Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang Masalah yang diangkat yaitu Tanaman Pala merupakan jenis
tanaman rempah yang berasal dari Indonesia Timur. Seluruh bagian tanaman pala
dapat diolah menjadi produk turunan. Berdasarkan data BPS tahun 2014 Pala
merupakan komoditas unggulan daerah Talaud. Ketersediaan hasil produksi yang
tidak diimbangi kebijakan pemerintah menyebabkan produk yang dihasilkan masih
menjadi produk yang memiliki nilai jual tidak terlalu tinggi. Masalah lain yang
timbul yaitu banyaknya limbah daging pala yang terbuang, dan ketidak pastian harga
di tingkat pedagang dan pasar. Selain itu petani kesulitan menemukan peluang karena
keterbatasan penguasaan jaringan informasi. Berdasarkan BPS Sumberdaya ditalaud
sudah cukup dan permintaan pasar yang tinggi menjadi indikasi bahwa tanaman pala
dapat dikembangkan. Berdasarkan kenyataan tersebut perlu adanya penelitian tentang
strategi pengembangan agroindustry pala guna mendapatkan nilai tambah bagi petani
dengan merumusakan strategi pengembangan menggunakan sistem pendukung
keputusan (SPK). Banyaknya kriteria dan alternative dalam pengambilan keputusan
pada penelitian ini sehingga perlu ada alat guna membantu dalam proses pengambilan
keputusan , salah satunya Analytical hierarchy process (AHP) yang merupakan salah
satu metode Multi criteria decision making (MCDM). Kelebihan dari AHP yaitu
cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan kompleks menjadi bagian bagian keputusan yang lebih kecil. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk membangun aplikasi SPK guna membantu pengambilan
keputusan bagi agroindustry pala.
Penelilitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari hasil survey lapang, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh pakar.
Pakar yang terlibat yaitu kepala dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten kepulauan
Talaud, anggota komisi B di DPRD, kepala bidang perindustrian dinas perindustrian
dan perdagangan Kepulauan Talaud, koordinator industry anggur pala, dan petani
pala.
Menjalin kerja sama dengan Industri Hulu - Hilir memiliki bobot tertinggi,
yaitu 0,478. Dengan demikian kelembagaan yang dibentuk berupa kelembagaan mitra
yang didalamnya terdapat kerja sama antara industri hulu sampai industri hilir.
Diharapkan dengan adanya kemitraan ini setiap anggota dalam mitra tersebut dapat
kepastian dalam memasarkan produk dengan harga yang lebih baik.