik oral
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
b. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Obat pilihan utama untuk paien OA adalah Acetaminophen 500mg
maksimal 4 gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada
pasien usia lanjut karena dapat menimbulkan reaksi pada liver dan
ginjal.
c. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan yang
dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi
pada pasien OA, sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan
tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: etrasiklin, asam
hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide
desmutase dan sebagainya.
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai efek menghambat kerja
enzime MMP. Salah satu contohnya doxycycline. Sayangnya obat
ini baru dipakai oleh hewan belum dipakai pada manusia.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan dalam degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase,
protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang
sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan
sendi. Pada penelitian Rejholec tahun 1987 pemakaian GAG
selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada
lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara
statistik bermakna.
Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan
kelompok vertebra, dan terutama terdapat pada matriks
ekstraseluler sekeliling sel. Menurut penelitian Ronca dkk (1998),
efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin melalui 3
mekanisme utama, yaitu : 1. Anti inflamasi 2. Efek metabolik
terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan. 3. Anti degeneratif
melalui hambatan enzim proteolitik dan menghambat oksigen
reaktif.
Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas
enzim lisozim dan bermanfaat dalam terapi OA
Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia
dam mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan
hydroxyl radicals. Secara in vitro, radikal superoxide mampu
merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang
hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara langsung.
Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide
dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA.
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai
sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik
lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
5. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
a. Penggantian engsel (artroplasti)
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat
dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
b. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang
rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat
tulang bergerak.
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat penanganan osteoarthritis
yang kurang tepat diantaranya yaitu:
1. Malfungsi tulang
2. Kelumpuhan
3. Osteonekrosis
I. Pencegahan
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
1. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran
2. Minum obat yang direkomendasikan dokter
3. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang
4. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban
6) Neurosensory
Gejala: kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8) Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
9) Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
c. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis distruksi
sendi, ditandai dengan mengungkapkan nyeri
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,
perubahan fungsi sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan
bentuk tubuh pada sendi dan tulang.
3. Perencanaan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis Setelah diberikan Pain Management
berhubungan asuhan keperawatan Lakukan pengkajian
dengan agen selama 3x24 jam nyeri secara
cedera biologis diharapkan nyeri komprehensif termasuk
distruksi sendi, berkurang/terkontrol lokasi, karakteristik,
ditandai dengan dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi,
mengungkapkan Mampu kualitas dan faktor
nyeri mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab Observasi reaksi
nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan ketidaknyamanan
tehnik Evaluasi pengalaman
nonfarmakologi nyeri masa lampau
untuk mengurangi Kurangi faktor
nyeri, mencari presipitasi nyeri
bantuan) Pilih dan lakukan
Melaporkan penanganan nyeri
bahwa nyeri (farmakologi, non
berkurang dengan farmakologi dan inter
menggunakan personal)
manajemen nyeri Kaji tipe dan sumber
Mampu mengenali nyeri untuk
nyeri (skala, menentukan intervensi
intensitas, Ajarkan tentang teknik
frekuensi dan non farmakologi
tanda nyeri) Berikan analgetik untuk
Menyatakan rasa mengurangi nyeri
nyaman setelah Evaluasi keefektifan
nyeri berkurang kontrol nyeri
Tanda vital dalam Tingkatkan istirahat
rentang normal Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)