Professional Documents
Culture Documents
belajar yang merupakan salah satu faktor diyakini sudah menderita bentuk tertentu
penentu prestasi belajar siswa[3]. kelainan neurologi atau gangguan kognitif yang
Angka Partisipasi Sekolah (APS) di berkaitan dengan GAKI[5].
Indonesia pada tahun 2010 usia 11 tahun yaitu Di Indonesia, rata-rata anak usia sekolah
sebanyak 98,02%. Tingkat penduduk Aceh dasar mengkonsumsi protein yaitu 113,2% atau
berusia sekolah yang memanfaatkan fasilitas berada diatas kecukupan konsumsi protein
pendidikan baik pada tingkat SD, SLTP, maupun perkapita (90-110% AKG). Konsumsi protein di
SLTA sederajat meningkat pada tahun 2010 dan Indonesia saat ini lebih baik karena sudah di atas
lebih tinggi daripada rata-rata angka Indonesia. batas ambang normal sedangkan anak yang
Pada kelompok usia 7-12 tahun, mencapai mengkonsumsi protein dibawah 80% dari Angka
99,19% yang berarti hanya 1% penduduk usia 7- Kecukupan Gizi (AKG) hanya menunjukkan
12 tahun yang tidak bersekolah SD sederajat. rata-rata sebesar 30,6% (Riskesdas, 2010).
Pencapaian APS tersebut telah mengungguli Secara nasional konsumsi garam mengandung
capaian rata-rata APS secara nasional. Seiring yodium cukup (≥30ppm) hanya 62,3%. Provinsi
dengan hal itu terdapat penurunan persentase Aceh, rata-rata anak usia sekolah dasar
penduduk 10 tahun keatas yang hanya mengkonsumsi protein yaitu 129,1% atau berada
mempunyai ijazah SD sederajat menjadi 26,18% diatas kecukupan konsumsi protein perkapita
dan tidak atau belum tamat SD menjadi (90-110% AKG). Konsumsi protein di Aceh saat
21,68%[4]. ini lebih baik karena sudah di atas batas ambang
Kondisi output pendidikan dapat dilihat normal sedangkan anak yang mengkonsumsi
dari persentase penduduk Aceh yang mampu protein dibawah 80% dari Angka Kecukupan
membaca dan menulis. Angka Melek Huruf Gizi (AKG) hanya menunjukkan rata-rata
(AMH) penduduk aceh terus mengalami sebesar 19,3%[6].
peningkatan dari 96,39% menjadi 96,88% Kota Banda Aceh, berdasarkan laporan
selama 2009-2010 dan pada tahun 2011 pencapaian indikator kinerja pembinaan gizi,
meningkat lagi menjadi yaitu 96,95%. Angka ini rumah tangga yang mengkonsumsi garam
telah melebihi capaian angka melek huruf beryodium masih kurang yaitu hanya 48,7%[7].
Indonesia sebesar 92,99%. Selain daripada itu, Hasil penelitian menunjukkan 75% dari 30%
output pendidikan Aceh tercermin dari siswa SD/MI yang menderita kretin mengalami
persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas kesulitan belajar disekolah, sehingga mereka
menurut ijazah tertinggi yang dimiliki. Secara memerlukan perhatian dan pelayanan tertentu
umum, proporsi masyarakat Aceh yang memiliki agar tidak gagal dalam pendidikan. Gangguan
ijazah dengan tingkat pendidikan dasar kebawah Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan
lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan dari 20,31% salah satu masalah gizi yang menjadi faktor
tidak memiliki atau belum memiliki ijazah SD. penghambat pembangunan sumber daya
Di tingkat lebih tinggi, sebesar 48,87% hanya manusia karena dapat menyebabkan
memiliki ijazah pendidikan dasar yaitu SD terganggunya perkembangan mental dan
sederajat 27,55%[4]. kecerdasan terutama pada anak-anak. Gangguan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan tersebut dapat berakibat pada rendahnya prestasi
untuk mempertinggi kualitas anak Indonesia belajar anak usia sekolah. Tim GAKY Pusat
pada kelompok anak sekolah dasar adalah tahun 2005 menyebutkan dari sejumlah 20 juta
dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas penduduk Indonesia yang menderita GAKY
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka
Keberadaan penyakit Gangguan Akibat kecerdasan atau IQ points[8].
Kekurangan Iodium (GAKI) dinilai melalui Kebutuhan gizi yang berperan dalam
inspeksi dan palpasi serta insentitas penyakitnya prestasi belajar anak secara garis besar
diklasifikasikan menurut ukuran kelenjar mencakup kebutuhan akan asupan protein dan
gondok tersebut. Menurut WHO, 13% populasi mineral. Salah satu mineral yang penting di
penduduk dunia sudah terkena GAKI dan 30% dalam laju perkembangan anak adalah
lainnya beresiko. Hampir 50 juta penduduk penggunaan garam beryodium. Nutrisi atau zat
dependen) pada subjek penelitian di SD Negeri 5 hasil iodine test menunjukan sebesar 50,0%
Kota Banda Aceh. garam yang dibawa siswa yaitu mengandung
iodium (positif) sedang 50,0% lainnya
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel merupakan garam yang tidak mengandung
Independen dan Variabel Dependen Di SDN iodium (negatif).
5 Kota Banda Aceh (n=34) Prestasi belajar merupakan variabel
dependen dalam penelitian ini. Pengukuran
Variabel Penelitian n % prestasi belajar mengacu kepada hasil rata-rata
nilai rapor siswa, dengan batasan sebagai berikut
Asupan Protein yaitu sangat baik (rerata nilai rapor 81-100), baik
- Lebih 6 17,6 (rerata nilai rapor 66-80), cukup (rerata nilai
- Cukup 12 35,3 rapor 51-65), dan kurang (rerata nilai rapor 0 –
- Kurang 16 47,1 50). Hasil penelitian terhadap prestasi belajar
Garam Beryodium siswa di SD Negeri 5 Kota Banda Aceh
- Positif 17 50,0 menunjukan sebesar 44,7% mempunyai prestasi
- Negatif 17 50,0 yang baik dan sebesar 35,3% prestasi siswa
Prestasi Belajar sangat baik. Hal ini memberikan gambaran
- Sangat Baik 12 35,3 bahwa pencapaian prestasi siswa sudah
- Baik 22 44,7 memenuhi standar kelulusan yang baik di SD
Negeri 5 Kota Banda Aceh.
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) Hubungan antara tingkat asupan protein
terlihat bahwa tingkat asupan protein siswa di dengan prestasi belajar pada siswa di SD Negeri
SD Negeri 5 Kota Banda Aceh lebih banyak 5 Kota Banda Aceh yanh dianalis secara uji
yang mempunyai asupan kurang (< 80% AKG) statistik Chi-Square dengan CI:95% secara
yaitu sebesar 47,1%. Sedangkan untuk komputerisasi dan hasilnya disajikan pada tabel 3
penggunaan garam beryodium, masing-masing berikut ini :
Prestasi Belajar
Tingkat Asupan Total
Sangat Baik Baik P-Value
Protein
n % n % n %
Lebih 4 66,7 2 33,3 6 100,0 0,004*
Cukup 7 58,3 5 41,7 12 100,0
Kurang 1 6,2 15 93,8 16 100,0
Total 12 35,3 22 62,7 34 100,0
*) Signifikan pada CI:95%
Berdasarkan tabel 7, diketahui murid yang dengan prestasi belajar pada murid kelas V SD
asupan proteinnya lebih sebesar 66,7% prestasi Negeri 5 Banda Aceh.
belajarnya yaitu sangat baik, murid yang asupan Hasil penelitian menunjukkan ada
proteinnya cukup sebesar 58,3% prestasi hubungan antara asupan protein dengan prestasi
belajarnya sangat baik, dan murid yang asupan belajar, dimana diperoleh p < 0,05. Hal ini
proteinnya kurang sebesar 93,8% prestasi sejalan dengan penelitian yang dilakukan
belajarnya yaitu baik. Hasil uji statistik di peneliti di sebuah sekolah dasar menyatakan ada
peroleh nilai probabilitas (p-value) yaitu 0,004 (p hubungan yang signifikan antara asupan protein
< 0,05), hal ini berarti pada CI-95% Ho ditolak dengan prestasi belajar anak sekolah dasar[12].
dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah ada Penelitian serupa juga dilakukan oleh
hubungan yang bermakna antara asupan protein Roslaini bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kebiasaan konsumsi susu serta mengalami kesulitan mengikuti dan
dengan prestasi belajar anak. Jumlah protein memahami pelajaran. Selain itu anak menjadi
yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi
Pangan dan Gizi tahun 2004 bagi Anak Usia penurunan konsentrasi belajar[12].
Sekolah yang berumur 10 – 12 tahun yaitu Berbagai macam asupan protein
sebanyak 50 gr[12]. Protein dapat ditemukan baik mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh otak,
dalam sumber nabati maupun hewani. Dalam yaitu ikan salmon yang bersumber dari asam
setiap kelompok makanan bahan makanan lemak omega-3 DHA dan EPA yang keduanya
hewani merupakan sumber protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, fungsi otak, kuning telur yang padat kandungan
susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber kolin (zat yang membantu perkembangan daya
protein nabati adalah kacang kedelai dan ingat), kacang tanah yang merupakan sumber
hasilnya, seperti tempe dan tahu, seperti kacang- vitamin E berfungsi membantu otak dan system
kacangan dan lain-lain[13]. saraf dalam penggunaan glukosa untuk
Kurang Energi Protein (KEP) adalah suatu kebutuhan energi, susu dan yoghurt mengandung
kondisi dimana jumlah asupan zat gizi yaitu protein dan vitamin B tinggi sangat penting
energi dan protein kurang dari yang dibutuhkan. untuk pertumbuhan jaringan tak dan enzim,
Akibat buruk dari KEP bagi anak sekolah dasar daging sapi tanpa lemak dapat memelihara daya
adalah anak menjadi lemah daya tahan tubuhnya ingat dan kecerdasan anak[14].
dan terjadi penurunan konsentrasi belajar. Untuk Hasil penelitian terkait dengan hubungan
mendukung prestasi yang maksimal, kita butuh antara Penggunaan Garam Beryodium dengan
makanan yang mengandung zat gizi yang cukup Prestasi Belajar di di SD Negeri 5 Kota Banda
seperti protein. Siswa yang perkembangan Aceh sebagaimana disajikan pada tabel 4
otaknya maksimal karena zat gizi yang diketahui ibu-ibu yang menggunakan garam
dikonsumsi akan memiliki prestasi yang lebih beryodium (positif) sebesar 52,9% prestasi
maksimal dibandingkan siswa yang belajar anaknya adalah sangat baik. Ibu-ibu
[13]
perkembangan otaknya kurang maksimal . yang tidak menggunakan garam beryodium
Kurang zat gizi seperti asupan protein akan (negatif) sebesar 82,4% prestasi belajar
menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan anaknya yaitu baik. Hasil uji statistik di
perkembangan kecerdasan, menurunkan daya peroleh nilai probabilitas (p) yaitu 0,073 (p >
tahan tubuh, meningkatkan kesakitan dan 0,05), hal ini berarti pada CI-95% Ho diterima
kematian. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Ha ditolak. Kesimpulannya adalah tidak
dan Gizi (2000) disebutkan bahwa pada anak ada hubungan yang bermakna antara
usia sekolah kekurangan asupan akan penggunaan garam beryodium dengan prestasi
mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah belajar pada murid kelas V SD Negeri 5 Kota
dan sakit-sakitan sehingga anak seringkali absen Banda Aceh.
Prestasi Belajar
Penggunaan Garam Total
Sangat Baik Baik P-Value
Beryodium
n % n % n %
Positif 9 52,9 8 47,1 17 100,0 0,073
Negatif 3 17,6 14 82,4 17 100,0
Total 12 35,3 22 62,7 34 100,0