Topical Olopatadine Hydrochloride versus Ketotifen Fumarate for
Allergic Conjunctivitis
Pembimbing : dr. Arief Priyadi, Sp.M
Oleh : Syifa Febriana 2013730181
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R. SYAMSUDIN SH SUKABUMI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018 JOURNAL READING
RSUD R. SYAMSUDIN SH, SUKABUMI
ILMU KESEHATAN MATA
I. Judul Jurnal Topical Olopatadine Hydrochloride versus Ketotifen Fumarate
for Allergic Conjunctivitis II Latar Belakang Konjungtivitis alergi (AC) adalah kondisi mata atopik, yang berhubungan dengan gatal, kemerahan, mata berair, nyeri, sensasi terbakar, dan sensasi benda asing yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (QOL. Konjungtivitis alergi adalah gangguan peradangan pada membrane mukosa yang melapisi sklera yang disebabkan oleh kekebalan tubuh yang dimediasi Immunoglobulin E atau reaksi hipersensitivitas langsung akibat kontak langsung alergen dengan permukaan konjungtiva pasien yang telah tersensitisasi, yang memicu aktivasi sel mast dan pelepasan mediator yang berbeda. Gejala yang dipicu oleh proses peradangan alergi dapat dikendalikan dengan pemberian antihistamin, stabilisator sel mast, obat antiinflamasi non-steroid (NSAIDs), dan kortikosteroid. Olopatadine HCl topikal 1 mg / ml dan ketotifen fumarat 250 mg / ml memiliki efek stabilisasi sel mast dan sifat antihistamin yang dapat mengurangi gejala akibat proses alergi. III. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan olopatadine dan ketotifen topical dalam hal keefektifan dan keamanan untuk penatalaksanaan konjungtivitis alergi. Pasien berusia di atas 8 tahun, yang didiagnosis konjungtivitis IV. Metodologi alergi secara klinis dan bersedia memberikan informed consent Penelitian direkrut. Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-masing 60 pasien dan menerima olopatadine HCl 0,1% atau ketotifen fumarate 0,025%. Gejala dan tanda yang dialami pasien dinilai menggunakan skala, dengan skor mulai dari 0 hingga 16. Kualitas hidup setiap pasien dinilai menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan, dengan skor mulai dari 0 hingga 90. Mereka kemudian di follow up pada Hari ke 4, 15, dan 30 untuk mengevaluasi gejala, tanda, dan skor kualitas hidup (QOL). Skor konjungtivitis alergi dan kualitas hidup di dalam dan di antara kelompok dianalisis masing-masing menggunakan R - ANOVA dan t-test tidak berpasangan. Data kategori dianalisis menggunakan tes Chi- square. Signifikansi statistik ditetapkan pada P <0,05. Terdapat total 120 pasien (67 pria dan 53 wanita) dengan usia V. Hasil rata-rata 36,35 ± 11 tahun. Dibandingkan dengan baseline, skor gatal, berair, kemerahan, pembengkakan kelopak mata, kemosis dan papila tambahan dari semua skor individual yang disebutkan di atas dan skor kualitas hidup berkurang secara signifikan (P = 0,001) pada hari ke-4 dan ke-15 dari pemakaian olopatadine dan ketotifen. Dibandingkan dengan ketotifen, olopatadine secara signifikan mengurangi gatal, berair, hiperemia,dan total skor konjungtivitis alergi pada hari ke-4 (P = 0,001) dan papilla konjungtiva pada hari ke-15 (P = 0,001). Terdapat pengurangan skor kualitas hidup yang signifikan pada hari ke-4 dan ke-15 setelah pemberian baik olapatadine maupun ketotifen (P=0.001). Reaksi yang merugikan dilaporkan masing-masing sebesar 10% dan 18% pasien yang diobati dengan olopatadine dan ketotifen. yang paling umum adalah sakit kepala (Olopatadine 4%, Ketotifen 13%) dan sensasi terbakar di mata (Olopatadine 3%, Ketotifen 5%). Biaya olopatadine HCL (1 vial) per pasien adalah 84 rupee dan biaya ketotifen fumarat (2 vial) untuk setiap pasien adalah 114 rupee. VI. Kesimpulan Konjungtivitis alergi dapat diobati dengan antihistaminik topikal, stabilisator sel mast, NSAID, dan steroid. Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pasien yang menerima olopatadine HCl 0,1% memiliki gejala yang lebih cepat membaik dibandingkan ketotifen fumarate 0,025%. Selain itu, olopatadine memberikan efek samping yang lebih sedikit. Kedua obat meningkatkan kualitas hidup hingga tingkat yang sama. VII. Rangkuman & Konjungtivitis alergi (AC) adalah suatu kondisi mata atopik. Hasil Pembelajaran Konjungtivitis karena rangsangan non infeksius antara lain adalah konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi perennial, yang mempengaruhi individu pada semua kelompok umur, terutama anak-anak. Gejala konjungtivitis alergi musiman, yang dapat mempengaruhi kedua mata, diperparah karena variasi musiman atau keberadaan debu. Gejala okular dan tanda-tandanya antara lain gatal, mata berair, hiperemia konjungtiva, pembengkakan kelopak mata, chemosis, dan sensasi benda asing, yang jika tidak ditangani dapat menjadi lebih buruk. Konjungtivitis alergi dapat diobati dengan meminimalkan kontak allergen dengan konjungtiva, melalui serangkaian langkah-langkah pencegahan (yaitu, pengendalian lingkungan, kompres dingin, pelumas mata tanpa pengawet, dan kontak lensa). Selanjutnya, gejala yang dipicu oleh proses peradangan alergi dapat dikendalikan dengan pemberian antihistamin, stabilisator sel mast, obat antiinflamasi non- steroid (NSAIDs), dan kortikosteroid. Dalam penelitian ini, rasio pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu 1,2: 1. Selain itu, pada penelitian ini, salah satu faktor yang memperparah untuk konjungtivitis alergi adalah perubahan musim (musim panas; 25 pasien kelompok olapatadine dan 16 pasien kelompok ketotifen) dan debu (17 pasien kelompok olapatadine dan 18 pasien kelompok ketotifen).