You are on page 1of 30

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

MELALUI PROMOSI KESEHATAN


“UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN TUBERCULOSIS MELALUI
GERAKAN ETIKA BATUK YANG BENAR”
di PRAKTEK BIDAN MANDIRI DESA KARANGANYAR”
TANGGAL 17 SEPTEMBER 2017

Disusun Oleh :

Fitri Ramadhani 165020132


Devi Nisa Hidayati, M.Sc., Apt.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT


MELALUI PROMOSI KESEHATAN

JUDUL : UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN


TUBERCULOSIS MELALUI GERAKAN
ETIKA BATUK YANG BENAR
TEMPAT PELAKSANAAN : di PRAKTEK BIDAN MANDIRI DESA
KARANGANYAR
BIAYA : 1. Program studi profesi apoteker Rp. 100.000
2. Pribadi Rp. 50.000

Disetujui oleh :
Pembimbing Promosi Kesehatan Pelaksana

Devi Nisa Hidayati, M.Sc., Apt. Fitri Ramadhani

KATA PENGANTAR
ii
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan penyusunan laporan Promosi Kesehatan.

Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Apoteker.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Selama kegiatan dan penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak

dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga semua dapat

berjalan dengan baik dan lancar. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Ibu Aqnes Budiarti, SF.,M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Wahid Hasyim Semarang.

2. Bapak Yance Anas, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang.

3. Ibu Devi Nisa Hidayati, M.Sc., Apt. selaku pembimbing Promosi Kesehatan

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim

Semarang yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam

penyusunan laporan.

4. Ibu Siyamtiningsih, Amd.Keb selaku Bidan Desa Karanganyar yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kegiatan Promosi

Kesehatan.

iii
5. Seluruh dosen Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

Wahid Hasyim Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

tentang kefarmasian.

6. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu

saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang

dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

memerlukan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Desember 2017

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iii

iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Tujuan Kegiatan Promosi Kesehatan.................................................... 5

C. Manfaat Kegiatan Promosi Kesehatan.................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4

2.1 Pengertian Tuberculosis....................................................................... 5

2.2 Gejala Tuberculosis............................................................................. 6

2.3 Penyebab Tuberculosis ....................................................................... 9

2.4 Penularan Tuberculosis ....................................................................... 10

2.5 Pencegahan Tuberculosis..................................................................... 13

2.6 Pengertian Etika Batuk........................................................................ 14

2.7 Tujuan Etika Batuk .............................................................................

2.8 Kebiasaan Batuk yang Salah...............................................................

2.9 Cara Etika Batuk yang Baik dan Benar...............................................

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 18

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 21

A. Kesimpulan........................................................................................... 21

B. Saran..................................................................................................... 21

v
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22

LAMPIRAN.......................................................................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul................................................................ 25

Lampiran 2. Surat Pernyataan.............................................................................. 26

vi
Lampiran 3. Leaflet.............................................................................................. 27

Lampiran 4. Daftar Hadir Peserta ........................................................................ 28

Lampiran 5. Dokumentasi.................................................................................... 29

vii
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian utama

yang disesabkan oleh infeksi. Penyakit ini biasanya menyerang paru, tetapi bisa

saja menyerang semua organ atau jaringan di dalam tubuh. Tuberkulosis atau

yang lebih dikenal TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yang dapat terjadi secara perlahan tanpa diketahui

gejala sebelumnya, infeksi laten lalu menjadi penyakit infeksi yang aktif kembali

atau reaktivasi (Dipiro, 2009). Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa

tetapi juga pada anak, yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. TB pada anak saat

ini merupakan salah satu komponen penting dalam pengendalian TB, dengan

pendekatan pada kelompok risiko tinggi, salah satunya adalah anak mengingat

TB merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak dan bayi di

negara endemis TB. Anak sangat rentan terinfeksi TB terutama yang kontak erat

dengan pasien TB BTA positif (Kemenkes RI, 2013).

Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor,

yakni kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan

meminum obat, harga obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda,

kurangnya daya tahan hospes terhadap mikobakteria, berkurangnya

daya bakterisid obat yang ada, meningkatnya kasus HIV/AIDS dan

krisis ekonomi. Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah,

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
3

namun tanpa peran serta masyarakat tentunya tidak akan dicapai

hasil yang optimal karena TB tidak hanya masalah kesehatan namun

juga merupakan masalah sosial. Keberhasilan penanggulangan TB

sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi

masyarakat.

. Sumber penularan dari penyakit ini adalah penderita TB paru BTA positif

baik dewasa maupun anak pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa

jam. Orang dapat terinfeksi jika percikan dahak tersebut terhirup kedalam saluran

pernafasan (Depkes RI, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa faktor terjadinya

penularan TB paru salah satunya perilaku buruk penderita itu sendiri yang

meludah sembarangan, tidak menutup mulut saat batuk dan tidak menggunakan

masker saat berinteraksi dengan orang lain. Terbentuknya perilaku dipengaruhi

dari salah satu faktor internal yaitu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku

seorang penderita TB paru yang tidak menutup mulutnya saat atuk atau beresiko

tinggi menularkan penyakit terhadap orang lain (Kemenkes RI, 2013).

Pada prinsipnya upaya-upaya pencegahan dilakukan dan pemberantasan

tuberkulosisi dijalankan dengan usaha-usaha diantaranya yaitu pendidikan

kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit TB paru, bahayanya dan cara

penularannya. Tindakan mendasar yang bisa dilakukan seperti pencegahan

menurut WHO salah satunya adalah menerapkan etika batuk yaitu dengan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
4

menutup hidung dan mulut menggunakan tisu, sarung tangan dan lengan bagian

dalam ketika batuk dan bersin, mencuci tangan setelah batuk dan bersin dengan

sabun, membuang tissue ke tempat sampah setelah digunakan, membuang dahak

ditempat sampah atau toilet dan yang terakhir menggunakan masker saat flu.

Berdarkan masalah dari beberapa fenomena di atas, penulis berinisiatif untuk

melakukan promosi kesehatan tentang upaya pencegahan penularan TB. Dengan

adanya promosi kesehatan tersebut, diharapkan masyarakat sadar akan

pentingnya menerapkan etika batuk yang baik dan benar sehingga dapat

mengurangi angka kejadian TB di Indonesia.

B. Tujuan Kegiatan Promosi Kesehatan

1. Tujuan Umum

Sebagai upaya peningkatan kesadaran tentang penerapan etika batuk

yang baik dan benar untuk mengurangi angka penularan tuberkulosis.

2. Tujuan Khusus

Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menerapkan etika batuk

yang baik dan benar serta menambah pengetahuan tentang penyakit

tuberkulosis paru

C. Manfaat Kegiatan Promosi Kesehatan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
5

Adapun manfaat kegiatan ini adalah sebagai upaya untuk peningkatan

pengetahuan atau informasi mengenai pentingnya menerapkan etika batuk yang

baik dan benar sehingga mengurangi penularan TB.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tuberculosis

Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi, adalah

tuberkulosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru, tetapi bisa saja menyerang semua organ

atau jaringan di dalam tubuh. Tuberkulosis atau yang lebih dikenal TB adalah suatu penyakit

infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat terjadi secara perlahan

tanpa diketahui gejala sebelumnya, infeksi laten lalu menjadi penyakit infeksi yang aktif

kembali atau reaktivasi (Dipiro, 2009).

Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh

lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini

dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan

Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat

bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat

dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk

memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Depkes RI, 2005).

2.2 Penyebab Tuberkulosis Paru

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, kuman berbentuk


batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding
kuman terdiri dari asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan.
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri
tahan asam (BTA) dan bakteri ini juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
(Amin dan Bahar, 2009).

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
6

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.

Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant . Dari sifat dormant ini

kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit TB menjadi aktif lagi.

Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma

makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi kemudian menyukai bakteri TB

karena mengandung banyak lipid (Amin dan Bahar, 2009).

Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih

menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian

apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberkulosis (Amin dan Bahar, 2009).

2.3 Gejala Tuberkulosis Paru

Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan

berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk

darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan

nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak

badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih

dari sebulan (Depkes, 2005).

2.4 Cara Penularan Tuberkulosis Paru

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau

bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan

dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
7

selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam

saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan,

baju, dan perlengkapan tidur. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia

melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh

lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau

penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2005).

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,

makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat

kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang

terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2005).

2.5 Faktor Resiko Tuberkulosis Paru

Seseorang yang terinfeksi kuman TB belum tentu sakit atau tidak menularkan

kuman TB. Proses selanjutnya ditentukan oleh berbagai faktor resiko. Resiko

terinfeksi TB sebagian besar adalah faktor resiko eksternal, terutama adalah faktor

lingkungan seperti rumah tak sehat, pemukiman padat & kumuh. Sedangkan risiko

menjadi sakit TB, sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh penderita sendiri

yg disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh penderita seperti

kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan immunosupresan dan lain

sebagainya (Depkes RI, 2005).

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
8

Menurut hasil penelitian Rakhmawati dkk., 2009 tentang faktor resiko terjadinya

tuberkulosis paru dewasa meliputi :

1. Faktor Umur

Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu

umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian

yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan

menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat

secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya

mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru

adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

2. Faktor Jenis Kelamin

Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada

tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan

jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada

wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat

sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru

Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki

sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya

TB paru.

3. Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang

mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
9

orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan

berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap

penyakit.

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan

seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan

pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka

seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain

itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.

5. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi

lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan

dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk

maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan

terkena infeksi TB Paru.

6. Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk

mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan

kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB

paru sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah

untuk terjadinya infeksi TB Paru.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
10

7. Kebersihan lingkungan

Kebersihan lingkungan juga mempunyai peran yang sangat penting sebagai

faktor resiko penyebab kejadian TB anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam kebersihan lingkungan adalah pencahayaan rumah, kepadatan penghuni,

kelembaban, ventilasi dan asap rokok. Sinar matahari berperan sebagai pembasmi

kuman terutama sinar ultraviolet yang mempunyai daya bunuh terhadap kuman.

Mycobacterium tuberculosis tidak bisa bertahan hidup bila terkena sinar matahari

langsung maupun udara yang panas.

Sedangkan untuk pencahayaan rumah berpengaruh terhadap kelembaban

rumah, rumah yang lembab akan menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya kuman

terutama kuman TB. Jadi apabila pencahayaan di dalam rumah kurang maka kuman

akan bias bertahan hidup berjam-jam dan bahakan bertahun-tahun dalam keadaan

yang lembab.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara padat huni dengan terjadinya TB paru, dimana besar resiko terjadinya infeksi

TB anak pada kepadatan penghuni yang tidak memenuhi syarat adalah 4,643 kali

lebih besar daripada kepadatan penghuni yang memenuhi syarat. Luas lantai

bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai

bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak

menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
11

kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit

infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

Ventilasi rumah yang buruk dapat meningkatkan transmisi kuman TB karena

aliran udara yang statis. Aliran udara yang statis akan menyebabkan udara

mengandung banyak kuman TB akan terhirup oleh anak yang berada dalam rumah

dengan ventilasi buruk. Pada penelitian lainnya oleh Diani dkk., 2011, didapatkan

peluang terinfeksi TB lebih banyak dijumpai pada subjek dengan pajanan asap rokok.

Asap rokok dapat mengakibatkan penurunan aktivitas mukosiliar epitel, penurunan

bersihan partikel asing oleh epitel, dan abnormalitas permeabilitas vascular, dapat

meningkatkan resiko seorang anak terinfeksi TB.

2.6 Pencegahan Tuberkulosis Paru

Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara,

yang utama adalah memberikan obat anti TB yang benar dan cukup, serta

dipakai dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan

dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko, yakni pada dasarnya

adalah mengupayakan kesehatan perilaku dan lingkungan, antara lain dengan

pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari, mengurangi kepadatan

anggota keluarga, mengatur kepadatan penduduk, menghindari meludah

sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang

baik dan seimbang. Dengan demikian salah satu upaya pencegahan adalah

dengan penyuluhan.. Penyuluhan TB dilakukan berkaitan dengan masalah

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
12

pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam

penanggulangan TB (Depkes RI, 2005)

2.7 Pengertian Etika Batuk

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh

pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di

tenggorokan karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.

Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi

baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika Batuk adalah tata cara

batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau

lengan baju sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang

lain.

Tujuan etika batuk adalah Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas

melalui udara bebas (droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya.

Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke

orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan.

2.8 Kebiasaan Batuk yang Salah

1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.


2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung
saat batuk dan bersin.
3. Membuang ludah batuk disembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.
2.9 akibat dari etika batuk yang salah

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
13

Semua etika batuk diatas hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk mengendalikan

penyebaran infeksi yang terjadi saat batuk. Tidak hanya difasilitas kesehatan, tetapi

juga dikantor, sekolah, pusat keramaian maupun rumah tinggal. Batuk yang

disebabkan adanya iritan mungkin tidak mengandung kuman berbahaya, tetapi kuman

atau flora normal yang ada didalam rongga mulut yang dikeluarkan saat batuk

kemungkinkan akan membentuk koloni yang dapat memicu infeksi (Kemenkes,

2012)

Menurut salah satu penelitian yang berjudul pelaksanaan etika batuk untuk

pecegahan pada penderita TB paru BTA menyatakan bahwa dengan menerapkan etika

batuk selama penderita masih berstatus TB BTA positif, tingkat penularan kepada

anggota keluarga sangat kecil (Anggraini, 2015). Etika batuk mempunyai peran yang

sangat penting dalam tingkat pencegahan dan pengendalian infeksi saluran

pernapasan yang cenderug menjadi epidem dan pademi di fasilitas pelayanan

kesehatan, dalam hal ini adalah tuberkulosis paru.

2.10 Etika Batuk yang Baik dan Benar


1. Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda
dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali
anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
2. Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
3. Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan
untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.

4. Gunakan masker.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
14

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

Kegiatan promosi kesehatan (promkes) dengan judul “Upaya Pencegahan

Penularan Tuberculosis Melalui Gerakan Etika Batuk yang Benar” telah dilaksanakan

pada tanggal 17 September 2017 di Praktek Bidan Mandiri Desa Karanganyar,

tepatnya di Jalan Jeruk Sawit Gondangrejo Karanganyar Jawa Tengah yang diikuti 20

peserta. Sasaran kegiatan promkes adalah masyarakat desa setempat. Judul mengenai

ajakan untuk menerapkan etika batuk ini telah disetujui oleh Devi Nisa Hidayati,

M.Sc., Apt. sekaligus menjadi pembimbing kegiatan promkes. Dipilih judul ini

dikarenakan pengetahuan tentang etika batuk yang baik dan benar harus diketahui dan

diterapkan agar penularan penyakit infeksi saluran pernafasan dalam hal ini adalah

tuberkulosis paru dapat dicegah.

Pelaksanaan promosi kesehatan diawali dengan pembuatan leaflet, penentuan

tempat promosi kesehatan, peninjauan lokasi. Kemudian setelah mendapatkan

persetujuan dari pembimbing terkait judul dan tempat promosi kesehatan penulis

melakukan perijinan kepada Kepala Sekolah dan sudah disetujui diadakan kegiatan

tersebut. Setelah sampai pada lokasi kegiatan promosi kesehatan penulis melakukan

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang

18
19

perkenalan dan pembagian leaflet yang dapat dilihat pada Lampiran 4 kemudian

mulai menjelaskan secara umum mengenai pengertian penyakit tuberkulosis paru,

penyebab tuberkulosis, gejala tuberkulosis, bahaya penularan tuberkulosis, cara

mencegah penularan, dan etika batuk yang baik dan benar sesuai gambar yang tertera

pada leaflet. Leaflet dapat dilihat pada lampiran 3. Kegiatan promosi kesehatan yang

dilakukan mendapat respon positif dari orang tua yang sudah dijelaskan materi

sebelumnya. Antusias orang tua dapat dilihat pada lampiran 4. Antusias tersebut

ditandai dengan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Adapun

pertanyaan yang diajukan oleh salah satu orang tua yaitu “apakah TB dapat tertular

melalui alat makan penderita?”, kemudian penulis memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut yaitu “tidak, penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan

makan, tetapi melalui droplet pada waktu penderita batuk atau bersin”.

Dari hasil kegiatan ini para orang tua sudah mengetahui pentingnya

menerapkan etika batuk dan tips-tips untuk mencegah penularan penyakit

tuberkulosis. Sasaran kegiatan ini dilakukan pada orang tua karena orang tua

mempunyai aktivitas atau kegiatan di luar rumah lebih banyak di bandingkan anak-

anak, hal tersebut memungkinkan orang tua lebih cepat terpapar infeksi saat sedang

beraktivitas dan tanpa disadari saat pulang ke rumah justru membawa sumber

penyakit untuk anggota keluarga lainnya terutama anak-anak yang mudah tertular

karena daya imunitasnya masih rendah. Oleh karena itu dengan adaya kegiatan

promkes ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
20

dan mengajarkan cara hidup sehat dengan menerapkan etika batuk di manapun

berada. Dengan melakukan upaya tersebut secara terus menerus, maka akan dapat

meminimalisir bertambahnya jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan di Praktek Bidan Mandiri Desa

Karanganyar berjalan dengan lancar dan adanya kegiatan ini diharapkan dapat

menambah informasi kepada orang tua mengenai pentingnya menerapkan etika batuk

yang benar dan bagaimana cara pencegahan penularan penyakit tuberkulosis.

Sehingga kesehatan keluarga akan selalu terjaga dan jumlah penderita tuberkulosis

akan berkurang karena telah dicegah sejak dini.

B. Saran

Diharapkan dapat dilakukan kegiatan promosi kesehatan secara berkala

tentang pentingnya etika batuk yang benar dan cara mencegah penularan tuberkulosis

dan materi kesehatan lain.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di Kediaman Bidan Desa Karanganyar

21
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z., Bahar, A., 2009. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., K, M. S., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V.
Jakarta: Internal Publishing. Hal 2230-2238.

Anggraini, R.W., 2015. Pelaksanaan Etika Batuk untuk Pencegahan Pada Penderita
TB Paru BTA + yang Sedang Dalam Pengobatan Strategi DOTS di Puskesmas
Lebosari Semarang. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas
Dian Nuswantoro

Dipiro, J.T., 2009. Pharmacotherapy Handbook, Ed.7th, New York: Mc Graw - Hillk.,
pp. 532-544.

Departmen Kesehatan Republik Indonesia., 2005. Pharmaceutical Care untuk


Penyakit Tuberkulosis, Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Repeublik Indonesia., 2012. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi Tuberculosis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan Repeublik Indonesia., 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB


Anak, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

Notoatmojdo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rakhmawati, W., Fatimah, S., Nurhidayah, I., 2009. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis pada Anak di Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Bandung: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran.

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang

25
26

Lampiran 2. Surat Pernyataan

Lampiran 3. Leaflet

Lampiran 4. Daftar Hadir Peserta

Lampiran 5. Dokumentasi

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
27

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang
28

Penulis berfoto bersama Bidan pemilik Praktek Mandiri dan stafnya

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mahasiswa PSPA Angkatan X Fakultas Farmasi


Universitas Wahid Hasyim di SD Muhammadiyah 16 Semarang

You might also like