You are on page 1of 3

Anatomi Gaster

Lambung merupakan salah satu organ, yang bilamana terdapat berbagai kelainan dalam organ
tesebut, maka dapat menimbulkan gejala dispepsia (Friedman, 2012). Lambung merupakan bagian
saluran pencernaan yang berbentuk rongga seperti kantung berbentuk huruf J yang terletak antara
esofagus dan usus halus (Sherwood, 2012). Lambung juga merupakan suatu organ campuran antara
eksokrin dan endokrin karena fungsinya yakni sebagai pencernaan makanan dan juga penyekresi
hormon (Mescher, 2012). Posisi tepatnya terletak di bagian atas abdomen dan membentang dari
bawah regio arcus costalis kiri menuju regio epigastrica dan umbilicalis (Snell, 2014).

Struktur lambung dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu fundus yang berbentuk kubah dan
menonjol ke atas dan kiri dari ostium cardiacum, corpus yang memanjang dari setinggi ostium sampai
dengan setinggi incisura angularis, antrum pyloricum yang memanjang dari incisura angularis ke
pylorus dan pylorus yang merupakan bagian lambung yang terhubung dengan duodenum (Snell,
2014).

Terdapat pula pembagian lambung yang lain, yakni terbagi atas dua ostium, dua curvatura dan dua
permukaan. Dua ostium tersebut adalah ostium cardiacum yang berperan sebagai pintu keluar
esofagus dalam memasuki lambung dan ostium pyloricus yang berperan sebagai pintu keluar lambung
untuk memasuki duodenum. Dua curvatura pada lambung terdiri dari curvatura minor yang
membentuk batas kanan lambung dan memanjang dari ostium cardiacum ke pylorus dan curvatura
major yang bentuknya mirip dengan curvatura minor tetapi jauh lebih panjang dan memanjang pada
sisi kiri ostium cardiacum, ke arah kubah fundus dan sepanjang batas kiri lambung ke pylorus. Dua
permukaan pada lambung sendiri terdiri atas facies anterior dan facies posterior (Snell, 2014).

Sistem vaskularisasi pada lambung terdiri atas sistem arteri dan vena. Sistem arteri pada lambung
sebagian besar berasal dari percabangan truncus coeliacus. Sistem arteri tersebut terdiri atas arteri
gastrica sinistra yang berasal dari truncus coeliacus dan berjalan ke atas lalu ke kiri menuju esofagus
dan turun ke sepanjang curvatura minor, arteri gastrica dextra yang berasal dari arteri hepatica di
bagian atas pylorus dan berjalan ke kiri di sepanjang curvatura minor, arteri gastrica brevis yang
berasal dari arteri splenica pada hilum splenicum lalu berjalan ke depan guna memperdarahi fundus,
arteri gastroomentalis sinistra yang berasal dari arteri splenica pada hilum splenicum dan berjalan ke
depan guna mendarahi lambung di sepanjang atas curvatura major, arteri gastroomentalis dextra
yang berasal dari arteri gastroduodenalis yang juga merupakan arteri hepatica lalu berjalan ke kiri
guna mendarahi lambung di sepanjang bawah curvatura major (Snell, 2014).

Selain sistem arteri, vaskularisasi pada lambung juga memiliki sistem vena. Sistem vena pada lambung
ini terdiri dari vena gastrica dextra dan vena gastrica sinistra yang langsung bermuara ke dalam vena
porta, vena gastrica brevis dan vena gastroepiploica sinistra yang bergabung dengan vena splenica,
dan vena gastroepiploica dextra yang bergabung dengan vena mesenterica superior (Snell, 2014).

Sistem limfe pada lambung sendiri mengikuti penjalaran dan percabangan arteri menuju nodi gastrici
dextri dan sinistri, nodi gastroepiploici dextri dan sinistri serta nodi gastrici brevis, lalu keseluruhannya
akan menuju nodi coeliaci yang terletak di pangkal truncus coeliacus (Snell, 2014).

Sistem persarafan pada lambung terdiri atas sistem simpatis yang berasal dari plexus coeliacus, dan
sistem parasimpatis yang berasal dari nervus vagus. Sistem ini terdiri atas truncus vagalis anterior yang
berasal dari nervus vagus sinister dan mempersarafi permukaan anterior lambung, dan truncus vagalis
posterior yang berasal dari nervus vagus dexter dan mempersarafi permukaan posterior lambung
(Snell, 2014). Selain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, terdapat pula sistem saraf otonom yang
terdiri atas pleksus saraf mienterikus dalam lapisan muskularis lambung dan pleksus saraf submukosa
atau Meissner (Mescher, 2012).

Histologi gaster

Secara histologis, permukaan dalam atau mukosa lambung tersusun atas epitel permukaan yaitu
simple columnar epithelium yang membentuk lekukan – lekukan ke arah dalam yang disebut foveola
gastrica dan berfungsi sebagai tempat dikeluarkan dan dicurahkannya isi kelenjar pada lambung.
Bagian – bagian dari kelenjar lambung tersebut terdiri atas bagian isthmus yang terletak dekat muara
dari foveola gastrica dan terdiri atas sel mukosa yang akan menggantikan sel mukosa pada permukaan
lambung, dan sel punca yang jumlahnya tidak dominan serta sel parietal atau oksintik, bagian leher
yang terdiri atas sel punca dan sel mukosa leher serta sel parietal dan bagian dasar yang tediri atas sel
parietal dan sel zimogen atau chief cell (Mescher, 2012).

Setiap kelenjar pada lambung tersebut terdiri atas bagian – bagian yang memiliki karakteristik yang
khas dan berbeda – beda. Perbedaan tersebut terletak pada struktur sel – sel kelenjar lambung mana
yang lebih dominan di masing – masing bagiannya (Mescher, 2012). Sel – sel kelenjar lambung
tersebut terdiri atas sel mukosa leher yang hanya dijumpai di bagian leher dari kelenjar lambung, sel
parietal yang lebih banyak dijumpai pada bagian atas dari kelenjar lambung jika dibandingkan dengan
di bagian dasarnya, sel zimogen atau chief cell yang lebih banyak dijumpai di bagian dasar dari kelenjar
lambung dan berfungsi dalam menyekresikan pepsinogen, sel enteroendokrin yang berfungsi
menghasilkan berbagai jenis hormon, dan sel punca yang banyak dijumpai di bagian leher kelenjar
lambung (Mescher, 2012). Sel – sel ini akan bermuara ke suatu ruang bersama atau gastric pit yang
kemudian terbuka ke permukaan mukosa.

Di bawah lapisan mukosa lambung terdapat lapisan submukosa yang terdiri dari jaringan ikat padat.
Terdapat pula lapisan otot yang tersusun atas tiga arah, yaitu lapisan luar yang longitudinal, lapisan
tengah yang sirkular dan lapisan dalam yang tersusun oblik. Terkhusus di bagian pylorus, di sini
struktur lapisan ototnya lebih tebal, terutama di lapisan tengah, dibanding bagian dari lambung yang
lain. Pada lapisan terluar dari lambung terdapat lapisan serosa yang lebih tipis (Mescher, 2012)

Anatomi duodenum

Selain lambung, duodenum juga merupakan salah satu organ, yang bilamana terdapat berbagai
kelainan dalam organ tesebut, maka dapat menimbulkan gejala dispepsia . Duodenum merupakan
salah satu dari tiga bagian utama pada usus halus dan berbentuk seperti huruf C, yang
menghubungkan lambung dengan bagian lain dari usus halus. Secara anatomis, duodenum terletak
pada regio epigastrica dan umbilicalis (Snell, 2014).

Duodenum dibagi dalam empat bagian yang tersusun secara berurutan. Bagian pertama dari
duodenum berasal dari pylorus lambung lalu berjalan ke atas dan belakang hingga setinggi vertebra
lumbalis II, bagian kedua yang berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextrum di sisi
kanan vertebra lumbalis II dan III, bagian ketiga yang berjalan horizontal lalu melintas di depan
columna vertebralis dan berjalan menyusuri sisi bawah caput pancreatis, dan bagian keempat yang
berjalan ke atas lalu ke kiri hingga mencapai flexura duodenojejunalis, yang tetap berada pada
posisinya karena ditahan oleh ligamentum Treitz (Snell, 2014).

Sistem vaskularisasi pada duodenum terdiri atas arteri dan vena, yang membagi duodenum menjadi
bagian atas dan bagian bawah. Pada bagian atas diperdarahai oleh arteri dan vena
pancreaticoduodenalis superior, sedangkan pada bagian bawah diperdarahi oleh arteri dan vena
pancreaticoduodenalis inferior (Snell, 2014).
Histologi duodenum

Secara histologis, struktur duodenum dengan bagian usus halus yang lain,yakni jejunum dan ileum
memiliki karakteristik yang mirip. Struktur mukosa dan submukosanya membentuk kerutan –
kerutan yang disebut plicae circulares, dan pada mukosanya sendiri terdapat penonjolan –
penonjolan berbentuk seperti daun yang disebut vili. Vili – vili ini tersusun atas sel absorptif atau
enterosit, dan sel goblet, yang keseluruhannya tersusun secara kolumnar. Sel absorptif ini memiliki
fungsi menyerap molekul nutrisi yang berasal dari proses pencernaan, sedangkan sel goblet
berfungsi untuk menghasilkan musin glikoprotein yang akan melumasi dan melindungi lapisan usus.
Sel goblet ini jarang dijumpai dalam duodenum dan lebih banyak dijumpai pada bagian usus halus
lainnya (Mescher, 2012)

Vili – vili pada usus halus ini, diantaranya terdapat suatu muara yang berasal dari kelenjar tubular,
yang disebut kriptus Lieberkuhn. Pada epitel dari kriptus ini, selain terdiri dari sel absorptif dan sel
goblet, juga dijumpai sel Panneth yang berperan dalam imunitas alami, sel enteroendokrin yang
menghasilkan berbagai peptida yang memiliki berbagai fungsi, dan sel punca (Mescher, 2012).

Di bawah lapisan epitel duodenum terdapat lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat longgar.
Lapisan muscularis mucosae berfungsi dalam menimbulkan pergerakan – pergerakan pada vili
maupun plicae circulares guna proses pencernaan. Pada lapisan submukosa duodenum terdapat
kelenjar Brunner yang menghasilkan produk basa yang dapat menetralkan kimus yang baru saja
masuk dari dalam lambung. Lapisan muskularis terdiri atas lapisan luar yang sirkular dan lapisan
dalam yang longitudinal. Lapisan terluar dari duodenum adalah lapisan serosa tipis yang disertai
dengan mesotel (Mescher, 2012).

Refrensi

1. Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 8. EGC : Jakarta. 2014.


2. Mescher AL. 2012. Histologi dasar junqueira teks dan atlas. Edisi ke–11. Jakarta: EGC.
3. Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. h. 708-710.

You might also like