Professional Documents
Culture Documents
MODUL MAHASISWA
SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSCULOSCELETAL SYSTEM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
penyusunan buku rancangan pengajaran modul sistem musculoskeletal
(musculoskeletal system) ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Modul ini merupakan rangkaian modul ilmu kedokteran klinis yang
terdapat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Modul sistem
muskuloskeletal diajarkan pada semester 3 selama delapan minggu dengan beban
8 sks. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran khususnya dalam sistem
muskuloskeletal dan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2012 yang meliputi area kompetensi 5, 6, dan 7.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi
penyusunan buku ini, khususnya tim penyusun modul sistem muskuloskeletal,
Tim Kurikulum MEU, rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi. Semoga buku ini dapat
menjadi panduan staf pengajar dan mahasiswa dalam upaya memberikan
pemahaman mahasiswa terhadap persiapan diri dalam memasuki dunia
pendidikan kedokteran, sehingga mahasiswa dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran sehingga menjadi dokter yang berkompeten sesuai standar
kompetensi dokter Indonesia. Masukan dan saran perbaikan senantiasa kami
harapkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di modul sistem
muskuloskeletal.
Bandarlampung, 2016
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
KARAKTERISTIK MAHASISWA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul sistem muskuloskeletal (musculoskeletal system),
mahasiswa semester 3 jika dihadapkan pada skenario kasus pemicu atau
sekumpulan data diharapkan mampu:
- Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,
dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara
holistik dan komprehensif.
- Melakukan prosedur diagnosis.
- Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
- Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat.
- Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat.
- Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.
- Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan.
sesuai dengan rujukan yang telah ditentukan.
SASARAN PEMBELAJARAN
Sasaran pembelajaran terminal:
Setelah melalui modul ini, bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah
klinik, laboratorium, dan epidemiologic penyakit muskuloskeletal, mahasiswa
diharapkan mampu:
A. Menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
B. Melakukan prosedur klinis yang berkaitan masalah kesehatan dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
6
LINGKUP BAHASAN
No Sasaran Pembelajaran Pokok Bahasan Sub Pokok bahasan Rujukan
1 Menyelesaikan masalah kesehatan 1. Anatomi 1.1. Osteologi, Arthologi,
berdasarkan landasan ilmiah ilmu Muskuloskeletal dan Myologi Umum
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir 1.2. Regio Capitis, Colli,
untuk mendapatkan hasil yang optimum: Vertebrae
1. Menjelaskan struktur anatomi dan 1.3. Eks. Superior dan
mikroskopik dari regio capitis, colli, Inferior
vertebrae, ekstremitas superior dan 2. Fisiologi otot 2.1. Fisiologi kinerja otot
inferior. 2.2. Exercise Physiologi
2. Menjelaskan fisiologi kinerja otot
3. Histologi 3.1. Struktur mikroskopis
pada regio capitis, colli, vertebrae,
jaringan Ikat dan
jaringan otot
ekstremitas superior dan inferior. Kartilago
dan tulang 3.2. Struktur mikroskopis
3. Menjelaskan etiologi penyakit system
Tulang dan Otot
muskuloskeletal sesuai dengan data
4. Virus dan 4.1 Myositis, myo-
sekunder.
Parasit pericarditis, arthritis
4. Menjelaskan patogenesis, patofisiologi
penyebab dan osteomyelitis
serta patologi anatomi penyakit
infeksi pada 4.2 Infeksi Trichinella
muskuloskeletal sehingga dapat
Sistem Spirallis dan Filariasis
digunakan sebagai dasar pemikiran
Muskuloskeletal
untuk menegakkan diagnosis.
8
METODE PENGAJARAN
No Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode Estimasi
Pengajaran waktu
1 Struktur 1. Anatomi regio Capitis, colli, Kuliah 3 pertemuan
Anatomi Tulang dan vertebrae interaktif @2x50 menit
2. Anatomi ekstremitas Superior
3. Anatomi Ekstremitas inferior Praktikum 6 pertemuan
@2x50 menit
tersebut. kegiatan ini sangat penting dalam upaya melatih mahasiswa mencapai
kompetensi terkait keterampilan sesuai topik bahasan yang ditentukan.
Penjelasan topik praktikum keterampilan (Skills Lab) dan daftar tilik penilaian
praktikum keterampilan terdapat dalam lampiran 3.
5. Belajar mandiri
Kegiatan belajar mandiri merupakan upaya mahasiswa menentukan sendiri apa
yang akan dipelajarinya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran terkait topik
bahasan. Mahasiswa difasilitasi buku modul ini. Kegiatan ini diharapkan dapat
digunakan mahasiswa dalam upaya mencari, memahami, menganalisis serta
mengkonstruksi pengetahuan yang baru dipelajari dengan pengetahuan yang
sebelumnya dimiliki.
SUMBER DAYA
Tim Penyusun Modul
Ketua : dr. Ringgo Alfarisi , M.Kes
Sekretaris : dr. Boby Suryawan
Kontributor : Prof. DR. dr. Efrida WN, Sp.MK., M.Kes
dr. Sanjoto Santibudi , Sp. KFR
dr. Alfi Wahyudi, Sp.R
dr. Aswedi, Sp.OT
dr. Wien Wiratmoko, Sp.PA
dr. Rina Sp.PD
dr. Ringgo Alfarisi, M.Kes
dr. Festy Ladyani, M.Kes
dr. Mardeni W.
dr. Putu S
dr. Garizki
dr. Aswan Jonet
dr. Ratna
drg. Fiena
1. dr. Upik
2. dr. Ika A
3. dr. Prima
4. dr. Marni
5. dr. Garizki
6. dr. Mardheni
7. dr. Elitha M Uthari, MARS
8. dr. Nia Triswanti, M.Kes
9. dr. Esteria Maharyuni
10. drg. Fiena
11. dr. Alfi W, Sp.Rad
12. dr. Andi Siswandi, Sp.B
13. dr. Arief, Sp.KK
14. dr. Aswedi, Sp.OT
15. dr. Syafei, Sp.KK
16. dr. Resati, Sp.KK
17. dr. Roezwir, Sp.S
18. dr. Wien, Sp.PA
19. dr. Sanjoto, Sp.KFR
20. dr. Indra, Sp.B
21. dr. Sariningsih, Sp.S
22. dr. M.Ibnu Sina
23. dr. Rakhmi Rafie
24. dr. Boby S.
25. dr. Ringgo Alfarisi, M.Kes
MEDIA INSTRUKSIONAL
No. Kegiatan Media Instruksional
1 Kuliah Interaktif Laptop, Layar, LCD, Papan tulis, Spidol, Sound system, Buku
modul, Bahan ajar (slide, handout, video), Buku Rujukan, daftar
absensi
2 Diskusi PBL Papan tulis, spidol, skenario kasus pemicu, Buku modul, Bahan ajar
(slide, handout, video), Buku Rujukan, Buku Log mahasiswa disertai
form lembar pemberian umpan balik, daftar absensi, form/daftar
15
tilik penilaian
3 Praktikum Papan tulis, spidol, materi praktikum keterampilan, Buku modul,
Keterampilan Bahan ajar (slide, handout, video), Buku Rujukan, Buku Log
mahasiswa disertai form lembar pemberian umpan balik, daftar
absensi, form/daftar tilik penilaian
4. Administrasi Daftar absensi, lembar penilaian
PRASARANA
1. Ruang kuliah utama yang memiliki kapasitas 120 mahasiswa, dilengkapi dengan
fasilitas, media dan sound system yang memadai.
2. Ruang kuliah graha bintang yang memiliki kapasitas hingga 500 mahasiswa,
dilengkapi dengan fasilitas, media dan sound system yang memadai.
3. Ruang diskusi yang memiliki kapasitas untuk 10-15 mahasiswa, dilengkapi fasilitas
yang mendukung diskusi PBL.
4. Ruang praktikum keterampilan yang memiliki kapasitas untuk 10-15 mahasiswa,
dilengkapi fasilitas yang mendukung.
5. Ruang Perpustakaan yang menyediakan buku-buku dan sumber pembelajaran.
6. Akses internet (wi-fi) di lingkungan kampus yang dapat digunakan mahasiswa
dalam upaya mencari sumber pembelajaran yang mendukung pembelajaran seperti
jurnal, e-book, video dan lain-lain.
EVALUASI
Penilaian Formatif
Evaluasi Proses
Metode Instrumen Frekuensi Domain Keterangan
Tugas Lembar 2x (pada Kognitif Menilai dan memberikan
tertulis penilaian pertemuan umpan balik kepada
Penilaian Sumatif
Metode Instrumen Frekuensi Domain Bobot NBL
(%)
Evaluasi proses
Observasi Lembar 8 Kognitif (C2-C5), 15% 75
diskusi PBL penilaian afektif
Observasi Lembar 5 Kognitif (C2-C5), 10% 75
praktikum penilaian afektif dan
psikomotor
Observasi Lembar 9 Kognitif (C2-C5), 15% 75
Keterampila Penilaian afektif dan
n Klinik psikomotor
(Skillslab)
Evaluasi Hasil
Ujian tulis MCQ 1 Kognitif (C1-C5) 60% 65
(100 soal)
TOTAL 100
EVALUASI PROGRAM
Evaluasi program dilakukan oleh tim pengelola modul terdiri atas:
- evaluasi terhadap proses (formatif): evaluasi terhadap semua bentuk kegiatan yang
menjadi proses pembelajaran
- evaluasi terhadap hasil (sumatif): evaluasi terhadap hasil pencapaian akhir yang
diperoleh setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
18
LAMPIRAN 1
Daftar Topik Bahasan dan dosen Pakar
LAMPIRAN 2
Langkah diskusi PBL, Daftar Tilik Penilaian Diskusi dan Skenario Kasus Pemicu
Keterangan Penilaian
Bandarlampung,…………...
Mengetahui,
Dosen Fasilitator
(............................................)
21
Kerangka berpikir
Radiologi
Riwayat penyakit, Symptoms Patologi Klinik
kebiasaan penderita
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis fisis penunjang
KLINIS
MEKANISME
DASAR:
Infeksi
Anatomi
Fisiologi
Biokimia
PA DIAGNOSIS
LAMPIRAN 3
Penjelasan Topik Dan Titik Penilaian Keterampilan Klinik (Skills Lab)
Daftar Praktikum
No Materi Departemen Dosen
1 Collumna Vertebralis Anatomi Dr. Rakhmi Rafie
2 Regio Colli Dr. Rakhmi Rafie
3 Ekstremitas Superior (Cingulum Extremitas Superior Dr. Rakhmi Rafie
et Extremitas Superior Liberae
4 Ekstremitas Inferior (Cingulum Extremitas Inferior et Dr. M. Aminuddin
Extremitas Inferior Liberae
5 Musculi Vascularisasi et Inervasi Ekstremitas Dr. M. Aminuddin
Superior
6 Musculi Vascularisasi et Inervasi Ekstremitas Inferior Dr. M. Aminuddin
7 Jaringan tulang, jaringan otot & kulit Histologi Dr. Aswan Jonet
8 Otot polos, otot jantung & otot lurik Dr. Aswan Jonet
9 Jaringan tulang rawan hyalin & tulang dewasa Dr, Ratna
10 Otot (I) Fisiologi Dr. Iin R.
11 Otot(II) Fisiologi Dr. Iin R.
12 Efek Obat Analgetik Farmakologi Dr. Boby S.
13 Neoplasma jinak dan ganas Patologi Dr. Yessi
14 Radang sendi & tumor tulang (I) Anatomi Dr. Yessi
15 Radang sendi & tumor tulang (II) Dr. Yessi
Skill Lab 1
Step 1
Lepaskan semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
Basahilah tangan dengan air
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk
Step 2
Cuci tangan secara menyeluruh, mulai dengan telapak tangan
Step 3
Harap perhatikan telapak tangan belakang dan pergelangan tangan
Step 4
Sela-sela jari tangan
Step 5
…..Jari-jari tangan…..
Step 6
…..dan ibu jari…..
Step 7
Akhirnya dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak tangan,
dengan menggunakan gerakan memutar
Step 8
Bilas tangan seluruhnya dengan air mengalir
Keringkan tangan dengan handuk dan gunakan bekas handuk itu untuk menutup
kran air
26
Step 2
Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh permukaan tangan dan
lengan bawah
Step 3
Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah
kuku kedua tangan
Step 4
Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela jari, telapak tangan
dan punggung tangan.
Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi
Step 5
Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan
Step 6
Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah juga di
scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku
Step 7
Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan lebih
tinggi dari siku
Step 8
28
Biarkan sisa air menetes melalui siku keringkan dengan handuk steril
Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Prosedural
(...................................................)
29
(..................................................)
30
Skill Lab 2
Instrumen
a. Instrumen Pemotong.
Alat ini dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Skalpel dan 2) Gunting.
a.1. Skalpel.
Ada 2 macam yaitu 1) jenis bilah dan gagangnya dapat dilepas, 2) jenis scalpel
antar bilah dan gagangnya merupakan kesatuan.
Pada jenis pertama (#1) sekarang lebih sering digunakan. Ukuran dan bentuk
skalpel baik besarnya gagang atau bilahnya bermacam-macam, tetapi yang sering
digunakan adalah gagang no 3 dengan bilah nomor 10, 11 atau 15. Pada bilah nomor 10
sering dipakai untuk insisi kulit. Pada bilah nomor 11 sering dipakai untuk menyayat
abses. Pada bilah nomor 15 untuk membuat insisi melengkung atau insisi yang
memerlukan kecermatan.
Gambar 1. Gagang skalpel dengan tiga bilah yang paling sering dipakai.
31
a.2. Gunting.
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung penggunaannya.
Berdasarkan diatas tersebut gunting dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Gunting Mayo, gunting yang berukuran besar biasanya digunakan untuk membelah
fascia atau tendo; dan berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2, yaitu berbilah
lengkung dan berbilah lurus.
2. Gunting Metzenbaum atau Macindoes, gunting yang berukuran halus untuk
mendeseksi dan memotong jaringan, berdasarkan bilahnya juga dibedakan lengkung
dan lurus. Kedua jenis gunting di atas kedua ujung atau salah satunya tumpul.
3. Gunting Runcing, kedua ujungnya runcing untuk mendeseksi secara cermat dan
berdasarkan bilahnya dibedakan : bilah lengkung dan bilah lurus.
4. Gunting Balutan, Benang, bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya tebal ujungnya
tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk menggunting kasa dan benang
serta balutan.
32
Cara memegang gunting, apabila dipegang dengan tangan kanan jari-jarinya tidak
dimasukkan lebih jauh dari sendi distal. Tetapi jika dipegang dengan tangan kiri maka
harus dimasukkan lebih jauh dari sendi distal karena gerakan menekan dilakukan oleh
ibu jari.
34
b. Instrumen Pemegang.
Instrumen ini dibedakan 3 macam yaitu : 1) Pemegang jarum, 2) Pinset dan 3) Klem.
b.2. Pinset.
Alat ini digunakan untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi.
Pinset ini dibedakan 3 macam :
a. Pinset bergigi tajam yang dapat digunakan untuk memegang jaringan dengan baik
hanya memerlukan tekanan minimal, missal : subcutan, otot, fascia. Tetapi tidak
dapat dipakai untuk memegang struktur yang dapat berlubang (peritoneum, pleura).
b. Pinset Adson, suatu pinset bergigi halus yang biasa dipakai dalam menjahit kulit.
35
c. Pinset tidak bargigi, biasanya digunakan memegang sepon untuk membersihkan luka
b.3. Klem.
Sebagai alat untuk penjepit, macamnya diantaranya :
a. Klem arteri biasa dipakai sebagai penjepit arteri (hemostat) dilengkapi dengan
pengunci dengan bilah bergigi, ada yang lurus dan ada yang lengkung.
b. Klem bergigi halus atau tidak bergigi (klem Allis) untuk memegang kulit, fascia
atau dikenal dengan klem jaringan.
c. Klem Kocker, klem yang mempunyai bilah yang sangat kuat dipakai untuk menarik
jaringan yang sangat kuat.
d. Cunam, alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin biasa dipakai untuk menjepit
kasa pembersih luka.
36
Jarum
- Ada jarum yang dirancang dipegang dengan tangan tetapi adapula jarum yang
dirancang dipegang dengan instrument.
38
- Bahannya terbuat dari baja tahan karat yang ditutup lapisan yang memudahkan
jarum tersebut mudah menembus jaringan.
- Ada 3 komponen dasar jarum, yaitu : bagian belakang, bagian tengah dan
bagian ujung.
- Bagian belakang yang berhubungan dengan benang, ada yang tidak berlubang
(jenis atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis Mayo, jenis French).
- Tubuh jarum dapat berbentuk lurus atau lengkung dengan berbagai ukuran
panjang, diameter serta bentuk penampang.
- Jarum lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak membelok, biasa
dipakai untuk menjahit kulit.
- Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau struktur yang lebih
dalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam antara lain 1/4, 3/8, 1/2 atau 5/8
lingkaran.
Benang
- Yang perlu diperhatikan untuk memilih benang adalah karakteristik bahan, daya
tahan dan reaksi jaringan bahan tersebut serta ukuran benang.
- Karakteristik bahan benang ditentukan oleh : kekuatan, daya regang dan
elastisitas, kehalusan permukaan, kapilaritas serta reaksi jaringan terhadap
benang tersebut.
- Bahan plastik seperti polipropilen cocok digunakan di daerah-daerah yang
mendapat stress berulang kali, tetapi lebih cocok untuk menjahit kulit karena
tidak meninggalkan parut bekas benang tersebut. Bahan-bahan jenis elastis
(polyester, sutera) dapat menahan tarikan yang berulang-ulang, biasa dipakai
untuk meligasi. Jika benang permukaan kasar tidak dapat digunakan pada
jaringan yang peka terhadap iritasi (mata, mukosa usus) tetapi tidak
memerlukan simpul yang terlalu banyak sehingga cocok untuk jahitan jelujur.
Bahan sintetis tidak menimbulkan reaksi jaringan yang hebat, sedangkan bahan
organis dapat menimbulkan reaksi jaringan yang hebat. Benang multifilamen
akan menghisap cairan jaringan hal ini dapat merupakan medium yang baik
untuk menumbuhkan bakteri.
- Bahan benang dibedakan ada yang dapat diserap oleh jaringan sehingga tidak
perlu dilepas, sedangkan bahan yang tidak diserap jaringan harus diambil. Jenis
benang yang dapat diserap antara lain: kolagen, catgut, asam poliglikolat
(Dexon), poliglaktin (Vicryl), dan polidioksanon (PDS). Jenis benang yang
tidak dapat diserap antara lain : sutera (multifilament), benang baja
(monofilamen), nilon (Ethilon) dan polipropilen.
- Ukuran benang. Ukuran baku yang ditetapkan oleh USP & BP (United State
Pharmacopoeia & Brithish Pharmacopoeia) dari nomor kecil 11/0 (benang
mikro) sampai yang terbesar nomor 6 atau ukuran menurut metrik yang terbagi
dalam sepersepuluh milimeter dari 0, 1 maupun 8.
40
Tujuan :
- bagian yang kontak langsung dengan pembedahan harus steril
TEKNIK ASEPTIK
Komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah pada pembedahan adalah infeksi.
Salah satu cara mencegah itu adalah Teknik Kerja Aseptik. Teknik aseptik adalah satu
cara untuk memperoleh dan memelihara keadaan steril, dasar dari teknik ini adalah
bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, oleh karena itu teknik aseptik yang dipakai
adalah mencegah masuknya infeksi dari luar melalui tempat pembedahan.
Prosedurnya ada 3 bagian, yaitu :
1. mencuci hamakan tempat pembedahan
2. mencuci hamakan bagian tubuh yang kontak dengan tempat kerja
3. sterilisasi alat-alat yang dipergunakan dalam pembedahan.
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
45
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
46
Skill Lab 3
Tujuan :
• Mencegah penyakit / memberi kekebalan (imunisasi)
• Mengetahui reaksi setempat
• Tes mantoux
• Skin test
Indikasi :
• Pada pasien yang menggunakan obat-obat injeksi yang belum pernah digunakan
sebelumnya (terutama golongan antibiotik)
• Pemberian obat harus secara intracutan
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22, 20,18 dll
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya
Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
47
Lokasi injeksi :
- Lengan bawah tangan sebelah dalam (umumnya)
- Lengan atas dalam
- Dada bagian atas
- Punggung (Skapula)
-
Efek samping :
- Abses
- Alergi
Pelaksanaan :
- Beri tahu pasien
- Siapkan alat / obat dan dekatkan pada pasien
- Cuci tangan
- Ambil obat dengan cara dipotong (ampul), di oplosing (vial)
- Dihisap dengan nald lalu dikontrol dosis obat (0,01 - 0,1 cc) dengan menggunakan
spuit 1 cc
- Kontrol udara sampal tidak ada udara dalam spuit
- Desinfeksi
- Jarum dimasukan ke kulit dengan sudut 10 - 20 °
- Biarkan kulit yang telah diinjeksi, jangan di massage
- Beri tanda pada lokasi injeksi dengan diameter ± 2 cm
- Bereskan alat
- Reaksi akan muncul 15 menit atau maksimal 30 menit.
48
Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pencegahan penyakit / memberikan kekebalan (imunisasi)
Indikasi :
- Pada pasien yang harus Nuchter
- Obat tidak dapat dimakan karena muntah terus
- Obat dapat mengiritasi kulit, vena dan otot
- Absorbsi obat diharapkan lebih lambat
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc, 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 26
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya
Syarat :
• Jauh dari pembuluh darah
• Jauh dari urat syaraf
• Jauh dari tulang
Lokasi Injeksi
• Otot lateral dan atas paha ,
• Otot lateral atas lengan
• Otot punggung
49
• Otot abdomen
Efek samping
- Peradangan lokasi injeksi
- Nekrose jaringan
- Abses
Pelaksanaan
o Beritahu pasien
o Siapkan alat / obat dan dekatkan dengan pasien
o Cuci tangan
o Ambil obat di potong bila kemasan dalam ampul, dan di oplosing bila kemasan
datam vial / bubuk.
o Obat di hisap dengan menggunakan nald, hal ini berguna untuk mengontrol dosis
obat
o Yakinkan pasien bahwa obat yang akan diberikan benar
o Perhatikan secermat mungkin efek samping pemberian obat
o Kontrol udara sampai tidak ada udara dalam spuit
o Desinfeksi lokasi injeksi
o Jarum dimasukan secara tegak lurus dengan sudut 45º, bila berhasll (tidak ada
darah dalam spuit) masukan obat secara berlahan-lahan
o Bila setelah dilakukan aspirasi tidak berhasil jarum dicabut dan pindah ± 2 cm
dari lokasi pertama
o Bila obat telah masuk, maka cabut jarum dengan cepat. Bekas tusukan ditahan
dengan kapas alkohol.
o Massage lokasi untuk mengurangi nyeri setelah injeksi
o Bereskan alat lalu atur posisi
o Perhatian : pemberian obat jangan lebih 1 cc, jika lebih berikan secara rotasi
50
Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pengobatan penyakit
Indikasi :
- Meningkatkan laju aliran absorbsi obat
- Obat tidak dapat diberikan secara SC dan IV
- Obat dapat mengiritasi kulit, bawah kulit dan vena
- Obat mengandung minyak
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya
Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
- Jauh dari urat syaraf
Lokasi Injeksi :
- Musculus Gluteus maximus
- Musculus Deltoideus
- Musculus Quadriceps femoris
51
Penatalaksanaan
1. Setelah obat siap dan cuci tangan lakukan desinfeksi lokasi, lalu kulit
direnggangkan
2. Jarum masukan tegak turus dengan sudut 90 °
3. Lakukan aspirasi (bila tidak ada darah) dan masukan obat perlahan, bila ada
darah jarum dicabut dan lokasl injeksi dipindahkan ± 2 cm
4. Massage lokasi untuk mengurangi nyeri
Efek samping
- Peradangan lokasi
- Alergi
- Abses
- Penekanan urat syaraf
52
Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan
diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa
kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan
mengeluarkan gelembung yang ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan
kapas alcohol 70 % dengan gerakan melingkar
dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk
memegang spuit dan menusukkan jarum dengan
menghadap keatas membentuk sudut 10o - 20o
dari permukaan kulit
15 Menginjeksikan obat intra kutan sampai
kepermukaan kulit mengembung
16 Menarik suntikan dengan cepat, membuang
53
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
54
Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc atau 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan
diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa
kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan
mengeluarkan gelembung yang ada
12 Memilih lokasi penyuntikan, harus bebas dari
bengkak, keras, jaringan perut, gatal, merah atau
meradang
13 Pembersihan area yg akan disuntik dengan
kapas alkohol 70 % dengan gerakan melingkar
dari dalam keluar
14 Menggunakan ibu jari dan telunjuk dari tangan
yang non dominan untuk meregangkan area
injeksi
55
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
56
Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan
diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa
kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan
mengeluarkan gelembung yang ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan
kapas alcohol 70 % dengan gerakan melingkar
dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk
memegang spuit dan menusukkan jarum tegak
lurus 90o dari permukaan kulit
14 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik
jarum keluar dan ganti dengan obat yang baru
15 Menginjeksikan obat intra muscular
16 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan
kulit dengan tangan yang non dominant
57
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
58
Membuat simpul
Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah :
a. Jenis simpul (Gambar 1)
a.1. Square knot
a.2. Surgeon’s knot
a.3. Granny knot
b. Membuat simpul dengan satu tangan (Gambar 2)
c. Membuat simpul dengan dua tangan (Gambar 3)
d. Membuat simpul dengan instrument (Gambar 4)
e. Memotong benang
Pada luka benang dipotong sedikit mungkin dengan simpul. Caranya ujung
gunting yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong,
digeser sampai ke simpul, diputar miring 45º kemudian dikatubkan. Pada
jahitan jelujur dan jahitan struktur yang penting benang simpul dipotong
agak panjang untuk mencegah simpul terurai, tetapi tetap harus lebih
pendek terhadap jarak jahitan berikutnya.
Perhatikan :
1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat
meninggalkan bekas.
2. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vascularisasi
lebih baik.
59
Menutup luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
- Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur.
- Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus maupun
jelujur.
- Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada
pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.
- Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat tetapi
tidak boleh dipakai di tempat pendarahannya (vascularisasi) kurang.
- Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh untuk
menjahit subcutis, karena kulit akan bergelombang.
62
- Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus
seluruhnya akan terbuka.
- Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan iskemia.
Menjahit Kulit
Caranya :
1. Gunakan pinset bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
2. Jarum lengkung jenis “cutting” dengan benang nilon monofilament nomor 3/0
dipasang pada klem pemegang jarum. Pemasangan itu diletakkan antara 2/3 depan
dan 1/3 belakang, lalu gagang klem dikunci
3. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 90º dan bahu
abduksi, jarum ditusukan di kulit secara tegak lurus.
4. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit pinset.
5. Kulit ditegakkan dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi bahu yang
serentak. Jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai dengan lengkungan
jarum, tetapi jangan terlalu dangkal.
6. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem pemegang
jarum ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada ujungnya, karena dapat patah
atau bengkok).
7. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
8. Tusukan lagi tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama, dan cara
yang sama, setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan 2 x 1 x 1
(Surgeon’s Knot).
9. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
10. Simpul ditarik ke tepi kearah pada ujung benang yang lebih pendek.
64
Menjahit Subcutis
Menjahit lemak subcutis dilakukan dengan jahitan terputus sederhana dengan simpul
terkubur.
Caranya :
1. Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara lemak dan
dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dari sisi jauh operator
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang dapat diserap ditusukkan jauh ke
jaringan lemak sampai keluar dekat permukaan.
65
5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal lalu jarum ditembuskan dengan
gerak supinasi.
6. Setelah no 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan dengan
derakan pronasi serta supinasi jarum ditusukkan dari arah permukaan ke lapisan
dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan benang dipotong.
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
68
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
70
- Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan
temperatur
2. Status Lokalisata
Tredelenberg gait
2. Feel (palpasi)
Pada saat akan meraba, posisi pasien perlu diperbaiki dulu agar dimulai dari
posisi netral/anatomis. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dua arah
karenanya perlu diperhatikan wajah (mimik kesakitan) atau menanyakan rasa
sakit. Yang perlu dicatat adalah :
• Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot –otot femur pada
lesi medula spinalis
• Tonus otot bisa:
3. Move (gerak)
- Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan
menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri
pada pergerakan.
- Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk
mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk
mengetahui gerakan normal si penderita.
- Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi
dengan sejawat lain dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
- Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang
abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture).
- Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.
Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.
- Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita
74
- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
- Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif
- Adanya bunyi “klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi
A. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi
B. Pemeriksaan Bahu
2. Palpasi bahu
Abduksi N : 0 – 170
Adduksi N: 0–500
0-165
0-60
C. Pemeriksaan siku
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Pergerakan :
18
1. Inspeksi
2. Palpasi
19
3. Pergerakan
20
2. Palpasi
3. Pergerakan
1. Inspeksi 2. Palpasi
3. Pergerakan
21
Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah bertujuan untuk
melihat kelaianan sendi atau pemendekan akibat suatu kelainan
Caranya:
kanan
A B.
23
Inspeksi
24
Palpasi
25
Pergerakan
26
Inspeksi
27
Palpasi
Pergerakan
28
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
30
Skill Lab 8
History Taking / Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara auto maupun alloanamnesa. Jika penderita sadar dan
kooperatif anamnesa dilakukan langsung pada penderita, walaupun informasi dari
pihak lain seringkali juga berguna untuk kelengkapan data. Pada kasus dimana
penderita tidak kooperatif, misalnya sedang merasakan nyeri atau sakit yang
hebat, gelisah, mual muntah yang sering, alloanamnesa lebih membantu dokter
dalam melakukan anamnesa. Demikian pula pada penderita yang mengalami
penurunan kesadaran sampai koma.
dokter yang merawat maupun penderita dan atau keluarganya. Secara garis besar
anamnesa yang dilakukan meliputi data tentang :
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pribadi termasuk faktor predisposisi atau faktor risiko
6. Riwayat keluarga dang lingkungan
7. Merangkum dan menilai hasil komunikasi serta memberikan kemungkinan
diagnosa
32
Seorang wanita, 50 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan nyeri
di sendi jari-jari tangan kiri dan kanan. Lakukanlah anamnesa pada pasien
tersebut !
Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mengucapkan salam kepada pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk
4 Menanyakan identitas pasien (nama, umur,
alamat, pekerjaan, pendidikan, agama dll)
Catatan:
- Bila tidak ditanya nilai 0
- Bila ditanya 1 nilai 1
- Bila ditanya 3 nilai 2
- Bila ditanya 6 nilai 3
5 Menanyakan keluhan yang dialami pasien
6 Menanyakan sejak kapan terasa nyeri
7 Menanyakan apakah nyeri terasa terus
menerus atau saat terentu
8 Menanyakan apakah ada sendi lain yang juga
terasa nyeri
9 Menanyakan apakah timbul warna kemerahan
pada daerah sendi yang nyeri
10 Menanyakan apakah jika makan makanan
tertentu penderita akan lebih merasa sakit
11 Menanyakan apakah tumbuh benjolan di
tempat lain ?
12 Menanyakan adakah trauma sebelumnya
13 Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
33
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
34
Skill Lab 9
Penyuluhan
dengan desa lain, jarak ke rumah sakit, ketersediaan tenaga medis dan
sebagainya
b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang
ditentukan oleh program yang ditunjang. Janganlah penyuluhan menentukan
prioritas sendiri, karena hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri-
sendiri. Misalkan di suatu daerah banyak terdapat kasus gizi buruk,
penyuluhan sebaiknya tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk.
Tema Penyuluhan:
1. Perawatan Ulkus Tungkai
2. Osteoartitis
3. Rematoid Artitis
Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan pembagian tema
berbeda sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat (desa atau
perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam 13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk video dan
membuat laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan dan video di
hadapan fasilitator pada jadwal yang telah disepakati.
38
Mengetahui,
Pembimbing
(.................................................)
39
LAMPIRAN 6
Kasus Pemicu :
Tanggal :
Fasilitator :
2. Attitude
- Menunjukkan antusiasme sebagai tutor,
-- perhatian pada siswa dan apa yang
siswa pelajari,
- Datang tepat waktu,
- Memberikan feed back,
- Memberikan evaluasi lenkap
3. Skill
- Tidak mengarahkan diskusi
- Memberikan pertanyaan pancingan
- Tidak memberi kuliah singkat
- Memberikan alternatif materi yang harus
dipelajari
- Menjaga agar tetap fokus pada masalah
- Mengulang diskusi apabila diperlukan
- Memfasilitasi feed back dan evaluasi
- Merangsang critical thinking
- Membuat siswa nyaman
- Tidak membuat atmosfir yang tidak
menyenangkan
Komentar:
42
Grup :
Praktikum :
Tanggal :
Penanggung jawab :
Asisten :
2. Asisten
- Menguasai materi praktikum
- Membimbing praktikum dengan
baik
- Tepat waktu
3. Pelaksanaan
- Materi sesuai dengan silabus
- Memberikan pre test dan post test
- Bahan dan alat tersedia dengan baik
- Kenyamanan ruangan
Komentar:
43
Kuliah :
Tanggal :
Dosen :
2. Alat
- LCD berfungsi dengan baik
- Tersedianya absen
- Tersedianya whiteboard, spidol
- Kenyamanan ruangan
Komentar:
44
LAMPIRAN 8
Lampiran 8. Blueprint evaluasi proses (Formatif)
R U F D A T A
Reasons Use Foci Data Audience Timing Agency
Tujuan Siapa yang
Tujuan Fokus pada Metode Sumber data Parameter keberhasilan
Khusus Untuk siapa Waktu akan
(untuk apa komponen
ditujukan Pelaksanaan mengambil
digunakan) kurikulum
data
mengidentifikasi untuk Kuantitatif: data sasaran 80% persepsi mahasiswa Tim modul, Akhir modul Tim modul
komponen mendapatkan kuesioner pembelajaran dan staf pengajar bahwa komisi
kurikulum data sebagai evaluasi pada tiap sasaran pembelajaran pengembangan
ditingkat modul pertimbangan modul modul dan modul cukup baik, dapat kurikulum
dalam evaluasi Sasaran (lampiran kueioner tercapai dan sesuai dengan MEU, Ka. MEU
modul dan pembelajaran 8) diisi komponen kurikulum
perencanaan oleh
modul mahasiswa
kedepan dan staf
pengajar
dokumentasi: - 80% persepsi mahasiswa Tim modul, Akhir modul Tim modul
Kuantitatif
daftar konten/ dan staf pengajar bahwa komisi
: kuesioner
pokok bahasan konten sudah cukup pengembangan
Konten modul, data - Didapatkan data kurikulum
Kualitatif:
bahan ajar, masukan terkait konten MEU, Ka. MEU
FGD/
kasus pemicu (ada yang kurang atau
wawancara
dan kueioner overlap atau tidak)
80% persepsi mahasiswa Staf pengajar Akhir modul Tim modul
tentang ujian yang (pembuat soal),
Kuesioner dihadapi terkait cukup baik Tim modul
Asessmen kuantitatif assessmen (tingkat kesulitan,
mahasiswa kesesuaian dengan
topik/sasaran
pembelajaran)
45