You are on page 1of 41

MAKALAH

DISKUSI KASUS GERIATRI

Oleh :

Candra Achmad Hanif Rosyidi 1111103000090

Hania Asmarani Rahmanita 1111103000048

Pembimbing :

dr. Rusdi Effendi, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

STASE GERIATRI

PERIODE 1 JUNI 2015 – 28 JUNI 2015

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah oleh karenaatas berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan diskusi kasus geriatri ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam kepaniteraan klinik di stase Geriatri Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.Dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada:

1. dr.Rusdi Effendi, Sp.KJ selaku pembimbing presentasi kasus ini,


2. Semua dokter dan staf pengajar di stase Geriatri Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Jakarta, serta
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Geriatri Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Jakarta.

Penyusun menyadari bahwa makalah tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu,
semua kritik serta saran yang membangun sangat penyusun harapkandalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan orang-orang
yang terkait dalam pembuatannya, terutama dalam hal membuka wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam bidang geriatri.

Jakarta, 14 Juni 2015

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

Dunia sedang mengalami revolusi demografik, yaitu dengan meningkatnya jumlah


penduduk berusia lanjut. Pada saat ini penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih merupakan
sepersepuluh dari total penduduk, dan lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit
fisik yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% pasien yang menderita sakit fisik
tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan anxietas. Sebagian besar
usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan
tidur.

Komorbiditas depresi dengan penyakit fisik kronis memperburuk perjalanan penyakit


sehingga dapat memperpanjang lama perawatan di Rumah Sakit, selain itu juga meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Dokter keluarga memegang peran strategis dalam mengenali dan
mengelola depresi pada pasien geriatri, karena pendekatan terapi mengedepankan aliansi
teraputik dokter-pasien-keluarga. Perlu kejelian klinis untuk mendeteksi depresi pada pasien
geriatri karena gejalanya yang tersamar. “Waspada Depresi” yaitu dengan melakukan
penyaringan depresi pada pasien geriatri yang memperlihatkan gejala klinis tidak serasi dengan
temuan obyektif.

3
BAB II
ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 62 tahun 7 bulan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bulak Wangi Raya no. 9B RT 03 RW 09 Kedaung-Ciputat
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Status Pernikahan : Duda
Jumlah anak : 3 (1 laki-laki, 2 perempuan)
Jumlah cucu : 2 (2 perempuan)
Tanggal masuk : 8 Juni 2015
Tanggal pemeriksaan : 12 Juni 2015
Ruang rawat : Anyelir II lantai 4 RSUD Tangerang Selatan

1.2 Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 12 Juni 2015

 Keluhan Utama

Pasien mengeluh sesak napas sejak 1 hari SMRS.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD mengeluh nafas menjadi memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak tidak
dipengaruhi perubahan posisi dan aktivitas. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah.Muntah berupa cairan. Muntah sebanyak lebih dari 3x/hari.. Pasien juga
mengeluh wajah terutama kelopak mata, kedua kaki, kedua tangan dan perut
membengkak sejak 15 hari SMRS.

4
BAB tidak ada keluhan dengan frekuensi 2-3x/hari. BAB hitam seperti aspal disangkal.
BAK dirasakan menjadi sedikit. Pasien mengeluh nafsu makan berkurang sejak satu
bulan yang lalu.Pasien juga merasa lemas dan pucat Menurut keluarga pasien, pasien
selalu menolak makan dan harus dipaksa terlebih dahulu untuk makan. Pasien hanya
makan 2 kali sehari dan hanya 3-4 sendok. Berat badan pasien menurun sejak 3 bulan
terakhir namun tidak ditimbang sebelumnya. Pasien hanya tidur sekitar 4 jam dan sering
terbangun pada malam hari Sejak 1 bulan terakhir pasien sering mengurung diri di dalam
kamar dan hanya beberapa kali keluar ruangan untuk ke kamar mandi . Pasien juga sering
terlihat melamun di teras rumah. Pasien nampak murung dan sedih.Perubahan perilaku
pasien sejakkematian istrinya 3 bulan yang lalu karena stroke. Pasien merasa bersalah
atas kematian istrinya karena terlambat membawa ke rumah sakit. Sejak kematian
istrinya, pasien tidak bersemangat hidup, pasien juga menjadi malas untuk berobat.
Pasien juga merasa tidak berguna karena sedang menderita sakit yang semakin lama
semakin memberat. Percobaan bunuh diri maupun mengatakan ingin bunuh diri
disangkal.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki kencing manis sejak 14 tahun.Pasien rutin mengkonsumsi obat
glibenklamid1 tab 1 kali per hari, namun sejak 6 bulan yang lalu pasien tidak lagi rutin
minum obat. Riwayat hipertensi diketahui pasien sejak 3 tahun yang lalu namun pasien
tidak mengkonsumsi obat secara teratur. Riwayat gagal ginjal sejak 4 tahun yang lalu.
Riwayat sakit jantung, asma, alergi obat/makanan dan sakit kuning/ liver
disangkal.Riwayat cuci darah disangkal. Pasien tidak pernah mengalami gangguan
kejiwaan sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan sesak napas yang serupa dengan pasien.
Ayah pasien mempunyai penyakit darah tinggi dan kencing manis. Ibu pasien menderita
penyakit darah tinggi. Riwayat gangguan kejiwaan disangkal.

5
 Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari – hari makan 2 kali sehari sejak 1 tahun yang lalu . Pasien suka makan
makanan berminyak namun sudah mulai berkurang sejak 2 tahun yang lalu.Pasien
mengaku memiliki kebiasaan merokok sejak umur 20 tahun, sebanyak 1/2 bungkus per
hari, namun sudah berhenti sejak 10 tahun lalu. Pasien mengaku tidak mempunyai
kebiasaan konsumsi alkohol. Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang dan narkoba
suntik disangkal. Pasien mengaku jarang berolah raga.

 Riwayat Sosial
Pasien dapat secara mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti ganti baju, ke
kamar mandi, dan makan meskipun sangat terbatas dan sangat lamban saat
mengerjakannya. Namun saat ini, Pasien tidak mampu bangun dari tempat tidur
sendiri.Dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti ganti baju, ke kamar mandi, dan
makan harus dibantu oleh anaknya.

 Riwayat Penggunaan Obat


Pasien mengkonsumsi obat darah tinggi namun tidak secara teratur.

 Analisis Keuangan
Sebelumnya pasien bekerja sebagai guru dan pensiun sejak 2 tahun yang lalu, saat ini
kehidupan pasien dibiayai oleh anak pasien.

 Analisis Lingkungan Rumah


Pasien tinggal di rumah sederhana di daerah padat penduduk.Rumah tersebut terdiri dari
3 kamar tidur dan 1 kamar mandi.Rumah pasien hanya terdiri dari satu lantai.Jarak antara
kamar pasien dengan kamar mandi cukup dekat. Kloset di kamar mandi jongkok dan
lantai kamar mandi terbuat dari keramik yang tidak licin. Ventilasi dan pencahayaan
rumah cukup. Sumber air diperoleh dari PAM. Kebersihan di dalam rumah cukup bersih.

 Analisis Gizi
BB : 52 kg

6
TB : 170 cm
IMT : 17,9 (Underweight)
BBI kg = (TB cm – 100) – 10%
(170 – 100) – 7= 63 kg
Status gizi = BB aktual : BB idaman
52 : 63 = 82,5%

BB kurang <90% BBI


BB normal 90-110% BBI
BB lebih 110-120% BBI
BB gemuk >120% BBI

- Kebutuhan basal

L = BBI kg x 30 kalori

63x 30 = 1890 kalori

Umur 60 - 69th -10% = 1890 x 10% = -189 kalori

Aktivitas ringan +10% = 1890 x 10% = 189 kalori

BB underweight +20% = 1890 x 20% = 378 kalori

Total 2.268 kalori  2300 kalori

7
 Genogram

Tinggal satu rumah

 Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)

Pasien merasa tidak ada masalah perkembangan semasa kecil.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)


Sejak usia 6 tahun (SD) pasien tidak pernah tinggal kelas. Ketika diminta menyebutkan
nama teman masa kecilnya, pasien masih dapat mengingatnya.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)


a. Hubungan Sosial
Ketika masih SMA dan kuliah pasien memiliki banyak teman dan mudah untuk
berbaur dengan siapa saja..
b. Riwayat Sekolah

8
Ketika masih SMP pasien selalu naik kelas dan tidak ada hambatan pada belajarnya,
begitu juga ketika pasien SMA. Setelah lulus SMA pasien melanjutkan kuliahnyadi
IKIP jurusan pendidikan keguruan
c. Perkembangan Kognitif dan Motorik
Pasien dapat membaca, menulis dan berhitung dengan baik.
d. Problem Emosi atau Fisik Khusus Remaja
Pasien tidak pernah terlibat perkelahian atau kecelakaan yang serius serta masalah
emosi khusus.
e. Riwayat Psikoseksual
Saat kuliah pasien pernah memiliki banyak pacar.
f. Riwayat Sekolah
Pasien merupakan lulusan S1 jurusan pendidikan guru

g. Perkembangan Kognitif dan Motorik

Pasien dapat membaca, menulis, dan berhitung dengan baik.

h. Latar Belakang Agama


Pasien menganut kepercayaan agama Islam dan salat 5 waktu setiap hari .

 Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai guru dan pensiun sejak 2 tahun yang lalu
b. Aktivitas Sosial
Sebelum sakit pasien bergaul dengan baik dengan warga sekitar rumahnya. Sejak
sakit pasien jarang keluar rumah. Pasien hanya berinteraksi dengan orang yang datang
menjenguk atau berkunjung ke rumah pasien.
c. Kehidupan Psikoseksual dan Penikahan
Pasien menikah saat pasien berusia 25 tahun. Saat ini pasien berstatus sebagai duda
karena istri pasien telah meninggal 3bulan yang lalu.
d. Riwayat Kehidupan Beragama

9
Pasien beragama Islam dan selalu melaksanakan solat 5 waktu namun pasien jarang
salat berjamaah di masjid, pasien sering membaca Al Quran.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang berkaitan dengan hukum.

 Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang pria, berusia 62 tahun 7 bulan dan berpenampilan fisik sesuai usia
kronologis. Kulit sawo matang, rambut jarang, sebagian besar rambut berwarna
putih. Kebersihan dan kerapihan diri baik.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien berbaring dengan posisi setengah duduk karena sesak.
Kontak mata adekuat dan dapat berkomunikasi dua arah dengan pemeriksa.
3. Sikap Terhadap pemeriksa
Selama wawancara, pasien kooperatif.

B. Mood dan Afek

Mood : Hipotim

Afek : Luas dan serasi

Keserasian : Serasi antara ekspresi wajah dengan pembicaraan

Empati : Pemeriksa dapat meraba rasakan perasaan pasien

10
C. Pembicaraan
Pasien hanya menjawab pertanyaan yang diajukan pemeriksa dan seringkali diam.
Volume suara kecil. Intonasi suara kurang, artikulasi kurang jelas dan bahasa dapat
dimengerti oleh pemeriksa.

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik : Tidak ada

Halusinasi visual : Tidak ada

Halusinasi taktil : Tidak ada

Halusinasi olfaktoris : Tidak ada

Halusinasi gustatoris : Tidak ada

Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi : Tidak ada

E. Pikiran
- Arus Pikir :
Produktivitas: Koheren, Sedikit, pasien hanya menjawab apa yang ditanya oleh
pemeriksa dan ide cerita sedikit.
Hendaya berbahasa: Tidak ada.
- Isi pikir :
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Tidak ada waham

F. Kesadaran dan Kognitif


1. Taraf Kesadaran: Compos mentis
2. Orientasi

11
- Waktu : Baik (pasien mengetahui bahwa hari pemeriksaan dilakukan di sore hari)
- Tempat : Baik (pasien mengetahui tempat pasien di rawat)
- Orang : Baik ( pasien dapat mengenali keluarga dan pemeriksa)
5. Daya Ingat
Segera : Baik (pasien dapat mengulang kata buku, pensil dan meja.)
Jangka pendek : Baik,( pasien dapat mengingat menu sarapan hari ini.)
Jangka panjang: Baik, (pasien ingat dulu bersekolah dimana.)
6. Konsentrasi
Baik ( pasien dapat mengurangi 100 dikurangi 7)
7. Perhatian
Baik (pasien dapat memusatkan perhatian saat ditanya)
8. Kemampuan membaca dan menulis
Baik (pasien dapat membaca dan menulis)
9. Pikiran abstrak
Baik ( pasien dapat mengartikan istilah “ada gula, ada semut”.)
10. Intelegensia dan informasi
Baik (pasien tidak bisa menghitung hitungan sederhana)
11. Kemampuan menolong diri
Terganggu, pasien membutuhkan pertolongan orang lain untuk melakukan kegiatan
sehari-hari selama di RSUD Tangerang Selatan.

G. Pengendalian impuls
Berdasarkan riwayat gangguan sekarang, pengendalian impuls pasien baik.

H. Daya nilai dan tilikan


- Daya nilai sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik
- Penilaian realita: Baik (tidak ada waham dan halusinasi)

I. Tilikan : Derajat 5
J. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

12
2.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukanpada tanggal 12 Juni 2015, di bangsal Anyelir II lt 4,


RSUDTangerang Selatan .
A. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
BB : 52 kg
TB : 170 cm
BMI : 17,9
Keadaan Gizi : Underweight

B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi cukup
Pernapasan : 21 kali/menit, regular
Suhu : 36,7 ºC

C. Kepala dan Leher


Bentuk kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat +, Sklera ikterik -
Telinga : Tidak ditemukan kelainan pada telinga
Hidung : Tidak ditemukan kelainan pada hidung
Mulut :Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, sudut bibir
simetris saat bicara dan tersenyum, oral hygiene baik.
Leher :Tidak ada pembesaran KGB, JVP 5-2 cmH2O,
penggunaan otot bantu napas (-)
D. Thorax
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada tampak simetris saat statis dan dinamis, retraksi
sela iga (-), barrel chest (-)

13
Palpasi : Vokal fremitus pada paru kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi :vesikular di kedua lapang paru menurun, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
E. Jantung
Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :Ictus cordis teraba setinggi ICS 5, 1 jari medial dari linea
midclavikularis kiri
Perkusi :Batas jantung kanan setinggi ICS 4 linea sternalis kanan, Batas
jantung kiri setinggi ICS 5, 1 jari medial linea midclavicularis
kiri
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal reguler, murmur (-), dan gallop (-)

F. Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit, massa (-) venaektasi (-), caput medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal,
Palpasi :Supel, buncit, nyeri tekan pada epigastrium (+). hepar dan
lien tidak teraba.
Perkusi : Shifting dullness (+)

G. Kulit : Tampak kering, dekubitus (-), turgor cukup


H. Rektum/anus :pemeriksaan colok dubur : Tidak dilakukan karena pasien menolak
I. Punggung : Tidak ada nyeri pada tulang belakang
J. Alat kelamin : Skrotum edema
++
K. Ekstremitas: Akral hangat,capilary refil time (CRT) <2 detik (-/-), edema ++
L. Status Neurologis
o GCS : E4M6V5
o TRM : Kaku kuduk (-), Brudzinski I (- / -), Laseque >70o/>70o, Kernig
>135o/>135o, Brudzinski II -/-
o Saraf Kranialis
No. Nervus Hasil Pemeriksaan

14
Kranialis
1 N.I Tidak diperiksa
2 N. II Visus : tidak diperiksa
Lapang pandang normal
Funduskopi tidak dilakukan
3 N. II dan Pupil bulat isokhor 3 mm/ 3 mm, RCL/RCTL : + / +
III
4 N. IV Ptosis (-), pasien dapat membuka mata sempurna.
Daya akomodasi dextra dan sinistra baik
5 N. III, IV Pergerakan mata ke segala arah baik
dan VI

6 N. V  Refleks Kornea : +/+


 Fungsi sensori dan mootorik dextra sisnistra baik.s
7 N. VII Motorik orbitofrontalis : baik/baik
Motorik orbikularis orbita : baik/baik
Motorik orbikularis oris : plica nasolabialis simetris
Pengecapan lidah : tidak dilakukan
8 N. VIII Gangguan pendengaran (-), vestibuler: tidak dilakukan
9 N. IX dan Motorik : Arcus faring normal, uvula di tengah
X
10 N. XI M.trapezius dan m. sternokleidomastoideus : tidak
diperiksa
11 N. XII Pergerakan Lidah : tidak ada deviasi
Atrofi -, fasikulasi -, Tremor –

o Gerakan Involunter

15
Tremor :-
Chorea :-
Atetose :-
Mioklonik :-
Tics :-
o Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Ataxia : tidak dilakukan
Tes Rhomberg : tidak dilakukan
Disdiadokinesia : tidak ada
Jari-Jari : baik
Jari-Hidung : baik
Tumit-Lutut : baik
o Fungsi Otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi Keringat : Baik
o Refleks-refleks Fisiologis
Bisep : +2/+2
Trisep : +2/+2
Radius : +2/+2
Patella : tidak dilakukan
Achilles : tidak dilakukan
o Refleks-refleks Patologis
Hoffman Tromer : - / -
Babinsky :-/-
Chaddok :-/-
Oppenhiem : - /-
Gordon :-/-
Gonda : -/-
Schaefer :-/-
Klonus lutut :-/-

16
 Abreviated Mental Test (AMT)

17
No. Pertanyaan Jawaban Skor

1 Umur… tahun Benar 1


.
2 Waktu/jam sekarang… Benar 1
.
3 Alamat tempat tinggal… Benar 0
.
4 Tahun ini… Benar 1
.
5 Saat ini berada di mana… Benar 1
.
6 Mengenali orang lain di RS Benar 1
.
7 Tahun kemerdekaan RI Benar 1
.
8 Nama presiden RI… Benar 1
.
9 Tahun kelahiran pasien Benar 1
.
10. Menghitung terbalik (20 s/d 1)… Benar 1

SKOR AMT
0-3: Gangguan ingatan berat
4-7: Gangguan ingatan sedang
8-10: Normal 9

11 Perasaan hati (afeksi) Depresif

 Kajian GDS

18
Uraian Jawaban
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? Y T 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan danY T 1
minat atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Y T 1
Apakah anda merasa bosan? Y T 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?Y T 1
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadiY T 1
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidupY T 1
anda?
Apakah andasering merasa tidak berdaya? Y T 1
Apakah andalebih senang tinggal di rumah daripada pergiY T 1
ke luar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan dayaY T 0
ingat anda dibandingkan dengan kebanyakan orang?
Apakah andapikir bahwa hidup anda sekarang iniY T 1
menyenangkan?
Apakah anda merasa kurangdihargai? Y T 0
Apakah anda merasa penuh semangat ? Y T 1
Apakah andamerasa bahwa keadaan anda tidak adaY T 1
harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baikY T 1
keadaannya dari anda?
Hasil 10
0-4 : tidak mengalami depresi
5-9 : kemungkinan depresi
≥ 10 : depresi

19
 PEMERIKSAAN STATUS FUNGSIONAL
Kajian Indeks ADLBarthel
- Sebelum sakit
Fungsi Skor maksimal Nilai
Mengendalikan rangsang BAB 2 2
Mengendalikan rangsang BAK 2 2
Membersihkan diri 1 1
Penggunaan jamban 2 2
Makan 2 2
Berbaring ke duduk 3 3
Berpindah/ berjalan 3 3
Memakai baju 2 2
Naik turun tangga 2 1
Mandi 1 1
Hasil 19
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 :ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total

 Setelah sakit
Fungsi Skor maksimal Nilai
Mengendalikan rangsang BAB 2 2
Mengendalikan rangsang BAK 2 2
Membersihkan diri 1 0
Penggunaan jamban 2 1
Makan 2 1
Berbaring ke duduk 3 2
Berpindah/ berjalan 3 1

20
Memakai baju 2 2
Naik turun tangga 2 0
Mandi 1 0
Hasil 12
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 :ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total

INDEKS ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) didapatkan skor sebelum sakit 20 yang
bermakna pasien mandiri sedangkan setelah sakit skor ADL adalah 12 yang
menunjukkan pasien dengan ketergantungan ringan

 Kajian MMSE
Pertanyaan Max Nilai
ORIENTASI
Sekarang ini? (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) 5 2
Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (RS), 5 4
(lantai/kamar)
REGISTRASI
Sebutkan 3 objek: tiap satu detik, pasien disuruh mengulangi 3 3
nama ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap nama objek yang
disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut
dengan benar: buku, pensil, kertas
ATENSI DAN KALKULASI
Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban 5 5
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara
terbalik kata “W A H Y U ” (nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan).

21
MENGENAL KEMBALI
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi 3 2
BAHASA
Menyebut : pensil, buku 2 2
Mengulang : “namun, tanpa, bila” 1 1
Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas itu dengan 3 3
tangan anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di lantai”
Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah 1 1
kalimat “pejamkan mata”
Menulis spontan 1 1
Menggambar bentuk 1 1
Hasil 25
Severity
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Range
< 21 peningkatan kemungkinan demensia
Education
Tidak normal untuk pendidikan setingkat SD
Tandailah tingkat kesadaran manula pada garis aksis di bawah ini dengan huruf x
Sadar ( x ) Somnolen ( ) Stupor ( ) Koma ( )

2.2 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
08/06/2015 09/06/2015 11/06/2015 12/06/2015
HEMATOLOGI

Hemoglobin 10,2 9,7 10,1 8,5 13.2-17.3 g/dl


Hematocrit 31 30 31 26 33-45 %
Leukosit 4,7 5,1 5,3 11,4 5.0-10.0 ribu/ul

22
Trombosit 189 173 185 146 150-440 ribu/ul
Eritrosit 3,73 3,56 3,69 3,07 3.80-5.20 juta/ul

VER 82,9 83,9 83 84,8 80.0-100.0 fl


HER 27,4 27,2 27,3 27,6 26.0-34.0 pg
KHER 33 32,4 32,9 32,6 32.0-36.0 g/dl
RDW 15,4 15 15,6 14,8 11.5-14.5 %

FUNGSI HATI
SGOT 12 0-34 U/l
SGPT 5 0-40 U/l
Albumin 3 3,40-4,80 g/dl

FUNGSI
GINJAL
Ureum darah 88 107 20-40 mg/dl
Kreatinin darah 146 13 14,1 0.6-1.5 mg/dl

13,3

GDS 112 70-140


HBA 1C 6,4 4.5-6.3 %

ELEKTROLIT

Natrium 137 142 138 135-147 mmol/L


Kalium 4,07 4,57 4,29 3.10-5.10 mmol/L
Klorida 114 110 103 95-108 mmol/L

AGD

pH 7,292 7.370-7.440
PCO2 18 35.0-45.0 mmHg
PO2 147,8 83.0-108.0 mmHg
BP 757
HCO3 8,5 21.0-28.0 mmol/L

23
O2 saturasi 98,7 95.0-99.0 %
BE -15,4 -2.5-2.5 mmol/L
Total CO 9,1 19.0-24.0 mmol/L

SERO-
IMUNOLOGIS
HEPATITIS
HbsAg Negatif
Anti HCV Negatif Negatif
Negatif

2.3 Pemeriksaan penunjang


Foto thorax AP(08/6/2015) :
Jantung tidak membesar, CTR <50%

Aorta dan medistinum superior tidak melebar

Trakea di tengah. Kedua hilus baik

Kedua hemidiafragma dan sinus kostofrenikus baik

Tidak tampak kelainan pada tulang dan jaringan lunak yang tervisualisasi

Kesan : Dalam batas normal

24
USG abdomen (11/6/2015)
- Hepar: Ukuran dan bentuk normal. Permukaan regular, tepi tajam.
Echogenitas parenkim meningkat homogen. Tidak tampak lesi lokal. Sistem biliar
intrahepatik, vena hepatika dan vena porta tidak melebar. Tidak tampak efusi
pleura, tidak tampak ascites.
- Kandung empedu: Ukuran dan bentuk normal. Dinding tak menebal. Tidak tampak lesi
fokal maupun batu intravesika.
- Pankreas: Besar dan bentuk normal. Tidak tampak lesi fokal. Tidak tampak pelebaran
duktus pankreatikus.
- Spleen: Besar dan bentuk normal, echogenitas homogen, tidak tampak lesi fokal. Tidak
tampak pelebaran vena lienalis.
- Ginjal kanan kiri : Ukuran mengecil. Diferensiasi korteks medulla tidak jelas.
Echogenitas meningkat. Tidak tampak pelebaran sistem pelviokalises.
Tidak tampak batu maupun lesi fokal.
- Aorta : Kaliber baik. Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe paraaorta

25
- Vesika urinaria: Ukuran dan bentuk baik, tidak tampak penebalan dinding. Tidak tampak
batu maupun lesi fokal.
- Kesan : hepar dalam batas normal
Sesuai gambarananchronic kidney disease bilateral

EKG 08/06/2015
SR, HR 90 x/mnt, Normoaxis, Gel P 0,08, Interval PR 0,16, QRSkompleks 0,08, ST Elevasi -,
Tinverted -, LVH -, RVH -, LBBB-, RBBB-

2.4 Resume
 Anamnesis:
Pasien datang ke IGD mengeluh nafas menjadi memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak tidak
dipengaruhi perubahan posisi dan aktivitas.. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah.Muntah berupa cairan. Muntah sebanyak lebih dari 3x/hari.. Pasien juga
mengeluh wajah terutama kelopak mata, kedua kaki, kedua tangan dan perut
membengkak sejak 15 hari SMRS. Pasien mengeluh nafsu makan berkurang sejak satu
bulan yang lalu.Pasien juga merasa lemas dan pucat Menurut keluarga pasien, pasien

26
selalu menolak makan dan harus dipaksa terlebih dahulu untuk makan. Pasien hanya
makan 2 kali sehari dan hanya 3-4 sendok. Berat badan pasien menurun sejak 3 bulan
terakhir namun tidak ditimbang sebelumnya. Pasien hanya tidur sekitar 4 jam dan sering
terbangun pada malam hari Sejak 1 bulan terakhir pasien sering mengurung diri di dalam
kamar dan hanya beberapa kali keluar ruangan untuk ke kamar mandi . Pasien juga sering
terlihat melamun di teras rumah. Pasien nampak murung dan sedih.Perubahan perilaku
pasien sejakkematian istrinya 3 bulan yang lalu karena stroke. Pasien merasa bersalah
atas kematian istrinya karena terlambat membawa ke rumah sakit. Sejak kematian
istrinya, pasien tidak bersemangat hidup, pasien juga menjadi malas untuk berobat.
Pasien juga merasa tidak berguna karena sedang menderita sakit yang semakin lama
semakin memberat.
 Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi cukup
Pernapasan : 21 kali/menit, regular
Suhu : 36,7 ºC
BMI : 17,9 (underweight)
Mata : konjungtiva pucat+
Alat Kelamin : skrotum edema
++
Ekstremitas : edema ++

 Pemeriksaan Laboratorium :
- Hb menurun (10,2) anemia
- Ureum meningkat (146)
Gangguan fungsi ginjal, Acute on CKD
- Kreatinin meningkat (13,3)

- pH menurun (7,292)
Asidosis metabolik
- HCO3 menurun (8,5)

27
 Pemeriksaan radiologi
- USG abdomen : kesan  sesuai gambaran anchronic kidney disease bilateral,

2.5 Daftar Masalah


1. Dyspneu
2. Hipertensi
3. Hiperglikemia
4. Depresi
5. Insomnia
6. Anemia ringan
7. Asidosis Metabolik
8. Hipoalbumin

Diagnosis Medik
1. Dyspnea e.c Acute on CKD
2. Hipertensi grade II, Tidak terkontrol
3. DM tipe 2, GD terkontrol
4. Depresi

Diagnosis Fungsional
- Impairment : impairment pada ginjal, endokrin, pembuluh darah, kejiwaan
- Disability : Gangguan tekanan darah, gangguan endokrin gangguan fungsi ginjal,
gangguan kejiwaan
- Handicap : ketergantungan ringan

Sindrom Geriatri
- Inanition
- Insomnia

28
2.6 Formulasi diagnosis
Diagnosis Aksis 1
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien tidak pernah memiliki riwayat cedera
kepala. Riwayat stroke, demam tinggi, dan kejang disangkal. Tidak ada riwayat tindakan
operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat
disingkirkan.
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif, sehingga diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
Diagnosis lebih dititik beratkan pada F32.1. Episode Depresif Sedang. Diagnosis ini
ditegakan berdasarkan kriteria Episode Depresif Sedang yang tercantum pada PPDGJ III,
yaitu adanya gejala utama yang sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala ditambah
dengan sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya. Lamanya seluruh episode
berlangsung minimum 2 minggu dan pasien mengalami kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga. Pada pasien ini terdapat gejala utama
yaitu adanya kehilangan minat dan kegembiraan (pasien sering merasa sedih) dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas. Gejala lainnya : Gagasan tentang rasa bersalah, adanya pandangan masa sepan yang
suram dan pesimistis, tidur terganggu, dan nafsu makan yang berkurang.

Diagnosis Aksis II
Tidak terdapat adanya gangguan kepribadian maupun retardasi mental.

Diagnosis Aksis III


Pada pasien tersebut ditemukan adanya Acute on CKD, Hipertensi grade II tidak terkontrol,
DM tipe II

Diagnosis Aksis IV

Ditemukan faktor pencetus atau stressor berupa :


- Masalah pelayanan kesehatan: pasien menderita sakit yang sama sejak 4 tahun
terakhir dan bolak balik dirawat di rumah sakit karena sakitnya.

29
- Masalah dengan “primary support group” (keluarga): pasien kehilangan istri karena
terlambat membawa ke rumah sakit

Diagnosis Aksis V
GAF (Global Assesment of Functioning) pada saat pemeriksaan (current) didapatkan nilai 60
(gejala sedang dan disabilitas sedang). Adapun GAF (Global Assesment of Functioning)
terbaik dalam satu tahun terakhir (Highest Level past year) yaitu 81. (disabilitas ringan,
pasien masih mampu melakukan perawatan diri dengan baik)

2.7 Diagnosis psikiatri


Aksis I : F31.1 Episode Depresif Sedang
Aksis II : tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Acute on CKD, Hipertensi grade II, DM type 2
Aksis IV : masalah penyakit, masalah keluarga
Aksis V : GAF current 60
GAF HLPY : GAF HLPY 81

2.8 Penatalaksanaan
Farmakoterapi
- Pemasangan O2 3 lpm nasal kanul
- Dilakukan pemasangan IVFD venflon
1. Restriksi cairan 600 cc/24 jam
Asam folat 1x 5 mg PO
Bicnat 3x500 mg
Vit B12 3x50 mg
CaCO3 3x500 mg
Pasang CDL – rencana HD inisiasi
UMU balans cairan negatif
Diet: 1900kkal/hari
Diet rendah garam 2gr/hari
Protein 1 gr/kgBB

30
2. Valsartan 1x80 mg PO
HCT 1x 10mg PO
3. Sertraline 3 x100 mg PO
4. Gluqiudone

Psikoterapi

- Psikoterapi suportif dengan memberikan pasien kesempatan untuk menceritakan masalahnya


dan meyakinkan pasien bahwa ia sanggup menghadapi masalah yang ada.

- Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur.

Sosioterapi

- Memberi edukasi kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi
dukungan dan pendampingan kepada pasien
- Mengedukasi keluarga pasien untuk rajin membawa pasien kontrol/rawat jalan dan
memperhatikan pasien agar minum obat secara teratur.

31
BAB III

ANALISIS KASUS

Geriatric Giant Problemspada Pasien


1. Instability
Atas dasar pasien mulai ada kesulitan untuk berdiri dan berjalan sendiri. Pasien dapat
berpindah tempat dengan dituntun. Sebelum sakit pasien mengaku masih bisa beraktivitas
sehari-hari secara mandiri. Saat ini kondisi pasien sangat lemah dan butuh pengawasan
karena beresiko tinggi untuk jatuh, terutama saat di kamar mandi. Rencana terapi
mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan meminimalisir resiko jatuh.
Selain itu pasien dan keluarga harus di edukasi untuk lebih memperhatikan lingkungan
tempat tinggal agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, kalau bisa tidak
perlu ada undakan, lantai yang tidak licin dan selalu mendampingi pasien terutama saat
pasien melakukan mobilisasi.

2. Inanition
Atas dasar pasien belakangan ini pasien tidak nafsu makan, dan hanya makan 3-4 sendok
sekali makan. Pasien mengeluh cepat sekali kenyang. Makan dua kali sehari namun hanya
sedikit sekali tidak pernah sampai setengah. Asupan nutrisi pasien sangat tidak adekuat
sehingga pasien mempunyai BMI dibawah batas normal dan tergolong kedalam malnutrisi.
Pasien di diagnosis dengan intake sulit.
Rencana edukasi untuk pasien dan keluarga pasien adalah menjelaskan mengenai manfaat
dan dampak apabila asupan nutrisinya tidak adekuat. Memberikan dorongan kepada
keluarga untuk terus memotivasi dan mengawasi pola makan pasien dengan menyediakan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Porsi makan dalam jumlah sedikit, namun
sering.

32
Pengkajian masalah
1. Acute on CKD
- Atas dasar dari anamnesis pasien mengeluh sesak napas yang memberat sejak satu hari.
Keluhan sesak tersebut tidak bergantung pada aktifitas dan perubahan posisi. Pasien juga
mengeluh lemas serta pucat, buang air kecil lebih sedikit dibandingkan biasanya. Pasien
juga mengeluh kedua tangan dan kaki bengkak sejak 15 hari SMRS. Gejala-gejala
tersebut merupakan gejala overload yang mendukung diagnosis dari Acute on CKD.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit DM yang sudah diderita selama 15 tahun. Hal ini
sesuai dengan penyebab utama CKD yang merupakan Diabetes Mellitus. Data yang
mendukung diagnosis CKD tersebut dari pemeriksaan fisik antara lain tekanan darah saat
diperiksa 160/100 mmHg menunjukkan pasien menderita Hipertensi grade II. Terdapat
konjungtiva pucat pada pemeriksaan mata, serta oedema pada keempat ekstremitas dan
skrotum. Hasil USG abdomen menunjukkan ukuran kedua ginjal mengecil, diferensiasi
korteks medulla tidak jelas yang sesuai dengan gambaran CKD bilateral.Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb menurun dengan nilai 10,2 g/dL Pada pasien
CKD, anemia dapat terjadi karena kerusakan sel-sel peritubular ginjal tempat produksi
eritropoetin (EPO). Hasil laboratorium lainnya adalah peningkatan ureum dan creatinin
yakni sebesar 146 mg/dL untuk ureum, dan kreatinin 13.3 mg/dL. Berdasarkan data
creatinin yang ada dapat dihitung eGFR menggunakan CKD-EPI, yakni sebesar
3,4mL/menit/1,73min2 . dari hasil eGFR tersebut, pasien ini tergolong ke dalam CKD
stage V. Analisa Gas Darah pada pasien ini menunjukkan penurunan pH sebesar 7,292
serta penurunan HCO3 sebesar 8,5, dan pCO2 sebesar 18. Hal ini menunjukkan asidosis
metabolik terkompensasi sebagian. Pada CKD, asidosis metabolik dapat terjadi karena
kerusakan ginjal sebagai salah satu organ pengatur asam-basa dalam tubuh. Ginjal
meregulasi ekskresi H+ dengan cara mereabsorpsi HCO3 yang tefiltrasi. Ion H+ akan
disekresikan bersamaan dengan buffer urin dalam bentuk HPO4 (fosfat) dan ammonia.

33
Pada CKD, berkurangnya fungsi nefron menyebabkan kerusakan sistem regulasi ekskresi
ginjal tersebut, sehingga terjadi penumpukan asam dan fosfat dalam tubuh. Untuk rencana
terapi pada pasien ini adalah hemodialisa karena telah memenuhi beberapa indikasi
hemodialisa, antara lain eGFR <15ml/menit, adanya gejala overload yakni oedema di
hampir seluruh bagian tubuh, sesak, serta asidosis metabolik.Obat-obatan lain yang dapat
digunakan pada pasien ini antara lain :
- CaCO3 : Karena kondisi hiperfosfatemia yang terjadi pada pasien CKD, maka
dibutuhkan terapi pembatasan asupan fosfat melalui diet rendah fosfat, serta dibutuhkan
fosfat binder atau pengikat fosfat dari saluran pencernaan agar kadar fosfat dalam darah
tidak semakin bertambah.
- Bicnat : pemberian suplementasi bikarbonat diharapkan dapat memperbaiki
kondisi asidosis metabolik yang terjadi pada pasien CKD.
- Asam Folat : Beberapa studi menjelaskan bahwa pada CKD dapat terjadi kondisi
hiperhomosisteinemia. Adapun penyebabnya belum sepenuhnya jelas, namun diduga dari
kerusakan ginjal itu sendiri, dan faktor diluar ginjal yaitu jalur metabolik uremia. Kondisi
hiperfosfatemia dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Dari beberapa
penelitian, pemberian asam folat dapat menurunkan kadar homosistein dalam darah.
- Vit B12 : berfungsi sama seperti asam folat dalam munurunkan kadar homosistein
darah.
- Domperidone 1x 10 mg : Untuk mengurangi mual dan muntah yang dialami pasien

Selain dengan obat diperlukan pembatasan asupan cairan . Dengan berasumsi bahwa air yang
keluar melalui insensible water loss antara 500-800 ml/hari maka air yang masuk dianjurkan
500-800 ml ditambah jumlah urin. Untuk pembatasan protein pada pasien CKD stage V on
HD adalah sebesar 0,6-0,8 g/kgBB/hari

2. Hipertensi Grade II, tidak terkontrol


Atas dasar anamnesis pasien memiliki tekanan daarh tinggi namun berobat tidak teratur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 160/100 mmHg sehingga dapat
dikategorikan ke dalam Hipertensi grade II. Terapi yang diberikan pada pasien ini sesuai

34
dengan tatalaksana hipertensi grade II guideline JNC 7yaitu kombinasi dua obat
antihipertensi. Pasien ini menderita CKD dan DM, oleh karena itu dipilih agent
antihipertensi yang aman untuk DM dan CKD antara lain ACE inhibitor, ARB, dan CCB.
Pada pasien ini diberikan Valsartan 1x80 mg dan Amlodipin 1x10 mg.

3. DM tipe 2, Gula Darah Terkontrol


Dari data anamnesis, pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus yang sudah
diderita selama 14 tahun. Pasien mengaku rutin mengkonsumsi obat diabetes yaitu
Glibenklamid yang diminum 1 kali sehari. Saat ini pasien memiliki daftar masalah baru
yaitu CKD oleh karena itu perlu dipikirkan terapi penggantian obat antihipoglikemik oral
yang selama ini dikonsumsi. Glibenklamid merupakan obat anti diabetik golongan
sulfonilurea yang memiliki masa aktif panjang di dalam tubuh, sehingga apabila
diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal maka akan meningkatkan risiko
hipoglikemia. Adapun alternatif obat anti diabetik yang aman untuk pasien-pasien dengan
gangguan ginjal adalah glikuidon.

4. Depresi Sedang
Berdasarkan anamnesis , pasien sering merasa sedih dan menyendiri di dalam kamar,
kemudian pasien hanya makan sedikit yaitu 3- 4 sendok dalam 2 kali makan perhari.
Pasien juga mengeluhkan adanya gangguan tidur. Selain itu pasien selalu merasa bersalah
dan tidak memiliki semangat sejak 1 bulan yang lalu. Hal ini diawali oleh kejadian
meninggalnya istri pasien 3 bulan yang lalu. Berdasarkan PPDGJ, pasien dapat
didiagnosis depresi sedang berdasarkan adanya 2 gejala utama yaitu : Afek Depresi dan
Anhedonia. Selain itu adanya 4 gejala – gejala tambahan yaitu kesulitan tidur, penurunan
nafsu makan, adanya rasa bersalah, dan pesimis terhadap masa depan. Gejala ini sudah
berlangsung lebih dari 2 minggu. Pada pasien dapat diberikan terapi berupa Sertraline 3
x100 mg PO dan diberikan psikoterapi serta terapi keluarga.

35
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Geriatri
Pasien usia lanjut merupakan pasien yang berusia di atas 60 tahun. Geriatri merupakan
pasien usia lanjut yang memenuhi karakteristik multipatologi, polifarmasi, daya cadangan
faali rendah, gejala dan tanda klinis yang menyimpang, menurunnya status fungsional dan
gangguan nutrisi.
Salah satu karakteristik pasien geriatri adalah multipatologi, yaitu pada satu pasien
terdapat lebih dari satu penyakit yang biasa nya sudah berjalan lama dan sifatnya
degeneratif. Karena banyak nya penyakit yang diderita maka seorang pasien geriatri akan
mengkonsumsi banyak obat atau polifarmasi. Menurunnya daya cadangan faali yaitu terjadi
penurunan fungsi berbagai organ atau sistem organ sehingga menyebabkan pasien geriatri
sulit untuk pulih kembali.
Selain itu pada pasien geriatri terdapat penyimpangan gejala dan tanda dari penyakit,
sehingga suatu penyakit akan sulit untuk dikenali. Kemampuan seorang geriatri untuk
melakukan aktivitas sehari-hari akan terganggu. Status fungsional ini akan menggambarkan
keampuan umum seseorang untuk berperan secara mandiri. Kondisi yang sering terjadi juga
pada pasien geriatri adalah gangguan nutrisi, gizi berkurang, atau bahkan gizi buruk.
Gangguan nutrisi ini secara langsung dapat mempengaruhi proses penyembuhan
pasien.Komponen pengkajian paripurna pasien geriatri meliputi status fungsional, status
kognitif, status emosional dan status geriatri yang akan dibahas selanjutnya.

4.1.1 Status fungsional


Pada pasien geriatri penyembuhan kondisi akut saja tidak cukup untuk mengatasi
permasalahan. Karena walaupun kondisi akutnya sudah teratasi, pasien belum mampu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Pengkajian statusfungsional untuk mengatasi
berbagai hendaya menjadi penting. Agar nilai pengkajian masalah status fungsional geriatri
ini menjadi objektif maka dilakukan pemeriksaan denganinstrumen tertentu, antara lain
denganindeks aktivitas kehidupan sehari – hari (activity of daily living/ADL) Barthel dan

36
Katz. Pasien dengan status fungsional tertentu akan memerlukan berbagaiprogram untuk
memperbaiki status fungsionalnya agar kondisi kesehatankembali pulih, mempersingkat
lama rawat, meningkatkan kualitas hidup dankepuasan pasien.

4.1.2 Status kognitif


Selain kondisi fisik, kondisi faal kogniti juga merupakan hal yang paling sering
terganggu padapasien geriatri yang dirawat inap karena penyakit akut antara lain memori
segeradan jangka pendek, persepsi, proses pikir, dan fungsi eksekutif. Gangguan kognitif ini
dapat menyulitkan dokter dalam melakukan anamnesis. Kepatuhan dan kemampuan pasien
untuk melaksanakan program kesehatan yang telah ditetapkan oleh dokter akan sulit untuk
diikuti oleh pasien yang memiliki gangguan pada faal kognitifnya. Gangguan faal kognitif
bisa ditemukan pada derajat ringan (mild cognitive impairment/MCI danvascular cognitive
impairment/NCI) maupun yang lebih berat(demensia ringan sedang dan berat) hal tersebut
tentunya memerlukanpendekatan diagnosis dan terapeutik tersendiri. Secara objekrif
penapisan adanya ganguan faalkognitifdilakukan dengan cara pemeriksaanneuropsikiatri
seperti Abbreviated Mental Test, The Mini-Mental State Examination (MMSE), The Global
Deterioration Scale (GDS), dan The Cinical Dementia Ratings(CDR).

4.1.3 Status emosional


Pasien geriatri juga memiliki gangguan pada kondisi psikologik seperti gangguan
penyesuaian dan depresi sehingga mempengaruhi hasil pengelolaan pasien. Dengan kondisi
depresi pasien geriatri akan lebih sulit untuk diajakbekerja sama dalam upaya penyembuhan
secara terpadu. Pasien akan bersikap pasif atau apatis terhadap berbagai program pengobatan
yang diberikan. Hal ini akan mempersulit dokter dan paramedik. Keinginan bunuh diri
secaralangsung maupun tidak, cepat atau lambat akan mengencam prosespenyembuhan dan
pemulihan. Pengkajian status emosional pasien dengan menggunakan geriatric
depressionscale(GDS) yang terdiri atas 15 atau 30 pertanyaan. Instrumen ini bertujuan untuk
menapis adanya gangguan depresi atau gangguan penyesuaian.Pendekatan secara profesional
dengan bantuan psikiater amat diperlukan untukmenegakkan diagnosis pasti.

37
4.1.4 Status nutrisi
Gangguan nutrisi merupakan masalah lain yang harus dikaji pada pasien geriatri karena
kurangnya nutrisi dapat mempengaruhi status imun dan keadaanumum pasien. Seringkali
gangguan nutrisi terabaikan mengingat gejalaawal seperti rendahnya asupan makanan
disangka sebagai kondisi normal yangakan terjadi pada pasien geriatri.Sampai kondisi status
gizi turunmenjadi gizi buruk baru tersadar bahwa memang ada masalah di bidang gizi. Jika
sudah sampai pada tahap gizi buruk maka akan sulit menyusunprogram untuk mengobati
status gizi buruk.Pengkajian status nutrisi dapat dilakukan dengan anamnesis gizi (anamnesis
asupan), pemeriksaan antropometrik, maupun biokimiawi.Dari anamnesis harusdapat dinilai
berapa kilokalori energi, protein, dan lemak yang rata – rata dikonsumsi pasien.Juga perlu
dievaluasi berapa gramserat dan cairan yang dikonsumsi.Pemeriksaan antropometrik yang
lazimdilakukan adalah pengukuran indeks massa tubuh dengan memperhatikanperubahan
tinggi tubuh dibandingkan saat usia dewasa muda. Rumus tinggi lututyang disesuaikan
dengan ras Asia dapat dipakai untuk dikalkulasi tinggi badanorang usia lanjut. Pada
pemeriksaan penunjang dapat diperiksa hemoglobin dankadar albumin plasma untuk menilai
status nutrisi secara biokimiawi. Instrumen untuk mengkaji status fungsional, kognitif, dan
emosional.

4.2 Sindrom geriatri


Sindrom geriatri berkaitan dengan proses menua dan multipatologi. Tidak hanya
berkaitan dengan masalah fisik organobiologik tapi juga psikologik dan sosial ekonomi.
Sindrom geriatri dapat disingkat dengan 14i:
 Immobility (imobilitas)
 Instability (instabilitas)
 Incontinence (inkontinensia urine dan alvi)
 Intelectual impairment (gangguan fungsi intelektual dan kognitif, seperti
demensia)
 Infection (infeksi)
 Impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran)
 Iritable colon (iritasi usus besar  perdarahan saluran cerna atau diare)
 Isolation (isolasi diri  depresi)

38
 Inanition (malnutrisi)
 Impecunity (kemiskinan atau finansial yang berkurang)
 Iatrogenesis (misalnya polifarmasi)
 Insomnia (gangguan tidur)
 Immune deficiency (defisiensi sistem imun)
 Impotence (disfungsi ereksi)
Berdasarkan uraian diatas tidak dapat disangkal lagi bahwa pendekatan pada pasien
geriatri harus bersifat holistik atau paripurna. Mengelola seluruh masalah secara keseluruhan
tidak hanya dari masalah bio-psiko-sosialnya saja. Pengelolaan pasien geriatri harus
senantiasa memperhatikan aspek kuratif, rehabilitatif, promotif dan preventif.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. National Kidney Foundation: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative. Clinical


Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and
Stratification. Am J Kidney Dis. 2014.
2. Sudoyo, Aru. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
2009.
3. Soegondo, Sidartawan. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : Interna Publishing. 2009.
4. Fauci A, Braunwald E, Kasper D. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed.
New York: McGraw-Hill; 2008.
5. Kalantar, Kamyar. Choric kidney disease. 6 edition. California. Division of nephrology
and hypertensi general internal medicine. 2002.
6. Silbernagl, Stefan., Lang, Florian. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.
2000.
7. Katzung, Bertram G., et al. Basic and Clinical Pharmacology 11th edition. USA : Mc
Graw Hill. 2009.
8. Setiati,S. Roosheroe, AG. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Imobilisasi pada usia lanjut.
Ed IV jil I. Internapublishing. Jakarta .2009, p859-63
9. Laksmi PW, Harimurti K, Setiati S, Soejono CH, Aries W, Roosheroe AG. Management
of Immobilization and Its Complication for Elderly. Acta Med Indones-Indones J Intern
Med 2008;40(4):233-40.
10. Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. Immobility. In: Essentials of Clinical
Geriatrics. Sixth edition. USA: The McGraw Hill. 2009. p.297-329.
11. Setiati S, Aries W, Laksmi PW, Harimurti K, Govinda A. Editor. Konsensus Nasional
Penatalaksanaan Imobilisasi dan Komplikasi Akibat Imobilisasi pada Orang Usia Lanjut.
Jakarta: PB Pergemi. 2006. hal 2-29.
12. Abal AT, Nair PC & Cherian J. 2001. Haemoptysis: aetiology, evaluation and outcome--
a prospective study in a third-world country.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11453310/
13. American Urological Association Guideline : Management of Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH). 2010.
Arological

40
Association Guideline:
Management of Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH

41

You might also like