You are on page 1of 13

Laporan Pendahuluan Hidrosefalus

A. Pengertian
Hidrocephalus adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan
cerebrospinal (CSF) di dalam sistem ventricular. Ketika
produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal terakumulasi di dalam sistem ventricular.
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa
atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan
dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler
cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya
liquor (Mualim, 2010).

B. Penyebab
Penyebab dari hidrosefalus adalah :
 Kelainan bawaan (konginetal)
 Infeksi
 Neoplasma
 Perdarahan.

C. Jenis Hidrosefalus
1. Hidrosefalus Non Komunikan (tipe tak berhubungan
): Terjadinya obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal.
2. Hidrosefalus Komunikan (tipe berhubungan ) :
Kegagalan absorbsi cairan serebro spinal.

D. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau
pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar,
menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan
merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang
bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses
yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil
sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika
fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis
aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut
seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel
laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala
berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada
foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi
sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak
kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih
tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan
gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan
sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF
melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8
jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan
kematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan
robeknya garis ependyma normal yang pada didning
rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route
kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular
lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

E. Tanda dan Gejala


a. Pembesaran kepala.
b. Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala:
muntah, nyeri kepala, oedema papil.
c. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan
penipisan tulang supraorbital.
d. Gangguan keasadaran, kejang.
e. Gangguan sensorik.
f. Penurunan dan hilangnya kemampuan akrivitas.
g. Perubahan pupil dilatasi.
h. Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus
menurun).
i. Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi
lambat, hipertermi,/ hipotermi).
j. Penurunan kemampuan berpikir.
Hidrosefalus pada dewasa gejalanya antara lain sakit
kepala, kesadaran menurun, kejang, kelemahan saraf,
inkontinensia urin (sulit menahan buang air kecil),
mencong mulut, nyeri kepala diikuti gejala muntah,
dan gangguan penglihatan. Bahkan bila hidrosefalus
dewasa tidak segera diatasi bisa sampai menyebabkan
kebutaan. Bila pasien hidrosefalus sudah buta tidak
bisa mengembalikan penglihatannya lagi dan bila
kesadaran penderita hidrosefalus menurun bisa
meninggal (Eko Prasetyo, 2004).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Aloamnanesis/ amnanesis.
Amnanesis perlu dilakukan untuk menentukan
hidrosefalus kongenital atau akuisita. Bayi yang
lahir prematur atau posterm dan merupakan kelahiran
anak yang keberapa adalah penting sebagai faktor
resiko. Adanya riwayat cedera kepala sehingga
menimbulkan hematom, subdural atau perdarahan
subarakhnoid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hidrosefalus. Demikian juga riwayat peradangan otak
sebelumnya. Riwayat keluarga perlu dilacak, riwayat
gangguan perkembangan, aktivitas, perkembangan
mental, kecerdasan serta riwayat nyeri kepala,
muntah-muntah, gangguan visus dan adanya bangkitan
kejang.
2. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi
kepala terhadap badan, anggota gerak secara
keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam
keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan
kesadaran, rewel, sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar,
fontanela tidak menutup, sutura melebar, kepala
tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis,
adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa
sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada pemeriksan
auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising
daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni.
Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan muka
terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
3. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan terhadap komposisi cairan serebrospinal
dapat sebagai petunjuk penyebab hidrosefalus, seperti
peningkatan kadar protein yang amat sangat terdapat
pada papiloma pleksus khoroideuis, setelah infeksi
susunan saraf pusat, atau perdarahan susunan saraf
pusat atau perdarahan saraf sentral. Penurunan kadar
glukosa dalam cairan serebrospinal terdapat pada
invasi meninggal oleh tumor, seperti leukemia, medula
blastama dan dengan pemeriksaan sitologis cairan
serebrospinal dapat diketahui adanya sel-sel tumor.
Meningkatnya kadar hidroksi doleaseti kasid pada
cairan serebrospinal didapat pada obstruksi
hidrosefalus. Pemeriksaan serologis darah dalam upaya
menemukan adanya infeksi yang disebabkan oleh TORCH.
4. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan foto polos kepala, pelebaran fontanela,
serta pelebaran sutura. Kemungkinan ditemukannya pula
keadaan-keadaan lain seperti adanya kalsifikasi
periventrikuler sebagai tanda adanya infeksi
cytomegalo inclusion dioase, kalsifikasi bilateral
menunjukkan adanya infeksi tokso plasmosis.
Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memberikan
gambaran adanya pelebaran sistem ventrikel yang lebih
jelas lagi pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan
selama masih dalam kandungan. Pemeriksaan CT-Scan
menunjukkan adanya pelebaran ventrikel. Disamping itu
juga dapat untuk mempelajari sirkulasi cairan
serebrospinal yaitu dengan menyuntikkan kontras radio
opak ke dalam sisterna magna kemudian perjalan
kontras diikuti dengan CT-Scan sehingga akan jelas
adanya obstruksi terhdap cairan serebrospinal.
Pemeriksaan pneumoensefalografi, berguna untuk
memantau dilatasi ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Apabila sudut korpus kolosum kurang dari 120
menunjukkan hidrosefalus komunikan, bila lebih dari
120 mungkin hidrosefalus obstruksi.

G. Komplikasi Hidrosefalus
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Kerusakan otak
 Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefri
tis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
 Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi
mekanik.
 Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen,
perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.

H. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran
ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang
progresif atau lebih dari normal
 Transiluminasi
1. Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
 Pemeriksaan cairan serebrospinal:
 Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus
akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui
kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada
infeksi sisa
 Pemeriksaan radiologi:
 X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau
sutura yang melebar.
 USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum
menutup.
 CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran
ventrikel dan sekaligus mengevaluasi struktur-
struktur intraserebral lainnya

I. Penatalaksanaan Medis
a. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu
dilakukan penyuluhan genetic, penerangan keluarga
berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga
dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam
batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma
kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat
lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera
kepala bayi sewaktu lahir.
b. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa
obstruksi pada umumnya tidak memerlukan tindakan
operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 –
50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan
menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan
meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox
atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa
pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan
± 40 – 50 % kasus.
c. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS
dengan tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada
stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut:
 Ventrikulo Peritorial Shunt
 Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalah memberikan
pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-
alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt”
obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya
besar. Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan
cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan
atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial. Pintasan
terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak
menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat
ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi,
atau dislokasi.
d. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan
hidrosefalus, yaitu :
 mengurangi produksi CSS
 Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi
CSS dengan tempat absorbsi
 Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ
ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi
menjadi :
1. Penanganan sementara: Terapi konservatif
medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi
cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami
intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau
perbaikan suatu malformasi. saat ini cara
terbaik untuk malakukan perforasi dasar
ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan
teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting ):
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru
antara aliran likuor dengan kavitas drainase.
pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih
adalah rongga peritoneum. baisanya cairan
ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang
didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal
yang perlu diperhatikan pada periode pasca
operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi
pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
A. Anamnesa.
 Insiden hidrosefalus: 5,8 per 10.000 kelahiran
hidup
 Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-
kira 3-4 per 1000 kelahiran hidup
 Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus
pada anak-anak.
B. Riwayat kesehatan masa lalu:
 Terutama adanya riwayat luka/trauma kepala atau
infeksi serebral
C. Riwayat kehamilan dan persalinan :
 Kelahiran yang prematur
 Neonatal meningitis
 Perdarahan subaracnoid
 Infeksi intra uterin
 Perdarahan perinatal, trauma/cidera
persalinan.
B. Pemeriksaan Fisik
 Biasanya adanya myelomeningocele, pengukuran
lingkar kepala (Occipitifrontal)
 Pada hidrosefalus didapatkan :
Tanda-tanda awal:
 Mata juling
 Sakit kepala
 Lekas marah
 Lesu
 Menangis jika digendong dan diam bila
berbaring
 Mual dan muntah yang proyektil
 Melihat kembar
 Ataksia
 Perkembangan yang berlangsung lambat
 Pupil edemaRespon pupil terhadap cahaya
lambat dan tidak sama
 Biasanya diikuti: perubahan tingkat
kesadaran, opistotonus dan spastik pada
ekstremitas bawah
 Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan
 Gangguan cardio pulmoner
Tanda-tanda selanjutnya:
 Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah
 Pupil edema
 Strabismus
 Peningkatan tekanan darah
 Denyut nadi lambat
 Gangguan respirasi
 Kejang
 Letargi
 Muntah
Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia
 Lekas marah
 Lesu
 Apatis
 Kebingungan
 Sering kali inkoheren
 Kebutaaan

Pemeriksaan Penunjang
A. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya
dilatasi ventrikel dan membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista, malformasi
konginetal atau perdarahan intra kranial)
B. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan
intra kranial, mengambil cairan serebrospinal untuk
kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan
pengaliran).
C. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
D. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam
kepala
E. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi
mengenai struktur otak tanpa kena radiasi

Penatalaksanaan
Pasang pirau untuk mengeluarkan kelebihan CSS dari
ventrikel lateral kebagian ekstrakranial (biasanya
peritonium untuk bayi dan anak-anak atau atrium pada remaja
) dimana hal tersebut dapat direabsorbsi
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention
Classification (NIC). United States of America:Mosby.
Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification
(NOC).United States of America:Mosby.
Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29
Agustus 2012http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-
hydrocephalus.html
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk
perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis
proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29
Agustus
2012http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=p
dt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm
Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure
hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.

You might also like