You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN APLIKASI NANDA NIC NOC

 HOME
 BLOG
 ASKEP
 LAPORAN KASUS
 SOP
 GALLERY
 LIFESTYLE
 MUSIC
 DROPDOWN
HOME / SISTEM PERSYARAFAN / LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP EPILEPSI APLIKASI NANDA NIC NOC

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP EPILEPSI APLIKASI NANDA NIC NOC


Author - Septiawan Putra Date - 06:51 Sistem Persyarafan

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1 Defenisi

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik
abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif,
2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-
ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron
otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik
2 Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik), sering
terjadi pada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007).

3 Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan
penginderaan
b. Kelainan gambaran EEG
c. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
d. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat
berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)

4 Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta
neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik
saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat
zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan norepinerprine ialah
neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid)
bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan
epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang dinamakan fokus
epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke
neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer
otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian
akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian
tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari
belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang
substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan
impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi
kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf, sehingga
sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya influx natrium ke
intraseluler. Jika natrium yang seharusnya banyak di luar membrane sel itu masuk ke
dalam membran sel sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ion yang mengubah
keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi
neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini
menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi
neurotransmitter inhibitorik.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus
kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik.
Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut.
Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat
apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umumnya tidak memicu
kejang. Di tingkat membran sel, sel fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena
biokimiawi, termasuk yang berikut :
a. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
b. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara berlebihan.
c. Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-
aminobutirat (GABA).
d. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi
neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan
neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang


sebagian disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas
neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan
listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak
meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan
serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin mengalami
deplesi (proses berkurangnya cairan atau darah dalam tubuh terutama karena
pendarahan; kondisi yang diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh berlebihan) selama
aktivitas kejang.
Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti
histopatologik menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan
struktural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal
pada metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. Fokus kejang
tampaknya sangat peka terhadap asetikolin, suatu neurotransmitter fasilitatorik, fokus-
fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan asetilkolin.

5 Pemeriksaan penunjang

a. CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal
abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Epilepsi
simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan
atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi
dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang
jelas
b. Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
c. Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
- mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- menilai fungsi hati dan ginjal
- menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi).
- Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak

6 Penatalaksanaan
Manajemen Epilepsi :
a. Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsi
b. Melakukan terapi simtomatik
c. Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran pengobatan yang
dicapai, yakni:
- Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
- Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal.
- Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.
Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin (difenilhidantoin),
karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik. Kebanyakan pasien dapat dikontrol
dengan salah satu dari obat tersebut di atas.

Cara menanggulangi kejang epilepsi :

1. Selama Kejang
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
b. Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
c. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau
panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
d. Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah
lidahnya menutupi jalan pernapasan.
e. Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya,
karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat
diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan
pernapasannya.
f. Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa
disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung,
melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang
melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti
melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau
tidur.
g. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat,
bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.
2. Setelah Kejang
a. Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
b. Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa
jalan napas paten.
c. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
d. Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang
e. Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
f. Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkan
penderita beristirahat.
g. Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk
menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembut
h. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian
pengobatan oleh dokter.
i. Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana
meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan
keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CA PARU

1. Pengkajian
a. Biodata : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan
penanggungjawabnya.
Usia: Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur
b. Keluhan utama: Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat
pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-
tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya
prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh
anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bicara.
c. Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.
d. Riwayat penyakit dahulu:
- Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
- Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
- Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
- Tumor Otak
- Kelainan pembuluh darah
- demam,
- stroke
- gangguan tidur
- penggunaan obat
- hiperventilasi
- stress emosional
e. Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan penyakit ayan merupakan
penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat dugaan terdapat 4-
8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.
f. Riwayat psikososial
- Intrapersonal : klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang diderita.
- Interpersonal : gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit epilepsi (atau “ayan” yang lebih umum di masyarakat).
g. Pemeriksaan fisik (ROS)
1) B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea, aspirasi
2) B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis
3) B3 (brain): penurunan kesadaran
4) B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine
5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi
6) B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan anggota tubuh,
mengeluh meriang

2. Diagnosa
a. Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat

3. Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1 Resiko cederaa. Knowledge : Personal Environmental
b.d aktivitas Safety Management safety
kejang yangb. Safety Behavior : Faal 1. Sediakan lingkungan yang
tidak terkontrol Prevention aman untuk pasien
(gangguan c. Safety Behavior : Falls 2. Identifikasi kebutuhan
keseimbangan). occurance keamanan pasien, sesuai
d. Safety Behavior : dengan kondisi fisik dan
Physical Injury fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
pasien
3. Menghindarkan lingkungan
yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
4. Memasang side rail tempat
tidur
5. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah
dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan
yang cukup
9. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
10. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
.

2 Ketidakefektifana. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /


bersihan jalan Ventilation trachealsuctioning.
nafas b. Respiratory status : 2. Berikan O2
berhubungan Airway patency 3. Anjurkan pasien untuk istirahat
dengan c. Aspiration Control dan napas dalam
sumbatan lidah kriteria hasil : 4. Posisikan pasien untuk
di endotrakea, a. Mendemonstrasika memaksimalkanVentilasi
peningkatan b. batuk efektif dan 5. Keluarkan sekret dengan batuk
sekresi saliva c. suara nafas yang bersih,tidak atau suction
ada sianosis dan dyspneu 6. Auskultasi suara nafas, catat
d. Menunjukkan jalan nafas yang adanya suara tambahan
paten 7. Monitor status hemodinamik
e. Mampu mengidentifikasikan 8. Berikan pelembab udara Kassa
dan mencegah faktor basah NaCl Lembab
yang penyebab. 9. Atur intake untuk cairan
f. Saturasi O2 dalam mengoptimalkan keseimbangan.
g. batas normal 10. Monitor respirasi dan status O2
11. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
3 Kurang a. Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
pengetahuan process 1. Berikan penilaian tentang
mengenai b. Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
kondisi dan Behavior tentang proses penyakit
aturan Kriteria Hasil : yang spesifik
pengobatan a. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
berhubungan menyatakan penyakit dan bagaimana
dengan kurang pemahaman tentang hal ini berhubungan dengan
pemanjaan, penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
kesalahan prognosis dan program dengan cara yang tepat.
interprestasi, pengobatan 3. Gambarkan tanda dan
kurang b. Pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul
mengingat mampu melaksanakan pada penyakit, dengan cara
prosedur yang dijelaskan yang tepat
secara benar 4. Gambarkan proses
c. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang 5. Hindari harapan yang
dijelaskan perawat/tim kosong
kesehatan lainnya 6. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
7. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

C. Daftar Pustaka
Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume II. Jakarta :
ECG
Price S. A and Wilson L. M, 1982, Pathofisiology, Clinical Concepts of Desease

Process, Second Ed, St Louis, New York


SHARE THIS
GOOGLE FACEBOOK TWITTER MORE
Related Articles :

 Laporan Pendahuluan Dan Askep Epilepsi Aplikasi Nanda Nic NocA. KONSEP DASAR
PENYAKIT1 Defenisi Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik k ...

2 comments
Newer PostOlder PostHome

Type and click en


CPX
PALING DILIHAT


Laporan Pendahuluan dan Askep Demam Berdarah ( DHF ) Aplikasi Nanda Nic Noc


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ASMA APLIKASI NANDA NIC NOC


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD ) APLIKASI NANDA
NIC NOC


Laporan Pendahuluan Dan Askep Katarak Aplikasi Nanda Nic Noc


Laporan Pendahuluan Dan Askep Epilepsi Aplikasi Nanda Nic Noc

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP HIV / AIDS APLIKASI NANDA NIC NOC


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF ) APLIKASI
NANDA NIC NOC


Laporan Kasus dan Askep Operasi Soft Tissu Tumor


Laporan Pendahuluan dan Askep Diabetes Millitus Aplikasi Nanda Nic Noc


Laporan Pendahuluan dan Askep SINUSITIS Aplikasi Nanda Nic Noc

BLOG ARCHIVE

 ► 2016 (2)
o ► January (2)
 ▼ 2015 (23)
o ► December (9)
o ▼ November (6)
 SOP Pemasangan NGT
 SOP Pemasangan Infus
 LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP HIV / AIDS APLIKASI ...
 Laporan Pendahuluan Dan Askep Katarak Aplikasi Nan...
 Laporan Pendahuluan Dan Askep Epilepsi Aplikasi N...
 Laporan Pendahuluan dan Askep SINUSITIS Aplikasi N...
o ► October (8)
LABEL

 Laporan Kasus8
 Penyakit Dalam1
 Sistem Endokrin1
 Sistem Imun Dan Hematologi1
 Sistem Kardiovaskular2
 Sistem Pencernaan1
 Sistem Pernafasan2
 Sistem Persyarafan1
 Sistem sensori persepsi2
 Standar Operasional Prosedur4

ADS

Powered by Blogger.

FLAG

FORMULIR KONTAK
Name

Email *

Message *

GOOGLE+ FOLLOWERS
COPYRIGHT © 2015 ASUHAN KEPERAWATAN ALL RIGHT RESERVED

CREATED BY ARLINA DESIGN


TOP

You might also like