You are on page 1of 111

1

MODUL MAHASISWA
SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSCULOSCELETAL SYSTEM

MEDICAL EDUCATON UNIT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2016
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
penyusunan buku rancangan pengajaran modul sistem musculoskeletal
(musculoskeletal system) ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Modul ini merupakan rangkaian modul ilmu kedokteran klinis yang
terdapat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Modul sistem
muskuloskeletal diajarkan pada semester 3 selama delapan minggu dengan beban
8 sks. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran khususnya dalam sistem
muskuloskeletal dan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2012 yang meliputi area kompetensi 5, 6, dan 7.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi
penyusunan buku ini, khususnya tim penyusun modul sistem muskuloskeletal,
Tim Kurikulum MEU, rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi. Semoga buku ini dapat
menjadi panduan staf pengajar dan mahasiswa dalam upaya memberikan
pemahaman mahasiswa terhadap persiapan diri dalam memasuki dunia
pendidikan kedokteran, sehingga mahasiswa dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran sehingga menjadi dokter yang berkompeten sesuai standar
kompetensi dokter Indonesia. Masukan dan saran perbaikan senantiasa kami
harapkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di modul sistem
muskuloskeletal.

Bandarlampung, 2016
Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................... 4
KARAKTERISTIK MAHASISWA ............................................................... 4
TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 5
SASARAN PEMBELAJARAN...................................................................... 5
POHON TOPIK .......... .................................................................................. 8
LINGKUP BAHASAN .................................................................................. 9
RUJUKAN ............................................................................................. 14
METODE PENGAJARAN ........................................................................... 16
SUMBER DAYA .......................................................................................... 21
EVALUASI ............................................................................................... 24
LAMPIRAN ...................................................................................................
Lampiran 1. Daftar topik bahasan dan dosen pakar .................................. 31
Lampiran 2. Langkah diskusi PBL, skenario kasus pemicu dan daftar tilik
penilaian diskusi ...................................................................................... 32
Lampiran 3. Penjelasan topik keterampilan klinik dan daftar tilik penilaian
(skills lab) ................................................................................................... 36
Lampiran 4. Penjelasan topik keterampilan klinik dan daftar tilik penilaian
praktikum ...................................................................................................40
Lampiran 5. Rencana Anggaran ............................................................... 48
Lampiran 6. Assessment Blueprint ..................................................................
Lampiran 7. Kuesioner evaluasi program .................................................. 50
Lampiran 8. Blueprint evaluasi proses ............................................................
4

PENDAHULUAN

Pendidikan dokter bertujuan mencetak dokter yang berkompeten dan


profesional di bidang kesehatan. Kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan
standar kompetensi dokter diuraikan kedalam kurikulum yang disebut Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Berbagai strategi pendidikan dan metode pengajaran
ditentukan agar mahasiswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dari awal
modul hingga akhir proses pendidikan kedokteran.
Modul sistem muskuloskeletal (musculoskeletal system) merupakan modul
yang diberikan pada semester tiga dalam proses pendidikan kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (FK UNIMAL). Fokus utama modul
yaitu pada area kompetensi 5 (landasan ilmiah ilmu kedokteran), area kompetensi
6 (keterampilan klinis) dan area kompetensi 7 (pengelolaan masalah kesehatan)
yang telah disesuaikan dengan tahapan perencanaan kurikulum FK UNIMAL.
Pada proses pendidikan kedokteran sesuai kurikulum KBK mahasiswa dituntut
untuk mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah
ilmu kedokteran, menerapkan prinsip keselamatan pasien, diri sendiri, dan orang
lain serta mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun
masyarakat secara komprehensif.
Modul Muskuloskeletal berlangsung selama 8 minggu dan memiliki bobot 8
SKS.

KARAKTERISTIK MAHASISWA

Peserta modul sistem muskuloskeletal (musculoskeletal system) ini adalah


mahasiswa semester tiga FK UNIMAL. Prasyarat peserta modul adalah
mahasiswa yang telah mengikuti modul-modul generic skill (modul kemampuan
dasar umum) dan basic medical science (modul ilmu kedokteran dasar).
5

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul sistem muskuloskeletal (musculoskeletal system),
mahasiswa semester 3 jika dihadapkan pada skenario kasus pemicu atau
sekumpulan data diharapkan mampu:
- Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara
holistik dan komprehensif.
- Melakukan prosedur diagnosis.
- Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
- Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat.
- Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat.
- Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.
- Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan.
sesuai dengan rujukan yang telah ditentukan.

SASARAN PEMBELAJARAN
Sasaran pembelajaran terminal:
Setelah melalui modul ini, bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah
klinik, laboratorium, dan epidemiologic penyakit muskuloskeletal, mahasiswa
diharapkan mampu:
A. Menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
B. Melakukan prosedur klinis yang berkaitan masalah kesehatan dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
6

C. Mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat


secara komprehensif, holistik, terpadu, dan berkesinambungan dalam
konteks pelayanan kesehatan primer
sesuai dengan rujukan yang telah ditentukan.

Sasaran pembelajaran penunjang:


Bila dihadapkan pada pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorium,
dan epidemiologic penyakit system muskuloskeletal, mahasiswa diharapkan
mampu:
A1. Menjelaskan struktur anatomi dan mikroskopik dari regio capitis, colli,
vertebrae, ekstremitas superior dan inferior.
A2. Menjelaskan fisiologi kinerja otot pada regio capitis, colli, vertebrae,
ekstremitas superior dan inferior.
A3. Menjelaskan etiologi penyakit system muskuloskeletal sesuai dengan data
sekunder.
A4. Menjelaskan patogenesis, patofisiologi serta patologi anatomi penyakit
muskuloskeletal sehingga dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk
menegakkan diagnosis.
B1. Menjelaskan jenis pemeriksaan fisik dan penunjang, indikasi, prosedur yang
sesuai dengan kondisi pasien.
B2. Menjelaskan dan menentukan jenis pemeriksaan laboratorium (Mikrobiologi,
Patologi Anatomi, Patologi Klinik), indikasi, cara pengambilan, pengumpulan,
penyimpanan dan pengiriman bahan.
B3. Menjelaskan dan menentukan jenis pemeriksaan radiologi, indikasi, dan
prosedur pemeriksaan.
B4. Menginterpretasi data sebagai dasar untuk diagnosis penyakit
muskuloskeletal, serta dapat melakukan rujukan.
B5. Menjelaskan dasar penatalaksanaan non farmakologik dikaitkan dengan
proses patofisiologi dengan mempertimbangkan kondisi pasien.
B6. Menjelaskan dasar penatalaksanaan farmakologik secara rasional dikaitkan
dengan farmakodinamik dan farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, efek
samping dan interaksi obat dengan mempertimbangkan kondisi pasien.
7

B7. Menjelaskan dasar Rehabilitasi medic yang tepat dengan mempertimbangkan


kondisi pasien.
C1. Membuat rencana penyelesaian (pencegahan, pengobatan, rehabilitasi)
masalah muskuloskeletal di unit pelayanan kesehatan dan komunitas/masyarakat.
C2. Menjelaskan dengan efektif kepada pasien dan keluarga mengenai pengaruh
pasien, keluarga dan lingkungan terhadap penyakit muskuloskeletal yang terjadi.
C3. Menggali potensi dan dukungan keluarga dalam penatalaksanaan penyakit
musculoskeletal.
sesuai dengan rujukan yang telah ditentukan.

LINGKUP BAHASAN
No Sasaran Pembelajaran Pokok Bahasan Sub Pokok bahasan Rujukan
1 Menyelesaikan masalah kesehatan 1. Anatomi 1.1. Osteologi, Arthologi,
berdasarkan landasan ilmiah ilmu Muskuloskeletal dan Myologi Umum
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir 1.2. Regio Capitis, Colli,
untuk mendapatkan hasil yang optimum: Vertebrae
1. Menjelaskan struktur anatomi dan 1.3. Eks. Superior dan
mikroskopik dari regio capitis, colli, Inferior
vertebrae, ekstremitas superior dan 2. Fisiologi otot 2.1. Fisiologi kinerja otot
inferior. 2.2. Exercise Physiologi
2. Menjelaskan fisiologi kinerja otot
3. Histologi 3.1. Struktur mikroskopis
pada regio capitis, colli, vertebrae,
jaringan Ikat dan
jaringan otot
ekstremitas superior dan inferior. Kartilago
dan tulang 3.2. Struktur mikroskopis
3. Menjelaskan etiologi penyakit system
Tulang dan Otot
muskuloskeletal sesuai dengan data
4. Virus dan 4.1 Myositis, myo-
sekunder.
Parasit pericarditis, arthritis
4. Menjelaskan patogenesis, patofisiologi
penyebab dan osteomyelitis
serta patologi anatomi penyakit
infeksi pada 4.2 Infeksi Trichinella
muskuloskeletal sehingga dapat
Sistem Spirallis dan Filariasis
digunakan sebagai dasar pemikiran
Muskuloskeletal
untuk menegakkan diagnosis.
8

2 Melakukan prosedur klinis yang berkaitan 5. Pemeriksaan 5.1. Neoplasma pada


masalah kesehatan dengan menerapkan Patologi muskuloskeletal.
prinsip keselamatan pasien, keselamatan Anatomi Sistem
diri sendiri, dan keselamatan orang lain: Muskuloskeletal
5. Menjelaskan jenis pemeriksaan fisik 6. Radiologi pada 6.1. Imaging diagnostic
dan penunjang, indikasi, prosedur sistem pada sistem
yang sesuai dengan kondisi pasien. muskuloskeletal. muskuloskeletal
6. Menjelaskan dan menentukan jenis
pemeriksaan laboratorium 12. Penyakit- 12.1. Pemeriksaan Fisik
(Mikrobiologi, Patologi Anatomi, penyakit pada Muskuloskeletal
Patologi Klinik), indikasi, cara sistem 12.2. Penyakit Inflamasi
pengambilan, pengumpulan, muskuloskeletal pada muskuloskeletal.
penyimpanan dan pengiriman bahan. 12.3. Gangguan
7. Menjelaskan dan menentukan jenis metabolik & endokrin
pemeriksaan radiologi, indikasi, dan sistem
prosedur pemeriksaan. muskuloskeletal.
8. Menginterpretasi data sebagai dasar 12.4. Infeksi pada
untuk diagnosis penyakit muskuloskeletal.
12.5. Trauma Pada
muskuloskeletal, serta dapat Sistem
melakukan rujukan. Muskuloskeletal
8. Farmakoterapi 8.1. Obat analgesik-
9. Menjelaskan dasar penatalaksanaan antiinflamasi
sistem
non farmakologik dikaitkan dengan 8.2. Obat pelemas otot.
muskuloskeletal 8.3. Telaah Kasus
proses patofisiologi dengan
mempertimbangkan kondisi pasien.
10. Menjelaskan dasar penatalaksanaan 9. Rehabilitasi 9.1. Medical
farmakologik secara rasional dikaitkan Rehabilitation 1 dan 2
Medik pada
dengan farmakodinamik dan sistem
farmakokinetik, indikasi, muskuloskeletal
kontraindikasi, efek samping dan
interaksi obat dengan
mempertimbangkan kondisi pasien.
11. Menjelaskan dasar Rehabilitasi medic
yang tepat dengan mempertimbangkan
kondisi pasien.
9

3 Mengelola masalah kesehatan individu, Pengelolaan 1. Nyeri Sendi Lutut


penyakit (Osteoartritiss)
keluarga maupun masyarakat secara
muskuloskeletal 2. Nyeri Punggung
komprehensif, holistik, terpadu, dan (Spondilitis
Tuberkulosis)
berkesinambungan dalam konteks
3. Gangguan Sendi
pelayanan kesehatan primer. (Ruptur Tendo
Achiles)
1. Membuat rencana penyelesaian
4. Gangguan otot
(pencegahan, pengobatan, rehabilitasi) (Osteomielitis)
masalah muskuloskeletal di unit
pelayanan kesehatan dan
komunitas/masyarakat.
2. Menjelaskan dengan efektif kepada
pasien dan keluarga mengenai
pengaruh pasien, keluarga dan
lingkungan terhadap penyakit
muskuloskeletal yang terjadi.
3. Menggali potensi dan dukungan
keluarga dalam penatalaksanaan
penyakit muskuloskeletal.
Promosi Kesehatan Penyuluhan: perawatan
ulkus tungkai, osteoarthitis,
RA
10

METODE PENGAJARAN
No Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode Estimasi
Pengajaran waktu
1 Struktur 1. Anatomi regio Capitis, colli, Kuliah 3 pertemuan
Anatomi Tulang dan vertebrae interaktif @2x50 menit
2. Anatomi ekstremitas Superior
3. Anatomi Ekstremitas inferior Praktikum 6 pertemuan
@2x50 menit

Fisiologi otot 4. Fisiologi kinerja otot. Kuliah 2 pertemuan


5. Exercise Physiologi interaktif @2x50 menit
Praktikum 2 pertemuan
@2x50 menit

Histologi 6. Struktur mikroskopis jaringan Kuliah 2 pertemuan


jaringan otot otot interaktif @2x50 menit
dan tulang 7. Struktur mikroskopis jaringan
Praktikum 3 pertemuan
tulang
@2x50 menit
2 Virus dan 8. myositis, myo-pericarditis, Kuliah 1 pertemuan
parasit penyebab arthritis dan osteomyelitis, interaktif @2x50 menit
infeksi Sistem Trichinella spiralis dan
Muskuloskeletal Filariasis
3 Pemeriksaan 9. Neoplasma pada Kuliah 1 pertemuan
Patologi muskuloskeletal. interaktif @2x50 menit
Anatomi Sistem Praktikum 3 pertemuan
Muskuloskeletal @2x50 menit
4 Menjelaskan 10. Tehnik cuci tangan prosedural Skills lab 6 pertemuan
jenis dan bedah @2x50menit
pemeriksaan 11. Tehnik pemakaian sarung
fisik dan tangan, dan pengenalan alat-
penunjang, alat bedah.
indikasi, 12. Tehnik Menyuntik (IC, SC, IM)
prosedur yang 13. Tehnik Menjahit terputus
sesuai dengan 14. Tehnik menjahit tidak terputus
kondisi pasien. 15. Pemeriksaan Fisik
Muskuloskeletal I: inspeksi,
palpasi, perkusi
16. Pemeriksaan Fisik II : Penilaian
ROM
5 Radiologi pada 17. Imaging diagnostic pada sistem Kuliah 1 pertemuan
sistem muskulo muskuloskeletal interaktif @2x50 menit
skeletal.
6 Penyakit- 18. Kelaianan Struktur Gigi dan Kuliah 7 pertemuan
penyakit pada Mulut yang memerlukan interaktif @2x50 menit
sistem muskulo tindakan pembedahan
skeletal 19. Gangguan metabolik & Diskusi PBL 8 pertemuan
endokrin sistem @2x50 menit
muskuloskeletal.
20. Infeksi pada muskuloskeletal.
Pleno 4 pertemuan
21. Kelainan kongenital pada
@2x50 menit
muskuloskeletal.
22. Trauma tulang.
23. Trauma otot.
11

24. Cidera vertebrae

7 Farmakoterapi 25. Obat analgesik- antiinflamasi Kuliah 2 pertemuan


sistem 26. Obat pelemas otot. interaktif @2x50 menit
muskuloskeletal
Praktikum 1 pertemuan
@2x50menit

8 Rehabilitasi 27. Medical Rehabilitation 1 Kuliah 2 pertemuan


Medik pada 28. Medical Rehabilitation 2 interaktif @2x50 menit
sistem
muskuloskeletal
9. Pengelolaan dan 29. History taking: Gout Skills lab 2 pertemuan
Promosi 30. Penyuluhan: perawatan ulkus @2x50menit
Kesehatan tungkai, osteoarthitis, RA

Uraian tentang metode pengajaran


1. Kuliah Interaktif
Kuliah interaktif dilaksanakan oleh staf pengajar yang memiliki kompetensi dalam
bidang akademik dan topik bahasan. Staf pengajar berperan sebagai dosen pakar
(narasumber) yang menyediakan bahan ajar terkait topik bahasan. Proses
pembelajaran yang diharapkan berlangsung interaktif, tidak hanya staf pengajar
yang memberikan ceramah, namun dengan pemberian informasi topik bahasan dan
rujukan sebelumnya mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri sebelumnya,
sehingga terjadi diskusi tanya jawab seputar topik bahasan. Selain itu mahasiswa
diminta mempersiapkan diri sesuai dengan kegiatan tambahan yang ditentukan
dosen pakar seperti kegiatan bermain peran (role-play/games), menjawab soal
individu maupun dalam kelompok, praktik keterampilan atau penugasan lain yang
dilakukan pada saat kegitan kuliah interaktif berlangsung. Kuliah interaktif ini
sangat membantu mahasiswa dalam memahami dan mengintegrasikan pengetahuan
yang diperoleh saat belajar mandiri.
Daftar topik bahasan dan dosen pakar terdapat dalam lampiran 1.
2. Diskusi Problem-Based Learning (PBL)
Diskusi PBL dalam kelompok kecil (10-12 orang) yang dipandu oleh seorang staf
pengajar menggunakan 12 langkah membantu mahasiswa mengidentifikasi masalah
dan memenyusun pembahasan atas topik terkait skenario kasus pemicu yang
12

disajikan. Staf pengajar berperan sebagai fasilitator mengawasi jalannya diskusi


agar dapat mencapai sasaran pembelajaran, tidak berperan sebagai narasumber.
Diskusi terbagi menjadi 2xpertemuan, pertemuan pertama melalui langkah 1-6
menentukan learning issues yang akan dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa.
Kemudian pertemuan kedua melalui langkah 7-12. Untuk membahas learning
issues dan melakukan diskusi dan pembahasan hingga selesai. Kegiatan ini sangat
membantu mahasiswa menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki saat belajar
mandiri dan upaya mengidentifikasi masalah serta upaya mengatasi masalah terkait
topik bahasan.
Langkah diskusi PBL, skenario kasus pemicu dan daftar tilik penilaian diskusi
terdapat dalam lampiran 2.
3. Pleno
Kegiatan ini merupakan pertemuan seluruh mahasiswa dengan dosen pakar setelah
menjalani diskusi PBL dalam kelompok kecil. Perwakilan kelompok (minimal3
kelompok) mempersiapkan slide presentasi terkait proses diskusi dan pembahasan
skenario kasus pemicu. Dilakukan presentasi perwakilan kelompok dan diskusi
tanya jawab. Perbedaan persepsi dan pendapat akan mungkin didapatkan sepanjang
proses diskusi tersebut, dosen pakar yang akan memberikan umpan balik terhadap
proses diskusi dan pembahasan terkait skenario kasus pemicu. Kegiatan ini penting
sebagai upaya pemberian umpan balik kepada mahasiswa dalam upaya mencapai
sasaran pembelajaran.

4. Praktikum keterampilan (Skills Lab)


Praktikum keterampilan dilakukan terkait dengan topik bahasan modul yang
bertujuan untuk melatih aspek keterampilan mahasiswa pada kondisi simulasi yang
bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuannya sesuai dengan
keterampilan terkait topik bahasan. Kegiatan ini dipandu oleh seorang staf pengajar
yang berperan sebagai instruktur yang akan memandu proses pembelajaran.
Kegiatan dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pertama instruktur
menjelaskan materi, mengajarkan dan memberi penjelasan/contoh, kemudian
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berlatih dan mempraktikan
keterampilan yang diajarkan. Pada tahap kedua dilakukan observasi penilaian atas
performa mahasiswa. Instruktur akan memberikan penilaian dan umpan balik atas
performa mahasiswa terkait keterampilan yang dilatihkan pada topik bahasan
13

tersebut. kegiatan ini sangat penting dalam upaya melatih mahasiswa mencapai
kompetensi terkait keterampilan sesuai topik bahasan yang ditentukan.
Penjelasan topik praktikum keterampilan (Skills Lab) dan daftar tilik penilaian
praktikum keterampilan terdapat dalam lampiran 3.
5. Belajar mandiri
Kegiatan belajar mandiri merupakan upaya mahasiswa menentukan sendiri apa
yang akan dipelajarinya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran terkait topik
bahasan. Mahasiswa difasilitasi buku modul ini. Kegiatan ini diharapkan dapat
digunakan mahasiswa dalam upaya mencari, memahami, menganalisis serta
mengkonstruksi pengetahuan yang baru dipelajari dengan pengetahuan yang
sebelumnya dimiliki.

SUMBER DAYA
Tim Penyusun Modul
Ketua : dr. Ringgo Alfarisi , M.Kes
Sekretaris : dr. Boby Suryawan
Kontributor : Prof. DR. dr. Efrida WN, Sp.MK., M.Kes
dr. Sanjoto Santibudi , Sp. KFR
dr. Alfi Wahyudi, Sp.R
dr. Aswedi, Sp.OT
dr. Wien Wiratmoko, Sp.PA
dr. Rina Sp.PD
dr. Ringgo Alfarisi, M.Kes
dr. Festy Ladyani, M.Kes
dr. Mardeni W.
dr. Putu S
dr. Garizki
dr. Aswan Jonet
dr. Ratna
drg. Fiena

Tim pelaksana Modul


Ketua : dr. Ringgo Alfarisi, M.Kes
Sekretaris : dr. Boby Suryawan
Anggota :
14

1. dr. Upik
2. dr. Ika A
3. dr. Prima
4. dr. Marni
5. dr. Garizki
6. dr. Mardheni
7. dr. Elitha M Uthari, MARS
8. dr. Nia Triswanti, M.Kes
9. dr. Esteria Maharyuni
10. drg. Fiena
11. dr. Alfi W, Sp.Rad
12. dr. Andi Siswandi, Sp.B
13. dr. Arief, Sp.KK
14. dr. Aswedi, Sp.OT
15. dr. Syafei, Sp.KK
16. dr. Resati, Sp.KK
17. dr. Roezwir, Sp.S
18. dr. Wien, Sp.PA
19. dr. Sanjoto, Sp.KFR
20. dr. Indra, Sp.B
21. dr. Sariningsih, Sp.S
22. dr. M.Ibnu Sina
23. dr. Rakhmi Rafie
24. dr. Boby S.
25. dr. Ringgo Alfarisi, M.Kes

MEDIA INSTRUKSIONAL
No. Kegiatan Media Instruksional
1 Kuliah Interaktif Laptop, Layar, LCD, Papan tulis, Spidol, Sound system, Buku
modul, Bahan ajar (slide, handout, video), Buku Rujukan, daftar
absensi
2 Diskusi PBL Papan tulis, spidol, skenario kasus pemicu, Buku modul, Bahan ajar
(slide, handout, video), Buku Rujukan, Buku Log mahasiswa disertai
form lembar pemberian umpan balik, daftar absensi, form/daftar
15

tilik penilaian
3 Praktikum Papan tulis, spidol, materi praktikum keterampilan, Buku modul,
Keterampilan Bahan ajar (slide, handout, video), Buku Rujukan, Buku Log
mahasiswa disertai form lembar pemberian umpan balik, daftar
absensi, form/daftar tilik penilaian
4. Administrasi Daftar absensi, lembar penilaian

PRASARANA
1. Ruang kuliah utama yang memiliki kapasitas 120 mahasiswa, dilengkapi dengan
fasilitas, media dan sound system yang memadai.
2. Ruang kuliah graha bintang yang memiliki kapasitas hingga 500 mahasiswa,
dilengkapi dengan fasilitas, media dan sound system yang memadai.
3. Ruang diskusi yang memiliki kapasitas untuk 10-15 mahasiswa, dilengkapi fasilitas
yang mendukung diskusi PBL.
4. Ruang praktikum keterampilan yang memiliki kapasitas untuk 10-15 mahasiswa,
dilengkapi fasilitas yang mendukung.
5. Ruang Perpustakaan yang menyediakan buku-buku dan sumber pembelajaran.
6. Akses internet (wi-fi) di lingkungan kampus yang dapat digunakan mahasiswa
dalam upaya mencari sumber pembelajaran yang mendukung pembelajaran seperti
jurnal, e-book, video dan lain-lain.

EVALUASI

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN


- Evaluasi hasil pembelajaran berdasarkan penilaian yang dilakukan terhadap tujuan
pembelajaran dan sasaran pembelajaran sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan.
- Penilaian terdiri atas 2 jenis:
1. Penilaian formatif: penilaian terhadap proses pembelajaran, disertai pemberian
umpan balik yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apakah sudah dapat
mencapai tujuan pembelajaran dan apa yang harus dilakukan jika belum tercapai.
2. Penilaian sumatif: penilaian terhadap hasil pembelajaran, yang digunakan untuk
menentukan apakah mahasiswa berhasil atau tidak.
16

- Penilaian dilakukan terhadap 3 domain:


1. Kognitif, menggunakan metode ujian tulis (MCQ )
2. Afektif, menggunakan metode observasi (lembar penilaian)
3. Psikomotor , menggunakan metode observasi (lembar penilaian)
- Penilaian menggunakan standar penialain acuan patokan (PAP)/criterion reference

Penilaian Formatif
Evaluasi Proses
Metode Instrumen Frekuensi Domain Keterangan
Tugas Lembar 2x (pada Kognitif Menilai dan memberikan
tertulis penilaian pertemuan umpan balik kepada

(Rangkuman dan umpan kedua mahasiswa terhadap perolehan


pengetahuan yang didapatkan
diskusi PBL) balik pada diskusi PBL
mahasiswa pada pertemuan
buku Log skenario 1
diskusi PBL hari kedua
dan 2)
Observasi Lembar 9x Kognitif, Menilai dan memberikan

praktikum penilaian afektif dan umpan balik kepada


keterampilan dan umpan psikomotor mahasiswa terhadap performa
keterampilan mahasiswa pada
balik pada
pertemuan pertama praktikum
buku Log
keterampilan
Evaluasi Hasil
Metode Instrumen Frekuensi Domain Keterangan
Presentasi Lembar 2x Kognitif, Menilai dan memberikan

pleno umpan afektif dan umpan balik kepada


balik psikomotor mahasiswa terhadap
kemampuan presentasi
mahasiswa dan hasil diskusi
yang diperoleh
17

Penilaian Sumatif
Metode Instrumen Frekuensi Domain Bobot NBL
(%)
Evaluasi proses
Observasi Lembar 8 Kognitif (C2-C5), 15% 75
diskusi PBL penilaian afektif
Observasi Lembar 5 Kognitif (C2-C5), 10% 75
praktikum penilaian afektif dan
psikomotor
Observasi Lembar 9 Kognitif (C2-C5), 15% 75
Keterampila Penilaian afektif dan
n Klinik psikomotor
(Skillslab)
Evaluasi Hasil
Ujian tulis MCQ 1 Kognitif (C1-C5) 60% 65
(100 soal)
TOTAL 100

EVALUASI PROGRAM
Evaluasi program dilakukan oleh tim pengelola modul terdiri atas:
- evaluasi terhadap proses (formatif): evaluasi terhadap semua bentuk kegiatan yang
menjadi proses pembelajaran
- evaluasi terhadap hasil (sumatif): evaluasi terhadap hasil pencapaian akhir yang
diperoleh setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
18

LAMPIRAN 1
Daftar Topik Bahasan dan dosen Pakar

No Departemen Topik Lecture Dosen Pengampu Lecture


1. Anatomi 1. Osteologi, Arthologi, dan Myologi 1. Dr. Garizki
Umum
2. Regio Capitis, Colli, Vertebrae 2. Dr. Putu
3. Eks. Superior dan Inferior 3. Dr. Mardheni
2. Fisiologi 1. Fisiologi Kinerja Otot Dr. Ringgo A., M.Kes
2. Exercise Phisiology
1. Histologi 1. Histologi jaringan Ikat dan 1.Dr. Aswan Jonet
Kartilago 2.Dr. Ratna
2. Histologi Jaringan Tulang dan Otot
2. Mikrobiologi 1. Infeksi pada Otot, Tulang & Sendi Prof. DR. Dr. Efrida WN,
(myositis, myo-pericarditis, arthritis Sp.MK, M.Kes
dan osteomyelitis)
3. Farmakologi 1. Faramakologi analgetic- 1. Dr. Boby Suryawan
antiinflamation 2. Dr. M. Ibnu Sina
2. Farmakologi Muscle Relaxan 3. Dr. M. Ibnu SIna
3. Prinsip Farmakoterapi
Muskuloskeletal (Telaah kasus)
4. Parasitologi 1. Infeksi Trichinella Spiralis dan Dr. Festy Ladyani, M.Kes
Filariasis pada Sistem
Muskuloskeletal
5. Patologi 1. Neoplasma pada sistem Dr. Wien Sp.PA
Anatomi muskuloskeletal
6. Ilmu 1. Gangguan metabolik & endokrin Dr. Rina Sp.PD
Penyakit sistem muskuloskeletal
Dalam
7. Ilmu 1. Pemeriksaan Fisik Sistem Dr. Aswedi Putra, Sp. OT
Penyakit Muskuloskeletal
Bedah 2. Inflamasi pada Sistem
Muskuloskeletal
3. Trauma pada Sistem
Muskuloskeletal
8. Ilmu 1. Struktur serta fungsi jaringan gigi Drg. Fiena
Penyakit Gigi dan mulut
dan Mulut 2. Kelainan pada jaringan gigi dan
mulut yang memerlukan tindakan
bedah
9. Radiologi 1. Radiologi ( Imaging diagnostic) Dr. Alfi Sp.R
pada sistem muskuloskeletal
10. Rehabilitasi 1. Medical Rehabilitation 1 Dr. Sanjoto Santibudi,
Medik 2. Medical Rehabilitation 2 Sp.KFR
11. JUMLAH 22
(pertemuan)
19

LAMPIRAN 2
Langkah diskusi PBL, Daftar Tilik Penilaian Diskusi dan Skenario Kasus Pemicu

Langkah diskusi PBL


Pertemuan hari pertama:
1. Klasifikasi dan mendefinisikan masalah
2. Analisis problem
3. Membangun hipotesa
4. Identifikasi dan mengkarakteristikkan pengetahuan yang diperlukan
5. Mengidentifikasi apa yang sudah diketahui
6. Identifikasi apa saja yang perlu dipelajari
7. Mengumpulkan informasi baru

Pertemuan hari kedua:


1. Melakukan sintesis informasi baru dan lama
2. Pengulangan seluruh atau sebagian langkah yang diperlukan
3. Identifikasi apa yang belum dipelajari
4. Kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari
5. Mengetes pengetahuan yang sudah dipahami dengan mengaplikasikan dengan problem
lain.
20

Lembar penilaian diskusi PBL


Kelompok :
Kasus Pemicu : pertemuan:
Nama Participation Attitude Total
No.
/NPM Sharing Argumentation Activity Dominant Discipline Manner Max(18)

Keterangan Penilaian

Sharing: berbagi pendapat/pengetahuan yang 1: pendapat seringkali kurang sesuai


sesuai dengan lingkup bahasan di antara 3: pendapat cukup sesuai, namun masih
anggota kelompok ada sedikit yang kurang sesuai
5: semua pendapat cukup sesuai
Argumentation: memberikan pengetahuan dan 1: pendapat tidak disertai rujukan, namun
tanggapan yang logis berdasarkan literatur masih logis
yang dibacanya 3: prndapat logis dan sesuai rujukan,
namun rujukan belum baik
5: prndapat logis dan sesuai rujukan yang
cukup baik
Activity: giat dalam diskusi tanpa didorong 1: Frekuensi memberikan pendapat <3x
fasilitator 3: Frekuensi memberikan pendapat 3-5x
5: Frekuensi memberikan pendapat >5x
Dominant: sikap menguasai forum pada saat 0: jika tampak mengusai forum diskusi
diskusi kelompok 1:jika mampu mempersilahkan oranglain
berpendapat
Discipline: kehadiran mahasiswa 0: jika terlambat
1: jika hadir tepat waktu
Manner: kemampuan dalam komunikasi (mampu 0: jika tampak tidak sopan, tidak
menyimak, menjelaskan dan bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta 1: jika menggunakan bahasa yang baik dan
sistematis) menghargai pendapat oranglain serta
sopan santun

Bandarlampung,…………...
Mengetahui,
Dosen Fasilitator

(............................................)
21

Kerangka berpikir

Radiologi
Riwayat penyakit, Symptoms Patologi Klinik
kebiasaan penderita

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis fisis penunjang

KLINIS

MEKANISME
DASAR:
Infeksi
Anatomi
Fisiologi
Biokimia
PA DIAGNOSIS

PREVENTION REHABILITATION PENATALAKSANAAN


PROMOTION

BEDAH NON BEDAH


22

LAMPIRAN 3
Penjelasan Topik Dan Titik Penilaian Keterampilan Klinik (Skills Lab)

Daftar Praktikum
No Materi Departemen Dosen
1 Collumna Vertebralis Anatomi Dr. Rakhmi Rafie
2 Regio Colli Dr. Rakhmi Rafie
3 Ekstremitas Superior (Cingulum Extremitas Superior Dr. Rakhmi Rafie
et Extremitas Superior Liberae
4 Ekstremitas Inferior (Cingulum Extremitas Inferior et Dr. M. Aminuddin
Extremitas Inferior Liberae
5 Musculi Vascularisasi et Inervasi Ekstremitas Dr. M. Aminuddin
Superior
6 Musculi Vascularisasi et Inervasi Ekstremitas Inferior Dr. M. Aminuddin
7 Jaringan tulang, jaringan otot & kulit Histologi Dr. Aswan Jonet

8 Otot polos, otot jantung & otot lurik Dr. Aswan Jonet
9 Jaringan tulang rawan hyalin & tulang dewasa Dr, Ratna
10 Otot (I) Fisiologi Dr. Iin R.
11 Otot(II) Fisiologi Dr. Iin R.
12 Efek Obat Analgetik Farmakologi Dr. Boby S.
13 Neoplasma jinak dan ganas Patologi Dr. Yessi
14 Radang sendi & tumor tulang (I) Anatomi Dr. Yessi
15 Radang sendi & tumor tulang (II) Dr. Yessi

Daftar Topik Keterampilan Klinik (Skills lab)

Pertemuan ke Materi Halaman

1 Tehnik cuci tangan prosedural dan bedah


2 Tehnik pemakaian sarung tangan dan pengenalan
alat-alat bedah.
3 Tehnik Menyuntik (IC, SC, IM)
4 Tehnik Menjahit terputus
5 Tehnik Menjahit tidak terputus
6 Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal I (Superior)
7 Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal II (Inferior)
8 History taking: Gout
9 Penyuluhan: perawatan ulkus tungkai, osteoarthitis,
Rematoid arthritis
23

Skill Lab 1

Teknik Cuci Tangan Prosedural dan Teknik Cuci Tangan Bedah

Yang dimaksud cuci tangan adalah membersihkan tangan dengan menggunakan


sikat dan sabun dibawah air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran, lemak dan
mikroorganisme dari tangan dan lengan pada anggota tim bedah yang steril.

Keadaan ini dapat dicapai melalui 2 proses yaitu :


(1). Proses mekanik (sikat) yang menghilangkan kotoran dan mikroorganisme
sementara (transiet microorganisme) dengan gesekan.
(2). Proses kimiawi dengan mengurangi bakteri kulit yang menetap (resident skin
bacteria) dan mikroorganisme non aktif dengan bahan mikrobisida atau antiseptik

Hal yang harus diperhatikan pada waktu cuci tangan adalah :


1. Semua perhiasan yang ada (jam tangan, gelang, cincin harus dilepas)
2. Lamanya cuci tangan sesuai dengan prosedur penggunaan jenis antiseptik selama ± 5
menit
3. Cara cuci tangan bedah (cuci tangan surgical)
a. Lepaskan semua perhiasan yang ada ditangan
b. Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan air bersih dan mengalir
c. Teteskan cairan antiseptik, ratakan di kedua tangan dan gosok sampai berbusa
d. Bersihkan dengan sikat dibawah air mengalir
e. Gosoklah dengan antiseptik, sela jari tangan, telapak tangan, punggung tangan,
lengan bagian bawah secara bergantian
f. Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan posisi jari tangan lebih
tinggi dari posisi siku
g. Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh dengan benda disekitarnya
h. Keringkan kedua tangan sampai siku dengan handuk steril satu persatu dari ujung
jari menuju ke lengan dengan cara memutar, kemudian handuk dipisahkan dari
benda steril.
24

Teknik Cuci Tangan Prosedural


25

Teknik Cuci Tangan Prosedural

Step 1
 Lepaskan semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
 Basahilah tangan dengan air
 Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk

Step 2
 Cuci tangan secara menyeluruh, mulai dengan telapak tangan

Step 3
 Harap perhatikan telapak tangan belakang dan pergelangan tangan

Step 4
 Sela-sela jari tangan

Step 5
 …..Jari-jari tangan…..

Step 6
 …..dan ibu jari…..

Step 7
 Akhirnya dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak tangan,
dengan menggunakan gerakan memutar

Step 8
 Bilas tangan seluruhnya dengan air mengalir
 Keringkan tangan dengan handuk dan gunakan bekas handuk itu untuk menutup
kran air
26

Teknik Cuci Tangan Bedah


27

Teknik Cuci Tangan Bedah


Step 1
 Lepas semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
 Basahi tangan dengan air mengalir
 Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk, cuci tangan dan lengan bawah
secara menyeluruh dan bilas

Step 2
 Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh permukaan tangan dan
lengan bawah

Step 3
 Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah
kuku kedua tangan

Step 4
 Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela jari, telapak tangan
dan punggung tangan.
 Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi

Step 5
 Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan

Step 6
 Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah juga di
scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
 Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku

Step 7
 Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan lebih
tinggi dari siku

Step 8
28

 Biarkan sisa air menetes melalui siku keringkan dengan handuk steril
Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Prosedural

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1 Lepaskan semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
Basahilah tangan dengan air
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk
2 Cuci tangan secara menyeluruh, mulai dengan telapak tangan
3 Harap perhatikan telapak tangan belakang dan pergelangan
tangan
4 Sela-sela jari tangan
5 Jari-jari tangan
6 dan ibu jari
7 Akhirnya dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari
bersihkan telapak tangan, dengan menggunakan gerakan
memutar
8 Bilas tangan seluruhnya dengan air mengalir
Keringkan tangan dengan handuk dan gunakan bekas handuk
itu untuk menutup kran air
Jumlah

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...


Mengetahui,
Pembimbing

(...................................................)
29

Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Bedah

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1 Lepas semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
Basahi tangan dengan air mengalir
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk, cuci tangan
dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas
2 Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh
permukaan tangan dan lengan bawah
3 Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk
membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan
4 Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela
jari, telapak tangan dan punggung tangan.
Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi
5 Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan
6 Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan
bawah juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan
menuju siku
Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku
7 Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan
tangan ditahan lebih tinggi dari siku
8 Biarkan sisa air menetes melalui siku keringkan dengan handuk
steril
Jumlah

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...


Mengetahui,
Pembimbing

(..................................................)
30

Skill Lab 2

Pengenalan Alat Bedah Sederhana

Instrumen

Alat bedah sederhana dibedakan menjadi 3 instrumen yaitu : a) instrument


pemotong, b) instrument pemegang dan c) instrument penarik.

a. Instrumen Pemotong.
Alat ini dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Skalpel dan 2) Gunting.

a.1. Skalpel.
Ada 2 macam yaitu 1) jenis bilah dan gagangnya dapat dilepas, 2) jenis scalpel
antar bilah dan gagangnya merupakan kesatuan.
Pada jenis pertama (#1) sekarang lebih sering digunakan. Ukuran dan bentuk
skalpel baik besarnya gagang atau bilahnya bermacam-macam, tetapi yang sering
digunakan adalah gagang no 3 dengan bilah nomor 10, 11 atau 15. Pada bilah nomor 10
sering dipakai untuk insisi kulit. Pada bilah nomor 11 sering dipakai untuk menyayat
abses. Pada bilah nomor 15 untuk membuat insisi melengkung atau insisi yang
memerlukan kecermatan.

Gambar 1. Gagang skalpel dengan tiga bilah yang paling sering dipakai.
31

Gambar 2. Cara memegang gagang scalpel dan melepas skalpel

a.2. Gunting.
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung penggunaannya.
Berdasarkan diatas tersebut gunting dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Gunting Mayo, gunting yang berukuran besar biasanya digunakan untuk membelah
fascia atau tendo; dan berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2, yaitu berbilah
lengkung dan berbilah lurus.
2. Gunting Metzenbaum atau Macindoes, gunting yang berukuran halus untuk
mendeseksi dan memotong jaringan, berdasarkan bilahnya juga dibedakan lengkung
dan lurus. Kedua jenis gunting di atas kedua ujung atau salah satunya tumpul.
3. Gunting Runcing, kedua ujungnya runcing untuk mendeseksi secara cermat dan
berdasarkan bilahnya dibedakan : bilah lengkung dan bilah lurus.
4. Gunting Balutan, Benang, bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya tebal ujungnya
tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk menggunting kasa dan benang
serta balutan.
32

Gambar 3 a : Gunting Bedah / Diseksi

Gambar 3 b : Gunting Benang


33

Gambar 3 c : Gunting Verban

Gambar 3 d : Cara memegang gunting

Cara memegang gunting, apabila dipegang dengan tangan kanan jari-jarinya tidak
dimasukkan lebih jauh dari sendi distal. Tetapi jika dipegang dengan tangan kiri maka
harus dimasukkan lebih jauh dari sendi distal karena gerakan menekan dilakukan oleh
ibu jari.
34

b. Instrumen Pemegang.
Instrumen ini dibedakan 3 macam yaitu : 1) Pemegang jarum, 2) Pinset dan 3) Klem.

b.1. Pemegang jarum.


Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang, ukurannya
bermacam-macam, yaitu pendek, sedang dan panjang, demikian juga ukuran bilahnya.
Pemegang jarum harus dipakai sesuai dengan ukuran jarum yang dipegangnya.

Gambar 4. Alat pemegang jarum

b.2. Pinset.
Alat ini digunakan untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi.
Pinset ini dibedakan 3 macam :
a. Pinset bergigi tajam yang dapat digunakan untuk memegang jaringan dengan baik
hanya memerlukan tekanan minimal, missal : subcutan, otot, fascia. Tetapi tidak
dapat dipakai untuk memegang struktur yang dapat berlubang (peritoneum, pleura).
b. Pinset Adson, suatu pinset bergigi halus yang biasa dipakai dalam menjahit kulit.
35

c. Pinset tidak bargigi, biasanya digunakan memegang sepon untuk membersihkan luka

Gambar 5. Pinset bergigi tajam (pinset chirurgie)

Gambar 5. Pinset tidak bergigi (pinset anatomis)

b.3. Klem.
Sebagai alat untuk penjepit, macamnya diantaranya :
a. Klem arteri biasa dipakai sebagai penjepit arteri (hemostat) dilengkapi dengan
pengunci dengan bilah bergigi, ada yang lurus dan ada yang lengkung.
b. Klem bergigi halus atau tidak bergigi (klem Allis) untuk memegang kulit, fascia
atau dikenal dengan klem jaringan.
c. Klem Kocker, klem yang mempunyai bilah yang sangat kuat dipakai untuk menarik
jaringan yang sangat kuat.
d. Cunam, alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin biasa dipakai untuk menjepit
kasa pembersih luka.
36

1. Hemostatic Forcep Kelly 2. Hemostatic Forsep Rochester-Pean

3. Allis Forcep (Klem Allis) 4. Hemostatic Forcep Kocher

5. Towel Holding Forcep (Penjepit Duk) 6. Sponge Holding Forcep

Gambar 6 : Alat Forcep (Klem)

c. Instrumen Penarik (Retractor).


Ada jenis yang harus dipegang dengan tangan maupun ada yang dibiarkan
terpasang tanpa dipegang. Panjang dan lebar bilah serta bentuk gagangnya bervariasi.
Apabila penarik ini mempunyai ujung runcing tidak boleh dipergunakan dekat
pembuluh darah atau organ berongga.
37

Gambar 7 : Penarik Bergigi Tajam

Gambar 8 : Penarik Langenbeck

Gambar 9 : Penarik Midledorf

Jarum

- Ada jarum yang dirancang dipegang dengan tangan tetapi adapula jarum yang
dirancang dipegang dengan instrument.
38

- Bahannya terbuat dari baja tahan karat yang ditutup lapisan yang memudahkan
jarum tersebut mudah menembus jaringan.
- Ada 3 komponen dasar jarum, yaitu : bagian belakang, bagian tengah dan
bagian ujung.
- Bagian belakang yang berhubungan dengan benang, ada yang tidak berlubang
(jenis atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis Mayo, jenis French).
- Tubuh jarum dapat berbentuk lurus atau lengkung dengan berbagai ukuran
panjang, diameter serta bentuk penampang.
- Jarum lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak membelok, biasa
dipakai untuk menjahit kulit.
- Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau struktur yang lebih
dalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam antara lain 1/4, 3/8, 1/2 atau 5/8
lingkaran.

Ujung jarum bentuknya bermacam-macam :


a. Jarum berujung “taper” traumanya paling minimal dapat dipakai untuk menjahit
jaringan lunak (peritoneum).
b.Jarum berujung “cutting” (mempunyai 3 sisi tajam), dapat dipakai untuk menjahit
liat (kulit, tendo).
c. Jarum berujung “tapercut” (tubuh ramping, mempunyai 3 sisi tajam), dipakai pada
jaringan liat dengan luka minimal.
d.Jarum “taper berujung tumpul”, dipakai untuk menjahit jaringan yang rapuh (hepar,
ginjal).

Gambar 9. Jenis-jenis ujung jarum


39

Benang

- Yang perlu diperhatikan untuk memilih benang adalah karakteristik bahan, daya
tahan dan reaksi jaringan bahan tersebut serta ukuran benang.
- Karakteristik bahan benang ditentukan oleh : kekuatan, daya regang dan
elastisitas, kehalusan permukaan, kapilaritas serta reaksi jaringan terhadap
benang tersebut.
- Bahan plastik seperti polipropilen cocok digunakan di daerah-daerah yang
mendapat stress berulang kali, tetapi lebih cocok untuk menjahit kulit karena
tidak meninggalkan parut bekas benang tersebut. Bahan-bahan jenis elastis
(polyester, sutera) dapat menahan tarikan yang berulang-ulang, biasa dipakai
untuk meligasi. Jika benang permukaan kasar tidak dapat digunakan pada
jaringan yang peka terhadap iritasi (mata, mukosa usus) tetapi tidak
memerlukan simpul yang terlalu banyak sehingga cocok untuk jahitan jelujur.
Bahan sintetis tidak menimbulkan reaksi jaringan yang hebat, sedangkan bahan
organis dapat menimbulkan reaksi jaringan yang hebat. Benang multifilamen
akan menghisap cairan jaringan hal ini dapat merupakan medium yang baik
untuk menumbuhkan bakteri.
- Bahan benang dibedakan ada yang dapat diserap oleh jaringan sehingga tidak
perlu dilepas, sedangkan bahan yang tidak diserap jaringan harus diambil. Jenis
benang yang dapat diserap antara lain: kolagen, catgut, asam poliglikolat
(Dexon), poliglaktin (Vicryl), dan polidioksanon (PDS). Jenis benang yang
tidak dapat diserap antara lain : sutera (multifilament), benang baja
(monofilamen), nilon (Ethilon) dan polipropilen.
- Ukuran benang. Ukuran baku yang ditetapkan oleh USP & BP (United State
Pharmacopoeia & Brithish Pharmacopoeia) dari nomor kecil 11/0 (benang
mikro) sampai yang terbesar nomor 6 atau ukuran menurut metrik yang terbagi
dalam sepersepuluh milimeter dari 0, 1 maupun 8.
40

Teknik Menggunakan Sarung Tangan

Tujuan :
- bagian yang kontak langsung dengan pembedahan harus steril

Caranya ada 2 macam :


a. Apabila memakai jubah operasi
Sarung tangan diambil oleh tangan yang masih tertutup oleh lengan jubah;
(sarung tangan kanan diambil oleh tangan kiri dan sebaliknya), kemudian
diletakkan di ujung tangan yang lain. Tangan didorong masuk ke sarung tangan,
sarung tangan kedua diambil oleh tangan yang telah memakai sarung tangan,
dan diletakkan di ujung tangan sisi yang lain, kemudian tangan pertama
didorong masuk dan dibenahi sampai rapi dan posisi sarung tangan diluar jubah
operasi.

b. Apabila tidak memakai jubah operasi


Yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah agar bagian luar sarung tangan
tidak tersentuh oleh tangan dengan langsung. Oleh karena itu sarung tangan
steril biasanya pangkalnya dilipat keluar agar dapat dipakai pegangan pada saat
memakainya seperti pada gambar di bawah ini :
41

Gambar 10 : Teknik menggunakan sarung tangan dengan memakai jubah operasi

Gambar 11 : Teknik menggunakan sarung tangan tidak memakai jubah operasi


42

TEKNIK ASEPTIK

Komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah pada pembedahan adalah infeksi.
Salah satu cara mencegah itu adalah Teknik Kerja Aseptik. Teknik aseptik adalah satu
cara untuk memperoleh dan memelihara keadaan steril, dasar dari teknik ini adalah
bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, oleh karena itu teknik aseptik yang dipakai
adalah mencegah masuknya infeksi dari luar melalui tempat pembedahan.
Prosedurnya ada 3 bagian, yaitu :
1. mencuci hamakan tempat pembedahan
2. mencuci hamakan bagian tubuh yang kontak dengan tempat kerja
3. sterilisasi alat-alat yang dipergunakan dalam pembedahan.

Mencuci hamakan tempat pembedahan


Kulit :
1. dicuci dari kotoran
2. dibasuh dengan larutan antiseptik (misalnya : povidon iodine, alkohol,
heksaklorofen)
3. cara membasuhnya dari dalam keluar, lamanya 5 – 10 menit.

Gambar 12 : Mencuci hamakan kulit


43

Pemasangan kain penutup steril :


Pemasangan kain ini berguna untuk mengisolasi daerah pembedahan dari daerah
lain (tubuh lain) yang tidak steril. Kain ini biasanya di tengah ada lubang dan lubang ini
ditempatkan pada daerah pembedahan. Besarnya lubang dan kain ini bermacam-macam
tergantung kepentingannya.
44

Penilaian Keterampilan Instrumen dan Kegunaannya

No Aspek yang dinilai Nilai


(Pilih Instrumen dengan ditunjukkan ke Instruktur) 0 1
1 Skalpel
2 Gunting jaringan
3 Gunting benang
4 Gunting verband
5 Gunting angkat jahitan
6 Klem arteri
7 Klem kain duk
8 Pemegang jarum
9 Pinset anatomis
10 Pinset chirurgis
11 Jarum cutting
12 Jarum tapper
13 Benang absorbable
14 Benang non absorbable
Jumlah
Keterangan : 0 = Salah
1 = Benar

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
45

Penilaian Keterampilan Teknik Menggunakan Sarung Tangan


Tidak Memakai Jubah Operasi (Secara Terbuka)

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1 Dapat menyiapkan sarung tangan dengan tepat / siap pakai
2 Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada
lipatan keluar bagian proximal
3 Memasang sarung tangan tersebut pada tangan kanan tanpa
menyentuh bagian luarnya
4 Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan pada
sisi dalam lipatan
5 Memasang sarung tangan kiri tanpa tangan kanan
menyentuh tangan kiri
6 Tangan kiri tidak menyentuh bagian luar sarung tangan
Jumlah

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Pertemuan pertama: (formatif)


Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
46

Skill Lab 3

Teknik Menyuntik Intra Kutan, Sub Kutan, Dan Intra Muskular

Injeksi Intra Cutan


Memasukan cairan / obat kedalam tubuh dengan menggunakan jarum berlubang
kedalam kulit.

Tujuan :
• Mencegah penyakit / memberi kekebalan (imunisasi)
• Mengetahui reaksi setempat
• Tes mantoux
• Skin test

Indikasi :
• Pada pasien yang menggunakan obat-obat injeksi yang belum pernah digunakan
sebelumnya (terutama golongan antibiotik)
• Pemberian obat harus secara intracutan

Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22, 20,18 dll
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya

Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
47

- Jauh dari urat syaraf


- Pigmentasi sangat kurang
- Folikel rambut kurang
- Sensitivitas kurang
- Kulitnya paling tipis

Lokasi injeksi :
- Lengan bawah tangan sebelah dalam (umumnya)
- Lengan atas dalam
- Dada bagian atas
- Punggung (Skapula)
-
Efek samping :
- Abses
- Alergi

Pelaksanaan :
- Beri tahu pasien
- Siapkan alat / obat dan dekatkan pada pasien
- Cuci tangan
- Ambil obat dengan cara dipotong (ampul), di oplosing (vial)
- Dihisap dengan nald lalu dikontrol dosis obat (0,01 - 0,1 cc) dengan menggunakan
spuit 1 cc
- Kontrol udara sampal tidak ada udara dalam spuit
- Desinfeksi
- Jarum dimasukan ke kulit dengan sudut 10 - 20 °
- Biarkan kulit yang telah diinjeksi, jangan di massage
- Beri tanda pada lokasi injeksi dengan diameter ± 2 cm
- Bereskan alat
- Reaksi akan muncul 15 menit atau maksimal 30 menit.
48

Tekhnik Menyuntik Sub Kutan

Injeksi Sub Kutan


Memasukan cairan / obat ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum berlubang
melalui bawah kulit.

Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pencegahan penyakit / memberikan kekebalan (imunisasi)

Indikasi :
- Pada pasien yang harus Nuchter
- Obat tidak dapat dimakan karena muntah terus
- Obat dapat mengiritasi kulit, vena dan otot
- Absorbsi obat diharapkan lebih lambat

Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc, 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 26
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya

Syarat :
• Jauh dari pembuluh darah
• Jauh dari urat syaraf
• Jauh dari tulang

Lokasi Injeksi
• Otot lateral dan atas paha ,
• Otot lateral atas lengan
• Otot punggung
49

• Otot abdomen

Efek samping
- Peradangan lokasi injeksi
- Nekrose jaringan
- Abses

Pelaksanaan
o Beritahu pasien
o Siapkan alat / obat dan dekatkan dengan pasien
o Cuci tangan
o Ambil obat di potong bila kemasan dalam ampul, dan di oplosing bila kemasan
datam vial / bubuk.
o Obat di hisap dengan menggunakan nald, hal ini berguna untuk mengontrol dosis
obat
o Yakinkan pasien bahwa obat yang akan diberikan benar
o Perhatikan secermat mungkin efek samping pemberian obat
o Kontrol udara sampai tidak ada udara dalam spuit
o Desinfeksi lokasi injeksi
o Jarum dimasukan secara tegak lurus dengan sudut 45º, bila berhasll (tidak ada
darah dalam spuit) masukan obat secara berlahan-lahan
o Bila setelah dilakukan aspirasi tidak berhasil jarum dicabut dan pindah ± 2 cm
dari lokasi pertama
o Bila obat telah masuk, maka cabut jarum dengan cepat. Bekas tusukan ditahan
dengan kapas alkohol.
o Massage lokasi untuk mengurangi nyeri setelah injeksi
o Bereskan alat lalu atur posisi
o Perhatian : pemberian obat jangan lebih 1 cc, jika lebih berikan secara rotasi
50

Teknik Menyuntik Intra Muscular

Injeksi Intra Muskular


Memasukan cairan / obat ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum berlubang
melalui otot

Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pengobatan penyakit

Indikasi :
- Meningkatkan laju aliran absorbsi obat
- Obat tidak dapat diberikan secara SC dan IV
- Obat dapat mengiritasi kulit, bawah kulit dan vena
- Obat mengandung minyak

Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya

Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
- Jauh dari urat syaraf

Lokasi Injeksi :
- Musculus Gluteus maximus
- Musculus Deltoideus
- Musculus Quadriceps femoris
51

Penatalaksanaan
1. Setelah obat siap dan cuci tangan lakukan desinfeksi lokasi, lalu kulit
direnggangkan
2. Jarum masukan tegak turus dengan sudut 90 °
3. Lakukan aspirasi (bila tidak ada darah) dan masukan obat perlahan, bila ada
darah jarum dicabut dan lokasl injeksi dipindahkan ± 2 cm
4. Massage lokasi untuk mengurangi nyeri

Efek samping
- Peradangan lokasi
- Alergi
- Abses
- Penekanan urat syaraf
52

Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Intra Kutan

Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan
diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa
kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan
mengeluarkan gelembung yang ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan
kapas alcohol 70 % dengan gerakan melingkar
dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk
memegang spuit dan menusukkan jarum dengan
menghadap keatas membentuk sudut 10o - 20o
dari permukaan kulit
15 Menginjeksikan obat intra kutan sampai
kepermukaan kulit mengembung
16 Menarik suntikan dengan cepat, membuang
53

jarum suntik pada tempat yang aman


17 Melingkari lokasi injeksi dengan diameter lebih
kurang 2 cm
18 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan
membereskan perlengkapan
19 Menjelaskan tindakan sudah selesai
20 Mengucapkan salam akhir
JUMLAH TOTAL

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
54

Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Sub Kutan

Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc atau 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan
diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa
kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan
mengeluarkan gelembung yang ada
12 Memilih lokasi penyuntikan, harus bebas dari
bengkak, keras, jaringan perut, gatal, merah atau
meradang
13 Pembersihan area yg akan disuntik dengan
kapas alkohol 70 % dengan gerakan melingkar
dari dalam keluar
14 Menggunakan ibu jari dan telunjuk dari tangan
yang non dominan untuk meregangkan area
injeksi
55

15 Menggunakan tangan dominan untuk memegang


jarum dan menusukan jarum dengan menghadap
keatas membentuk sudut 45o dari permukaan
kulit
16 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik
jarum keluar dan ganti dengan obat yang baru
17 Menginjeksikan obat sub kutan secara perlahan-
lahan
18 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan
kulit dengan tangan yang non dominant
19 Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
20 Membuang jarum suntik pada tempat yang aman
21 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan
membereskan perlengkapan
22 Menjelaskan tindakan sudah selesai
23 Mengucapkan salam akhir
JUMLAH TOTAL

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
56

Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Intra Muscular

Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan
diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa
kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan
mengeluarkan gelembung yang ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan
kapas alcohol 70 % dengan gerakan melingkar
dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk
memegang spuit dan menusukkan jarum tegak
lurus 90o dari permukaan kulit
14 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik
jarum keluar dan ganti dengan obat yang baru
15 Menginjeksikan obat intra muscular
16 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan
kulit dengan tangan yang non dominant
57

17 Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol


18 Membuang jarum suntik pada tempat yang aman
19 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan
membereskan perlengkapan
20 Menjelaskan tindakan sudah selesai
21 Mengucapkan salam akhir
JUMLAH TOTAL

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
58

Skill Lab 4 & 5


Teknik Menjahit Terputus dan Tidak terputus

Yang perlu diperhatikan dalam melatih menjahit adalah :


1. Teknik menjahit
2. Membuat simpul
3. Menutup luka

Membuat simpul
Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah :
a. Jenis simpul (Gambar 1)
a.1. Square knot
a.2. Surgeon’s knot
a.3. Granny knot
b. Membuat simpul dengan satu tangan (Gambar 2)
c. Membuat simpul dengan dua tangan (Gambar 3)
d. Membuat simpul dengan instrument (Gambar 4)
e. Memotong benang
Pada luka benang dipotong sedikit mungkin dengan simpul. Caranya ujung
gunting yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong,
digeser sampai ke simpul, diputar miring 45º kemudian dikatubkan. Pada
jahitan jelujur dan jahitan struktur yang penting benang simpul dipotong
agak panjang untuk mencegah simpul terurai, tetapi tetap harus lebih
pendek terhadap jarak jahitan berikutnya.
Perhatikan :
1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat
meninggalkan bekas.
2. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vascularisasi
lebih baik.
59

Gambar 1. Jenis simpul A: Square Knot; B. Surqeon’s Knot; C. Granny Knot

Gambar 2. Membuat simpul dengan satu tangan

Gambar 3 : Membuat simpul dengan dua tangan


60

Gambar 3 : Membuat simpul dengan dua tangan


61

Gambar 4 : Membuat simpul dengan instrumen

Menutup luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
- Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur.
- Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus maupun
jelujur.
- Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada
pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.
- Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat tetapi
tidak boleh dipakai di tempat pendarahannya (vascularisasi) kurang.
- Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh untuk
menjahit subcutis, karena kulit akan bergelombang.
62

- Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus
seluruhnya akan terbuka.
- Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan iskemia.

Jahitan terputus sederhana Jahitan matras vertikal

Jahitan jelujur sederhana

Jahitan jelujur vertikal

Gambar 5 : Macam-macam jenis jahitan


63

Menjahit Kulit
Caranya :
1. Gunakan pinset bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
2. Jarum lengkung jenis “cutting” dengan benang nilon monofilament nomor 3/0
dipasang pada klem pemegang jarum. Pemasangan itu diletakkan antara 2/3 depan
dan 1/3 belakang, lalu gagang klem dikunci

Gambar 6. Cara menjepit jarum dengan klem

3. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 90º dan bahu
abduksi, jarum ditusukan di kulit secara tegak lurus.
4. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit pinset.
5. Kulit ditegakkan dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi bahu yang
serentak. Jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai dengan lengkungan
jarum, tetapi jangan terlalu dangkal.
6. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem pemegang
jarum ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada ujungnya, karena dapat patah
atau bengkok).
7. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
8. Tusukan lagi tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama, dan cara
yang sama, setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan 2 x 1 x 1
(Surgeon’s Knot).
9. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
10. Simpul ditarik ke tepi kearah pada ujung benang yang lebih pendek.
64

a. Contoh yang benar

b. Contoh yang salah

Gambar 7. Menjahit kulit

Menjahit Subcutis
Menjahit lemak subcutis dilakukan dengan jahitan terputus sederhana dengan simpul
terkubur.
Caranya :
1. Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara lemak dan
dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dari sisi jauh operator
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang dapat diserap ditusukkan jauh ke
jaringan lemak sampai keluar dekat permukaan.
65

5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal lalu jarum ditembuskan dengan
gerak supinasi.
6. Setelah no 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan dengan
derakan pronasi serta supinasi jarum ditusukkan dari arah permukaan ke lapisan
dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan benang dipotong.

Gambar 8. Menjahit subcutan


66

Penilaian Keterampilan Bedah Minor / Jahit Kulit Terputus


Dengan Menggunakan Instrumen Waktu Menyimpul

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1 Mempersiapkan instrumen bedah dengan menggunakan
alat korentang
- Pemegang jarum - Jarum cutting
- Benang non absorbable - Pinset anatomis
- Pinset chirurgis - Gunting benang
- Sponge Holding Forcep - Kassa steril
- Betadine dalam tempatnya - Bengkok
- Sarung tangan steril - Kain penutup steril
2 Mencuci tangan dengan teknik procedural
3 Memakai sarung tangan dengan teknik terbuka
4 (Jaringan luka sudah dianestesi local) Mencuci hamakan
kulit dengan menggunakan larutan antiseptik dengan
gerakan dari dalam keluar
5 Memasang kain penutup steril
6 Memasang jarum lengkung cutting no. 3/0 pada klem
pemegang jarum diantara 2/3 depan dan 1/3 belakang dan
mengunci klem
7 Menggunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit
mengangkat tepi luka
8 Menusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak lurus
dengan posisi tangan pronasi penuh, dengan siku
membentuk 90 derajat dan bahu abduksi
9 Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat
yang dijepit pinset dengan mengangkat kulit dan kulit
ditegangkan
10 Mendorong jarum maju dengan gerakan supinasi
pergelangan tangan dan adduksi bahu yang serentak, dalam
67

arah melengkung sesuai dengan lengkungan jarum


11 Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum ditarik
dengan klem pemegang jarum dengan menarik benang
sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit
12 Menusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari dalam
dengan kedalaman yang sama dan cara yang sama
13 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dan
tangan kanan memegang klem pemegang jarum
14 Membuat lilitan benang panjang dengan klem pemegang
jarum
15 Menjepit dan menarik benang panjang dan menempatkan
disisi benang pendek
16 Membuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot)
17 Memotong benang dengan menyatukan ujung guntingnya
yang terbuka pada benang digeser sampai ke simpul
diputar miring 45 derajat dan dikatubkan
18 Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling
bertemu
19 Simpul diletakkan ditepi luka
Jumlah

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
68

Penilaian Keterampilan Bedah Minor / Jahit Kulit Tidak Terputus


Dengan Menggunakan Instrumen Waktu Menyimpul

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1 Mempersiapkan instrumen bedah dengan menggunakan alat
korentang
- Pemegang jarum - Jarum cutting
- Benang non absorbable - Pinset anatomis
- Pinset chirurgis - Gunting benang
- Sponge Holding Forcep - Kassa steril
- Betadine dalam tempatnya - Bengkok
- Sarung tangan steril - Kain penutup steril
2 Mencuci tangan dengan teknik procedural
3 Memakai sarung tangan dengan teknik terbuka
4 (Jaringan luka sudah dianestesi local) Mencuci hamakan kulit
dengan menggunakan larutan antiseptik dengan gerakan dari
dalam keluar
5 Memasang kain penutup steril
6 Memasang jarum lengkung cutting no. 3/0 pada klem pemegang
jarum diantara 2/3 depan dan 1/3 belakang dan mengunci klem
7 Menggunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit mengangkat
tepi luka
8 Menusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak lurus dengan
posisi tangan pronasi penuh, dengan siku membentuk 90 derajat
dan bahu abduksi
9 Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat yang
dijepit pinset dengan mengangkat kulit dan kulit ditegangkan
10 Mendorong jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan
tangan dan adduksi bahu yang serentak, dalam arah melengkung
sesuai dengan lengkungan jarum
11 Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum ditarik
dengan klem pemegang jarum dengan menarik benang sampai
ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit
69

12 Menusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari dalam dengan


kedalaman yang sama dan cara yang sama
13 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dan tangan
kanan memegang klem pemegang jarum
14 Membuat lilitan benang panjang dengan klem pemegang jarum
15 Menjepit dan menarik benang panjang dan menempatkan disisi
benang pendek
16 Membuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot) pada jahitan
pertama
17 Mengulangi kegiatan no 7 s/d no 15 tanpa menyisakan ujung
benang sebanyak 5 kali
18 Pada jahitan terakhir dibuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s
knot)
19 Memotong benang dengan menyatukan ujung guntingnya yang
terbuka pada benang digeser sampai ke simpul diputar miring 45
derajat dan dikatubkan
20 Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
21 Simpul diletakkan ditepi luka
Jumlah

Keterangan : 0 = tidak dilakukan


1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
70

Skill Lab 6 & 7


PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL

1. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital

- Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit berat

- Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan
temperatur

2. Status Lokalisata

Pada pemeriksaan muskuloskeletal yang penting adalah: Look (inspeksi), Feel


(palpasi), dan Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
1. Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat
- Bentuk tubuh
o Normal
o Athletic
o Cebol
o Bongkok
o Miring
- Cara penderita datang (Normal, Pincang, Digendong)
- Sikatriks (jaringan parut alamiah atau post operasi)
- Cafe au lait spot (tanda lahir)
- Fistulae
- Warna kemerahan/kebiruan atau hiperpigmentasi
- Benjol/pembengkakan/cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
- Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas)
71

- Jalannya (gait waktu pasien masuk kamar periksa)

Fase jalan normal:


1. Meletakkan tumit Heel strike
2. Fase menapak Stance Phase
3. Ujung jari bertumpu Toe Off
4. Mengayun langkah Swing Phase

Gambar Macam-macam Fase Berjalan

Kelainan Cara Berjalan

1. Antalgic gait (anti = against, algic = pain). = Nyeri waktu menapak


sehingga langkah memendek
2. Tredelenberg gait (paralise n. ischiadicus)
3. Stepage gait (langkah pendek-pendek)
72

Tredelenberg gait

Antalgic gait Steppage gait

2. Feel (palpasi)
Pada saat akan meraba, posisi pasien perlu diperbaiki dulu agar dimulai dari
posisi netral/anatomis. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dua arah
karenanya perlu diperhatikan wajah (mimik kesakitan) atau menanyakan rasa
sakit. Yang perlu dicatat adalah :

- Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit


- Bila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya edema
terutama daerah persendian
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal/
tengah/ distal)
- Otot:

• Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas


dimana posisi ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi.
• Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan otot
pada sisi lateral tubuh penderita, atau otot lainnya. Dapat juga
dibandingkan dengan otot pemeriksa yang tonusnya normal
73

• Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot –otot femur pada
lesi medula spinalis
• Tonus otot bisa:

- Eutonus tonus normal

- Hipertonus tonus meninggi

- Hipotonus tonus melemah

 Pemeriksaan atrofi otot

Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara:

- Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya

- Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan dengan


anggota sebelahnya

3. Move (gerak)
- Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan
menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri
pada pergerakan.
- Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk
mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk
mengetahui gerakan normal si penderita.
- Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi
dengan sejawat lain dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
- Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang
abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture).
- Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.
Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.
- Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita
74

sendiri disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan pemeriksa). Selain


pencatatan pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini
juga penting untuk melihat kemajuan/kemunduran pengobatan.
PEMERIKSAAN SENDI

- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
- Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif
- Adanya bunyi “klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi

A. Pemeriksaan Leher

1. Inspeksi

Suruh penderita duduk atau


berdiri dengan posisi relaks.
Pemeriksa memperhatikan
dari arah depan, samping
dan belakang.

Dari inspeksi akan terlihat :

- Leher normal sama kiri dan kanan

- Lordosis hebat jika leher lebih ante fleksi

- Miring seperti pada tortikolis


75

2. Palpasi meraba kalau ada tonjolan tulang abnormal

3. Pemeriksaan gerakan leher


76
77

B. Pemeriksaan Bahu

1. Inspeksi simetris atau tidak


78

2. Palpasi bahu

Abduksi N : 0 – 170
Adduksi N: 0–500

0-165
0-60

Forward Fleksi N: 0–165 Backward ekstens N: 0-60


17

C. Pemeriksaan siku

1. Inspeksi

2. Palpasi

3. Pergerakan :
18

D. Pemeriksaan gerakan pergelangan tangan

1. Inspeksi

2. Palpasi
19

3. Pergerakan
20

E. Pemeriksaan gerakan punggung


1. Inspeksi

Fixed kyphosis Gibbus Scoliosis

2. Palpasi

3. Pergerakan

Pada keadaan normal pasien bisa


menyentuh lantai sampai 7 cm dari
lantai
21
20

F. Pemeriksaan gerakan panggul

1. Inspeksi 2. Palpasi

3. Pergerakan
21

G. Pengukuran discrepancy (kesenjangan panjang anggota gerak)

Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah bertujuan untuk
melihat kelaianan sendi atau pemendekan akibat suatu kelainan
Caranya:

- Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan melihat perbedaan


tonjolan atau sendi-sendi tertentu, seperti lutut kiri dengan lutut kanan,
siku kiri dengan siku kanan, ankle kiri dengan ankle kanan . Misalnya
contoh gambar dibawah dimana A tampak perbedaan ukuran tibia, dan B
tampak perbedaan femur
22

- Mengukur dengan pasti seperti

Appereance length perbedaan jarak ukuran antara pusat


dan maleolus kiri dan kanan
True length perbedaan jarak antara SIAS dan maleolus kiri
dan kanan.

kanan

A B.
23

H. Pemeriksaan gerakan lutut

Inspeksi
24

Palpasi
25

Pergerakan
26

I. Pemeriksaan gerakan ankle dan kaki

Inspeksi
27

Palpasi

Pergerakan
28

PENILAIAN PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL 1


(Superior dan Inferior)

No Materi yang dinilai Skor


0 1 2 3
1 Membina hubungan baik
2 Menyambut dan menyapa pasien dengan santun
- Berdiri
- Menjawab salam
- Mempersilahkan duduk
3 Memberikan penjelasan dengan jelas mengenai
tujuan pemeriksaan
4 Membina situasi yang nyaman bagi pasien
5 Minta pasien untuk berbaring
Extremitas atas:
6 Melakukan inspeksi/look sendi bahu, siku,
pergelangan tangan, tangan : bentuk, kesemetrisan
7 Nilai adanya pembengkakan,deformitas,atrofi otot,
fasikulasi
8 Melakukan pemeriksaan palpasi/feel
9 Melakukan pemeriksaan ROM ( fleksi,
extensi,abduksi, adduksi, rotasi internal/external )
Extremitas bawah :
10 Melakukan inspeksi/look sendi lutut, ankle, kaki (
Congenital
Talipes Equino-varus, Talipes Valgus, Talipes Kavus,
Flat feet)
11 Melakukan pemeriksaan palpasi/feel
12 Melakukan pemeriksaan ROM ( fleksi, extensi,
abduksi, adduksi, rotasi internal/external )
13 Minta pasien untuk bangun dari posisi berbaring
29

14 Lapor hasil pemeriksaan dan folow up lebih lanjut


Keterangan :
Skor 0 : Tidak dilakukan
Skor 1 : Dilakukan dengan banyak perbaikan
Skor 2 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
30

Skill Lab 8
History Taking / Anamnesa

Sasaran pembelajaran utama:


- Mahasiswa mampu membuat anamnesa dari keluhan pasien

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab history taking, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menunjukkan sikap empati kepada pasien

Anamnesa merupakan bagian terpenting dalam pemeriksaan klinis untuk


menentukan diagnosa. Cara melakukan anamnesa pada masing – masing pasien
dapat berbeda, demikian pula untuk masing – masing kasus yang dihadapi.
Meskipun demikian, pada umumnya cara penyusunannya selalu sama. Menyusun
anamnesa yang lengkap dan relevan memerlukan lebih banyak ketrampilan dan
pengalaman dibanding pemeriksaan fisik diagnostik.

Anamnesa dilakukan secara auto maupun alloanamnesa. Jika penderita sadar dan
kooperatif anamnesa dilakukan langsung pada penderita, walaupun informasi dari
pihak lain seringkali juga berguna untuk kelengkapan data. Pada kasus dimana
penderita tidak kooperatif, misalnya sedang merasakan nyeri atau sakit yang
hebat, gelisah, mual muntah yang sering, alloanamnesa lebih membantu dokter
dalam melakukan anamnesa. Demikian pula pada penderita yang mengalami
penurunan kesadaran sampai koma.

Menerapkan tehnik komunikasi yang tepat dalam penegakan diagnosa dan


menjelaskan tentang penyakit saraf kepada penderita dan atau keluarganya sangat
menentukan keberhasilan suatu anamnesa. Hal itu sangat bergunan baik bagi
31

dokter yang merawat maupun penderita dan atau keluarganya. Secara garis besar
anamnesa yang dilakukan meliputi data tentang :
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pribadi termasuk faktor predisposisi atau faktor risiko
6. Riwayat keluarga dang lingkungan
7. Merangkum dan menilai hasil komunikasi serta memberikan kemungkinan
diagnosa
32

Kasus: Nyeri Sendi (Rheumatoid GOUT)

Seorang wanita, 50 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan nyeri
di sendi jari-jari tangan kiri dan kanan. Lakukanlah anamnesa pada pasien
tersebut !

Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mengucapkan salam kepada pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk
4 Menanyakan identitas pasien (nama, umur,
alamat, pekerjaan, pendidikan, agama dll)
Catatan:
- Bila tidak ditanya nilai 0
- Bila ditanya 1 nilai 1
- Bila ditanya 3 nilai 2
- Bila ditanya 6 nilai 3
5 Menanyakan keluhan yang dialami pasien
6 Menanyakan sejak kapan terasa nyeri
7 Menanyakan apakah nyeri terasa terus
menerus atau saat terentu
8 Menanyakan apakah ada sendi lain yang juga
terasa nyeri
9 Menanyakan apakah timbul warna kemerahan
pada daerah sendi yang nyeri
10 Menanyakan apakah jika makan makanan
tertentu penderita akan lebih merasa sakit
11 Menanyakan apakah tumbuh benjolan di
tempat lain ?
12 Menanyakan adakah trauma sebelumnya
13 Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
33

14 Menanyakan riwayat alergi obat


15 Menanyakan riwayat medis sebelumnya

16 Menanyakan riwayat penyakit keluarga


17 Merangkum dan menilai hasil komunikasi
serta memberikan kemungkinan diagnosa
TOTAL 19

Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
34

Skill Lab 9
Penyuluhan

Teori singkat penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan


dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983). Dengan pengertian
seperti ini, maka petugas kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan materi
pesan yang akan disampaikan.

Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan


penyuluhan yang dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan

Langkah-langkah dalam perencanaan


a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
Tindakan pertama yang penting adalah mengumpulkan data atau keterangan
tentang berbagai hal, yang diperlukan baik untuk kepentingan perencanaan,
maupun data awal sebagai pembanding. Pelajari masalah yang akan
disampaikan, program penunjangnya, apakah penyuluhan bisa berperan dalam
memecahkan masalah. Pelajari karateristik masyarakat yang akan diberi
penyuluhan misalnya tingkat pendidikan, sosial budaya dan status
ekonominya. Kita juga harus mengenal wilayah, misalnya curah hujan, batas
35

dengan desa lain, jarak ke rumah sakit, ketersediaan tenaga medis dan
sebagainya

b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang
ditentukan oleh program yang ditunjang. Janganlah penyuluhan menentukan
prioritas sendiri, karena hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri-
sendiri. Misalkan di suatu daerah banyak terdapat kasus gizi buruk,
penyuluhan sebaiknya tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk.

c. Menentukan tujuan penyuluhan


Tujuan ada jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
biasanya untuk merubah norma, perilaku, sikap masyarakat. Tujuan jangka
pendek biasanya menjangkau kelompok sasaran. Tujuan haruslah realistis,
jelas dan dapat diukur agar keberhasilan penyuluhan dapat dinilai.

d. Menentukan sasaran penyuluhan


Sasaran tidaklah sama pada setiap penyuluhan. Dalam penyuluhan sasaran
adalah kelompok sasaran, yaitu kelompok atau individu yang akan diberi
penyuluhan. Menentukan kelompok sasaran menyangkut soal strategi.
Misalnya, sasarannya adalah menurunkan angka kematian ibu. Sasarannya
tidak hanya ibu-ibu dalam usia reproduksi, tapi juga orang-orang yang
berpengaruh dalam mengambil keputusan, misalnya suami.

e. Menentukan isi penyuluhan


Isi penyuluhan harus memuat apa untungnya jika pesan penyuluhan
disampaikan, dan kerugiannya. Pesan harus disampaikan dalam bahasa yang
jelas, tidak menggunakan kata-kata asing termasuk istilah kedokteran.

f. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan


Metoda atau cara penyuluhan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, apakah
pengertian, keterampilan atau tindakan. Kalau tujuan berupa pengertian, maka
36

penyuluhan cukup dengan tertulis atau diucapkan. Kalau untuk


mengembangkan sikap positif, peserta harus menyaksikan kejadian tersebut,
misalnya melalui foto. Untuk menumbuhkan simpati kepada korban bencana
alam perlu ditampilkan gambar/rekaman mengenai keadaan korban. Untuk
mengembangkan keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan mencoba
sendiri.

g. Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.


Bisa digunakan alat bantu seperti leaflet, poster dan sebagainya.

h. Menyusun rencana penilaiannya.


Tentukan keberhasilan penyuluhan dengan evaluasi:
- Kapan, di daerah mana, dan kelompok sasaran.
- Indikator yang digunakan
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi
- Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak terkait.
37

Tema Penyuluhan:
1. Perawatan Ulkus Tungkai
2. Osteoartitis
3. Rematoid Artitis

Sasaran pembelajaran utama :


- Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab penyuluhan, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menjelaskan dasar dan prinsip pencegahan penyakit
pada masyarakat

Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan pembagian tema
berbeda sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat (desa atau
perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam 13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk video dan
membuat laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan dan video di
hadapan fasilitator pada jadwal yang telah disepakati.
38

Penilaian Kegiatan Penyuluhan


Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Penilaian Perencanaan (dari Laporan
kelompok kecil):
Sasaran sesuai dengan topik penyuluhan
yang dipilih
2 Metode penyuluhan dapat berupa slide,
leaflet, pamphlet, poster dll sesuai dengan
topik penyuluhan
3 Isi penyuluhan sesuai dengan topik
penyuluhan
4 Penilaian pelaksanaan penyuluhan (dari
rekaman video dan laporan kelompok
kecil)
Penilaian secara umum
5 Mengucapkan salam kepada masyarakat
6 Memperkenalkan diri
7 Menyampaikan tujuan penyuluhan
8 Kesiapan materi
9 Alat peraga
10 Berdiri tegak
11 Kontak mata
12 Menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti/tidak menggunakan istilah medis
13 Memberi kesempatan untuk tanya jawab
14 Memberikan kesimpulan
15 Salam/ penutup
16 Laporan disusun dengan sistematis
TOTAL 32

Pertemuan pertama: (formatif)


Umpan balik: Bandarlampung,…………...

Mengetahui,
Pembimbing

(.................................................)
39
LAMPIRAN 6

Lampiran 6. Kuesioner evaluasi program


Kuesioner Evaluasi Staf Pengajar Oleh Mahasiswa
Nama Dosen yang dievaluasi :
Peran dosen (lingkari salah satu): Dosen pakar/Fasilitator/Instruktur
Nama modul :
Tahun ajaran :
Petunjuk pengisian:
Berikan nilai sesuai dengan pendapat Anda
0 (nol) jika Anda tidak dapat menilai
1 (satu) jika Anda sangat tidak setuju
2 (dua) jika Anda tidak setuju
3 (tiga) jika Anda setuju
4 (empat) jika Anda sangat setuju

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 4


1. Dosen hadir tepat waktu
2. Lama waktu tatap muka sesuai
dengan jadwal ( 2x50 menit)
3. Dosen menguasai materi yang
berkaitan dengan topik bahasan
4 Dosen menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti
5 Dosen bersikap ramah dan baik
6 Dosen tidak mengerjakan
perkerjaan lain saat pembelajaran
berlangsung
7 Dosen memfasilitasi jalannya
diskusi dengan baik
8 Dosen memberikan kesempatan
kepada setiap mahasiswa untuk
menyampaikan pendapatnya
9 Dosen menjawab pertanyaan
mahasiswa dengan jelas
10 Dosen memberikan umpan balik
yang dapat memberi motivasi
belajar kepada mahasiswa
11 Dosen memberikan kesimpulan
dan penekanan pentingnya pokok
bahasan tersebut dipelajari
Kritik dan saran
40

Kuesioner Evaluasi Modul


Nama modul :
Tahun ajaran :
Petunjuk pengisian:
Berikan nilai sesuai dengan pendapat Anda
0 (nol) jika Anda tidak dapat menilai
1 (satu) jika Anda sangat tidak setuju
2 (dua) jika Anda tidak setuju
3 (tiga) jika Anda setuju
4 (empat) jika Anda sangat setuju

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 4


Sasaran pembelajaran
1 Sasaran pembelajaran dapat diidentifikasi
2 Sasaran pembelajaran dirasakan sesuai dengan
komponen modul
3 Sasaran pembelajaran dapat tercapai pada akhir
modul
Konten modul
4 Pokok bahasan dan bahan ajar kuliah sudah sesuai
dengan komponen modul (tidak ada yang kurang atau
berlebihan))
5 Materi yang diajarkan dirasakan cukup penting dalam
mencapai sasaran pembelajaran modul
6 Skenario kasus pemicu sesuai dengan sasaran
pembelajaran
Assesmen modul
7 Soal ujian sudah sesuai dengan sasaran pembelajaran
dan materi dalam kuliah, diskusi PBL dan praktikum
8 Tingkat kesulitan soal ujian tulis dirasakan cukup
Lingkungan pembelajaran, sarana dan prasarana
9 LCD, sound system, spidol dan papan tulis
mencukupi kebutuhan
10 Buku-buku di perpustakaan mencukupi kebutuhan
sesuai dengan referensi
11 Wifi selalu dapat digunakan untuk mencari referensi
12 Tempat untuk belajar mandiri mencukupi
13 Ruang diskusi PBL, kuliah interaktif dan ruang
praktikum nyaman digunakan untuk belajar
14 Lingkungan pembelajaran mendukung proses
pembelajaran mahasiswa
Modul
15 Kegiatan kuliah, diskusi PBL, praktikum sesuai
dengan jadwal
16 Modul ini dirasakan sangat penting dan sesuai
dengan kebutuhan anda
Kritik dan saran :
41

Lembar penilaian Siswa terhadap fasilitator

Kasus Pemicu :
Tanggal :
Fasilitator :

Penilaian Skor (0-100)


1. Pengetahuan tentang Tutorial
- Mengerti tentang objektif dari proses
tutorial,
- Familiar dengan kasus pemicu,
- Mengerti apa yang harus dipelajari
siswa

2. Attitude
- Menunjukkan antusiasme sebagai tutor,
-- perhatian pada siswa dan apa yang
siswa pelajari,
- Datang tepat waktu,
- Memberikan feed back,
- Memberikan evaluasi lenkap

3. Skill
- Tidak mengarahkan diskusi
- Memberikan pertanyaan pancingan
- Tidak memberi kuliah singkat
- Memberikan alternatif materi yang harus
dipelajari
- Menjaga agar tetap fokus pada masalah
- Mengulang diskusi apabila diperlukan
- Memfasilitasi feed back dan evaluasi
- Merangsang critical thinking
- Membuat siswa nyaman
- Tidak membuat atmosfir yang tidak
menyenangkan

Komentar:
42

Lembar penilaian siswa terhadap praktikum

Grup :
Praktikum :
Tanggal :
Penanggung jawab :
Asisten :

Penilaian Skor (0-100)


1. Penanggung jawab
- Menguasai materi praktikum
- Membimbing praktikum dengan
baik
- Tepat waktu

2. Asisten
- Menguasai materi praktikum
- Membimbing praktikum dengan
baik
- Tepat waktu

3. Pelaksanaan
- Materi sesuai dengan silabus
- Memberikan pre test dan post test
- Bahan dan alat tersedia dengan baik
- Kenyamanan ruangan

Komentar:
43

Lembar penilaian siswa terhadap dosen

Kuliah :
Tanggal :
Dosen :

Penilaian Skor (0-100)


1. Penanggung jawab
- Memberikan silabus pada awal
kuliah
- Kesesuaian materi dengan silabus
- Menerangkan bagaimana evaluasi
akan dilakukan
- Membuat presentasi yang menarik
- Membawakan materi dengan baik
- Menguasai materi kuliah
- Tepat waktu
- Penampilan yang baik
- Kualitas diktat
- Memberikan kuis dan tugas
- Memberikan feed back dan hasil
evaluasi
- Memberikan atmosphere yang baik
bagi pengajaran

2. Alat
- LCD berfungsi dengan baik
- Tersedianya absen
- Tersedianya whiteboard, spidol
- Kenyamanan ruangan

Komentar:
44

LAMPIRAN 8
Lampiran 8. Blueprint evaluasi proses (Formatif)
R U F D A T A
Reasons Use Foci Data Audience Timing Agency
Tujuan Siapa yang
Tujuan Fokus pada Metode Sumber data Parameter keberhasilan
Khusus Untuk siapa Waktu akan
(untuk apa komponen
ditujukan Pelaksanaan mengambil
digunakan) kurikulum
data
mengidentifikasi untuk Kuantitatif: data sasaran 80% persepsi mahasiswa Tim modul, Akhir modul Tim modul
komponen mendapatkan kuesioner pembelajaran dan staf pengajar bahwa komisi
kurikulum data sebagai evaluasi pada tiap sasaran pembelajaran pengembangan
ditingkat modul pertimbangan modul modul dan modul cukup baik, dapat kurikulum
dalam evaluasi Sasaran (lampiran kueioner tercapai dan sesuai dengan MEU, Ka. MEU
modul dan pembelajaran 8) diisi komponen kurikulum
perencanaan oleh
modul mahasiswa
kedepan dan staf
pengajar
dokumentasi: - 80% persepsi mahasiswa Tim modul, Akhir modul Tim modul
Kuantitatif
daftar konten/ dan staf pengajar bahwa komisi
: kuesioner
pokok bahasan konten sudah cukup pengembangan
Konten modul, data - Didapatkan data kurikulum
Kualitatif:
bahan ajar, masukan terkait konten MEU, Ka. MEU
FGD/
kasus pemicu (ada yang kurang atau
wawancara
dan kueioner overlap atau tidak)
80% persepsi mahasiswa Staf pengajar Akhir modul Tim modul
tentang ujian yang (pembuat soal),
Kuesioner dihadapi terkait cukup baik Tim modul
Asessmen kuantitatif assessmen (tingkat kesulitan,
mahasiswa kesesuaian dengan
topik/sasaran
pembelajaran)
45

didapatkan : Staf pengajar


- dokumentasi soal bank (pembuat soal),
item analysis soal Tim modul
kuantitatif
MCQ - data tingkat kesulitan
soal  peninjauan untuk
penilaian butir soal
- 80-90% Jumlah dan komisi sumber Akhir modul Komisi
Kuantitatif:
kondisi sarana prasarana daya MEU, sumber
Kuesioner,
Kesioner dan dalam kondisi baik KaProdi, Dekan daya MEU
daftar tilik
dokumentasi - 80-90 % Persepsi
Lingkungan data hasil mahasiswa dan staf
Kualitatif:
pembelajaran observasi/ pengajar terkait
rekaman
FGD/ lingkungan
CCTV,
wawancara pembelajaran sudah
FGD/
cukup menunjang proses
wawancara
pembelajaran
Dokumentasi  90% kegiatan terlaksana Tim pengelola Akhir modul Administra
data jadwal sesuai jadwal modul, komisi si MEU
dan absensi  80-90% kehadiran staf sumber daya
Penjadwalan Kuantitatif kegiatan pengajar tepat waktu MEU, Ka.
(Kuliah,  Kehadiran mahasiswa MEU, KaProdi,
Sebagai data diskusi PBL pada seluruh kegiatan Dekan
untuk Praktikum) adalah minimal 80%
Mengevaluasi
melakukan Kuesioner 80 % persepsi mahasiswa komisi sumber Akhir modul Komisi
kegiatan
evaluasi Kuantitatif evaluasi staf terkait staf pengajar cukup daya MEU, Ka. monev
pembelajaran
terhadap pengajar baik dalam perannya MEU, KaProdi, MEU
yang terlaksana
kegiatan yang sebagai: Dekan
terlaksana - Dosen pakar
Staf Pengajar
Data hasil - Fasilitator
Kualitatif FGD/ - Instruktur
wawancara - Pembimbing
Didapatkan data tentang
masalah selama kegiatan
46

Blueprint evaluasi hasil (sumatif)


R U F D A T A
Reasons Use Foci Data Audience Timing Agency
Tujuan Tujuan Kirkpatrick's Metode Sumber Parameter keberhasilan Untuk siapa Waktu Siapa yang
Khusus Level data ditujukan Pelaksanaan akan
(untuk apa mengambil
digunakan) data
mengidentifikasi untuk level 1. kuantitatif Kuesioner 80-90% Mahasiswa merasa Tim modul, akhir modul Tim
tingkat mendapatkan evaluasi evaluasi mampu mengidentifikasi MEU, pengelola
kepuasan data sebagai kepuasan modul sasaran pembelajaran dan Ka. Prodi, modul
peserta didik pertimbangan peserta didik merasa mampu menyelesaikan Dekan
evaluasi sasaran pembelajaran pada
kurikulum akhir modul
80-90% Mahasiswa merasa
komponen dalam modul
(metode pembelajaran,
penjadwalan, sarana dan
prasarana) membantu
mahasiswa dalam
menyelesaikan sasaran
pembelajaran selama modul
berjalan
80-90% Mahasiswa merasa
modul tersebut penting dan
dibutuhkan dalam mencapai
kompetensi dokter Indonesia
mengidentifikasi level 2. Kuantitatif nilai akhir 90-95% mahasiswa lulus Tim modul, akhir modul Tim
tingkat evaluasi modul dengan nilai minimal B MEU, pengelola
pencapaian pencapaian Ka. Prodi, modul
peserta didik peserta didik Dekan
47

You might also like