You are on page 1of 11

22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Desain Fungsional


Prototype alat pengering skala laboratorium pada penelitian ini memiliki fungsi
untuk mengeringkan biomassa yang akan dijadikan sebagai bahan baku biopelet.
Untuk mengaplikasikan prototype alat pengering skala laboratorium ini dibutuhkan
ruang bakar (furnace) untuk menghasilkan panas dari pembakaran bahan bakar gas
(LPG), furnace yang digunakan terbuat dari plat besi yang kemudian dilapisi dengan
glasswall dan asbes. Selain itu, terdapat juga blower yang akan digunakan sebagai
alat untuk menghisap udara luar menuju ke dalam furnace untuk dipanaskan. Bahan
baku akan diumpankan pada tabung silinder putar, dimana tabung silinder putar
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pengeringan, dan di dalam tabung
silinder putar terdapat flights yang berfungsi untuk membantu proses pengeringan
secara merata, perputaran tabung silinder tersebut digerakkan oleh motor listrik.
Untuk menunjang proses pengeringan terjadi secara efektif dan efisien, maka
dimanfaatkan udara panas yang masuk ke dalam silinder dengan jumlah putaran
silinder 25 rpm. Biomassa hasil pengeringan akan dijadikan biopelet, sehingga
digunakan oven pengering dengan sulpay panas dari furnace dan udara sisa hasil
pengeringan di rotary dryer untuk mengeringkan hasil biopelet. Oven memiliki dua
buah rak susun yang digunakan sebagai tempat meletakkan biopelet yang akan
dikeringkan.

3.2 Pendekatan Desain Struktural


Secara umum prototype alat pengering ini terbagi menjadi 2 jenis pengeringan,
yaitu pengering tipe rotary dan pengering tipe oven. Pengering tipe rotary ini berupa
tabung silinder sebagai ruang pengering bahan baku biomassa yang dirancang dengan
ukuran panjang tabung 70 cm dan diameter 15 cm. Di sisi sebelah kiri merupakan
tempat masuknya udara panas dan umpan biomassa sedangkan di sisi sebelah kanan
merupakan tempat keluarnya udara pemanas dan tempat keluarnya umpan, posisi ini
dimanfaatkan agar udara panas langsung masuk ke dalam silinder putar. Tabung
23

silinder digerakkan oleh motor listrik dengan daya 300 watt, sedangkan untuk oven
dirancang berbentuk kubus dengan ukuran 30 cm × 25cm x 30 cm.

15
17 11

16

14
4 12

3
13

8
5
6
1
2
10

Gambar 3.1 Komponen Prototype Alat Pengering


Keterangan gambar 3.1:
1. Tabung gas LPG 7. Valve 3 13. Motor penggerak
2. Blower 8. Rotameter 14. Feed out (umpan keluar)
3. Valve 1 9. Termokopel 15. Pipa sisa udara pengering
4. Rotameter 10. Stack Gas Furnace 16. Oven
5. Furnace 11. Feed in (umpan masuk) 17. Stack Gas Oven
6. Valve 2 12. Rotary Drum
24

Gambar 3.2 Tampak Depan Prototype Alat Pengering

Gambar 3.3 Tampak Atas Prototype Alat Pengering


25

Gambar 3.4 Tampak Samping Kanan Prototype Alat Pengering

Gambar 3.5 Tampak Samping Kiri Prototype Alat Pengering

Gambar 3.6 Tampak Bagian Dalam Prototype Alat Pengering


26

3.3 Petimbangan Percobaan


3.3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pembuatan prototype dilakukan pada bulan April 2018 sampai Mei 2018.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan dari bulan Mei sampai Juni
2018 di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
3.3.2 Alatdan Bahan
A. Alat dan Bahan untuk Pembuatan Rotary Dryer
1. Alat yang digunakan:
a. Mesin Las 1 buah
b. Gerinda 1 buah
c. Obeng 1 buah
d. Roll meter 1 buah
e. Bor 1 buah
f. Gergaji Besi 2 buah
g. Pensil 1 buah
h. Penggaris 1 buah
2. Bahan yang digunakan:
a. Tabung LPG 3 kg 1 buah
b. Blower 1 buah
c. Gearbox 1 buah
d. Tiang Besi Penyangga 4 buah
e. Valve 2 buah
f. Cat Minyak 4 kaleng
g. Tiner 1 kaleng
h. Termometer 3 buah
i. Isolator (Glasswoll) 1 set
j. Tee 1 buah
k. Bantalan Karet 2 buah
l. Regulator 1 buah

B. Alat dan Bahan untuk Penelitian


1. Alat yang digunakan:
a. Stopwatch 1 buah
b. Timbangan 1 buah
c. Ember 2 buah
d. Rotameter 1 buah
e. Termokopel 1 buah
2. Bahan yang digunakan:
a. Gas LPG 3 kg 1 buah
b. Tongkol Jagung 0,5 kg
27

c. Ampas kelapa 0,5 kg


d. Perekat 0,1 kg
3.3.3 Perlakuan percobaan
Dalam penelitian rancang bangun prototype alat pengering terdapat beberapa
variabel yang dapat diambil antara lain variabel tetap dan variabel tak tetap. Variabel
tetap berupa waktu pengeringan, temperatur pengeringan, perbandingan bahan baku..
Sedangkan variabel tak tetap yang diambil adalah laju udara pengering.

3.4 Prosedur Percobaan


1. Persiapan Bahan Baku
a. Menyiapkan bahan baku awal yaitu ampas kelapa dan tongkol jagung yang
digunakan untuk pembuatan biopelet.
b. Melakukan pengecilan ukuran bahan baku dengan menggunakan alat jaw
crusher hingga ukuran bahan baku menjadi ukuran yang lebih kecil.
c. Melakukan pengayakan dengan alat sieving untuk mendapatkan bahan baku
masing-masing berukuran 60 mesh.
d. Setelah dilakukan pengayakan hingga berukuran 60 mesh, masing-masing
bahan baku ampas kelapa dan tongkol jagung dicampur dengan perbandingan
75% : 25%.

2. Proses Pengujian Kadar Air Awal Campuran Sebelum Pengeringan


Tahap penentuan kadar air campuran bahan baku adalah sebagai berikut:
a. Mula-mula cawan kosong dikeringkan dengan oven pada suhu 80oC selama
15 menit dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
b. Sebanyak 10 gram sampel campuran bahan baku dimasukan dalam cawan
yang telah ditimbang dan selanjutnya dikeringkan dalam oven bersuhu 100-
110oC selama 1 jam.
c. Setelah selesai cawan yang telah berisi sampel tersebut dipindahkan ke dalam
desikator, didinginkan dan ditimbang untuk mendapatkan berat akhir sampel.

3. Tahap Pengeringan Bahan Baku Biopelet


a. Menyiapkan campuran bahan baku sebesar 1 kg.
28

b. Memanaskan furnace dengan menghidupkan kompor LPG kemudian


nyalakan blower untuk mengalirkan udara masuk kedalam furnace.
c. Membuka katup (V1)
d. Membuka katup (V2) setelah mencapai temperatur yang diinginkan untuk
mengalirkan udara panas kedalam rotary dryer.
e. Menghidupakn motor listrik untuk memutar tabung rotary dryer.
f. Memasukan bahan baku secara perlahan dan kemudian tunggu selama 1 jam
hingga bahan baku selesai dikeringkan.
g. Menimbang bahan baku yang telah selesai dikeringkan.
h. Menghitung kadar air yang dihasilkan.

4. Tahap Pengujian Massa H2O Yang Terserap Oleh Udara


Tahap penentuan kadar air yang terserap oleh udara:
a. Menyiapkan dua buah termometer yang sejenis.
b. Membungkus ujung salah satu termometer dengan kapas, kemudian
membasahi kapas dengan air.
c. Mengukur temperatur bola kering dan bola basah pada udara keluaran blower
d. Mengukur temperatur bola kering dan bola basah pada udara keluaran rotary
dryer
e. Menghitung massa H2O pada keluaran blower dan keluaran rotary dryer
dengan menggunakan psychrometric chart.
f. Menghitung selisih massa H2O pada keluaran blower dan keluaran rotary
dryer sebagai massa H2O yang terserap oleh udara.
5. Tahap Pembuatan Biopelet
a. Menyiapkan masing-masing massa campuran bahan baku sebesar 100 gr.
b. Membuat perekat campuran tepung tapioka dan air panas dengan
perbandingan 1:10.
c. Mengambil perekat sebanyak 5% wt dari bahan baku yaitu 5 gram
d. Mencampurkan bahan baku biopelet dan perekat sampai homogen.
e. Melakukan pencetakan biopelet dengan menggunakan alat pencetak biopelet.
f. Mengeringkan biopelet dengan oven selama 30 menit.
g. Menghitung kadar air biopelet setelah dilakukan pengeringan dengan
menggunakan oven.

6. Analisa Kadar Air Biopelet


29

a. Mula-mula cawan kosong dikeringkan dengan oven pada suhu 80oC selama
15 menit dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
b. Sebanyak 2 gram sampel biopelet dimasukan dalam cawan yang telah
ditimbang dan selanjutnya dikeringkan dalam oven bersuhu 100-110oC selama
1 jam.
c. Setelah selesai cawan yang telah berisi sampel tersebut dipindahkan ke dalam
desikator, didinginkan dan ditimbang untuk mendapatkan massa akhir sampel.
d. Menghitung kadar air pada biopelet

7. Tahap Pengujian Massa H2O yang Terserap Oleh Udara


a. Menyiapkan dua buah termometer yang sejenis.
b. Membungkus ujung salah satu termometer dengan kapas, kemudian
membasahi kapas dengan air.
c. Mengukur temperatur bola kering dan bola basah pada udara keluaran blower
d. Mengukur temperatur bola kering dan bola basah pada udara keluaran oven
e. Menghitung massa H2O pada keluaran blower dan keluaran rotary dryer
dengan menggunakan psychrometric chart.
f. Menghitung selisih massa H2O pada keluaran blower dan keluaran oven
sebagai massa H2O yang terserap oleh udara.

8. Analisis Nilai Kalor Biopelet


Adapun untuk analisa nilai kalor, menggunakan alat bomb calorimeter dengan
prosedur percobaan antara lain:
a. Persiapan Sampel
1. Membuka cover dengan menarik besi cover, kemudian mengangkat bomb
head dari bucket dengan cara memutarnya ke kiri (berlawanan arah jarum
jam). Meletakan bomb calorimeter head pada head support stand, setelah
itu memasang cotton wire (benang).
2. Meletakan cawan, menekan TARE pada neraca dan menimbang sampel.
3. Mengambil cawan dari neraca, memasang pada pada bomb head. Cotton
wire harus menyentuh sampel.
4. Memasukan bomb head ke dalam bucket calorimeter.
5. Menutup cover calorimeter.

b. Pengoperasian Alat
1. Memilih operating mode determination.
2. Menekan start.
30

3. Memasukan ID sampel/ nama sampel.


4. Memasukan ID bomb / bomb yang digunakan (bomb 1, bomb 2, bomb 3
dst)
5. Memasukan sampel
6. Menunggu hingga proses analisis selesai, 10-15 menit.
7. Hasil akan tampil pada LCD atau dapat di print out.
8. Membuka cover, mengeluarkan bomb head dengan kain kering atau
tissue. Agar lebih aman sebaiknya menggunakan kanibo, untuk mencegah
adanya kotoran atau benda yang tertinggal didalam silinder. Untuk
pengukuran selanjutnya sama dengan diatas.
9. Untuk mematikan, menekan OFF, menunggu hingga tampil SAFE TO
TURN OFF. Setelah itu, menekan power yang berada dibelakang
instrument.
10. Menutup suplai gas oksigen dan nitrogen.

c. Analisis Nilai Kalor (CV) ASTM D 5865-07a


1. Menimbang masing-masing 1 gram sampel kedalam cawan, ditempatkan
didalam kaitan yang tersedia pada bomb calorimeter.
2. Memasangkan 10 cm benang pembakar dari katun pada kawat yang
menghubungkan kedua katup bomb head lalu pelintir benang sampai
ujungnya menyentuh sampel.
3. Bomb head yang berisi sampel dimasukan kedalam alat kalorimeter
kemudian putar sampai tertutup dan terkunci.
4. Menekan tombol start, lalu continue, masukan kode ID sampel kemudian
ditekan enter, lihat ID bomb lalu sesuaikan kode bomb head nya
kemudian tekan enter dan ketik berat sampel lalu tekan tombol enter
kembali, maka secara otomatis alat akan menganalisis sampel dan
menghitungnya.
5. Setelah proses analisis selesai, bomb calorimeter dimatikan dan
dibersihkan serta dikeringkan.

3.5 Pengamatan
Penelitian ini diawali dengan menyiapkan berbagai macam keperluan untuk
pengoperasian alat seperti memakai tabung LPG, melakukan pembakaran di furnace,
memastikan valve yang harus terbuka dan yang tertutup, mengisi biomassa pada
31

tabung silinder, menghidupkan blower, menghidupkan motor penggerak silinder lalu


memulai proses pengambilan dan pengamatan.
1. Sistematika Penelitian

Tongkol Jagung Ampas Kelapa

Persiapan sampel (pengecilan Persiapan sampel (pengecilan


dan pengayakan) ukuran 60 dan pengayakan) ukuran 60
mesh mesh
Pencampuran 75%
Ampas Kelapa : 25%
Tongkol Jagung

Uji Kadar Air

Uji massa H2O yang terserap


oleh udara

Pengeringan
dengan rotary

Uji Kadar Air

Perekat 5% wt
Pencampuran dari bahan baku

Pencetakan

Pengeringan
dengan oven

Uji nilai Kalor


32

Gambar 3.7 Blok Diagram Proses Pembuatan Biopelet

You might also like