You are on page 1of 11

BAB I

PEMBAHASAN UMUM

1.1. Latar Belakang


Pembangunan di berbagai sektor di Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian dalam negeri. Industri merupakan salah satu sektor
penting yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.
Pembangunan industri di Indonesia merupakan usaha dalam meningkatkan
perekonomian dalam negeri. Tujuan dari pembangunan industri dalam negeri
tercantum dalam Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008 tentang kebijakan
industri nasional dengan visi Indonesia menjadi negara industri maju pada tahun
2020. Pembangunan industri bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
perekonomian nasional, menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta mengurangi
pemakaian produk dari industri luar negeri (import).
Industri kimia merupakan salah satu industri yang memiliki peranan
penting. Oleh karena itu, perkembangan dalam hal pembangunan industri kimia
harus terus dilakukan untuk dapat menekan angka impor tersebut. Salah satu bahan
kimia yang banyak digunakan dalam industri dalam negeri adalah asam asetat.
Asam asetat ini sangat penting peranannya mengingat negara Indonesia masih
mengimpor sebagian besar bahan kimia tersebut dikarenakan produksi untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri tidak mencukupi.
Asam asetat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan di Indonesia
baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang dalam suatu proses. Industri
asam asetat di Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang berprospek
cukup baik. Produk asam asetat digunakan dalam berbagai industri seperti industri
etil asetat, industri cuka, industri tekstil, industri benang karet dan dapat digunakan
sebagai bahan setengah jadi untuk membuat bahan-bahan kimia, seperti vinil asetat,
selulosa asetat, asam asetat anhidrid dan khloro asetat.
Berdasarkan pertimbangan kebutuhan asam asetat yang tinggi dan akan
semakin bertambah, maka produksi asam asetat di dalam negeri harus ditingkatkan.
Peningkatan produksi asam asetat dapat dilakukan dengan pendirian pabrik asam
asetat di Indonesia sebagai salah satu aset yang dapat membantu pemenuhan
kebutuhan pasar. Pendirian pabrik asam asetat akan meningkatkan produksi asam
asetat sehingga dapat mengurangi impor asam asetat dari luar negeri. Pendirian
pabrik asam asetat diharapkan dilakukan dengan mempertimbangkan teknologi
yang semakin baik dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Teknologi
sebelumnya diharapkan dapat dikembangkan dan dikombinasikan dengan
teknologi terbaru sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan lebih menguntungkan.
Tampil lebih baik dibandingkan teknologi sebelumnya menjadi komitmen yang
harus diperhatikan sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dan membangun
pencitraan yang baik bagi industri nasional.

1.2. Sejarah dan Perkembangan


Asam asetat atau asam cuka merupakan salah satu produk golongan asam
karboksilat yang sudah diketahui dan dikenal sejak lama yang masih banyak
digunakan hingga saat ini. Sejarah penggunaan asam asetat dalam bidang industri
kimia sudah dimulai sejak abad ke-3 sebelum masehi. Filsuf dari Yunani kuno
Theophrastos menjelaskan bahwa asam asetat (asam cuka) dapat bereaksi dengan
logam-logam sehingga membentuk berbagai zat warna, misalnya warna yang
terjadi pada timbal putih (timbal karbonat) dan verdigris, warna ini didapatkan dari
suatu zat hijau campuran dari berbagai garam-garam dan mengandung tembaga (II)
asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sebuah sirup yang amat manis yaitu dengan
mendidihkan anggur yang sudah asam yang dikenal dengan nama sapa. Dimana
sapa mengandung timbal asetat yang merupakan suatu zat manis atau yang biasa
disebut juga sebagai gula timbal dan gula saturnus.
Pada zaman dahulu, proses pembuatan asam asetat secara ilmiah dilakukan
dengan proses yang disebut orkana. Proses orkana diperkenalkan oleh
Schutzenbach, asam asetat (asam cuka) didapatkan melalui proses orkana dengan
mengoksidasi minuman beralkohol dengan oksigen dan dengan memanfaatkan
bantuan bakteri. Proses orkana merupakan proses awal yang mendorong proses
produksi asam asetat yang lain, salah satu proses yang diciptakan dari modifikasi
proses orkana adalah pembuatan asam asetat dengan proses destilasi kayu kering
dengan bantuan katalis asam sulfat. Produk dari proses destilasi kayu kering ini
disebut dengan asam cuka kayu (wood acetic acid). Proses lain pada pembuatan
asam asetat yaitu dengan oksidasi asetaldehid dan proses oksidasi butana. Proses
oksidasi asetaldehid dilakukan dengan bantuan katalis pada kondisi operasi tekanan
15 atm dan temperatur 200oC. Sedangkan proses oksidasi butana dilakukan dengan
kondisi operasi tekanan 3,5 atm dan temperatur oksidasi yaitu sekitar 120oC, proses
ini juga dilakukan dengan bantuan katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Proses yang umumnya digunakan dalam pembuatan asam asetat diantaranya
adalah oksidasi etana dan karbonilasi metanol. Proses oksidasi etana dilakukan
dengan bantuan katalis dengan cara mengoksidasi gas etana dengan oksigen pada
tekanan operasi 50 bar dan temperatur sekitar 150-500oC dengan bantuan katalis
untuk mempercepat reaksi. Proses lain yang sering digunakan dalam proses
pembuatan asam asetat adalah dengan karbonilasi metanol. Proses karbonilasi
metanol dibedakan menjadi dua proses yaitu proses BASF yang pertama kali
diaplikasikan pada tahun 1963 dan proses Monsanto pada tahun 1968.

Tabel 1. Perbandingan Proses BASF dan Mosanto


No Proses BASF Monsanto
1 Bahan Baku Metanol dan CO Metanol dan CO
2 Yield 90% 90-99%
3 Kondisi Operasi 523 K, 650 atm 433-463 K, 30 atm
4 Katalis Co (tidak efektif) Rh (efektif)
5 Biaya Investasi Tinggi Tinggi
6 Biaya Operasi Rendah Rendah
(Sumber: McKetta and Cunnigham, 1976)

1.3. Tujuan dan Manfaat Pendirian Pabrik


1.3.1. Tujuan Pendirian Pabrik
1. Memenuhi kebutuhan Asam Asetat dalam negeri dan mengurangi
ketergantungan impor dari negara lain.
2. Meningkatkan daya tahan perekonomian nasional melalui sektor industri.
3. Menciptakan lapangan pekerjaan.
4. Meningkatkan produktivitas pada sumber daya manusia dan sumber daya
alam melalui pembaharuan teknologi.
5. Menciptakan pemerataan usaha dengan memacu pertumbuhan industri-
industri baru yang menggunakan bahan baku asam asetat.
1.3.2. Manfaat Pendirian Pabrik
1. Pengembangan industri asam asetat dapat memberikan keuntungan bagi
perekonomian dalam negeri.
2. Memanfaatkan kondisi sosial, infrastruktur dan sumber daya alam pada
lokasi pendirian pabrik.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perkembangan industri.
4. Pemanfaatan secara maksimal bahan baku metanol dan karbon monoksida
yang disuplai dari hasil produksi dalam negeri sehingga produk asam asetat
di Indonesia dapat menambah pendapatan negara.
5. Meningkatnya optimasi tata ruang wilayah.
6. Meningkatkan efisiensi dengan dibangunnya industri asam asetat dengan
teknologi dan proses terbaru.

1.4. Proses Pembuatan Asam Asetat


Asam asetat adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CH3COOH.
Asam asetat berwarna jernih, berbau tajam dan berbau asam, larut dalam air,
alkohol dan ether serta dapat menimbulkan korosi pada beberapa jenis logam. Asam
asetat dalam industri dapat dibuat dengan berbagai macam, yaitu:
1.4.1. Proses Karbonilasi Metanol
Proses karbonilasi metanol adalah proses yang banyak digunakan untuk
menghasilkan asam asetat murni. Proses karbonilasi metanol dibagi menjadi dua,
yaitu proses Monsanto dengan katalis rhodium dan proses BASF dengan katalis
cobalt. Dalam reaksi ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan
asam asetat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CH3OH(l) + CO(g) CH3COOH(l)
Metanol Karbon Monoksida Asam asetat

1.4.2. Proses Oksidasi Asetaldehid dengan Oksigen


Asetaldehid dapat dioksidasi oleh oksigen menghasilkan asam asetat.
Temperatur dan tekanan reaksi pada umumnya sekitar 160°C and 55 atm. Pada
kondisi ini, larutan acetaldehid diumpankan kedalam suatu reaktor dimana oksigen
atau udara digelembungkan (bubble) melalui liquid yang mengandung 0,1-0,5
mangan asetat. Katalis lain yang digunakan adalah cobalt. Campuran reaksi
disirkulasi dengan cepat melalui sebuah heat exchanger untuk menghilangkan
panas reaksinya. Campuran reaksi dimurnikan didalam kolom recovery aldehid,
sedangkan vent gas didinginkan dan diabsorbsi menggunakan produk crude. Yield
yang dihasilkan adalah 95 %. Reaksi antara asetaldehid dan oksigen yaitu:

CH3CHO(l) + 1/2 O2(g) CH3COOH(l)


Asetaldehid Oksigen Asam Asetat
1.4.3. Proses Oksidasi Butana
Proses reaksi oksidasi butana terjadi pada fase cair. Dalam reaksi ini
dijalankan pada suhu dan tekanan yang tinggi namun tetap menjaga butana dalam
keadaan cair. Tipikal kondisi reaksinya ialah pada temperature 150°C, tekanan 55
atm dan yield 70-80 %. Produk sampingan mungkinjuga terbentuk termasuk
butanone, etil asetat,asam format,danasam propionat. n-Butana (secara komersial
terdiri dari 95% n-Butana, 2,5% isobutana, dan 2,5% pentana) dioksidasi oleh
oksigen dengan bantuan katalis cobalt atau mangan asetat sehingga menghasilkan
asam asetat. Reaksi antara n-butana dan oksigen adalah sebagai berikut:
2 C4H10(g) + 5 O2(g) 4CH3COOH(l) + 2 H2O(g)
n-butana Oksigen Asam asetat Air

1.4.4. Sintesis Gas Metana


Asam asetat disintesis dari metan melalui dua tahap. Tahap pertama, gas
metan, bromine dalam bentuk hydrogen bromide (40wt% HBr/H2O) dan oksigen
direaksikan dengan menggunakan katalis RU/SiO2 menghasilkan CH3Br dan CO.
Tahap kedua CH3Br dan karbon monoksida direaksikan lagi dengan air (H2O)
dengan bantuan katalis RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromida.
Mekanisme reaksinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1.4.5. Fermentasi Anaerob
Metode ini menggunakan bakteri anaerob, termasuk anggota dari genus
Clostridium, yang dapat mengubah gula menjadi asam asetat secara langsung, tanpa
menghasilkan etanol sebagai produk perantara. Reaksi kimia secara keseluruhan
dilakukan oleh bakteri ini yang diuraikan sebagai berikut:
C6H12O6 3CH3COOH
Hal yang menguntungkan dari penggunaan metode ini dalam sudut pandang
kimia industri ialah bakteri acetogenic ini dapat menghasilkan produk berupa asam
asetat dari suatu senyawa karbon, seperti methanol, karbon monoksida, atau
campuran karbon dioksida dan hidrogen. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2CO2 + 4H2 CH3COOH + 2H2O
Karena Clostridium dapat mengubah gula secara langsung menghasilkan
asam asetat maka dapat menekan biaya produksi dalam artian penggunaan metode
ini lebih efisien jika dibandingkan dengan metode oksidasi etanol dengan bantuan
Acetobacter. Namun yang menjadi kendala adalah bakteri Clostridium kurang
toleran terhadap asam dibandingakn dengan Acetobacter sehingga ketika asam
asetat terbentuk maka bakteri Clostridium akan mengalami gangguan pertumbuhan
yang dapat menyebabkan kematian. Bahkan yang paling toleran asam-strain
Clostridium cuka hanya dapat menghasilkan beberapa persen asam asetat,
dibandingkan dengan strain Acetobacter cuka yang dapat menghasilkan hingga
20% asam asetat. Saat ini, penggunaan Acetobacter lebih efektif untuk
memproduksi asam asetat dibandingkan memproduksi asam setat dengan
Clostridium. Akibatnya meskipun bakteri asetogenic telah dikenal sejak 1940,
penggunaannya dalam industri tetap dibatasi.

1.4.6. Oksidatif Fermentasi


Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat melalui
metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus Acetobacter.
Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat menghasilkan cuka
dariberbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan yang digunakan adalah
bahan makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum, beras,
atau kentang mashes. Sebuah larutan alkohol dimasukan dalam reaktor
dehodrogenasi dandiinokulasi dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan
kemudian akan menjadi cuka. Dalam industri, proses pembuatan cuka akan
berlangsung cepatdengan meningkatkan pasokanoksigenke bakteri. Reaksi kimia
yang diuraikan oleh bakteri ini adalah:
C2H5OH + O2 CH3COOH + 2H2O

1.4.7. Proses Oksidasi Etana


Pembuatan asam asetat dengan proses oksidasi etana yaitu dengan
mereaksikan oksigen dengan etana dilakuakn dengan bantuan katalis molibdenum.
Reaksi dilakukan dalam reaktor multitubular. Proses ini dapat juga dilakukan
dengan menggunakan reaktor fluidized bed, akan tetapi kemurnian produk hasil
reaksi rendah. Proses oksidasi etana memiliki konversi yang tinggi yaitu 97%
dengan kemurnian produk sekitar 45% pada kondisi operasi tekanan 3 atm dan
temperature 120oC. Karena kemurniannya yang rendah maka proses ini tidak
berkembang pada industri modern saat ini. Adapun reaksi yang terjadi pada proses
oksidasi etana adalah sebagai berikut:
C2H6 + 3/2 O2 CH3COOH + H2O

1.5. Sifat Fisika dan Kimia


1. Metanol
Rumus molekul : CH3OH
Berat molekul : 32,042 kg/kmol
Fase (25oC) : liquid
Berat jenis : 0,791 gr/cm3 (293ºK)
Titik didih : 337,75oK
Titik beku : 175,5oK
∆ Hf(298) : -2,013E+4 KJ/Kmol
Temperatur kritis : 512,6ºK
Tekanan kritis : 80,9 bar
Kalor penguapan : 38,3 KJ/mol

2. Karbon monoksida
Rumus molekul : CO
Berat molekul : 28,01 kg/kmol
Fase (25oC) : gas
Berat jenis : 0,803 g/cm3 (81oK)
Titik didih : 81,7oK
Titik beku : 68,1oK
∆ Hf(298) : -1,106E+5 KJ/kmol
Temperatur kritis : 132,9oK
Tekanan kritis : 35 bar
Kalor penguapan : 6,042 KJ/mol

3. Karbon dioksida
Rumus molekul : CO2
Berat molekul : 44,01 kg/kmol
Fase (25oC) : gas
Titik didih : -78,75oC
Titik leleh : -56,4oC
∆ Hf(298) : -1,106E+5 KJ/kmol
Temperatur kritis : 304,1ºK
Tekanan kritis : 79 bar

4. Air
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,016 kg/kmol
Fase : gas / liquid
Berat jenis : 0,998 g/cm3 (293ºK)
Titik didih : 373,15oK
Titik beku : 273,2oK
∆ Hf(298) : -2,42E+5 KJ/kmol
Temperatur kritis : 647,3ºK
Tekanan kritis : 221,2 bar
Kalor penguapan : 40,656 KJ/mol

5. Asam asetat
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60,052 kg/kmol
Fase (25oC) : liquid
Berat jenis : 1,049 g/cm3 (293ºK)
Titik didih : 391,05oK
Titik beku : 289,8oK
∆ Hf(298) : -4,351E+5 KJ/kmol
Temperatur kritis : 592,7ºK
Tekanan kritis : 57,9 bar
Kalor penguapan : 24,39 KJ/mol

6. Metil asetat
Rumus molekul : CH3COOCH3
Berat molekul : 74,08 kg/kmol
Fase (25oC) : liquid
Berat jenis : 0,934 g/cm3 (293ºK)
Titik didih : 330,04ºK
Titik beku : 175oK
∆ Hf(298) : -4,097E+5 KJ/kmol
Temperatur kritis : 506,8oK
Tekanan kritis : 46,9 bar

7. Metil Iodida
Rumus molekul : CH3I
Berat molekul : 141,95 kg/kmol
Titik didih : 315,55oK
Densitas : 2,279 kg/m3
Kelarutan dalam air : 1,2 gr/100 ml (20ºC)

8. Hidrogen
Rumus molekul : H2
Berat molekul : 2 kg/kmol
Fase (25oC) : gas
Titik didih : 20.271ºK
Titik leleh : 13.99ºK
Temperatur kritis : 32.938ºK
Tekanan kritis : 100 Kpa pada temperatur 20ºK

9. Asetaldehida
Rumus molekul : C2H4O
Berat molekul : 44,5 g/mol
Fase (25oC) : gas
∆ Hf(298) : -166 KJ/mol
Titik didih : 293,3ºK
Titik leleh : 149,78ºK
Temperatur kritis : 466 K at 5570 Kpa
Tekanan kritis : 101,325 Kpa pada temperatur293,15ºK

9. Rhodium
Rumus Molekul : Rh
Berat molekul : 102,9055 gr/mol
Fase (25oC) : Solid
Titik Lebur : 2237ºK (1964ºC)
Titik didih : 3968ºK (3695ºC)
Kalor Peleburan : 26,59 Kj/mol
Kalor Penguapan : 494 KJ/mol

You might also like