Professional Documents
Culture Documents
tutorial 7
work sampling
Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Tahun Ajaran
2016/2017
www.labdske-uii.com
Pengukuran Kerja: Work Sampling 2016
A. DESKRIPSI
Menurut Barnes (1980), pengukuran kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki keterampilan rata
– rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo
kerja yang normal. Salah satu metode pengukuran kerja adalah metode Work Sampling.
Sampling atau dalam bahasa asingnya sering disebut dengan Work Sampling, Ratio Delay
Study, atau Random Observation Method adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah
besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator.
Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini diklasifikasikan sebagai pengukuran
kerja langsung, karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung ditempat
kerja yang diteliti (Wignjosoebroto, 1995).
B. TUJUAN TUTORIAL
1. Praktikan mampu mendefinisikan jenis pekerjaan yang dapat diukur dengan
menggunakan metode work sampling.
2. Praktikan mampu menentukan allowance pekerja dengan menganalisa keadaan dan
lingkungan kerja operator saat bekerja.
3. Praktikan mampu menentukan rating factor dengan menganalisa performansi kerja
operator.
4. Praktikan mampu menghitung waktu normal, waktu standar, dan waktu baku suatu
pekerjaan dengan mengidentifikasi serta mengukur elemen-elemen pekerjaannya.
5. Praktikan dapat melakukan pengukuran dan penelitian kerja khususnya dalam upaya
meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktifitas kerja
D. LANDASAN TEORI
D.1 DEFINISI PENGUKURAN WAKTU KERJA
Pengukuran waktu kerja dapat diklasifikasikan sesuai dengan bagan dibawah ini:
Work Sampling
Langsung
Stopwatch
Pengukuran Waktu Kerja
Menurut Barnes (1980), secara garis besar metode sampling kerja ini dapat
digunakan untuk:
a) Sebagai sampel performansi kerja yakni untuk mengukur waktu kerja dan waktu
tidak bekerja dari pekerja.
b) Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat yang ada di pabrik.
c) Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
d) Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan dan tingkat performansi.
Hal ini dapat digambarkan melalui kurva distribusi normal berikut ini.
2. Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian (s) menunjukkan seberapa besar keyakinan pengamat bahwa hasil
yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. Sebagai contoh, jika tingkat ketelitian
5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%, hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya
95 dari 100 harga rata-rata dari data yang diukur akan memiliki penyimpangan tidak
lebih dari 5% (Wignjosoebroto, Gunani, Pawennari, 2003).
tetapi, peneliti hanya dapat meneliti 2/3 dari total jam kerja. Sehingga,
Sehingga, didapat 56 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh
pada saat-saat tertentu yang kita ketahui dalam keadaan tidak bekerja misalnya
jam-jam istirahat atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan secara resmi (Barnes,
1980).
Bilangan acak dapat digunakan ntuk menentukan jam observasi. Bilangan
acak bisa didapat dengan menggunakan Microsoft Excel atau dengan
menggunakan tabel bilangan acak dengan cara sebagai berikut.
a) Random no. berkisar dari batas bawah (“0”) dan batas atas (“84”).
b) Interval
c) Waktu Observasi
Tabel 7.1 Tabel Data Observasi
Untuk menentukan nilai random, terdapat hal yang harus diperhatikan, antara lain
sebagai berikut.
a) Nilai random yang sama pada periode yang berurut hanya dapat diambil 1.
Tabel 7.2 Tabel Nilai Random dengan Nilai yang Sama
No. Random no
1 1
2 1
3 2
4 2
Berdasarkan kasus pada tabel di atas, maka nilai random yang digunakan
dalam pengamatan adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 7.3 Tabel Pengolahan Nilai Random dengan Nilai yang Sama
No. Random no
1 1
2 2
No. Random no
1 4
2 5
3 6
4 7
5 8
Berdasarkan kasus pada tabel di atas, maka nilai random yang digunakan
dalam pengamatan adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 7.5 Tabel Pengolahan Nilai Random dengan Nilai yang Berurut
No. Random no
1 4
2 5
3 6
4 8
Untuk menentukan waktu observasi, dapat dilihat seperti contoh sebagai berikut:
a) Waktu observasi 1 = (07.00 + (1 x 5 menit) = 07.05
b) Waktu observasi 2 = (07.00 + (2 x 5 menit) = 07.10
c) Waktu observasi 3 = (07.00 + (3 x 5 menit) = 07.15
(dilanjutkan sampai waktu observasi 56)
Keterangan:
p = persentase produktif
k = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil.
s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.
N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan
Apabila dari perhitungan tersebut didapatkan nilai N’ ≤ N maka data dianggap cukup,
sebaliknya apabila nilai N’ > N maka data dianggap tidak cukup.
p(1 p)
BKA = p 3
n
p(1 p)
BKB = p 3
n
Keterangan:
p = Prosentase kejadian yang diamati (presentase produktif) dalam angka desimal.
n = jumlah pengamatan dilakukan pada hari ke-I
Catatan :
Jika harga p berada pada batas kontrol, maka semua data tersebut dapat diproses.
Sebaliknya, jika ada harga p yang berada di luar batas kontrol, maka data
pengamatan yang melewati batas yang bersangkutan harus “dibuang”, karena data
yang seragam merupakan data yang berada dalam batas kontrol. Berikut gambar 7.3
menunjukkan bahwa data seragam karena data-data tersebut berada di dalam batas
kontrol, sementara Gambar 7.4 menujukkan bahwa data tidak seragam karena
terdapat data yang diluar batas kontrol.
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pengamatan hari ke-n
SKILL EFFORT
+0,15 A1 +0,13 A1
+0,13 A2 Superskill +0,12 A2 Superskill
+0,11 B1 +0,10 B1
+0,08 B2 Excellent +0,08 B2 Excellent
+0,06 C1 +0,05 C1
+0,03 C2 Good +0,02 C2 Good
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,05 E1 -0,04 E1
Fair Fair
-0,10 E2 -0,08 E2
-0,16 F1 -0,12 F1
-0,22 F2 Poor -0,17 F2 Poor
CONDITION CONSISTENCY
+0,06 A Ideal +0,04 A Ideal
+0,04 B Excellent +0,03 B Excellent
+0,02 C Good +0,01 C Good
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,03 E Fair -0,02 E Fair
-0,07 F Poor -0,04 F Poor
Pi : + 0.13
Adapun kriteria pada setiap rating performance diatas adalah terlampir dalam dalam
lampiran.
6. Menghitung Kelonggaran (Allowance)
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi (kelonggaran
pribadi), menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal,
kelonggaran perlu ditambahkan (Barnes, 1980).
Kelonggaran pribadi dan kelonggaran untuk menghilangkan fatigue ini
diberikan untuk mengurangi ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja. Ketegangan
atau kejenuhan tersebut biasanya terjadi karena kondisi umum dari lingkungan kerja,
misalnya beban kerja yang berat, temperatur ruangan yang tinggi, sistem
pencahayaan yang kurang baik, pekerjaan yang monoton atau berulang-ulang, dan
lain-lain, yang pada akhirnya dapat menurunkan performansi kerja (Wahyuni,
Helianty, & Wadhany, 2008).
Untuk menentukan besarnya kelongaran pribadi dan kelongaran untuk
menghilangkan fatigue ini dapat dilihat pada tabel kelonggaran yang
direkomendasikan oleh ILO (Niebel Benjamin & Freivalds, Andris, 1999).
b) Waktu Standar
Waktu standar adalah waktu yang digunakan oleh operator untuk menyelesaikan
pekerjaan pada 1 unit dengan melibatkan kelonggaran (allowance).
Studi Kasus
Pengamatan dengan menggunakan sampling kerja dilakukan selama 10 hari (jam kerja
= 8 jam/hari) kemudian didapatkan hasil sebagai berikut;
Total Tally Produktif 400
Total Tally Idle 200
Total Produksi 350
Kelonggaran yang diberikan adalah 12%
Performansi Kerja Operator adalah 0.95
Jawab :
1) Performance Level
2) Waktu Normal
3) Waktu Standar
REFERENSI
Barnes, R. M. 1980. Motion and Time Study. Design and Measurement of Work. Wiley.
Meyers, F. E. 1999. Motion and Time Study. Pretince-Hall.
Niebel, B. W., Freivalds, A. 1999. Methods, Standards, and Work Design. Singapore:
McGraw-Hill.
Purnomo, H. 2004. Pengantar Teknik Industri. Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purnomo, H. 2014. Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta: CV Sigma.
Salvendy, G. Ed. 2001. Handbook of Industrial Engineering: Technology and Operations
Management, third edition, John Wiley & Sons, Hoboken, NJ.
Wahyuni, C., Helianty, Y., & Wadhany, A. 2008. Penentuan Lamanya Istirahat Kerja
untuk Meminimasi Beban Fisiologis Bekerja.
Wignjosoebroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: PT Guna
Widya.
Wignjosoebroto, S., Gunani, S., Pawennari, A. 2003. Analisis Ergonomi Terhadap
Rancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Kerja Dibagian Skiving Dengan
Antropometri Orang Indonesia. Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rating Factor
Skill
Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri – ciri dari
setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:
Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas – kelas dengan ciri
masing - masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukan
atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha
dengan ciri – cirinya.
Effort
EXCESSIVE EFFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan.
2. Usahanya sangat besungguh – sungguh tetapi dapat
membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan
sepanjang hari kerja.
AVERAGE EFFORT : 1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2. Bekerja dengan Stabil.
3. Menerima saran – saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Set Up dilakukan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan.
1. Dapat diabaikan. Bekerja dimeja, duduk. Tanpa beban 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0
2. Sangat ringan. Bekerja di meja, berdiri. 0,00 - 2,25 kg 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5
3. Ringan. Menyekop, ringan. 2,25 - 9,00 kg 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0
4.Sedang. Mencangkul. 9,00 - 18,00 kg 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0
5. Berat. Mengayun palu yang berat. 19,00 - 27,00 kg 19,0 - 30,0
6. Sangat Berat. Memanggul beban. 27,00 - 50,00 kg 30,0 - 50,0
7. Luar biasa berat. Memanggul karung berat. diatas 50 kg
B. Sikap Bekerja
C. Gerakan kerja
1. Pandangan yang terputus-putus. Membawa alat ukur. 0,0 - 6,0 0,0 - 6,0
2. Pandangan yang hampir terus-menerus. Pekerjaan-pekerjaan yang teliti. 6,0 - 7,5 6,0 - 7,5
3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah. Memeriksa cacat-cacat pada kain. 7,5 - 12,0 7,5 - 16,0
4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap. Pemeriksaan yang sangat teliti. 12,0 - 19,0 16,0 - 30,0
E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja ••) Temperatur ( 0C) Kelemahan Normal Berlebihan
www.labdske-uii.com