You are on page 1of 20

MAKALAH RINGKASAN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG APOTEK DAN RUMAH SAKIT
DI
APOTEK KIMIA FARMA 71 SUTOMO DAN RSUD RA KARTINI
KABUPATEN JEPARA
02 – 31 OKTOBER2017 DAN 01 NOVEMBER – 30 DESEMBER2017

DISUSUN OLEH :

FITRI RAMADHANI (165020132)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2018
ii

HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH RINGKASAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
BIDANG APOTEK DAN RUMAH SAKIT
DI
APOTEK KIMIA FARMA 71 SUTOMO DAN RSUD RA KARTINI
KABUPATEN JEPARA
02 – 31 OKTOBER2017 DAN 01 NOVEMBER – 30 DESEMBER2017

OLEH:
FITRI RAMADHANI
165020132

Disetujui oleh :
Pembimbing PKPA Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Semarang

Pembimbing PKPA Apotek

(Maria Ulfa, S. Farm., M. Sc., Apt) Tanggal 27 Februari 2018

Pembimbing PKPA Rumah Sakit

(Ibrahim Arifin, Msc., Apt) Tanggal 27 Februari 2018

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker ..............................1

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ...........................................2

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker .........................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4

A. Apotek ..............................................................................................4

B. Rumah Sakit .....................................................................................5

BAB III. PEMBAHASAN ..................................................................................8

A. Laporan Kegiatan PKPA di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo ........8

B. Laporan Kegiatan PKPA di RSUD RA Kartini Jepara ....................9

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................15

A. Kesimpulan.......................................................................................15

B. Saran .................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................17

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

pembukaan UUD 1945. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu menunjukkan tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan, di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan

pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan dan di pihak lain tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang

telah ditetapkan (Azwar, 2007).

Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan

dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan serta dilaksanakan bersama oleh

pemerintah dan masyarakat.

Rumah Sakit dan Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan

masyarakat dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat. Sarana kesehatan tersebut memegang peranan penting

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
1
2

terkait usaha pelayanan kesehatan di bidang obat dan pekerjaan kefarmasian.

Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.

51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yaitu pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian

atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan bahan

tradisional (Depkes RI, 2009).

Kegiatan pelayanan yang semula hanya berorientasi pada pengelolaan obat

(drug-oriented) kini telah berubah menjadi pelayanan yang komprehensif berbasis

pasien (patient-oriented) dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut adalah apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu berkomunikasi secara

aktif baik kepada pasien maupun dengan tenaga kesehatan lain. Hal ini penting

dilakukan agar pasien mendapatkan informasi yang tepat terkait terapi dengan

obat, sehingga diharapkan keberhasilan terapi dapat dicapai (Depkes RI, 2008).

Dalam rangka meningkatkan kompetensi tersebut diperlukan suatu langkah

nyata dan praktis, yaitu dengan diselenggarakannya Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit dan Apotek bagi calon apoteker. Pelaksanaan

PKPA dimulai dari tanggal 02-31 Oktober 2017untuk bidang Apotek dan 01

November 2017-30Desember 2017 untuk bidang Rumah Sakit. Harapan setelah

menjalani masa PKPA pada kedua instansi di atas adalah para calon apoteker

memahami betul tentang tugas, wewenang dan tanggung jawab jika kelak

berpraktek disalah satu instansi tersebut, serta dapat mengamalkan pengetahuan

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
3

dan pengalaman selama berpraktek kepada orang-orang yang membutuhkan

keilmuannya.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan tanggung

jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian.

2. Meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap perilaku (profesionalisme)

serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek profesi.

3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari

strategi dan pengembangan praktek profesi apoteker di Rumah Sakit dan

Apotek.

4. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk belajar berkomunikasi dan

berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang lainnya yang bertugas di Rumah

Sakit dan Apotek.

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker

Manfaat dari PKPA diApotek dan Rumah Sakit bagi calon apoteker adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit dan Apotek.

2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di Rumah

Sakit dan Apotek.

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
4

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Rumah Sakit dan Apotek.

4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi seorang apoteker yang

profesional.

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sedangkan pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Permenkes, 2009).

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan di Indonesia,

serta sebagai tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan

pekerjaan kefarmasian untuk membantu mewujudkan tercapainya derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Apotek dituntut menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian yang berkualitas untuk mencapai fungsi tersebut (Hartini,

2006).

Apotek didalam kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat

memiliki sifat dwi fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Fungsi ekonomi

menuntut agar Apotek memperoleh laba demi menjaga keberlangsungan usaha,

sedangkan fungsi sosial adalah untuk pemerataan penyaluran obat dan sebagai

salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat (Isna, 2008).

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
4
5

Apotek dikelola dan berada dibawah tanggung jawab seorang apoteker.

Apoteker harus senantiasa menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidispliner, mampu

mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang

waktu dan membantu memberikan pendidikan dan pengetahuan. Selain itu,

seorang apoteker harus mampu menguasai aspek teknis kefarmasian dan aspek

manajemen dalam apotek (Dessi dkk., 2010).

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional

(Permenkes, 2009).

B. Rumah Sakit

Pengertian Rumah Sakit menurut Permenkes RI No. 72 Tahun 2016

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan paripurna meliputi upaya

peningkatan kesehatan (promotif), upaya pencegahan penyakit (preventif) tanpa

mengabaikan upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) (Permenkes, 2016).

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
6

Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi

tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat

yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patientsafety).

Penyelenggaraan standar kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh ketersediaan

sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada

keselamatan pasien sesuai standar prosedur operasional (SPO). Pengorganisasian

menggambarkan uraian tugas, fungsi dan tanggung jawab serta hubungan

koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan kefarmasian yang ditetapkan oleh

pimpinan rumah sakit. Standar prosedur operasional ditetapkan oleh pimpinan

rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Mutu

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dikendalikan dengan dilakukannya

monitoring dan evaluasi. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dengan menjamin ketersediaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,

bermanfaat dan terjangkau (Permenkes, 2016).

Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit tidak terlepas dari adanya peran

apoteker. Peran Apoteker di Rumah Sakit dibagi menjadi dua yaitu manajerial

dan pelayanan farmasi klinik. Peran manajerial meliputi pemilihan, perencanaan

kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan,

penarikan, pengendalian dan administrasi. Sedangkan peran pelayanan farmasi

klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan

obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite,

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
7

pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi

penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril dan pemantauan kadar obat

dalam darah (PKOD) (Permenkes, 2016).

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
BAB III

PEMBAHASAN

A. Apotek

Program PKPA di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo diselenggarakan pada

tanggal 02-31 Oktober 2017. Jadwal PKPA terbagi menjadi dua shift, yaitu pagi

(pukul 08.00-15.00) dan sore (pukul 14.00-21.00). Kegiatan PKPA yang

dilakukan meliputi pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan obat baik dengan

ataupun tanpa resep dokter, pembelajaran administrasi di apotek, diskusi dengan

Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA), melakukan PIO, KIE dan

swamedikasi.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya di Apotek

Kimia Farma 71 Sutomodilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang

berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.

Perencanaan di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo dilakukan oleh Apoteker,

setelah sebelumnya dilakukan pengecekan jumlah stok oleh Apoteker dan AA

yang tertulis di buku BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dan buku defecta.

Proses perencanaan dilakukan dengan menggunakan Sistem Super Pareto, Sistem

Pareto, Metode Konsumsi, Metode Epidemiologi, Buku Defekta dan TA/pesanan

Pasien.

Setelah kegiatan perencanaan maka dilakukan pengadaan dengan tujuan

memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di Apotek sesuai dengan data

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
7
8

perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo,

pengadaan dilakukan oleh BM (Bisnis Manajer). BM akan mengimport data ke

Apotek kemudian BPBA harus divalidasi oleh APA sebelum nantinya dieksport

ke BM. Pengadaan BPBA rutin dilakukansetiap seminggu sekali serta berdasarkan

kecepatan arus barang masuk dan keluar, BPBA cito atau Permintaan barang yang

sifatnya mendesak dan bisa dilakukan setiap hari.

Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo diletakkan di rak obat

berdasarkan farmakoterapi alfabetis, bentuk sediaan (salep, tetes mata, tetes

telinga, inhaler, sirup, sirup kering) dan suhu (suppositoria, ovula dan sediaan-

sediaan lain yang memerlukan suhu khusus) dan Obat fast moving. Berdasarkan

farmakoterapi diantaranya Cardiovascular & Hematopoetic, Central Nervus

System, Endocrine & Metabolic, Gastrointestinal & Hepatobiliary, Allergy,

Genitor Urinary, Vitamin & Mineral, Hormone, Respiratory, Antibiotik. Sistem

penyimpanan obat yang digunakan adalah sistem FIFO (First In First Out) dan

FEFO (First Expired First Out), dimana obat yang lebih awal datang akan keluar

lebih dulu dan obat yang tanggal kadaluwarsanya lebih cepat akan keluar lebih

dulu. Hal ini untuk menjaga agar tidak ada barang yang kadaluwarsa di apotek.

Pendistribusian barang di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo menggunakan

sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). First in First

Out (FIFO) merupakan pendistribusian obat yang dijual / dikeluarkan yang

datangnya lebih dulu. Sedangkan First Expired First Out (FEFO) yaitu

pendistribusian obat yang tanggal kadaluwarsanya lebih dekat dikeluarkan/dijual

lebih dahulu daripada yang tanggal kadaluarsanya lebih lama.

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
9

Bentuk pelayanan yang ada di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo antara lain

yaitu pelayanan obat tanpa resep, pelayanan obat dengan resep, dan pelayanan

konsultasi dengan Apoteker. Pelayanan obat tanpa resep di Apotek Kimia Farma

71 Sutomo meliputi penjualan obat HV (HandsVerkoop), obat tradisonal dan

obat-obat yang termasuk dalam daftar OWA (Obat Wajib Apotek). Pelayanan

obat dengan resep di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo meliputi obat-obat yang

diresepkan oleh dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi. Pelayanan obat

dengan resep di Apotek 71 Sutomo rata-rata 100 resep setiap harinya. Pelayanan

konsultasi apoteker di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo dilakukan dengan cara

Apoteker di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo memberikan kesempatan pada

pasien yang ingin berkonsultasi tentang obat pada waktu tertentu.

B. Rumah Sakit

Standar Pelayanan Kefarmasian yang dilakukan di RSUD RA Kartini Jepara

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan RS yang

berorientasi kepada pengelolaan perbekalan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP

yang bermutu serta pelayanan farmasi klinik yang dapat dijangkau bagi semua

lapisan masyarakat.

Pengelolaan perbekalan farmasi RSUD RA Kartini Jepara melalui Instalasi

Farmasi. Pengelolaan Perbekalan Kefarmasiaan yang dilakukan RSUD RA

Kartini Jepara meliputi 9 hal yaitu pemilihan, perencanaan, pemesanan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pemusnahan dan administrasi.

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
10

Pemilihan sediaan farmasi, Alkes dan BMHP mengacu pada formularium

rumah sakit. Kesesuaian antara formularium dan ketersediaan harus dilakukan

evaluasi secara terus menerus dan revisi formularium RS dilakukan setiap 1 tahun

sekali atas pertimbangan terapeutik dan ekonomi dari penggunaan obat, agar

dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi

kebutuhan pengobatan yang rasional.

Perencanaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di RSUD RA Kartini Jepara

menggunakan Formularium nasional, daftar obat e-katalog, formularium RS, pola

penyakit, metode konsumsi, anggaran yang tersedia, sisa persediaan perbekalan

farmasi, dan penetapan prioritas perbekalan farmasi. Jumlah dan harga perbekalan

farmasi yang harus diadakan dianalisis melalui metode ABC-VEN. Analisis ABC

digunakan menentukan perbekalan farmasi apa saja yang memiliki porsi dana

terbesar. Sedangkan analisis VEN membantu membuat prioritas untuk pembelian

obat-obatan dan menjaga persediaan. Obat-obatan dibagi berdasarkan dampaknya

pada kesehatan menjadi Vital (V), Esensial (E), dan Non-Esensial (N).

Pengadaan perbekalan farmasi di RSUD R.A Kartini Jepara dapat dilakukan

dengan cara pembelian perbekalan farmasi secara online e-purchasinguntukobat

e-katalog danoff-line untuk obat non e-katalog, melalui pengadaan secara

langsung kepada pihak Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Pada penerimaan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan barang

adalah: kesesuaian SP atau PO dengan faktur, kondisi fisik barang (kemasan,

segel, adanya kerusakan atau tidak), nama produk, kekuatan/dosis, jumlah barang,

bentuk sediaan, nomor batch dan nomor lots, tanggal kadaluarsa, kesesuaian suhu

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
11

pendistribusian untuk obat-obat yang thermolabile. Obat-obat yang memerlukan

penyimpanan khusus (2-8 °C) didistribusikan dengan menggunakan coolbox dan

dilengkapi dengan thermometer.

Penyimpanan sediaan farmasi di gudang/logistik RSUD R.A Kartini Jepara

dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan, suhu, sediaan generik dan nama

dagang (brandname), selanjutnya disusun berdasarkan alfabetis. Barang yang

disimpan khusus (narkotika, psikotropika, HAM, BMHP dan B3 seperti zat-zat

yang bersifat higroskopis dan bahan-bahan yang mudah terbakar), yaitu disimpan

secara terpisah dari obat-obat lainnya. Untuk obat-obat LASA peletakkannya

diberi jeda minimal 2 kotak penyimpanan. Obat HAM dan LASA diberi

tanda/stiker khusus.

Ada beberapa cara distribusi yang dilakukan di RSUD R.A Kartini Jepara

yakni distribusi dengan UDDS (Unit Dose Dispensing System) atau sistem

pemberian obat untuk sekali minum, ODDDS (One Daily Dose Dispensing

System) distribusi IP (individual prescribing) atau penyiapan resep perorangan

dan distribusi WFS (Ward Floor Stock).

Pemusnahan di RSUD R.A Kartini Jepara dilakukan untuk semua produk

yang tidak memenuhi syarat mutu yang tidak dapat ditukar kembali ke distributor

dan produk kadaluarsa. Pemusnahan ini dilakukan oleh instalasi sanitasi yang

bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. Medifene Indonesia.

Pengendalian mutu sediaan farmasi, Alkes dan BMHP dilakukan sesuai

dengan pelaksanaan siklus kegiatan pengelolaan mulai dari perencanaan sampai

dengan penyimpanan sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional).

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
12

Pengendalian stabilitas obat dilakukan dengan mencatat monitoring suhu setiap

hari. Pengendalian mutu pelayanan dilakukan pencapaian indikator mutu

pelayanan farmasi atau IMUT (Indikator Mutu) dan SPM (Standar Pelayanan

Minimal).

Administrasi yang dilakukan bagian logistik di RSUD RA Kartini Jepara

dilakukan secara keseluruhan mulai pemesanan barang ke distributor/suplayer,

barang datang sampai barang keluar yang berada di gudang IFRS. Semua kegiatan

di gudang harus terdokumentasi/tercatat. Pencatatan seluruh kegiatan dilakukan

secara manual dan komputerisasi. Pencatatan secara komputerisasi dilakukan

dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS).

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilaksanakan di Rumah

Sakit dan Apotek dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mahasiswa PKPA di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo mendapat pengalaman

secara langsung proses pengelolaan sediaan farmasi mulai dari pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian serta mempelajari peran apoteker

dalam farmasi klinis yaitu dispensing obat dan konseling pengobatan.

2. Mahasiswa PKPA memperoleh bekal kemampuan profesional, wawasan,

pengetahuan manajerial, pengalaman dan keterampilan untuk memasuki

dunia kerja terutama di Rumah Sakit, dalam rangka untuk menjalankan peran

dan fungsi Apoteker secara profesional dan sebagai bagian dari komunitas

profesi kesehatan lainnya di Rumah Sakit.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk kemajuan instansi tempat PKPA adalah

sebagai berikut:

1. Apotek

Sebaiknya di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo menambah jadwal konseling

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan diberikan ruangan

khusus konseling untuk apoteker dan pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, sehingga

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
13
14

dengan leluasa dapat memberikan informasi dan edukasi kepada pasien. Serta

diperlukannya ruang peracikan yang cukup luas agar pelaksanaan peracikan

lebih mudah dan lebih cepat, karena jika pada waktu yang bersamaan terdapat

dua atau tiga resep racikan, dikhawatirkan terjadinya penundaan peracikan.

2. Rumah Sakit

Peran dan fungsi apoteker di RSUD RA Kartini Jepara sudah sangat bagus

dalam hal pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Materi

dan kegiatan diskusi sudah baik namun belum terjadwal dengan teratur

sehingga diperlukan koordinasi lebih antara pihak RSUD RA Kartini Jepara

dan mahasiswa PKPA.

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Undang-Undang Kesehatan Indonesia Nomor 36 Tahun 2009,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Hartini dan Sulasmono, 2006, Apotek, Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
PerMenKes Tentang Apotek Rakyat, edisi revisi, Universitas Sanata
Darma, Yogyakarta.
Menkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta, Departemen
Kesehatan RI.

Makalah PKPA Bidang Apotek dan Rumah Sakit Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
15

You might also like