You are on page 1of 7

Jurnal Photon Vol. 7 No.

2, Mei 2017

ANALISIS MINIMISASI LIMBAH PADAT MEDIS DI RS PB

Elnovrian Purnama Saghita, Thamrin, Dedi Afandi

Alumni Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru, Jl. Pattimura
Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru, Jl. Pattimura
No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742.
e-mail: saghitaovie@gmail.com

ABSTRACT
This research was conducted between February and April 2016 and is housed in RS PB. This study aims to
analyze the medical solid waste minimization. The method used is survey method with qualitative descriptive
research. Based on this research, medical solid waste minimization efforts that have been done of medical
waste segregation, House keeping, preventive maintenance, and management of materials, while only limited
efforts to use waste reuse (reuse). Recycling (recycle) and recovery (recovery) of medical waste has not done
RS PB. Based on 2004 and 1204 Kepmenkes PP 18 jo 85, 1999, sorting and storage of medical waste is not
eligible.

Keywords: Minimization of Waste, Solid Waste Medical.

1. PENDAHULUAN kegiatan medis maupun non medis. Hasil


Pertumbuhan penduduk menyebabkan buangan ini akan berdampak terhadap
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pasien, pengunjung, masyarakat
kesehatan meningkat, sehingga produksi limbah sekitar rumah sakit, petugas yang menangani
yang dihasilkan bertambah. Jumlah limbah secara langsung, bahkan pada lingkungan alam
medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan sekitar (Silvia, 2004).
diperkirakan semakin lama semakin meningkat, Pengelolaan limbah rumah sakit memiliki
penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, banyak kendala. Kendala yang umum
puskesmas, balai pengobatan, maupun ditemukan dalam pengelolaan limbah adalah
laboratorium medis yang terus bertambah biaya pengelolaan yang mahal karena terkait
(Pratiwi, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan dengan teknologi tinggi, mekanisme
Indonesia tahun 2013 yang dikeluarkan operasional dan pemantauan serta pemeliharaan
Kementerian Kesehatan, sejak tahun 2011 pengelolaan limbah dan juga benturan yang
sampai 2013 terjadi peningkatan jumlah rumah berhubungan dengan kebijakan pemerintah.
sakit baik rumah sakit umum maupun rumah Pengelolaan limbah padat rumah sakit
sakit khusus. Pada tahun 2011 terdapat 1.721 merupakan salah satu indikator baik tidaknya
rumah sakit di Indonesia, jumlah ini naik manajemen rumah sakit, ketika pengelolaan
menjadi 2,228 unit pada tahun 2013. (Ditjen limbah padat tersebut tidak terkelola dengan
Bina Upaya Kesehatan RI, 2014). Menurut baik, maka manajemen rumah sakit tersebut
Pruss, et al. (2005) menjelaskan bahwa rumah dapat dinilai buruk dan sebaliknya jika
sakit menghasilkan 75 - 90% limbah padat non manajemen limbah padat baik maka manajemen
medis, sisanya adalah limbah padat yang rumah sakit tersebut baik pula. Pengelolaan
bersifat medis. Selanjutnya kajian World Health limbah yang tidak baik dapat memicu risiko
Organization (WHO) (1999), menjelaskan rata- terjadinya kecelakaan kerja dan penularan
rata produksi limbah rumah sakit di negara- penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke
negara berkembang sekitar 1-3 kg/TT.hari, pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan
sementara di negara-negara maju (Eropa, kepada masyarakat pengunjung rumah sakit
Amerika) mencapai 5-8 kg/TT.hari. Rumah (Aida, 2008). Peningkatan jumlah pengunjung
sakit menghasilkan bermacam–macam buangan tersebut berkorelasi dengan kuantitas timbulan
berbentuk cair, padat, dan gas yang berasal dari limbah padat dari pelayanan rumah sakit.

FMIPA-UMRI 1
Vol. 7 No.2, Mei 2017 Jurnal Photon

Aruna, et al. (2011) menjelaskan bahwa RS PB merupakan rumah sakit rujukan


dampak yang muncul akibat kontak dengan Pemerintah Provinsi Riau dan telah ditetapkan
limbah medis yang berasal dari fasilitas rumah sebagai rumah sakit umum kelas C yang
sakit adalah infeksi yang ditularkan melalui berpotensi mencemari lingkungan dan
darah, cairan tubuh, tinja, muntahan, dan lain- kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta
lain yaitu dapat menyebabkan masuknya agen penularan penyakit.
penyebab penyakit, misalnya infeksi virus pada Berdasarkan fakta dan kondisi tersebut,
darah. Kasus di Kota Bangladesh adanya maka perlu dilakukan penelitian untuk
pemulung yang mengumpulkan limbah medis mengetahui upaya minimisasi limbah padat
seperti jarum suntik, botol infus, kantong darah, medis di RS PB.
dan lain – lain yang digunakan kembali
menyebabkan infeksi seperti AIDS dan 2. METODOLOGI PENELITIAN
hepatitis (Tamplin et al, 2005). Askarian, et al. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
(2004) melakukan survey pada manajemen dan Februari–April 2016. Tempat penelitian di RS
pembuangan limbah klinis di rumah sakit PB. Penelitian ini menggunakan metode survei.
swasta di Provinsi Fars, Iran. Dalam penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
ini, jumlah berbagai jenis limbah diproduksi di kualitatif, yaitu menganalisis beberapa variabel
rumah sakit ditentukan dan hubungan antara yang diteliti antara lain sumber, jenis, dan
berat sampah yang dihasilkan dan beberapa jumlah limbah padat medis di RS PB dan upaya
faktor seperti jumlah tempat tidur, status minimisasi limbah medis meliputi reduksi pada
ekonomi, sosial dan budaya pasien dan kondisi sumber dan pemanfaatan limbah (reuse, recycle
umum rumah sakit. dan recovery) serta sistem pengelolaan limbah
Bdour, et al. (2007), melakukan survey padat medis yang dilakukan oleh RS PB.
pada semua metode yang ada untuk penanganan Jenis data yang digunakan dalam
dan pengelolaan pembuangan limbah medis. penelitian ini adalah data primer dan data
Dalam studinya, metode statistik yang sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan
digunakan untuk mengembangkan model dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.
matematika dalam memprediksi jumlah limbah Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini
rumah sakit. Selain itu, faktor penting dalam adalah menggunakan metode analisis deskriptif
penelitian pengelolaan limbah padat meliputi kualitatif, yaitu menggambarkan seluruh data
jumlah pasien, jumlah tempat tidur, dan jenis atau fakta yang diperoleh dihubungkan dengan
rumah sakit. tujuan dan penafsiran terhadap hasil analisis
Melihat fakta masalah limbah di rumah deskriptif.
sakit tersebut, maka para pengelola rumah sakit
sudah selayaknya menerapkan program 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
minimisasi limbah untuk mengamankan rumah RS PB merupakan rumah sakit milik
sakit dari terjadinya pencemaran dan penularan Pemerintah Provinsi. RS PB dalam memberikan
aneka kuman penyakit dari limbah yang pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
dihasilkannya. Minimisasi limbah (waste sesuai dengan visi, misi dan tugas pokok dan
minimization) yaitu upaya mengurangi volume, fungsinya tidak terlepas dari tanggung jawab
konsentrasi, toksisitas (daya racun), dan tingkat terhadap program kesehatan lingkungan di
bahaya yang keluar ke lingkungan dengan jalan sekitarnya yaitu mengelola limbah medis
reduksi pada sumbernya dan atau pemanfaatan dengan benar (sesuai persyaratan). Elemen
limbah itu sendiri. Langkah ini diambil sebagai penting dalam pengelolaan limbah rumah sakit
prioritas atas dasar pertimbangan antara lain menurut WHO (2005), yaitu minimisasi limbah,
meningkatkan efisiensi kegiatan, biaya pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahannya relatif murah dan penyimpanan, pemusnahan dan pembuangan
pelaksanaannya relatif mudah. akhir. Upaya yang menjadi prioritas utama

2 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No. 2, Mei 2017

adalah dengan minimisasi limbah berupa No Sumber Jenis Kegiatan


reduksi limbah pada sumbernya dan upaya 4. ICU Pelayan
pemanfaatan limbah. (Bapedal, 1992). Kesehatan
Unit yang banyak menghasilkan limbah 5. Ruang bedah (OK) Pelayan
medis berdasarkan sumber berasal dari kegiatan Kesehatan
pelayanan kesehatan yaitu Instalasi Gawat 6. Perinatologi Pelayan
Darurat, Poliklinik/Rawat Jalan, Rawat Inap, Kesehatan
ICU, Ruang Bedah (OK), Perinatologi (Tabel 7. Radiologi Pelayan
1). Sumber limbah penting untuk diketahui Kesehatan
karena berkaitan dengan penanganan limbah 8. Laboratorium Pelayan
tersebut mulai dari tahap pemilahan limbah Kesehatan
sampai dengan tahap akhir pengelolaan yaitu 9. CSSD/Laudry Pelayan
tahap pemusnahan limbah dan pembuangan Kesehatan
akhir. Hasil penelitian lainnya, menurut Aida 10. Farmasi Pelayan
(2008), limbah medis dihasilkan di ruang rawat Kesehatan
inap, UGD, operasi, laboratorium, poliklinik,
ruang bersalin (VK) dan ICU. Berdasarkan hasil penelitian, (Tabel 2) RS
PB dalam melakukan kegiatan pelyananan
Tabel 1. Sumber Limbah Medis RS PB kesehatan menghasilkan limbah medis dan non
No Sumber Jenis Kegiatan medis. Jenis limbah medis yang dihasilkan RS
1. IGD Pelayan PB yaitu jarum suntik, sisa obat-obatan, masker
Kesehatan disposible, sarung tangan disposible, botol
2. Rawat Jalan Pelayan infuse, selang infuse, pembalut bekas,
Kesehatan pampers/diapers, kateter, urine bag, alcohol
3. Rawat Inap Pelayan swab, kassa/kapas terkontaminasi, perban
Kesehatan terkontaminasi, kantong darah, jaringan tubuh,
cairan tubuh.

Tabel 2. Jenis Limbah Medis Berdasarkan Sumbernya


No. Sumber Jenis Limbah Medis
1. Intalasi Gawat Jarum suntik, spuit, selang infus, botol infus, kateter, kassa bekas, sarung
Darurat (IGD) tangan disposible, masker disposible, botol/ampul obat, kapas
terkontaminasi, perban terkontaminasi, alcohol swab, kantong darah.
2. Poliklinik/Rawat Jarum suntik, spuit, obat-obatan, masker disposible, sarung tangan
Jalan disposible,botol/ampul obat, kapas terkontaminasi, perban terkontaminasi,
alcohol swab.
3. Rawat Inap Jarum suntik, spuit, selang infus, botol infus, kateter, urine bag, kassa
bekas, sarung tangan disposible, masker disposible, botol/ampul obat,
kapas terkontaminasi, perban terkontaminasi, alcohol swab, kantong darah
4. Intensive Care Jarum suntik, spuit, selang infus, botol infus, kateter, urine bag, kassa
Unit (ICU) bekas, sarung tangan disposible, masker disposible, botol/ampul obat,
kapas terkontaminasi, perban terkontaminasi, alcohol swab, kantong darah
5. Ruang Bedah Jarum suntik, spuit, selang infus, botol infus, kateter, urine bag, kassa
(OK) bekas, sarung tangan disposible, masker disposible, botol/ampul obat,
kapas terkontaminasi, perban terkontaminasi, alcohol swab, kantong darah,
dressing, penutup kepala, jaringan tubuh, cairan tubuh, benang operasi.

FMIPA-UMRI 3
Vol. 7 No.2, Mei 2017 Jurnal Photon

No. Sumber Jenis Limbah Medis


6. Perinatologi Jarum suntik, spuit, selang minum, selang infus, botol infus, perban
terkontaminasi, kassa terkontaminasi, sarung tangan disposible, masker.
7. Radiologi Jarum suntik, spuit, masker, sarung tangan disposible, cairan fixer, cairan
developer.
8. Laboratorium Jarum suntik, spuit, masker, sarung tangan disposible, alcohol swab, objek
glass, pot urine/feses, kapas bekas, wadah spesimen
9. Laundry Linen, perlak.
10. Farmasi Obat-obatan kadaluarsa
Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat diketahui (ISPA) karena kasus ISPA merupakan dampak
bahwa jenis limbah medis yang dihasilkan RS bencana asap pada tahun 2015.
PB yang termasuk limbah medis benda tajam Timbulan limbah medis dengan tingkat
seperti jarum suntik, berasal dari IGD, hunian 27% yaitu 0,8 Kg/TT.hari. Rendahnya
Poliklinik, Rawat inap, ICU, Ruang Bedah, tingkat hunian di RS PB karena terbatasnya
Perinatologi, radiologi dan laboratorium. tenaga medis spesialistik yang ada sehingga
Limbah patologi berupa jaringan tubuh banyak pasien yang dirujuk ke rumah sakit
dihasilkan dari ruang bedah dan laboratorium. lainnya. Limbah medis yang dihasilkan
Limbah obat-obat kadaluarsa berasal dari dilakukan penimbangan di TPS sehingga tidak
instalasi farmasi. Limbah benda tajam bisa dilihat limbah medis yang paling banyak
dihasilkan dari hampir seluruh sumber kecuali dihasilkan berdasarkan sumber limbah.
farmasi. Menurut Kepmenkes RI No. 1204 Tahun
Limbah sitotoksik tidak dihasilkan karena 2004, bahwa minimisasi limbah merupakan
fasilitas kemoterapi tidak tersedia di RS PB. salah satu upaya untuk mengurangi jumlah
Limbah radioaktif dihasilkan dari unit radiologi limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan
berupa cairan fixer dan cairan developer dan kesehatan. Menurut Bishop (2001), prioritas
dikelola oleh pihak ketiga. Limbah bahan kimia minimisasi limbah yaitu dengan cara reduksi
di RS PB tidak dihasilkan karena rumah sakit pada sumber dan pemanfaatan limbah kembali
sudah menggunakan reagen jadi. sebelum pengolahan dan pemusnahan limbah.
Reduksi pada sumbernya telah dilakukan
hampir disetiap sumber penghasil limbah medis
yaitu melakukan pemilahan limbah medis dan
non medis maupun limbah benda tajam.
Pemeliharaan terhadap sarana pengelolaan
limbah medis yaitu preventive maintanance
seperti tempat pewadahan/kontainer limbah
medis dibersihkan dengan larutan desinfektan
Gambar 1. Jumlah Timbulan Limbah Medis setelah digunakan, kemudian diganti dengan
Tahun 2015 kantong plastik yang baru. Pembersihan
dilakukan setiap limbah diangkut ke tempat
Berdasarkan gambar 1, jumlah limbah penyimpanan sementara limbah oleh cleaning
medis yang paling banyak dihasilkan pada service.
triwulan II sebanyak 25,4 Kg/hari. hal ini Menurut PP No. 18 jo 85 Tahun 1999,
dikarenakan bahwa banyaknya kunjungan limbah medis rumah sakit termasuk kategori
pasien disebabkan oleh penyakit Demam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Thypoid, DHF (kasus penyakit dalam) dan Upaya reduksi yang dapat dilakukan untuk
penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengurangi timbulan limbah medis rumah sakit

4 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No. 2, Mei 2017

yaitu dengan menggunakan pendekatan sudah ditutup maupun belum. Ditemukannya


pencegahan dan teknik yang meliputi jarum suntik di kantong kuning sangat
perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan berbahaya bagi keselamatan pekerja yang
modifikasi bahan), perubahan teknologi menangani limbah terutama cleaning service
(modifikasi proses dan teknologi bersih), dan petugas insinerator yaitu tertusuk jarum
praktek operasi yang baik (house keeping, suntik pada saat pengumpulan dan
segregasi limbah, preventive maintenance), dan pengangkutan limbah medis ke TPS. House
perubahan produk yang tidak berbahaya keeping adalah menjaga kebersihan lingkungan
(Bapedal, 1992). dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan
Kegiatan reduksi limbah medis pada dan kebocoran bahan serta menangani limbah
sumbernya yang sudah dilakukan RS PB dan yang terjadi dengan sebaik mungkin (Bapedal,
sudah sesuai dengan Peraturan Bapedal (1992) 1992). Berdasarkan hasil penelitian, upaya
antara lain melakukan pemilahan (segregasi) house keeping yang sudah dilakukan di unit
limbah medis, housekeeping, pemeliharaan ruang bedah, jika terjadi ceceran dibersihkan
pencegahan (preventive maintenance), dengan dipel menggunakan larutan desinfektan.
pengelolaan bahan. Menurut Depkes (2006), sebaiknya
Dengan melakukan minimisasi dan meminimisasi penggunaan bahan kimia
pengelolaan limbah sesuai dengan aturan, maka terhadap upaya pembersihan ceceran atau
keuntungan dari segi ekologi dapat mencegah tumpahan.
dan mengurangi pencemaran lingkungan yang Pelaksanaan preventive maintenance juga
diakibatkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan dapat diterapkan sebagai salah satu metode
terhadap masyarakat. Dilihat dari segi ekonomi dalam reduksi dari sumbernya yaitu
dapat mengurangi biaya dalam pengelolaan pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat
limbah dan menetapkan perencanaan strategi menurut waktu yang telah ditentukan (Bapedal,
pengelolaan limbah dan perencanaan anggaran. 1992). Preventive maintenance yang sudah
Sedangkan dari segi sosial yaitu meningkatkan dilakukan RS PB untuk mengelola limbah
citra rumah sakit dan masyarakat sekitar hidup medis meliputi pemeliharaan bak sampah medis
dalam lingkungan yang sehat dengan perilaku dengan cara dibersihkan dengan menggunakan
sehat. desinfektan. Menurut WHO (2005), desinfeksi
RS PB sudah melakukan upaya minimisasi kontainer dengan 0,5% klorin kemudian dibilas
dengan melakukan pemilahan antara limbah dengan air bersih. Penggunaan desinfektan
medis benda tajam, limbah medis non benda dapat membunuh kuman dan vektor penular
tajam, dan limbah non medis, sehingga di setiap penyakit yang menempel pada bak sampah.
sumber penghasil limbah medis sudah Kegiatan ini sudah sesuai dengan Kepmenkes
disediakan tiga wadah secara terpisah. Namun 1204 Tahun 2004 bahwa bak sampah medis
pada unit laboratorium pernah terjadi harus segera dibersihkan dengan desinfektan
pencampuran limbah antara limbah medis dan apabila akan digunakan kembali.
limbah non medis. Hal ini belum sesuai dengan Pengelolaan bahan suatu upaya agar
persyaratan yang telah ditetapkan mengacu persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin
pada Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004, yaitu kelancaran proses kegiatan, namun tidak
limbah yang dihasilkan harus dilakukan berlebihan sehingga tidak menimbulkan
pemilahan mulai dari sumbernya. Widhiatmoko gangguan lingkungan. Pengelolaan bahan
(2010), limbah medis dan non medis dalam sangat tepat untuk dilakukan di unit farmasi dan
penanganannya belum terpisah seutuhnya laboratorium rumah sakit. Berdasarkan hasil
sehingga jumlah timbulan limbah medis penelitian, pengelolaan bahan dilakukan di unit
mengalami kenaikan. Menurut Wulandari laboratorium dan unit farmasi. Di unit
(2012), pernah ditemukan jarum suntik di laboratorium tidak lagi menggunakan reagen
kantong plastik kuning baik dalam keadaan kimia karena sudah menggunakan reagen jadi,

FMIPA-UMRI 5
Vol. 7 No.2, Mei 2017 Jurnal Photon

sedangkan di unit farmasi yaitu dengan limbah non medis dan limbah medis benda
memesan obat sesuai dengan kebutuhan. tajam dibuang.
Menurut Depkes (2006), upaya minimisasi b. Pengumpulan limbah medis sudah sesuai
limbah bahan kimia dan sediaan farmasi: dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004,
1. Memonitor alur penggunaan bahan kimia pengumpulan dilakukan secara rutin
dari bahan baku sampai menjadi limbah sehingga tidak terjadi penumpukan limbah
bahan berbahaya dan beracun. pada sumber.
2. Memesan bahan-bahan sesuai dengan c. Pengangkutan limbah medis sudah sesuai
kebutuhan, menghabiskan bahan dari setiap dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004.
kemasan. Gerobak yang digunakan pengangkutan
3. Menggunakan bahan-bahan yang limbah medis menggunakan gerobak yang
diproduksi lebih awal untuk menghindari tertutup. Jalur pengangkutan limbah medis
kadaluarsa. menggunakan jalur khusus yang berbeda
4. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan dengan jalur untuk pasien, aktifitas petugas
pada saat diantar oleh distributor rumah sakit maupun pengunjung.
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang d. Penyimpanan limbah medis belum sesuai
menghasilkan limbah sebelum membelinya. dengan Keputusan Kepala Bapedal No.3
Pemanfaatan limbah medis yang dilakukan Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis
RS PB hanya penggunaan kembali (reuse). Penyimpanan dan pengumpulan limbah B3,
Untuk daur ulang (recycle) dan perolehan dikarenakan lokasi TPS untuk tempat
kembali (recovery) belum dilakukan. penyimpanan limbah B3 kurang dari 50
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai meter dan PP 18 jo 85 Tahun 1999 tentang
pemanfaatan kembali limbah yaitu penggunaan Pengelolaan Limbah B3, dikarenakan
kembali limbah medis yang berasal dari ruang bangunan belum dilengkapi dengan simbol
ICU berupa ventilator, pinset, gunting, pispot bahaya dan belum dilengkapi dengan
dan ruang bedah berupa pisau bedah, pinset, saluran lindi.
gunting untuk selanjutnya disterilkan di ruang e. Pemusnahan dan pembuangan akhir limbah
CSSD. medis bekerja sama dengan pihak ketiga
Pemanfaatan limbah medis berupa daur dalam pengelolaan limbah.
ulang (recycle) belum dilakukan karena
kemungkinan adanya kontaminasi agen 4. KESIMPULAN
infeksius yang akan terjadi pada bahan yang Berdasarkan hasil penelitian, sumber
didaur ulang. Sedangkan upaya pemanfaatan limbah medis di RS PB berasal dari kegiatan
limbah dengan cara memproses untuk pelayanan kesehatan dan penunjang kesehatan,
memperoleh kembali materi atau energi yang jenis limbah medis yang dihasilkan RS PB
terkandung didalamnya atau merupakan suatu adalah limbah benda tajam, limbah patologi,
proses pemulihan, menurut Pruss, et al (2005), limbah farmasi, limbah infeksius, dan limbah
proses recovery biasanya tidak dilakukan oleh radioaktif. Jumlah timbulan limbah padat medis
rumah sakit, kecuali mungkin pengambilan periode Tahun 2015 adalah 0,8 Kg/pasien.hari
perak dari fixing-baths yang digunakan dalam dengan tingkat hunian 27%. Upaya minimisasi
pengolahan foto rontgen. limbah padat medis yang sudah dilakukan yaitu
Pengelolaan limbah medis di RS PB pemilahan limbah medis, House keeping,
dimulai dari pemilahan, pengumpulan, preventif maintenance, dan pengelolaan bahan,
pengangkutan, penyimpanan hingga sedangkan upaya pemanfaatan limbah hanya
pembuangan akhir limbah medis: sebatas penggunaan kembali (reuse). Daur
a. Pemilahan limbah belum sesuai dengan ulang (recycle) dan perolehan kembali
Kepmenkes 1204 Tahun 2004 disebabkan (recovery) limbah medis belum dilakukan RS
masih terdapat pencampuran limbah medis, PB. Berdasarkan Kepmenkes 1204 Tahun 2004

6 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No. 2, Mei 2017

dan PP No. 18 jo 85 Tahun 1999, pemilahan dan Depkes. 2006. Pedoman Penatalaksanaan
penyimpanan limbah medis belum memenuhi Pengelolaan Limbah Padat dan Cair di
syarat. Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta.
Rekomendasi untuk penelitian ini adalah Menteri Kesehatan RI, 2004. Keputusan
membuat SOP mengenai minimisasi limbah dan Menteri Kesehatan RI Nomor
RS PB mengadakan alat insinerator agar upaya 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
minimisasi limbah padat medis dapat Persyaratan Kesehatan Lingkungan
diterapkan secara optimal sehingga limbah Rumah Sakit, Dirjen PPM dan PL,
medis yang dihasilkan dapat dikurangi dari segi Depkes RI. Jakarta.
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat Peraturan Pemerintah No. 18 Jo 85 Tahun 1999
bahayanya agar limbah yang dihasilkan tidak Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya
menyebar dan mencemari lingkungan. dan Beracun (B3).
Pratiwi, Dyah, 2013. Analisis Pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA Limbah Medis Padat pada Puskesmas
Aida, R N. Lilis S. 2007. Korelasi jumlah pasien Kabupaten Pati, Skripsi. Semarang.
dan produksi limbah medis padat di ruang Pruss, A. (Ed). 2005. Pengelolaan Aman
rawat inap dan unit gawat darurat RS Siti Limbah Layanan Kesehatan. EGC.
Khadijah, Sepanjang Sidoarjo. 4.2, 49- Jakarta.
56. Silvia, 2004. Pengelolaan Limbah Padat Rumah
Aruna, B. Amanullah, ASM. Santra, S.C, 2011. Sakit (Studi Kasus: Rumah Sakit Saint
Medical Waste Management in the Carolus Jakarta), Tesis. Jakarta.
Tertiary Hospitals of Bangladesh: An Tamplin, S.A, Davidson, D. Powis, B and
Empirical Enquiry, 5:2. O’Leary, Z. 2005. Issues and options for
Askarian, M. Vakili, M. Kabir, G. 2004. Results the safe destruction and disposal of used
of a hospital waste survey in private injection materials, Waste Management,
hospitals in Fars Province, Iran. Waste 25, 655-665.
Management, 24.4, 347-352. WHO, 2005. Pengelolaan Aman Limbah
Bapedal. 1992. Pedoman Minimisasi Limbah. Layanan Kesehatan. EGC. Jakarta.
Bapedal. Jakarta. Widhiatmoko, A, Yulinah T, 2010. Kajian
Bdour, A. Altrabsheh, B. Hadadin, N. and Al- Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah
Shareif, M. 2007. Assessment of Medical Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan.
Wastes Management Practice: A case Surabaya.
study of the northern part of Jordan. Wulandari, P, 2012. Upaya minimisasi dan
Waste Management, 27.6, 746-759. Pengelolaan Limbah Medis di Rumah
Bishop, P.L. 2001. Pollution Prevention: Sakit Haji Jakarta Tahun 2011, Skripsi.
Fundamental and Practice. Boston: The Jakarta
McGraw-Hill. .

FMIPA-UMRI 7

You might also like