You are on page 1of 3

Assessment

7. efek samping dan komplikasi anastesi?

Jawab:

a. Efek samping:
1. Cukup sering Dengan angka kejadian 1:100 pasien, prosedur anestesi bisa
menyebabkan risiko efek samping berupa mual, muntah, batuk kering, mata kabur,
nyeri kepala, nyeri punggung, gatal-gatal, lebam di area injeksi, dan hilang ingatan
sementara.
2. Jarang Pada angka kejadian 1:1.000 pasien, anestesi dapat menyebabkan infeksi dada,
inkontinensia urin, nyeri otot, cedera pada bibir, gigi, dan lidah, perubahan mood atau
perilaku, dan mimpi buruk.
3. Sangat jarang Risiko yang sangat jarang terjadi dengan angka kejadian 1:10.000
pasien diantaranya dapat menyebabkan cedera mata, alergi obat yang serius, cedera
saraf, kelumpuhan, dan kematian. Efek samping ini bisa permanen jika sampai
menyebabkan komplikasi seperti cedera saraf yang menyebabkan kelumpuhan, atau
pada kasus infeksi dada disertai penyakit jantung, memperbesar risiko komplikasi
penyakit jantung yang lebih serius. (Damayanti, 2010)
b. Komplikasi:
1. Kerusakan Fisik
a. Pembuluh darah: Kesalahan teknik dalam venapunksi dapat menyebabkan memar,
eksavasasi obat yang dapat menyebabkan ulserasi kulit di atasnya, infeksi lokal,
tromboflebitis serta kerusakan struktur berdekatan, terutama arteri dan saraf (Ellis
& Campbell, 1986). Benzodiazepin dan Propanidid menyebabkan tromboflebitis.
Kanulasi vena yang lama lebih mungkin menyebabkan tromboflebitis dan infeksi.
b. Intubasi: Kerusakan sering terjadi pada bibir dan gusi akibat intubasi trachea oleh
orang yang tidak berpengalaman. Kerusakan gigi geligi akan terjadi lebih serius
jika disertai kemungkinan inhalasi fragmen yang diikuti oleh abses paru. Jika
dibiarkan tidak terdeteksi, intubasi nasotrachea dapat menyebabkan epistaksis
yang tak menyenangkan dan kadang–kadang sonde dapat membentuk saluran di
bawah mukosa hidung, intubasi hidung sering memfraktura concha (Ellis &
Campbell, 1986).
c. Saraf superfisialis: Tekanan langsung terus menerus akan merusak saraf, seperti
poplitea lateralis sewaktu mengelilingi caput fibulae, yang menyebabkan “foot
drop”, fasialis sewaktu ia menyilang mandibula, yang menyebabkan paralisis otot
wajah, ulnaris sewaktu ia menyilang epicondylus medialis, yang menyebabkan
paralisis dan kehilangan sensasi dalam tangan serta nervus radialis sewaktu ia
mengelilingi humerus di posterior, yang menyebabkan “wrist drop”. Pleksus
brachialis dapat dirusak dengan meregangnya di atas caput humeri, jika lengan
diabduksi atau rotasi eksternal terlalu jauh (Ellis & Campbell, 1986).
2. Pernafasan
Komplikasi pernapasan yang mungkin timbul termasuk hipoksemia yang tidak
terdeteksi, atelektasis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti
pulmonal hipostatik, plurisi, dan superinfeksi (Brunner & Suddarth, 2001).
3. Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain hipotensi, hipertensi,
aritmia jantung, dan payah jantung (Thaib, 1989).
4. Penyebab hepatitis pasca bedah dapat disebabkan oleh halotan. Insidens virus
Hepatitis A aktif dalam populasi umum mungkin jauh lebih lazim, yang diperkirakan
sekitar 100–400 per sejuta pada suatu waktu (Ellis & Campbell, 1986).
5. Suhu tubuh
Akibat venodilatasi perifer yang tetap ditimbulkan anestesi menyebabkan penurunan
suhu inti tubuh. Selama pembedahan yang lama, terutama dengan pemaparan vesera,
bisa timbul hipotermi yang parah, yang menyebabkan pengembalian kesadaran
tertunda, pernapasan dan perfusi perifer tidak adekuat. Masalah pernapasan akan
dirumitkan, jika kebutuhan oksigen meningkat sebagai akibat menggigil selama masa
pasca bedah (Ellis & Campbell, 1986).

Intervensi

Planning asesmen:

7.nutrisi pasien sepsis yang tidak bisa makan peroral

Jawab:

Cara pemeberian nutrisi pada pasien sepsis yang tidak bisa makan peroral adalah dengan cara
Early enteral nutrition (early EN).

Prinsip manajemen nutrisi pada pasien sepsis yang terbaik adalah: do it early, do it gastrically,
do it with immune-enhancingdiet and do it slowly (Aguilar-Nascimento, dkk., 2012).

Optek

Uraikan bagaimana cara menggunakan:

Ambu bag:

1. Mengangkat rahang bawah pasien untuk mempertahankan jalan nafas terbuka.


2. Menekan sungkup pada muka pasien secara kuat.
3. Memompa udara dengan cara tangan satu memegang bag sambil memompa udara dan
yang satunya memegang dan memfiksasi masker, pada saat memegang masker ibu jari
dan jari telunjuk membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang
bawah sekaligus membuka jalan napas dengan membentuk huruf E.
4. Lakukan sebanyak 10-12 kali/menit sampai dada nampak terangkat

Vena sectie:

1. Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan antiseptik dan tutup daerah lapangan operasi
dengan duk steril atau bisa juga daerah femoral atau di lengan penderita.
2. Lakukan anestesi infiltrasi pada kulit dengan lidokain 0.5%.
3. Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah anestesia sepanjang 2.5 cm.
4. Diseksi tumpul, dengan menggunakan klem hemostat yang lengkung, vena diidentifikasi dan
dipotong dan dibebaskan dari semua jaringan disekitarnya.
5. Angkat dan diseksi vena tsb sepanjang kira-kira 2cm untuk melepaskannya dari dasar.
6. Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan di tempat untuk ditarik
(traction).
7. Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cephalad
8. Buat venotomi yang kecil melintang dan dilatasi perlahan-lahan dengan ujung klem hemostat
yang ditutup.
9. Masukkan kanul plastik melalui venotomi dan ikat dengan ligasi proksimal keliling
pembuluh dan kanul. Kanul harus dimasukkan dengan panjang yang cukup untuk mencegah
terlepas.
10. Sambung pipa intravena dengan kanul dan tutuplah insisinya dengan jahitan interupsi.
11. Pasang pembalut steril dengan salep antibiotik topikal.

You might also like