Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
dengan mengetahui dan memodifikasi faktor-faktor yang mendasari terjadinya
stroke pada pasien tersebut.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aliran darah arteri ke otak masuk ke ruangan kranial melalui dua pembuluh
dasar yang berpasangan, yaitu arteri carotis interna, yang merupakan percabangan
dari arteri komunis, dan arteri vertebralis, yang merupakan percabangan dari arteri
subklavia. Hemispher cerebri mendapat pasokan darah dari 3 arteri utama yang
berpasangan: arteri serebral anterior, arteri serebralis media, dan arteri serebralis
posterior. Arteri serebral anterior dan media bertanggung jawab atas sirkulasi
anterior berasal dari percabangan arteri carotid internal supraklinoid. Arteri
serebral posterior berasal dari percabangan arteri basilaris dan membentuk sirkulasi
posterior, yang juga mensuplai darah untuk thalamus, batang otak, dan serebelum.
Tanda angiogram pada gambar di bawah menunjukkan beberapa bagian sirkulasi
yang terlibat dalam stroke hemoragik.6
3
Gambar 1. Sirkulus Wilisi
2.2 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah gangguan
fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
a. Stroke Iskemik :
trombosis serebri
Hipoperfusi serebri
Emboli serebri
b. Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subaraknoid
2. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
4
c. Stroke in evolution / Progressing Stroke
d. Completed stroke
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro-basiler
2.3 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung
koroner dan kanker. Di dunia, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya
dimana sepertiga meninggal dunia dan sisanya mengalami cacat permanen
(American Heart Association, 2014). Lebih dari 795.000 orang di Amerika
menderita stroke dan membunuh hampir 130.000 penduduk Amerika per tahunnya
(Center for Disease Control and Prevention, 2014). Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar Kementerian Kesehatan di tahun 2013 menunjukkan telah terjadi
peningkatan prevalensi stroke di Indonesia. Dari 8,3 per 1000 penduduk (per mil)
pada 2007 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Survei Departemen
Kesehatan RI pada 987.205 subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 propinsi
mendapatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama pada usia > 45
tahun (15,4% dari seluruh kematian). Pada Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, sejak
berdirinya pada tahun 2004, terlihat peningkatan jumlah kasus terutama stroke
iskemik akut (Setyopranoto, 2011).
5
ditemukan di 1-6% pada otopsi postmortem. Sebagian besar tidak pecah sepanjang
umur seseorang dan tetap tidak terdiagnosis. Akan tetapi biasanya terjadi karena
rupture aneurisma yang terjadi di amrika serikat setiap tahunnya. Aneurisma yang
pecah terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya terhitung 5-15% dari kasus stroke
hemoragik. Proses pembentukan aneurisma dan rupturnya aneurisma sampai saat
ini belum dipahami. Namun, hipertensi dan merokok sudah dapat dibuktikan
dengan jelas berhubungan dengan aneurisma cerebral yang pecah dan keduanya
terbukti menyebabkan cacat structural yang mendorong perubahan endovascular.
Lapisan tunika media sering dilibatkan, yang menyebabkan kelemahan
fokus pada dinding pembuluh darah yang dapat mengakibatkan aneurisma
1
menggembung pada bifurkasi arteri. Lokasi umum aneurisma disajikan pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 . Lokasi umum aneurisma serebral dekat dengan arteri kommunikan
anterior dan arteri serebral anterior, di persimpangan dekat arteri serebral media
8
dan di persimpangan antara arteri basilaris dan arteri serebral posterior.
2.4 Patogenesis
ICH terdiri dari tiga fase yang berbeda: (1) Perdarahan awal , (2) ekspansi
hematom, dan (3) peri hematoma edema. Perdarahan awal disebabkan oleh
pecahnya arteri serebral dipengaruhi oleh berbagai factor risiko diatas. Outcome
dari penyakit tergantung pada perkembangan dua fase terakhir terutama pada dua
fase terakhir. Perluasan Hematoma, terjadi beberapa jam setelah onset gejala awal,
termasuk peningkatan tekanan intrakranial (ICP) yang mengganggu integritas
6
jaringan lokal dan sawar darah otak. Selain itu, aliran keluar vena yang terhambat
menginduksi pelepasan tromboplastin jaringan, mengakibatkan koagulopati lokal
Pada sepertiga pasien, perluasan hematoma dikaitkan dengan hiperglikemia,
hipertensi, dan antikoagulan. Ukuran awal perdarahan dan tingkat perluasan
hematoma adalah variabel yang penting dalam menentukan prognosis untuk
memprediksi deteriorisasi neurologis. Hematoma dengan ukuran> 30 ml dikaitkan
dengan peningkatan angka mortalitas pada pasien stroke. Setelah terjadi ekspansi
hematom, edema serebral terbentuk di sekitar hematoma, sebagai efek sekunder
akibat radang dan gangguan pada sawar darah otak. Edema peri hematoma
merupakan etiologi utama yang menyebabkan kerusakan neurologis dan
berkembang selama berhari-hari dari kerusakan awal. Sampai 40% dari kasus ICH,
pendarahan meluas kedalam ventrikel serebral yang menyebabkan perdarahan
intraventricular (IVH). Hal ini terkait dengan hidrosefalus obstruktif dan
memperburuk prognosis secara substansial. ICH dan edema yang menyertainya
mungkin juga mengganggu atau menekan jaringan otak yang berdekatan, yang
menyebabkan disfungsi neurologis. Perpindahan substansi dari parenkim otak
dapat menyebabkan peningkatan Tekanan intrakranial (ICP) dengan potensi
8,9,10
outcome yang fatal yang dapat menyebabkan sindrom herniasi.
7
Apabila terjadi pada hemisfer sebelah kanan, terjadi hal sebaliknya dari
yang telah disebutkan di atas.
Tabel 2.1: Perbedaan stroke hemoragik dan stroke iskemik disajikan dalam tabel
13
berikut:
Gejala Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Permulaan Sangat akut Subakut
Waktu serangan Aktif Bangun pagi
Peringatan - ++
Sebelumnya
Nyeri kepala ++ -
Muntah ++ -
Kejang-kejang ++ -
Kesadaran menurun ++ +/-
Bradikardi +++ (dari hari I) + (terjadi hari ke 4)
Perdarahan di retina ++ -
Papiledema + -
Kaku kuduk, Kernig, ++ -
Brudzinki
Ptosis ++ -
Lokasi Subkortikal Kortikal/subkortikal
2.6 Diagnosis
Seperti halnya keadaan darurat medis, anamnesis yang menyeleruh dan
memunculkan faktor risiko spesifik dan kejadian sebelumnya penting untuk setiap
pasien yang hadir dengan gejala seperti stroke . Faktor risiko penting termasuk
trauma, riwayat stroke sebelumnya, diabetes, merokok, alkohol, penggunaan
narkoba (khusus kokain, warfarin, aspirin, dan antikoagulan lainnya), penyakit
hematologi, penyakit hati, neoplasma. Meskipun faktor risiko dan komorbiditas
pasien memiliki implikasi untuk manajemen klinis dan hasil, manifestasi klinis
hanya saja tidak cukup untuk membedakan stroke dengan penyakit klinis
8
lainnya. Kesulitan bagi sebagian besar dokter tidak dapat dibohongi dalam
kemampuan membedakan stroke dengan gejala yang mirip seperti sinkop, sepsis
dan kejang. Untuk membantu akurasi diagnostik dalam diagnosis stroke,
digunanakan alat seperti ROSIER Scale (Tabel 2.2) telah dikembangkan untuk
digunakan di ruang gawat darurat untuk membantu mengurangi jumlah referral
yang tidak perlu untuk kasus non-stroke.
Skala ROSIER adalah alat penilaian cepat yang menggunakan tanda klinis
seperti kelemahan asimetrid, gangguan berbicara dan penglihatan, untuk membantu
menyingkirkan gejala yang mirip stroke. Skala ROSIER berkisar antara -2 sampai
+5 poin, dengan setiap pasien memiliki skor lebih besar dari 0 yang memiliki
kemungkinan 90% stroke. Skala ROSIER memiliki sensitivitas 92%, spesifisitas
dari 86%, nilai prediksi positif (PPV) sebesar 88%, dan negative nilai prediktif
(NPV) sebesar 91%.
8
Tabel 2.2 Skala ROSIER
Komponen Skor
Kelemahan wajah asimetris 1
Kelemahan lengan asimetris 1
Kelemahan kaki asimetris Gangguan 1
ucapan 1
Cacat bidang visual Penyitaan 1
Hilang kesadaran -1
-1
Untuk membedakan stroke iskemik akut dan stroke perdarahan, jika sarana
13
tidak memungkinkan, dapat menggunakan sistem skoring Siriraj Stroke Score
Rumus Siriraj Stroke Score
9
9
Skor < -1 menunjukkan kemungkinan stroke iskemik Skor > 1
menunjukkankemungkinan stroke perdarahan Catatan:
Variabel Nilai
Derajat Kesadaran Sadar
Mengantuk/stupor Koma/semikoma 0
1
2
Nyeri Kepala
Tidak ada nyeri kepala Ada nyeri kepala 0
1
Tanda atheroma
Tidak ada tanda atheroma Ada tanda 0
atheroma 1
(diabetes, angina, penyakit arteri perifer)
2.6 Tatalaksana
Setelah evaluasi dan diagnosis pasien, terapi yang dilakukan di ruang gawat
15
darurat adalah:
1. Stabilisasi jalan napas
a. Pemantauan terhadap status neurologis, tanda vital, dan saturasi
oksigen dalam 72 jam pertama pada pasien dengan defisit neurologis
10
10
yang nyata.
b. Pemberian oksigen pada keadaan saturasi oksigen < 95%. Oksigen
diberikan 2 liter/menit.
c. Perbaiki jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring pada pasien
yang tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran.
d. Intubasi ETT (Endotracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask
Airway) diperlukan pada pasen hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2
> 50 mmHg), yang berisiko terjadi aspirasi atau syok.
2. Stabilisasi Hemodinamik
a. Berikan cairan kristaloid atau koloid. Hindari pemberian cairan
hipotonik seperti dekstrosa.
b. Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter) untuk
memantau kecukupan cairan. Tekanan dijaga 5-12 mmHg.
c. Optimalisasi tekanan darah
d. Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi,
maka obat-obatan vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti
dopamin dosis sedang/tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan target
tekanan darah sistolik sebesar 140 mmHg.
e. Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan salin normal.
11
11
- Tinggikan posisi kepala 20-30o
- Hindari hipertermia
- Jaga normovolemia
12
12
a. Setiap pasien demam harus diobati dengan antipiretika dan diatasi
penyebabnya.
c. Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur
dan hapusan (trakea, darah, urin) dan diberikan antibiotik.
13
13
b. Berikan antibiotika sesuai indikasi.
2.7 Prognosis
Prediksi prognosis stroke hemoragik perdarahan intraserebral (PIS) sangat
penting diketahui oleh pasien dan/atau keluarga pasien, khususnya terkait pilihan
terapi operatif atau non-operatif dalam tatalaksana pasien. Beberapa skala atau skor
telah diuji untuk memprediksi angka mortalitas pasien stroke PIS, di antaranya
adalah skor intracerebral hemorrhages (ICH score) yang disusun oleh Hemphill JC,
16
dkk. (2001). Skor tersebut kemudian dimodifikasi oleh José L. RuizSandoval,
17
dkk. (2007) menjadi Intracerebral Hemorrhages – Grading Scale (ICH-GS).
Tingkat mortalitas tiga puluh hari untuk pasien dengan ICH Skor 1, 2, 3,
dan 4 masing-masing adalah 13%, 26%, 72%, dan 97%.
14
14
18
Tabel 2.3: Skor ICH dan ICH-GS
15
15
19
Tabel 2.3 : Interpretasi skoring ICH-GS
16
16
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 37 tahun
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Tanah Datar
Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Lemah anggota gerak kiri sejak 7 hari yang lalu, terjadi tiba-tiba saat
pasien sedang dalam rawatan di RS Batusangkar, dimana pasien kesulitan
untuk mengangkat tungkai dan lengan kiri sehingga berjalan menyeret
tungkai kiri.
Nyeri kepala ada, muntah tidak ada
Kejang ada, kejang kaku seluruh tubuh, selama 1 menit, mata melihat ke
atas, mulut tidak berbuih, dan tidak mengompol. Pasien kejang 2 kali,
pertama kejang saat di RS Batusangkar dan yang kedua di bangsal interne
RSUP Mdjamil padang, Saat kejang pasien tidak sadar, kejang pasien
tampak bingung.
Demam ada sejak 20 hari yang lalu, demam hilang timbul.
Sesak tidak ada, batuk tidak ada
17
17
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada anggota keluarga menderita HT, DM, stroke, dan jantung.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)
Kooperatif : Composmentis kooperatif
Tekanan darah : lengan kiri 130/80 mmHg, lengan kanan 130/80 mmHg
18
18
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Toraks
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama murni, teratur,bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-)
Palpasi : gibus (-)
II. Status Neurologikus
1. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm , reflek cahaya +/+
Muntah proyektil tidak ada
19
19
3. Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Objektif (dengan bahan) Normal Normal
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Normal Normal
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
20
20
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibula
- Sensibilitas (+) (+)
21
21
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Normal Normal
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebra (+) (+)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
22
22
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Normal Normal
Refleks muntah (Gag Rx) Normal Normal
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi Teratur Teratur
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu kanan Normal Normal
Mengangkat bahu kiri Normal Normal
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal Normal
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
4. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dilakukan Disartria Tidak dilakukan
Romberg tes Tidak dilakukan Disgrafia Tidak dilakukan
23
23
Ataksia Tidak dilakukan Supinasi-pronasi Tidak dilakukan
Reboundphenomen Tidak dilakukan Tes jari hidung Tidak dilakukan
Test tumit lutut Tidak dilakukan Tes hidung jari Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Stereognosis Normal
24
24
7. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masetter (+) (+) APR ++ ++
Dinding perut Bulbokvernosus
Atas (+) (+) Cremaster Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Tengah (+) (+) Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Bawah (+) (+)
8. Fungsi otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik
- Sekresi keringat: baik
9. Fungsi luhur
Kesadaran Tanda demensia
- Reaksi bicara - Refleks Glabella (-)
25
25
Normal
- Fungsi intelek Normal - Reflaeks Snout (-)
26
26
IV. Pemeriksaan tambahan
Brain CT Scan
Hasil : Tampak lesi hiperdens di lobus frontal dekstra yang berbatas tegas,
lesi tampak mengobliterasi cornu anterior ventrikel lateral dextra
dan menyebabkan midline shiff ke kiri. Lesi meluas ke ventrikel
lateral dextra dan sinistra, ventrikel III, ventrikel IV. CPA, pons,
cerebellum tak tampak lesi.
Kesan : Perdarahan intracerebral dan pendarahan intraventrikel
V. Diagnosis :
Diagnosis klinis : hemiparese sinistra dan epilepsi simtomatik
27
27
Diagnosis etiologi : PIS dan PIV
28
28
BAB IV
DISKUSI
29
29
Diagnosis etopik pada pasien ini adalah lobus frontal dan ventrikel di
subkortek karena ditemukan kelemahan ektremitas. Pemeriksaan untuk
menentukan jenis stroke ASGM bertujuan untuk memperkirakan kemungkinan
stroke. Namun sebenarnya pemeriksaan pasti untuk menilai jenis stroke adalah
dengan CT scan.
30
30
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda
dan gejala klinis baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam atau
dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak.
2. Berdasarkan penyebabnya stroke hemoragik dibagi atas 2 yaitu Stroke
hemoragik merupakan penyakit yang didasari pada gangguan pembuluh darah.
3. Gejalanya meliputi nyeri kepala, mual, kejang dan gejala neurologis fokal atau
general.
4. Diagnosis stroke hemoragik ditegakkan berdasarkan keluhan dan gejala yang
didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemudian dikonfirmasi
dengan ditemukannya darah berupa gambaran hiperdens pada brain CT scan.
5. Stroke hemoragik adalah kegawatadaruratan medis yang memerlukan terapi
segera.
31
31