You are on page 1of 7

Suhendarwati et al.

Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 19

Pengaruh Konsentrasi Larutan Kalium Hidroksida pada Abu Dasar


Ampas Tebu Teraktivasi

The Influence of Potassium Hydroxide Concentrations on the Activated Baggase Bottom Ash

Lina Suhendarwati1, Bambang Suharto2*, Liliya Dewi Susanawati2


1Mahasiswa keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
2Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145

*Email Korespondensi: bambangs@ub.ac.id

Abstrak

Bagas (bagasse) merupakan limbah ampas tebu yang sekarang ini telah dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pada pengolahan gula itu sendiri. Pembakaran ini menghasilkan abu terbang
(bagasse fly ash/BFA) yang kaya akan silika dan abu dasar ampas tebu (bagasse bottom ash/BBA)
yang sebagian besar tersusun dari karbon. Kalium hidroksida merupakan salah satu bahan
pengaktif yang baik. Limbah abu dasar ampas tebu dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif
dengan kualitas baik melalui proses aktivasi kimia dengan beberapa konsentrasi kalium
hidroksida. Variasi konsentrasi larutan kalium hidroksida (KOH) yaitu 1M, 2M, 3M, 4M, dan
5M. Metode aktivasi menggunakan konsentrasi KOH 5 M didapatkan karakteristik yang lebih
mendekati standar mutu karbon aktif, daya serap terhadap iodin sebesar 426.48 mg g-1, daya
serap terhadap methylene blue sebesar 21.04 mg g-1, berat jenis sebesar 1.14 g mL-1, kadar air
sebesar 6.98%, dan kadar abu sebesar 48.19%.

Kata Kunci : Abu dasar ampas tebu, Kalium Hidroksida, Karbon Aktif

Abstract

Baggase is sugar cane waste used as main composition in sugar processing. Nowadays, it is used as fuel
in its producing process. This combustion produces Baggase Fly Ash (BFA) which rich of silica and
Baggase Bottom Ash (BBA) which mainly consists carbon. Potassium Hydroxide was one of good
activating agent. Baggase bottom ash waste can be produced good quality activated carbon by chemical
activation process with some potassium hydroxide concentrations. Variation of potassium hydroxideare
1M, 2M, 3M, 4M, and 5M. The activation method using potassium hydroxide concentration of 5 M to
get activated carbon characterswas more nearby of quality standard, 426.48 mg g-1 for iodine absorption,
21.04 mg g-1 for blue methylene absorption, 1.14 g mL-1 of density, 6.98% of water content and 48.19% of
ash content.

Keywords : Activated Carbon, Baggase Bottom Ash, Potassium Hydroxide

PENDAHULUAN atas cerobong dan abu dasar yaitu abu


ampas tebu yang keluar lewat bagian
Bagasse atau ampas tebu adalah zat padat bawah ketel (Srivastava et al., 2005). Abu
yang didapatkan dari sisa pengolahan tebu dasar ampas tebu saat ini di PG. Kebon
pada industri pengolahan gula pasir. Agung hanya dimanfaatkan sebagai pupuk.
Sebagian besar digunakan sebagai bahan Pemanfaatan abu dasar ampas tebu yang
bakar ketel (boiler) yang menghasilkan kurang optimal, sedangkan ketersediaan
limbah hasil pembakaran berupa abu yang melimpah dan potensi yang dimiliki
ampas tebu. Abu ampas tebu yang sebagai adsorben sangat baik sesuai dengan
dihasilkan dari ketel dibedakan menjadi penelitian (Suksabye, 2011) yang
dua macam, antara lain abu terbang yaitu menunjukkan efisiensi dekolorasi lebih
abu ampas tebuyang keluar lewat bagian besar dari adsorben dengan bahan baku
Suhendarwati et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 20

lainnya, hal ini menjadi pertimbangan dimanfaatkan sebagai adsorben, salah


untuk memanfaatkan abu dasar ampas satunya adalah karbon.
tebu ini menjadi karbon aktif.
Karbon aktif adalah senyawa Proses aktivasi abu dasar ampas tebu
karbon yang telah diproses dengan cara Abu dasar ampas tebu diayak
aktivasi sehingga senyawa tersebut menggunakan ayakan 100 mesh agar dapat
memiliki pori dan luas permukaan yang memiliki ukuran yang seragam. Bahan
sangat besar dengan tujuan untuk berukuran seragam yang didapatkan
meningkatkan daya adsorpsinya. Karbon direndam selama 5 jam menggunakan
aktif merupakan material yang unik karena bahan aktivasi KOH dengan lima variasi
memiliki pori dengan ukuran skala konsentrasi kadar KOH yakni 1 M, 2 M, 3
molekul (nanometer). Pori tersebut M, 4 M dan 5 M. Bahan dioven dan dicuci
memiliki gaya Van der Waals yang kuat menggunakan asam klorida (HCl) 0.1 M,
(Arfan, 2006). kemudian dilanjutkan dengan pencucian
Umumnya karbon aktif dapat menggunakan aquades panas berulang kali
dibuat melalui proses aktivasi fisika sampai filtrat mempunyai pH netral lalu
maupun kimia. Penggunaan jenis bahan bahan hasil pencucian dioven kembali.
aktivasi pada proses aktivasi kimia dapat Pengujian parameteryang dilakukanadalah
memberikan pengaruh yang berbeda-beda karakteristasi karbon aktif, meliputi daya
terhadap luas permukaan maupun volume serap terhadap iodin (I2), adsorpsi methylen
pori-pori karbon aktif yang dihasilkan. blue, berat jenis, kadar air, dan kadar abu.
Proses aktivasi menggunakan bahan
aktivasi kalium hidrosida (KOH) Karakterisasi karbon aktif BBA
menghasilkan karbon aktif dengan luas 1. Penentuan Daya Serap Iodin
permukaan 3000 m2 g-1 (Teng, 1999). Dari Sampel kering sebanyak 0.5 g dimasukkan
hasil penelitian tersebut maka KOH ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 25
merupakan salah satu bahan aktivasi kimia ml larutan I2 0.1 N, kemudian dikocok
yang baik pada proses aktivasi pembuatan selama 15 menit pada suhu kamar dan
karbon aktif. Penggunaan bahan aktivasi selanjutnya disaring. Filtrat sebanyak 10
yang baik diharapkan dapat menghasilkan mL dititrasi dengan larutan Natrium
daya adsorpsi besar pada pemanfaatan abu Tiosulfat (Na2S2O3) 0.1 N hingga berwarna
dasar ampas tebu (Baggase Botom Ash) kuning muda lalu diberi beberapa tetes
menjadi karbon aktif. larutan amilum 1% dan titrasi dilanjutkan
Tujuan penelitian ini adalah sampai warna biru tepat hilang. Daya Serap
mengetahui pengaruh penambahan Iodin dapat ditentukan dengan persamaan
konsentrasi KOH terhadap karakterisasi sebagai berikut (ASTM, 1999).

karbon aktif dari abu dasar ampas tebu
(Bagasse Bottom Ash) yang meliputi daya DSI =

serap iodin dan methylene blue, berat jenis, Dimana :
kadar air, kadar abu. Mengetahui hasil DSI = Daya Serap Iodin (mg g-1)
perlakuan terbaik yang dilakukan dalam mL sampel = filtrat yang dititrasi (10 mL)
penelitian ini. T = volume titrasi Na2S2O3(mL)
C1 = konsentrasi Na2S2O3(N)
METODE PENELITIAN C2 = konsentrasi Iodin (N)
WI = berat iod (12.693 mg mL-1)
Bahan baku yang digunakan dalam Fp = faktor pengenceran (2.5)
penelitian ini adalah abu dasar ampas tebu
(BBA) yang didapatkan dari PG. Kebon 2. Penentuan Daya Serap Methylene Blue
Agung, Malang. Bahan baku BBA Pertama dilakukan penentuan panjang
dihasilkan dari pembakaran ampas tebu maksimum, dibuat larutan metilen blue 4
dalam boiler dan diambil dari bagian ppm sebanyak 20 mL. Absorbansi diukur
bawah boiler. BBA banyak mengandung pada panjang gelombang 660-669 nm
kandungan kimia yang dapat menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Suhendarwati et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 21

(Spectro 20D plus spectrophotometer). W$ W&


ρKA = = × ρ ,
Didapatkan kurva standar metilen blue V$ W' − W( + W&
berdasarkan absorbansi dari berbagai
larutan standar metilen blue 0, 1, 2, 3, dan 4 4. Penentuan Kadar Air
ppm (digunakan larutan yang mempunyai Karbon aktif ditimbang 1-2 g dalam cawan
absorbansi lebih kecil dari satu) pada petridish kemudian dikeringkan pada oven
panjang gelombang maksimum. Dari kurva 100-105 ℃ selama 3-5 jam tergantung bahan.
standar metilen blue didapatkan besar Karbon aktif didinginkan dalam destikator
konsentrasi larutan metilen blue yang dan ditimbang. Kemudian dipanaskan lagi
diserap oleh adsorben. dalam oven 30 menit, didinginkan dalam
Kurva standar dengan regresi linier : destikator, perlakuan ini diulang sampai
y = ax + b tercapai berat konstan (selisih
Karbon aktif sebanyak 0.1 g ditambahkan penimbangan berturut–turut kurang dari
larutan metilen blue 100 ppm sebanyak 20 0.2 mg). Menurut Sudarmadji (1984), kadar
mL kemudian ditempatkan dalam air dapat ditentukan dengan persamaan
Erlenmeyer 50 mL dan ditutup alumunium sebagai berikut :
./ .$0,
foil, sampel diaduk menggunakan shaker Kadar Air (%) =
./
selama 60 menit (didapatkan dari optimasi
pengocokan 15, 30, 45, 60, dan 75 menit).
5. Penentuan Kadar Abu
Larutan hasil pengadukan disaring dan
Satu gram karbon aktif dimasukkan dalam
filtratnya dianalisis menggunakan
tanur dan dibakar pada temperatur 650 ℃.
spektrofotometer UV-Vis (Spectro 20D plus
Setelah 120 menit dikeluarkan dan
spectrophotometer) pada panjang gelombang
didinginkan dalam desikator selama 30
maksimum yang telah diperoleh.
menit, kemudian ditimbang. Prosedur
Absorbansi yang dihasilkan dari
tersebut dilakukan berulang-ulang dengan
pengukuran UV-Vis dimasukkan dalam
selang waktu yang sama sampai tercapai
persamaan linier kurva standar untuk
berat konstan (dua kali penimbangan
mengetahui konsentrasi akhir metilen blue
berturut-turut selisihnya tidak lebih dari 0.2
yang diserap oleh karbon aktif ditentukan
mg). Kadar abu dihitung dengan rumus
berdasarkan perbedaan konsentrasi metilen
(AOAC, 1990) :
blue sebelum dan sesudah penyerapan. 1
Konsentrasi metilen blue dalam filtrate Kadar abu (Ac) = 3 100%
2 1
merupakan berat teradsorpsi maksimum
(Mustafa & Noor, 2003). Jumlah metilen blue Rancangan percobaan yang
yang teradsorpsi dapat dtentukan dengan digunakan dalam penelitian ini adalah
rumus Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola
− Searah (One way classification) yang terdiri
=
dari satu faktor yaitu konsentrasi larutan
KOH yang terdiri dari lima perlakuan.
3. Penentuan Berat Jenis Penelitian dilakukan dengan tiga kali
Piknometer 25 mL dikeringkan kemudian ulangan. Analisa data menggunakan one-
ditimbang dan ditambah dengan aquades. way ANOVA.
Setelah penambahan aquades, piknometer
ditimbang lagi, volume aquades di kurangi HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 5 mL kemudian karbon aktif
sebanyak 0.2 g dimasukan ke dalam Kandungan karbon bahan baku abu dasar
piknometer kemudian didiamkan sampai ampas tebu PG. Kebon Agung ini adalah
karbon mengendap lalu ditambah aquades sebesar 18.66%. Beberapa karakterisasi
sampai penuh, piknometer di timbang dilakukan pada penelitian ini untuk
sampai didapatkan berat konstan. Berat mengetahui kualitas aktivasi BBA yang
jenis dapat ditentukan dengan persamaan dihasilkan.
berikut (Zamrudy, 2008) :
Suhendarwati et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 22

1. Daya Serap Iodin karbon aktif BBA permukaan yang dimiliki oleh adsorben.
Daya serap terhadap iodin ditentukan Hasil analisa statistik yang didapatkan
dengan tujuan mengetahui kemampuan menunjukkan adanya pengaruh KOH yang
adsorpsi dari adsorben yang dihasilkan sangat nyata pada aktivasi BBA terhadap
terhadap larutan berbau. Daya serap daya serap methylene blue (P<0.01).
terhadap iodin adalah jumlah miligram Hubungan perbedaan konsentrasi KOH
iodin yang diadsorpsi oleh satu gram terhadap daya serap iodin dapat dilihat
karbon aktif. Hasil analisa statistik pada Gambar 2.
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
perbedaan konsentrasi KOH yang sangat 22
nyata pada aktivasi BBA terhadap daya 21,5
serap iodin (P<0.01). Hubungan antara ) 21
g
/ 20,5
konsentrasi KOH terhadap daya serap g
m
iodin dapat dilihat pada Gambar 1. ( 20
p y = 0,4139x + 19,439
ar R² = 0,5299
es 19,5
450 a 19
400 y
a
) D18,5
/g350
g 18
m 300 y = 36,222x + 246,51
(
0 1 2 3 4 5 6
i 250
n R² = 0,9895
d200 Konsentrasi KOH (Molar)
o
I
a150
k
g100
n Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi
A 50 KOH terhadap daya serap Methylene Blue
0
0 1 2 3 4 5 6 Nilai daya serap methylene blue BBA
Konsentrasi KOH (Molar) tertinggi dihasilkan pada konsentrasi KOH
5 M sebesar 21,04 mg g-1. Nilai daya serap
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi methylene blue BBA sebelum dan setelah
KOH terhadap daya serap Iodin proses aktivasi meningkat dari 18.32 mg g-1
Nilai daya serap iodin terbesar mencapai 21.04 mg g-1. Daya serap
didapatkan pada aktivasi dengan methylene blue dapat digunakan untuk
konsentrasi KOH 5 M sebesar 426.48 mg g-1. menentukan luas permukaan dari suatu
Aktivasi dengan larutan KOH mampu karbon aktif. Daya serap yang semakin
meningkatkan daya serap iodin BBA dari besar menunjukkan bahwa luas permukaan
248.56 mg g-1 mencapai 426.48 mg g-1. karbon aktif juga semakin besar. Daya
Menurut (Tutik & Faizah, 2001), daya serap serap terhadap metilen biru sebanding
karbon aktif semakin kuat bersamaan dengan luas permukaan adsorben
dengan meningkatnya konsentrasi dari (Widihati et al, 2012), hal ini menunjukkan
aktivator yang ditambahkan. Penambahan karbon aktif BBA dengan daya serap
aktivator memberikan pengaruh yang kuat methylene blue terbesar yaitu pada
untuk mengikat senyawa-senyawa tar konsentrasi KOH 5 M sebesar 21.04 mg g-1
keluar melewati mikro pori-pori dari memiliki luas permukaan paling besar.
karbon aktif sehingga permukaan dari Luas permukaan karbon aktif yang
karbon aktif tersebut semakin lebar atau semakin besar mampu mengadsorpsi
luas yang mengakibatkan semakin besar larutan methylene blue semakin banyak, hal
pula daya serap karbon aktif tersebut. ini diakibatkan karena semakin besarnya
bidang kontak yang menyerap adsorbat.
2. Daya Serap terhadap Methylene Blue
Karbon Aktif BBA 3. Berat Jenis Karbon Aktif BBA
Penentuan daya serap terhadap methylene Berat jenis merupakan parameter yang
blue dilakukan dengan tujuan untuk dapat digunakan untuk mengetahui
mengetahui kemampuan adsorpsi karbon volume pori karbon aktif. Berat jenis kecil
aktif BBA yang dihasilkan terhadap larutan menunjukkan adanya pengembangan
berwarna. Penentuan ini juga dapat struktur pori dan membuat luas
digunakan untuk mengetahui luas permukaan karbon aktif menjadi
Suhendarwati et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 23

besar.Analisastatistik menunjukkan adanya


pengaruh konsentrasi KOH yang sangat 8
nyata terhadap berat jenis karbon aktif BBA 7
(P<0.01). Hubungan hasil berat jenis karbon
)6
aktif BBA pada perlakuan berbagai %
(5
konsentrasi KOH dapat dilihat pada ira
Gambar 3. ra4
d3 y = 1,0613x + 1,6857
1,8 a
K2 R² = 0,9799
1,6
1
1,4
Berat jenis (g/mL)

1,2 0
1 0 1 2 3 4 5 6
y = -0,136x + 1,663
0,8 R² = 0,7274 Konsentrasi (Molar)
0,6
0,4 Gambar 4. Hubungan antara konsentrasi
0,2 KOH terhadap Kadar Air
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi KOH (Molar) Kandungan air karbon aktif yang
besar dapat menurunkan kualitas dari daya
Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi adsorpsi yang dimilikinya. Sesuai dengan
KOH terhadap Berat Jenis yang diungkapkan (Pari, 1996), bahwa
Hasil terbaik terjadi pada konsentrasi kadar air yang tinggi akan mengurangi
4 M dengan hasil berat jenis terkecil yaitu daya jerap arang aktif terhadap gas
sebesar 1.09 g mL-1. Secara umum, proses maupun cairan gas. Oleh karena itu, karbon
aktivasi dengan konsentrasi KOH yang aktif BBA diharapkan memiliki kandungan
semakin besar menghasilkan karbon aktif air yang rendah. Peningkatan kadar air
BBA dengan berat jenis yang semakin hingga 6.98% tidak mengurangi daya serap
menurun sampai pada konsentrasi tertentu. yang dimiliki oleh karbon aktif BBA yang
Aktivasi karbon aktif BBA dapat dihasilkan, hal ini ditunjukkan pada hasil
mengurangi berat jenis dari 1.71 g mL-1 analisa daya serap terhadap iodin dan
mencapai 1.09 g mL-1. Sesuai dengan methylene blue yang semakin meningkat
pendapat (Lartey & Acquah, 1999), dengan konsentrasi bahan pengaktif KOH
perubahan berat jenis karbon aktif yang semakin besar.
berlawanan arah dengan angka Iodin, yaitu
nilai berat jenis yang semakin kecil akan 5. Kadar Abu Karbon Aktif BBA
menyebabkan peningkatan angka Iodin. Kadar abu merupakan sisa mineral yang
tertinggal setelah pembakaran pada suhu
4. Kadar Air Karbon Aktif BBA 500-800 ℃. Analisa stastistik menunjukkan
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwakonsentrasi KOH yang dilakukan
pengaruh konsentrasi larutan KOH yang berpengaruh sangat nyata pada aktivasi
sangat nyata terhadap kadar air karbon karbon aktif BBA (P<0.01). Hubungan hasil
aktif BBA (P<0.01). Karbon aktif bersifat kadar abu setiap perlakuan pada aktivasi
higroskopis sehingga mudah menyerap karbon aktif BBA dapat dilihat pada
uap air dari udara. Hubungan hasil kadar Gambar 5.
air karbon aktif BBA pada setiap perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 4.
Suhendarwati et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 24

SIMPULAN
90
80
Penambahan konsentrasi KOH yang
) 70
% semakin meningkat menghasilkan
( 60
u50
b karakteristik karbon aktif abu dasar ampas
a y = -6,7118x + 83,011
r40
a R² = 0,9887 tebu yang semakin baik, karakteristik
d30 tersebut meliputi daya serap terhadap
a
K
20 iodin, daya serap terhadap methylene blue,
10 berat jenis, kadar air, dan kadar abu.
0
0 1 2 3 4 5 6
Hasil terbaik karbon aktif BBA
Konsentrasi KOH (Molar) dalam penelitian ini didapatkan pada
perlakuan konsentrasi KOH sebesar 5 M
Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi dengan hasil analisa karakterisasi hampir
KOH terhadap Kadar Abu mendekati standar mutu SNI 06-3730-1995,
antara lain daya serap terhadap iodin
Hasil terbaik didapatkan pada
sebesar 426.48 mg g-1, daya serap terhadap
kadar abu yang paling rendah yaitu pada
methylene blue sebesar 21.04 mg g-1, berat
konsentrasi KOH 5 M sebesar 48.19%.
jenis sebesar 1.14 g mL-1, kadar air sebesar
Proses aktivasi yang dilakukan mampu
6.98%, dan kadar abu sebesar 48.19%.
mengurangi kadar abu 81.45% hingga
48.19%. Proses aktivasi menggunakan KOH
DAFTAR PUSTAKA
mampu mendegradasi kandungan mineral
BBA yang dapat menyumbat pori–pori
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis
karbon aktif BBA. Keberadaan abu yang of the Association of Official
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya Analytical Chemists. Washington,
penyumbatan pori-pori karbon aktif D.C: AOAC inc.
sehingga luas permukaan karbon aktif Arfan Y. 2006. Pembuatan Karbon Aktif
menjadi berkurang (Scroder, 2006). Berbahan Dasar Batubara Dengan
Secara umum karakterisasi hasil Perlakuan Aktivasi Terkontrol
aktivasi BBA belum memenuhi standar Serta Uji Kinerjanya. Depok :
mutu karbon aktif SNI 06-3730-1995. Hasil Departemen Teknik Kimia FT-UI.
aktivasi yang belum memenuhi standar ASTM. 1999. Standard Test Method for
tersebut dapat disebabkan oleh konsentrasi Determination of Iodine Number of
KOH yang kurang besar atau waktu Activated Carbon. American
aktivasi yang kurang lama, sehingga proses Society for Testing and Material,
pengembangan pori belum dapat terbuka Philadelpia.
dengan sempurna. Selain itu dapat juga Lartey R.B. and Francis Acquah. 1999.
dipengaruhi oleh kandungan karbon yang Developing National Capability
dimiliki bahan baku BBA rendah, sehingga For Manufacture Of Activated
sedikit karbon yang berhasil teraktivasi, Carbon From Agricultural Wastes.
serta adanya kandungan pengotor lain Institute Of Industrial Research,
yang menyebabkan terbentuknya karbon Csir, Ghana. Published In The
aktif menjadi terhambat. Namun proses Ghana Engineer Reprinted With
aktivasi karbon aktif BBA yang telah Ghie Permission By The African
dilakukan memberikan peningkatan Technology Forum.
kualitas atau kemampuan adsorpsi yang Mustafa J. Noor A.M. 2003. Pembuatan dan
dimiliki. Peningkatan kualitas tersebut Karakterisasi Karbon Aktif dari
menunjukkan bahwa proses aktivasi Ban Bekas dan Penggunaannya
menggunakan KOH telah memberikan untuk Penyerapan Ion-Ion Logam
pengaruh terhadap hasil aktivasi BBA. dalam Larutan. Jurnal Kimia
Andalas 9, 11-15.
Pari G. 1996. Kualitas Arang Aktif dari 5
Jenis Kayu. Buletin Penelitian Hasil
Hutan 14, 60-68.
Suhendarwati et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 25

Scroder Eliabeth. 2006. Experiment on the


Generation of activated carbon
from Biomass. Institute for Nuclear
ang energy Technologies
Forschungs Karlsruhe, Germany,
106-111.
Srivastava V.C., Prasad B., Misra I.M., Mall
I.D. 2005. Prediction Of
Breakthrough Curves for Sorptive
Removal Of Phenol By Bagasse Fly
Ash Packed Bed. Ind.Eng.Chem.Res
47, 1603-1613.
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono,
dan Suhardi. 1984. Prosedur
Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Suksabye Parindra. 2011. Application Of
Baggase Bottom Ash Activated
Carbon For Decolorization Of
Bleaching Process In Vegetable Oil
Industry. International Conference Of
Agriculture Engineering CIGR-Ageng
2012. Valencia, Spain.
Teng Hsisheng, Hsu Li-Yeh.1999. High-
Porosity Carbons Prepared from
Bituminous Coal with Potassium
Hydroxide Activation. Ind.Eng.
Chem. Res 38, 2947-2953.
Tutik M dan Faizah H. 2001. Aktifasi
Arang Tempurung Kelapa Secara
Kimia dengan Larutan Kimia
ZnCl2, KCl dan HNO3. Jurusan
Teknik Kimia UPN. Yogyakarta.
Widihati, Ida Ayu Gede Ni G. A. M. Dwi
Adhi Suastuti, dan M. A. Yohanita
Nirmalasari. 2012. Studi Kinetika
Adsorpsi Larutan Ion Logam
Kromium (Cr) Menggunakan
Arang Batang Pisang (Musa
paradisiaca). Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Udayana. Bukit
Jimbaran.
Zamrudy Windi. 2008. Pembuatan Karbon
Aktif dari Ampas Biji Jarak Pagar
(Jatropha Curcas Linn). Jurnal
Teknologi Separasi 1, 1978-8789.

You might also like