You are on page 1of 7

Judul Jurnal : Jurnal Manajemen dan Agribisnis

Judul Paper : Sistem Pendukung Keputusan untuk Pengembangan Agroindustri


Pala di Talaud
Nama Penulis : Rilla Arundaa, Irman Hermadi, dan Daniel RO Motinja
Volume & No : Volume 14, No. 1
Waktu Terbit : Maret 2017
Penerbit : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Reviewer : Deny Eko P, Amin Nur Mustofa, Alfian NF, Nanda Putra Y.
Hasil Review :

Latar Belakang Masalah yang diangkat yaitu Tanaman Pala merupakan jenis
tanaman rempah yang berasal dari Indonesia Timur. Seluruh bagian tanaman pala
dapat diolah menjadi produk turunan. Berdasarkan data BPS tahun 2014 Pala
merupakan komoditas unggulan daerah Talaud. Ketersediaan hasil produksi yang
tidak diimbangi kebijakan pemerintah menyebabkan produk yang dihasilkan masih
menjadi produk yang memiliki nilai jual tidak terlalu tinggi. Masalah lain yang
timbul yaitu banyaknya limbah daging pala yang terbuang, dan ketidak pastian harga
di tingkat pedagang dan pasar. Selain itu petani kesulitan menemukan peluang karena
keterbatasan penguasaan jaringan informasi. Berdasarkan BPS Sumberdaya ditalaud
sudah cukup dan permintaan pasar yang tinggi menjadi indikasi bahwa tanaman pala
dapat dikembangkan. Berdasarkan kenyataan tersebut perlu adanya penelitian tentang
strategi pengembangan agroindustry pala guna mendapatkan nilai tambah bagi petani
dengan merumusakan strategi pengembangan menggunakan sistem pendukung
keputusan (SPK). Banyaknya kriteria dan alternative dalam pengambilan keputusan
pada penelitian ini sehingga perlu ada alat guna membantu dalam proses pengambilan
keputusan , salah satunya Analytical hierarchy process (AHP) yang merupakan salah
satu metode Multi criteria decision making (MCDM). Kelebihan dari AHP yaitu
cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan kompleks menjadi bagian bagian keputusan yang lebih kecil. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk membangun aplikasi SPK guna membantu pengambilan
keputusan bagi agroindustry pala.

Penelilitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari hasil survey lapang, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh pakar.
Pakar yang terlibat yaitu kepala dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten kepulauan
Talaud, anggota komisi B di DPRD, kepala bidang perindustrian dinas perindustrian
dan perdagangan Kepulauan Talaud, koordinator industry anggur pala, dan petani
pala.

1. Model penentuan produk agroindustry

Gambar 1. Hierarki penentuan produk agroindustry

Tabel 1. Hasil Agregasi model penentuan produk agroindustry


Dari hasil analisis dan perhitungan diperoleh bahwa industri minyak pala
memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,441 Nilai konsistensi ratio yang ada menunjukkan
bahwa penilaian yang dilakukan oleh pakar telah konsisten.
2. Model penentuan lokasi agroindustry

Gambar 2. Hierarki penentuan lokasi agroindustry

Tabel 2. Hasil agregasi model penentuan lokasi agroindustry

Sebelum dilakukan analisi AHP langkah awal dilakukan penentuan lokasi


yang potensial menggunakan analisi LQ. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor
yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi industri adalah jangkauan pasar
sebagai prioritas utama selanjutnya ketersediaan lahan dan bahan baku .

3. Model penentuan kelembagaan dalam agroindustry


Gambar 3. Hierarki penentuan kelembagaan dalam agroindustry

Tabel 3. hasil agregasi model kelembagaan dalam agroindustry

Menjalin kerja sama dengan Industri Hulu - Hilir memiliki bobot tertinggi,
yaitu 0,478. Dengan demikian kelembagaan yang dibentuk berupa kelembagaan mitra
yang didalamnya terdapat kerja sama antara industri hulu sampai industri hilir.
Diharapkan dengan adanya kemitraan ini setiap anggota dalam mitra tersebut dapat
kepastian dalam memasarkan produk dengan harga yang lebih baik.

Setelah analisis menggunakan AHP dilanjutkan dengan analisi lebih lanjut


seperti kelayakan finansial dan analisis sistem. Pada penelitian ini, metode AHP telah
berhasil diterapkan untuk penentuan produk agroindustri dan kelembagaan
agroindustri, gabungan metode LQ dan AHP diterapkan untuk penentuan lokasi
industri, metode regresi linier diterapkan untuk prakiraan pasar komoditas pala dan
agroindustri pala, serta kriteria-kriteria finansial diterapkan untuk analisis kelayakan
investasi.
Judul paper : Penentuan Pola Pengembangan Agroindustri Jambu Mete
Penulis : Chandra Indrawanto
Volume : Jurnal Littri Vol. 14 No. 2, Juni 2008 : 78 - 86 Issn 0853 -8212
Reviewer : Deny Eko P, Amin Nur M, Alfian NF, Nanda Putra Y.
Hasil Review :
Sebagai produsen mete, agroindustri mete di Indonesia masih belum berkembang.
Sekitar 36% produksi masih diekspor dalam bentuk gelondong. Pengembangan
agroindustri mete yang mengandalkan industri besar tidak berjalan baik karena
ketidakserasian antara kebutuhan bahan baku agroindustri pengacipan mete dengan
waktu produksi gelondong mete. Kapasitas terpasang per tahun pabrik-pabrik
pengacipan besar ini sebenarnya setara dengan produksi gelondong mete Indonesia.
Akan tetapi karena masa panen mete yang hanya selama 4 bulan, industri
pengacipan ini tidak sanggup mengacip seluruh produksi dalam jangka 4 bulan
tersebut. Sedangkan jika pabrikan membuat stok dengan menampung terlebih dahulu
produksi gelondong mete pada masa panen untuk dipakai di luar musim panen,
operasional pabrikan menjadi tidak efisien karena harus menanggung beban biaya
stok yang tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak produk gelondong mete yang tidak
terkacip dan diekspor. Akibatnya industri pengacipan mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku diluar
musim panen.
Masalah Ketidak serasian antara kebutuhan bahan baku agroindustri pengacipan
mete dengan waktu produksi gelondong mete, Tujuan dari peneltian ini yaitu
Menentukan pola pengembangan industri jambu mete yang sesuai dengan kondisi
produksi jambu mete yang ada. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan
system dengan memakai metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang
dikembangkan oleh SAATY (1996). AHP adalah suatu model yang luwes yang
memungkinkan mengambil keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan
nilai pribadi secara logis dengan cara menstrukturkan masalah dalam bentuk hirarki
dan memasukkan unsur-unsur pertimbangan untuk mendapatkan skala prioritas
(MARIMIN, 2004). Data yang digunakan adalah pendapat pakar yang diakuisisi
dengan cara diskusi kelompok secara terfokus (Focus Group Discussion/FGD) dan
wawancara secara intensif dan mendalam tentang tingkat kepentingan faktor, aktor
dan objektif dalam rangka mencari pola terbaik pengembangan agroindustri mete
nasional. Tujuh pakar mete dijadikan narasumber yang terdiri dari

Hasil dan Pembahasan


Pola terbaik pengembangan agroindustri mete adalah agroindustri pengacipan
mete skala usaha kecil disentra produksi mete ditunjang industri pengolahan kulit
mete untuk dijadikan CNSL yang dilakukan oleh pabrikan ditingkat kabupaten sentra
produksi. Dengan pola ini diharapkan seluruh produk gelondong mete dapat iproses
selama 4 bulan masa panen sehingga nilai tambah produk yang ada bisa diraih.
Berdasarkan hasil review dari kedua paper dapat disimpulkan bahwa metode
AHP digunakan sebagai alat pengambilan keputusan guna membantu dalam proses
pengambilan keputusan yang memiliki lebih dari satu kriteria dan alternative yang
berguna untuk memilih prioritas yang harus diutamakan.

You might also like