You are on page 1of 48

3.1.

5 EVALUASI PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT DENGAN


PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI DAERAH

A. Pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintah yang oleh Undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan
Pusat. Hal ini menegaskan pula bahwa bentuk nagara Indonesia adalah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dijalankan berdasarkan desentralisasi.
Hal ini ditegaskan secara, jelas dalam Pasal 18 ayat (5) UUD 1945. Hal ini
mengisyaratkan bahwa salah satu bentuk manifestasi kemandirian daerah dalam
rangka mengembangkan inovasi dan kreativitas pembangunan adalah merupakan
kewenangan konstitusional untuk membentuk suatu peraturan daerah dalam
menjabarkan praktek-praktek kebijakan pembangunan di tingkat local
sebagaimana tercantum dalam Pasal 18 (6) UUD 1945, bahwa Pemerintahan
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

B. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan


Pembentukan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 didasari oleh filosofi
bahwa pemanfaatan air beserta sumber-sumbernya haruslah diabdikan kepada
kepentingan dan kesejahteraan Rakyat disegala bidang, baik bidang ekonomi,
sosial, budaya maupun pertahanan keamanan nasional, yang sekaligus
menciptakan pertumbuhan, keadilan sosial dan kemampuan untuk berdiri atas
kekuatan sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
sehingga air beserta sumber-sumbernya tersebut haruslah dilindungi dan dijaga
kelestariannya. Pada tahun 2004, kegiatan penyusunan Norma, Standar, Pedoman
dan Manual Bidang Sumber Daya Air memilki payung hukum baru yakni UU No.
7 Tabun 2004 tentang Sumber Daya Air, Namun setelah berjalan kurang lebih 10
tahun, terjadi pembatalan Undang-Undang SDA tersebut melalui putusan
Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 85/PUU¬XI/2013 atas uji materi UU Nomor
7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) yang dinyatakan bertentangan
UUD 1945, Efek dari pembatalan UU No, 7 tahun 2004 tersebut menyebabkan
undang¬-undang sebelumnya (UU No. 11 Tahun 1974) tentang pengairan menjadi
berlaku kemJawa Timur sebelum diadakan/dibuat undang-undang baru
menggantikan UU. No 07 tahun 2004 yag telah dibatalkan.

C. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mulai berlaku sejak Oktober 2009 dan tercatat
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 ini
menggantikan peran dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hldup.
Ketentuan Pasal 36 UUPPLH, menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (IJKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) wajib memiliki izin lingkungan. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkar,
keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
UUPPLH atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan wajib mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup. lzin
lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/Bupati sesuai dengan
kewenangannya wajib diintegraslkan ke dalam izin lingkungan paling lama 1
(satu) tahun sejak undang-undang ini ditetapkan, Dan berdasarkan Pasal 39
UUPPLH, permohonan ijin lingkungan dan izin lingkungan wajib diumumkan,
dan dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.
Kewajiban pemegang izin lingkungan yaitu menaati persyaratan dan
kewajiban-kewajiban yang terdapat didalam izin pengelolaan lingkungan hidup
(Izin PPLH) sebagaimana yang tercantum di dalam izin perlindungan. Izin PPLH
antara lain adalah izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air, izin
pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah, izin penyimpanan sernentara
limbah B3 dan lain-lain, Pengaturan perizinan dalam Undang-undang ini
menunjukkan keterkaitan antara pengelolaan air limbah dengan undang-undang
PPLH sehingga menjadi acuan dalam pembentukan perda ini.

D. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 194. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan
prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan
daya saing bangsa bagi pembangunan nasional dan setiap hal yang menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan dersjat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara sehingga
dibentuklah Undang-undang tentang kesehatan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 ialah Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Limbah merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan sehingga diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan yang
dapat mengatur agar limbah tidal menyebabkan gangguan bagi kesehatan
masyarakat, Pengaturan pengelolaan air limbah sebagai upaya untuk mewujudkan
kesehatan bagi masyarakat menjadi alasan untuk menjadikan UU Kesehatan
sebagai salah satu acuan dalam penyusunan Perda ini.
E. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188)
Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman, mendukung penataan den pengembangan
wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan
lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk
mewujudkan keseimbangan kepentingan, meningkatkan daya guna dan hasil guna
sumber daya aam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaan maupun
lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni
dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,
terpadu, dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan, pembangunan
perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan
wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh,
terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi
hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib
dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permultiman yang
terpadu dan berkelanjutan.
Salah satu syarat bagi suatu pemukiman yang layak adalah babas dan
pencemaran dan memiliki pembuangan limbah yang layak sehingga air limbah di
kawasan pemukiman tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan yang
merugikan masyarakat di pemukiman tersebut.
F. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pombentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234)
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 mengatur antara lain tentang Hirarki
peraturan perundang-undangan dan tata cara pembentukan peraturan daerah.
Dalam UU No.12 Tahun 2011 pasal 7 ayat (1) disebutkan Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Dan kekuatan hukumnya ditegaskan pada pasal 7 ayat 2 : Kekuatan hukum
Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).Jenis Peraturan Perundang-undangan ini mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Bupati, Kepala Desa atau yang setingkat.
Suatu undang-undang yang diduga bertentangan dengan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi. Sedangkan, suatu Peraturan Perundang-undangan di
bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Undang-undang No. 12 tahun 2011 menjadi acuan dalam penyusunan
Peraturan Daerah karena seluruh muatan dalam perda serta pembentukan Perda
harus mengacu pada Undang-undang ini untuk menciptakan perda yang baik dan
mencegah terjadinya pembatalan atas perda ini.

G. Undang-Undang Nomor 23 Tabun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587
Konstitusi Negara Republik Indonesia daiam pasal 18 mengamanatkan
tentang pemberian otonomi kepada daerah. Pemberian otonomi yang seluas-
luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
maayarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis
gloJawa Timursasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada
Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan.
Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara
atau pemerintahan naaional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah, Oleh karena
itu, seluas apa pun otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat.
Untuk itu Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan
dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari kebijakan nasional.
Pembedanya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi,
inovasi, daya swing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional
tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan
nasional secara keseluruhan.
Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi
berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan
masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan
kepentingan umum. Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada
Daerah untuk mengatur dan mengurus kehidupan warganya maka Pemerintah
Pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan
seJawa Timurknya Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam
bentuk Perda maupun kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan
kepentingan nasional. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara
kepentingan nasional yang sinergis dan tetap memperhatilcan kondisi, kekhasan,
dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan
Pembentukan Perda tentang Pengelolaan air limbah merupakan bagian dari
penyelenggaraan otonomi daerah sehingga setiap materi muatan dari perda ini
harus sejalan dengan semangat otonomi daerah yang diatur dalam Undang-undang
No, 23 tahun 2014.

H. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas


Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak
sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air
sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air
yang dilnginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau pengendalian.
Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar
kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya. Pelestarian kualitas air dilakukan pada
sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air
pada sumber air di luar hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu air, Air sebagai komponen lingkungan hidup akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya.
Air yang kualitaanya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup
menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan
manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan
menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung
dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya
alam (natural resources depletion). Air sebagai komponen sumber daya alam
yang sangat penting maka harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat
dan kepentingan harus dilakukan secara bijakaana dengan memperhltungkan
kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu dikelola agar
tersedia dalam jumlah yang aman, balk kuantitas maupun kualitaanya, dan
bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guns menunjang pembangunan yang
berkelanjutan.
Di satu pihak, usaha dan atau kegiatan manuaia memerlukan air yang
berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara
lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya
dukung, daya tampung, dan produktivitasnya. Agar air dapat bermanfaat secara
lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam pelaksanaan
pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.

I. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan


Dalam Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 tentang kesehatan
lingkungan ditegaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan
penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial.
Penyehatan menurut PP No 66 Tahun 2014 tersebut adalah upaya
pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas
media lingkungan, sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai fungsi lain di kawasan perkotaan atau
perdesaan.

J. Peraturan Pemerintah Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem


Pengelolaan Air Minum (SPAM);
Penyelenggaraan SPAM meliputi pengembangan SPAM dan Pengelolaan
SPAM yang pelaksanaannya berlandaskan pada kebijakan dan strategi
Penyelenggaran SPAM dan Rencana Induk SPAM, serta wajib memenuhi
Standart Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Menteri, Pengembangan
SPAM meliputi pembangunan baru, peningkatan dan perluasan. Sedangkan
pengelolaan meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan
sumber daya manusia, Penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara terpadu
dengan menyelenggarakan sanitasi untuk mencegah pencemaran air baku dan
menjamin keberlanjutan fungsi air minum. Penyelenggaraan sanitasi antara lain
meliputi penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL). Peraturan
Pemerintah ini mengatur tentang hal tersebut diatas, sehingga menjadi dasar
penyelenggaraan pengelolaan limbah domestik setelah pembatalan Undang-
undang Sumber Daya Air oleh Mahkamah Konstitusi.

K. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/ 2008 tentang


Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik Permukiman (KSNP-SPALP)
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang begitu cepat terutama di wilayah
perkotaan memberikan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya
dukung lingkungan. Dampak tersebut harus disikapi dengan tepat, khususnya
dalam pengelolaan air limbah domestik, oleh karena kenaikan jumlah penduduk
akan meningkatkan konsumsi pemakaian air minum/bersih yang berdampak pada
peningkatan jumlah air limbah domestik. Pembuangan air limbah tanpa melalui
proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan,
khususnya terjadinya pencemaran pada sumber-sumber air baku untuk air minum,
baik air permukaan maupun air tanah. Pengelolaan air limbah memerlukan
prasarana dan sarana penyaluran dan pengolahan. Pengolahan air limbah
pennukiman dapat ditangani melalui sistem setempat (on site) ataupun melalui
sistem terpusat (off site).
Pada umumnya kota-kota di Indonesia masih belum memiliki sistem
pengelolaan air limbah domestik secara terpusat. Terdapat berbagai kendala dalam
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia, balk dalam
aspek peraturan perundangan, peran serta masyarakat, pembiayaan, institusi serta
aspek teknis teknologis. Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman khususnya
Bidang Air Limbah (Municipal Waste Water) merupakan salah satu hal penting
yang menjadi perhatian baik secara global maupun nasional.
Secara global Indonesia terikat upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan, sebagaimana rekomendasi pads KTT Bumi di Johannesburg 2000,
dimana salah satu sasarannya adalah bidang penyediaan air minum dan sanitasi.
Sasaran tersebut diagendakan dalam Millenium Development Goals (MDGs)
dengan menetapkan horizon pencapaian sasaran pada tahun 2015 dan sasaran
kuantitatif; "Mengurangi 50% proporsi jumlah penduduk yang kesulitan
memperoleh akses terhadap air minum aman dan sanitasi yang memadai".
Indonesia yang ikut meratifikasi sasaran MDGs 2015 tersebut harus
mempersiapkan langkah pencapaian sasaran tersebut. Oleh karenanya diperlukan
suatu kebijakan dan strategi dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman,
untuk memberikan arah dalam penyelenggaraan pembangunan sistem pengelolaan
air limbah di Indonesia. Hal ini menjadi dasar sehingga aturan ini menjadi salah
satu acuan dalam pembentukan perda Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kabupaten/Kota

L. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 /PRT/M/2014 tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum den Penataan
Ruang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267)
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan mempunyai wewenang dan
tanggungjawab dalam menyusun perencanaan dan perencanaan teknis tata
pengaturan air den tata pengairan. Tata pengaturan air dan tata pengairan
dilaksanakan berdasarkan wilayah sungai dan diperlukan adanya dasar dan
tuntunan dalam penyusunan rencana tata pengaturan air dan tata pengairan berupa
Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan. Untuk
kepentingan ini maka Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan
Air limbah berkaitan erat dengan sungai karena salah satu penyebab
pencemaran sungai adalah air limbah sehingga masalah pengairan dan sungai
menjadi salah satu perhatian penting dalam Perda Pengelolaan Air Limbah
Domestik ini dan seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pengairan dan sungai menjadi acuan dalam pembentukannya.

M. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4


Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik
1. Aspek Teknis Teknologis
Pasal yang menjelaskan tentang aspek teknis teknologis pada pengelolaan
air limbah domestik cukup banyak, diantaranya adalah :
 Bagian I Jenis dan komponen SPALD, mulai dari Pasal 6, Pasal 7, dan
Pasal 8 tentang pemilihan Sistem.
 Bagian II SPALD-S, Pasal 9 tentang komponen SPALD-S, Pasal 10,
Pasal 11 tentang pengangkutan, Pasal 12 tentang Pengolahan Lumpur
Tinja, dan Pasal 13.
 Bagian III SPALD-T mulai dari Pasal 14 tentang cakupan layanan,
Pasal 15, Pasal 16 tentang komponen SPALD-T, Pasal 17, Pasal 18
tentang pengumpulan, Pasal 19 tentang Sub-sistem Pengolahan
Terpusat, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23

2. Aspek Kelembagaan
Pengaturan aspek kelembagaan di dalam Peraturan menteri ini diatur
dalam beberapa bagian dan pasal-pasal, diantaranya adalah :
 Bagian I, pasal 5 tentang penyelenggara pengelolaan air limbah
domestik
 Bab VII kelembagaan, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 63
tentang KSM, dan Pasal 64

3. Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan diatur dalam Peraturan menteri ini ke dalam beberapa
bagian karena berkaitan juga dengan aspek-aspek lain, yaitu :
 Bab VII kelembagaan, Pasal 62
 BAB VIII pembiayaan dan pendanaan, Pasal 65, Pasal 66
 Bab IX retribusi Pasal 67

3.1.6 Kondisi Kelembagaan

A. Peraturan tentang Kelembagaan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi


Perangkat Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh
perangkat daerah yang terdiri dart unsur staf yang membantu penyusunan
kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam sekretariat, unsur pengawas yang
diwadahi dalarn bentuk inspektorat, unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk
badan, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah,
serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti bahwa setiap
penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri,
Dengan perubahan terminologi pembagian urusan pemerintah yang bersifat
konkuren berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka dalam
implementasi kelembagaan setidaknya terwadahi fungsi-fungsi pemerintahan
tersebut pada masing-masing tingkatan pemerintahan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan
oleh seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang bersifat pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang
memiliki potensi unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam
rangka pengembangan otonomi daerah. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dan
memunculkan sektor unggulan masing-masing daerah sebagai upaya optimalisasi
pemanfaatan sumber daya daerah dalam rangka mempercepat proses peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Peraturan Pemerintah ini pada prinsipnya dimaksudkan memberikan arah
dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata organisasi yang efisien,
efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-
masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta
komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah. Besaran organisasi perangkat
daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan
daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan
kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan
ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu kebutuhan akan
perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


4 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik
Aspek Kelembagaan
Pengaturan aspek kelembagaan di dalam Peraturan menteri ini diatur
dalam beberapa bagian dan pasal-pasal, diantaranya adalah :
 Bagian I, pasal 5 tentang penyelenggara pengelolaan air limbah
domestik
 Bab VII kelembagaan, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 63
tentang KSM, dan Pasal 64

Dalam pasal 61 ayat 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan


Rakyat (Permen PUPR) No 4 Tahun 2017 dijelaskan bahwa
penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (4) menjadi tanggung jawab Bupati/Walikota yang secara
operasional dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya
terkait dengan sub urusan air limbah bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang.
Dalam ayat 2 pasal 61 Permen PUPR No 4 Tahun 2014 dijelaskan
bahwa Bupati/Walikota dapat membentuk UPTD SPALD Kabupaten/Kota
untuk menangani pengelolaan air limbah domestik.
Pasal 61 ayat 3 dalam Permen PUPR tersebut menjelaskan bahwa
Pembentukan Perangkat Daerah dan UPTD SPALD Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berikut secara umum Konsep Pengelolaan Air Limbah Domestik
sebagaimana Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomer 4 Tahun 2017.
4.1 PERMASALAHAN SISTEM YANG DIHADAPI
4.1.1 Sub Sistem Pengaturan
Pengaturan atau regulasi pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten
Tulungagung, yakni ;
• Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 6 Tahun 2005 tentang
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Daerah Nomor 1 Seri C Tahun
2005)
• Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 14 Tahun 2003 Tentang
Pelayanan Kebersihan Kabupaten Tulungagung;
• Surat Keputusan Kabupaten Tulungagung Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Ijin Pembuangan Limbah Cair;
• Surat Keputusan Bupati Tulungagung Nomor 478 Tahun 2008 Tentang
Lingkungan Hidup dan AMDAL
• Peraturan Bupati Tulungagung Nomor 32 tahun 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pengendalian Pencemaran Air
• Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 21 Tahun 2017 Tentang
Pengelolaan Air limbah domestik.
Dalam pasal 33 dijelaskan bahwa
(1) Pengambilan, pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari
SPALD-S skala individual ke IPLT menjadi tanggung jawab
masyarakat
(2) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari SPALD-S skala
komunal dan SPALd-T ke IPLT dapat dilaksanakan oleh
pemilik/pengelola/penanggung jawab stelah mendapat ijin dan/atau
dapat bekerja sama dengan UPTD SPALD

Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah menyediakan pelayanan penyedotan lumpur tinja


terjadwal dan layanan lumpur tinja tidak terjadwal
(2) Setiap orang atau pribadi dan/atau badan yang menghendaki pelayanan
penyedotan lumpur tinja dapat mengajukan permohonan kepada UPTD
SPALD

Pasal 35

Lumpur tinja hasil pengolahan di Sub-sistem Pengelolahan Setempat


harus disedot secara berkala paling lama 3 (tiga) tahun sekali

Kelembagaan

Pasal 40

(1) Penyelenggaraan SPALD dilakukan oleh Dinas


(2) Dinas dalam mengelola SPALD membentuk UPTD
(3) UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pengelolaan
SPALD dapat bekerja sama dengan :
a. Badan usaha SPALD; dan/atau
b. Kelompok Swadaya Masyarakat
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama pengelolaan SPALD diatur
dalam Peraturan Bupati
Ketersediaan
Peraturan
Ada Tidak Ada

□ Target capaian pelayanan pengolahan air limbah V


domestik
□ Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan dalam
V
penyediaan layanan pengolahan air limbah domestik
□ Kewajiban dan sanksi bagipemerintahan Kabupaten
dalam memperdayakan masyarakat dan badan usaha V
dalam pengoahan air limbah domestik
□ Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau
pengembang untuk menyediakan sarana pengolahan air V
limbah domestik di hunian rumah
□ Kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk
menyediakan sarana pengolahan air limbah domestik di V
tempat usaha
□ Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan
V
sarana pengolahan air limbah domestik di tempat usaha
□ Kewajiban penyedot air limbah domestik untuk
masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik V
tangki septik
□ Retribusi penyedotan air limbah domestik V
□ Tata cara perijinan untuk kegiatan pembuangan air
limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha V
rumah tangga, dan perkantoran
□ Peluang keterlibatan swasta dalam pengolahan air
V
limbah domestik
□ Kewajiban dan sanksi bagi swasta dalam pengolahan air
V
limbah domestik
□ Layanan pemerintah Kabupaten bagi masyarakat yang
V
tidak mampu dalam pengolahan air limbah domestik
4.1.2 Sub Sistem Kelembagaan
Operator air limbah domestik adalah unit yang melaksanakan operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah domestik yang dapat berbentuk unit
pelaksana teknis, badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta,
dan/atau kelompok masyarakat yang melaksanakan pengelolaan air limbah
domestik.
Pemerintah Kabupaten Tulungagung memiliki struktur kelembagaan di
tingkat daerah yang khusus menangani pengelolaan air limbah domestik, yakni ;
• Struktur organisasi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait
sanitasi meliputi Bappeda, Dinas PU Cipta Karya dan Penataan Ruang,
Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup.
• Dinas PU Cipta Karya dan Penataan Ruang adalah SKPD yang memiliki
keterkaitan langsung dalam pembangunan sistem sanitasi di Kabupaten
Tulungagung dibawah Bidang Cipta Karya,
• Yang bertangung jawab terkait infrastruktur Pengelolaan sektor Air
Limbah dikelola oleh Seksi Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah.
Berikut struktur organisasi Dinas PU Ciptakarya dan Penataan Ruang :
4.2 PENELAAHAN KEBIJAKAN & STRATEGI PENGELOLAAN AIR
LIMBAH KEMENTERIAN/LEMBAGA & RENSTRA SKPD TERKAIT
PROVINSI/KOTA
BELUM ADA DATA TERKAIT RPJMD KAB. Tulungagung

a. Peraturan Daerah Kabupaten :


1) Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 6 Tahun 2005
tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Daerah Nomor
1 Seri C Tahun 2005);
2) Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 10 tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Tulungagung Tahun 2005 – 2025;
3) Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 11 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Tulungagung 2012 – 2032;
4) Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 10 Tahun 2013
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 – 2018;
5) Peraturan Daerah Tulungagung Nomor : 20 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Tulungagung (Lembaran Kerja Nomer 1 Seri D Tahun 2016);
6) Peraturan Daerah Nomer 17 Tahun 2017 Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomer 10 Tahun 2013 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2014-
2018 (Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2017
Nomor 14 Seri E)
5.7.2 Strategi Pengembangan Kelembagaan

5.7.3 Strategi Pengembangan Pengaturan

6.4 RENCANA PENGATURAN DAN KELEMBAGAAN KELEMBAGAAN

Strategi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Pada sektor sanitasi khususnya dalam hal pengelolaan air


limbah domestik ditargetkan untuk dapat melayani pengelolaan
air limbah domestik menjadi 100% yang terbagi menjadi on-site
system sebesar 85% (perkotaan dan perdesaan) dan off-site system
sebesar 15% di perkotaan.
Berdasarkan data Bapenas melalui Susenas pada Tri wulan I
tahun 2015, rata-rata capaian akses layak untuk propinsi Jawa
Timur sudah mencapai 85.03%. Ke depan, untuk mencapai target
100%, perlu diterapkan strategi dengan pendekatan bertahap
secara bijak (stepwise approach) dalam rangka mencapai akses
universal bidang air limbah yaitu Optimalisasi Sistem Setempat
sebagai langkah awal, kemudian bisa dilanjutkan pada
Pengembangan Selektif Sistem Terpusat, Pengembangan Agresif
Sistem Terpusat serta yang terakhir adalah penerapan teknologi
yang lebih tinggi (advance).
Oleh Karena itu, Pemerintah Pusat telah menetapkan
beberapa kebijakan sebagai berikut ; Pengembangan Peraturan,
Pengembangan Kelembagaan, Peningkatan Layanan Akses
Sanitasi, Peningkatan Dan Pengembangan Alternatif Pembiayaan,
Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dan Dunia Usaha. Dalam hal
kebijakan Pengembangan Peraturan ditetapkan strategi yang
ditempuh oleh Pemerintah Pusat adalah ; Penyusunan Peraturan
Perundangan, Penyebarluasan/Sosialisasi Peraturan
Perundangan, Fasilitasi Penyusunan Peraturan Perundangan
Kepada Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) huruf c Undang-Undang (UU)
No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu
urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar adalah urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum
dan penataan ruang, dimana didalamnya terdapat sub urusan
mengenai Air Limbah Domestik dan air limbah domestik yang
menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa Pemerintah
Pusat dan Provinsi tidak memiliki wewenang apapun dalam
penyelenggaraan sub urusan Air Limbah Domestik dan air limbah
domestik tersebut.
Oleh Karena itu, Karena merupakan urusan wajib Pemerintah
Daerah, maka untuk mengelola air limbah domestic untuk
mengejar pencapaian program Universal Access 2019 tersebut,
dibutuhkan upaya-upaya seperti 1) Komitmen dan Kesadaran
berupa Komitmen Kepala Daerah beserta seluruh stake holder di
Kabupaten Tulungagung, Peningkatan pemahaman yang
komprehensif terhadap pengelolaan air limbah domestik oleh
seluruh masyarakat di Kabupaten Tulungagung. 2) Peningkatan
kapasitas kelembagaan melalui pemisahan antara operator dan
regulator. 3) Penyelarasan Arahan dan Dukungan Pemerintah
Pusat melalui Singkronisasi Kebijakan dalam sektor sanitasi dan
peningkatan dukungan untuk meningkatkan kapasitas
pemerintah daerah. 4) Law Enforcement (penegakan hukum)
melaui Pembentukan dasar hukum pengelolaan air limbah
domestik pada tingkat nasional dan daerah.
A. Strategi Pengembangan Perangkat Daerah
Target RPJMN 2015-2019 tercapainya 100% pelayanan
sanitasi pada tingkat kebutuhan dasar. Amanat RPJPN 2005-
2025, pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi
diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik. Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik.
Sanitasi mencakup sub sektor air limbah domestik,
persampahan dan drainase. Sanitasi merupakan salah satu sector
pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan
masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu
factor bagi menurunnya derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi
secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan
untuk pembuangan limbah rumah tangga, urin dan tinja yang
aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama
penyakit di seluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak
positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di
masyarakat pada umumnya. Sarana dan prasarana air limbah
membutuhkan pengelolaan yang baik, agar prasarana dan sarana
tersebut dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya secara
berkesinambungan kepada masyarakat. Untuk itu, pengelolaan
prasarana dan sarana air limbah yang baik memerlukan
kelembagaan sesuai ketentuan yang ada. Beberapa permasalahan
terkait kelembagaan pengelola air limbah yang ditemukan antara
lain:
a. Belum terpisahnya peran regulator dan operator dalam
pengelolaan air limbah domestik pada beberapa
kota/kabupaten.
b. Belum dicantumkannya uraian tugas dan fungsi pengelolaan
air limbah domestik secara spesifik pada uraian tugas dan
fungsi perangkat daerah yang menangani air limbah domestik,
c. Keterbatasan sumber daya manusia baik jumlah maupun
kompetensinya,
d. Belum optimalnya dan terstrukturnya pembinaan kepada
masyarakat terkait pengelolaan air limbah domestik termasuk
penerapan hukumnya,
e. Belum maksimalnya upaya untuk memanfaatkan potensi dari
pengelolaan air limbah di daerah.
………………………………………………………….
Dari beberapa strategi yang akan diterapkan tersebut perlu dijelaskan
terlebih dahulu tentang khususnya tentang Strategi Pengembangan Perangkat
Daerah (eg. Pembentukan dan pengembangan UPTD) dan Strategi
Kelembagaan Masyarakat.
Seperti yang disampaikan di atas terdapat dua peraturan yang mendasari
pembentukan UPTD, yaitu: Undang-undang N0. 23 Tahun 2014 dan Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 2016. Sebelum menjelaskan bagaimana
pembentukan UPTD, akan dijelaskan terlebih dahulu pembentukan Dinas
Kabupaten/Kota yang akan mengelola Air Limbah Domestik.
Sebagaimana Pasal 209 ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014
Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas:

a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;
d. Dinas;
e. Badan; dan
f. Kecamatan

1) Urusan Pemerintahan
Perangkat Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud selain
melaksanakan urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah juga
melaksanakan tugas Pembantuan. Pembagian Urusan Pemerintahan sub
Bidang Air Limbah Domestik diatur pada Lampiran C dan Lampiran D
Undang-undang No. 23 Tahun 2014, seperti diuraiakan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.. Lampiran C. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan


Umum dan Penataan Ruang

SUB PEMERINTAH DAERAH DAERAH


NO
BIDANG PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
3 Air a. Penetapan Pengembangan Pengembangan sistem
Limbah pengembangan sistem dan pengelolaan Air
Domestik sistem pengelolaan Limbah Domestik
pengelolaan Air Limbah dalam daerah
Air Limbah Domestik Kabupaten/Kota
Domestik regional
secara nasional
b. Pengembangan
sistem
pengelolaan
Air Limbah
Domestik lintas
daerah provinsi
dan sistem
pengelolaan
Air Limbah
Domestik
Untuk
kepentungan
strategis
nasional

2) Pembagian Peran Operator dan Regulator


Untuk menghindari terjadinya konfik kepentingan serta adanya check and
balance yang memastikan pelaksanaan pelayanan Air Limbah Domestik,
Permen PU ……………………. menyatakan perlu adanya pemisahan peran
antara institusi yang berperan sebagai regulator dan institusi yang berperan
sebagai operator/ penyelenggara layanan. Dalam konteks tugas pemerintahan,
yang dimaksud dengan regulator adalah pihak yang mengembangkan
kebijakan, norma, dan standar, bagi pelaksanaan pelayanan publik.

Regulator kemudian juga melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian


agar pelaksanaan pelayanan publik bisa berjalan sesuai koridor yang telah
ditetapkan. Operator, di lain pihak, merupakan pelaksana pelayanan publik
yang melakukan perencanaan dan implementasi kegiatan sesuai arahan dari
regulator.

Peran regulator dan operator harus tercermin dengan jelas pada uraian tugas
dan fungsi dari masing-masing institusi.

Tabel 4.17. Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator

Regulator Operator
Tugas Melaksanakan urusan Melaksanakan kegiatan teknis
pemerintahan bidang Air Limbah operasional dan/ atau kegiatan
Domestik yang menjadi teknis penunjang di bidang
kewenangan pemerintah daerah pengelolaan sampah
Fungsi − Perumusan kebijakan teknis − Pelaksana penyusun rencana
dan perencanaan strategis kebutuhan operasional
− Penyusunan NSPK pengelolaan sampah
− Penyelenggara urusan − Pelaksana pelayanan dan jasa
pemerintahan dan pelayanan pengangkutan sampah, serta
yang meliputi: pemrosesan akhir sampah
pembangunan, dan rehabilitasi − Pelaksana pemeliharaan sarana
− Pembinaan, pengawasan, dan prasarana pelayanan Air
pemantauan, evaluasi, dan Limbah Domestik
pelaporan − Pengawasan pemanfaatan
sarana dan prasarana pelayanan
Air Limbah Domestik
− Pelaksana pendataan &
pelaporan hasil pelak- sanaan
operasi dan pemeliharaan
sarana dan prasarana Air
Limbah Domestik.
− Pelaksana administrasi umum
dan f. kerumahtanggaan

3) Pembentukan Dinas Daerah


Menurut Pasal 211 ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, nomenklatur
Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah yang melaksanakan
Urusan Pemerintahan dibuat dengan memperhatikan pedoman dari
kementerian/lembaga pemerintah nonkemeterian yang membidangi Urusan
Pemerintahan tersebut.
Beberapa ketentuan lainnya pada Undang-undang No. 23 Tahun 2014 yang
berkenaan dengan pembentukan Perangkat Daerah yaitu:

 Pasal 212 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014,
pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda. (2)
Perda sebagaimana dimaksud berlaku setelah mendapat persetujuan dari
Menteri bagi Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah kabupaten/kota.
 Pasal 212 ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Persetujuan
Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diberikan
berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
 Pasal 217 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Dinas dibentuk
untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah. (2) Dinas diklasifikasikan atas:
a. dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang;
dan
c. dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
 Pasal 217 ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Penentuan beban
kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, besaran masing-
masing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan
kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan
berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan
lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan.
 Pasal 218 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun
2014, Dinas dipimpin oleh seorang kepala. Kepala dinas mempunyai tugas
membantu kepala daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah. Kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris Daerah.
Menurut Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
2016, Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk menentukan tipe Perangkat
Daerah berdasarkan hasil pemetaan urusan pemerintahan dengan variabel:

a. umum dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan


b. teknis dengan bobot 80% (delapan puluh persen).

Kriteria variabel umum ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah yang


terdiri atas indikator:

a. jumlah penduduk;
b. luas wilayah; dan
c. jumlah anggaran pendapatan dan belanja Daerah.

Menurut Pasal 6 ayat (3) Kriteria variabel teknis ditetapkan berdasarkan


beban tugas utama pada setiap Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota serta fungsi
penunjang Urusan Pemerintahan. Berikut Indikator Pemetaan Intensitas
Urusan Pemerintahan dan Penentuan Beban Kerja Perangkat Daerah
Pemerintah Kabupaten/Kota seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.18. Kriteria Variabel Umum Kabupaten/Kota

INDIKATOR & KELAS SKALA BOBOT


NO SKOR
INTERVAL NILAI (%)
1 Jumlah penduduk (Jiwa)
a. ≤ 100.000 200 20
b. 100.001 - 200.000 400 40
10
c. 200.001 - 500.000 600 60
d. 500.001 - 1.000.000 800 80
e. > 1.000.000 1.000 100
2 Luas wilayah (Km2)
a. < 150 200 10
b. 151 - 300 400 20
5
c. 301 – 450 600 30
d. 451 – 600 800 40
e. > 600 1.000 50
3 Jumlah APBD (Rp)
a. < 250.000.000.000 200 10
b. 250.000.000.001 – 400 20
5
500.000.000.000
c. 500.000.000.001 - 600 30
750.000.000.000
d. 750.000.000.001 - 800 40
1.000.000.000.000
e. > 1.000.000.000.000 1.000 50

Untuk Kriteria Variabel Teknis pengelolaan Air Limbah Domestik hanya


terdapat pada Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang
Lingkungan Hidup. SeJawa Timurknya Kriteria variabel Teknis pengelolaan
Air Limbah Domestik tidak terdapat pada Kriteria Variabel Teknis Urusan
Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Kriteria
Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang sebagaimana diatur pada Lampiran C Urusan Pemerintahan Bidang
Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang pada Peraturan Pemerintah No. 18
Tahun 2016, diantaranya mengatur Kriteria Variabel Teknis tentang 1) Jumlah
bangunan gedung, 2) Panjang sungai, 3) Jumlah kapasitas tampungan air, 4)
Panjang garis pantai, 5) Luas daerah irigasi teknis, 6) Jumlah desa/kelurahan
rawan air, 7) Jumlah fasilitas pengelolaan air limbah, 8) Luas cakupan layanan
Sistem Pengelolaan air limbah (SPAL), 9) Drainase, 9) Jumlah Luas kawasan
permukiman 10) Panjang jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota.

Tabel 4.19. Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang


Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota

INDIKATOR & KELAS SKALA BOBOT


NO SKOR
INTERVAL NILAI (%)
1 Jumlah Taman Kehati
a. ≤ 200 10
b. 3 - 4 400 20
5
c. 5 - 6 600 30
d. 7 - 8 800 40
e. > 8 1.000 50
2 Jumlah perusahaan
pengumpul dan pengolah
Limbah B3 200 30
a. < 10 400 60
b. 11 - 50 600 15 90
c. 51 – 100 800 120
d. 101 – 200 1.000 150
e. > 200
3 Jumlah TPA/TPS Regional
a. < 3 200 30
b. 4 - 7 400 15 60
c. 8 - 11 600 90
d. 12 - 15 800 120
e. > 15 1.000 150
4 Jumlah Dokumen
Lingkungan yang dinilai
(AMDAL, UKL/UPL, SPPL)
bagi usaha yang izinnya
dikeluarkan oleh Pemerintah 200 40
Daerah Provinsi 400 80
a. < 10 600 120
20
b. 11 - 50 800 160
c. 51 – 200 1.000 200
d. 201 –350
e. > 100
5 Jumlah objek yang harus
dilakukan pemantauan
kualitas lingkungan sesuai
ketentuan yang dampaknya
lintas Kabupaten/Kota 200 40
a. < 3 400 80
b. 4 - 50 600 120
c. 51 - 75 800 20 160
d. 76 – 100 1.000 200
e. >100

Menurut Pasal 35 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Dinas Daerah


kabupaten/kota mempunyai tugas membantu bupati/walikota melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas
Pembantuan yang diberikan kepada kabupaten/kota.

Dinas Daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas


menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;


b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait
dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 36 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Dinas Daerah


kabupaten/kota dibedakan dalam 3 (tiga) tipe, terdiri atas:
a. dinas Daerah kabupaten/kota tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi
dinas Daerah kabupaten/kota dengan beban kerja yang besar;
b. dinas Daerah kabupaten/kota tipe B untuk mewadahi pelaksanaan fungsi
dinas Daerah kabupaten/kota dengan beban kerja yang sedang; dan
c. dinas Daerah kabupaten/kota tipe C untuk mewadahi pelaksanaan fungsi
dinas Daerah kabupaten/kota dengan beban kerja yang kecil.

Menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Urusan


Pemerintahan terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas:

a. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar; dan


b. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Tabel 4.20. Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan

URUSAN URUSAN
PEMERINTAHAN WAJIB PEMERINTAHAN WAJIB URUSAN
YANG BERKAITAN YANG TIDAK PEMERINTAHAN
DENGAN PELAYANAN BERKAITAN DENGAN PILIHAN
DASAR PELAYANAN DASAR
a. pendidikan; a. tenaga kerja; a. kelautan dan
b. kesehatan; b. pemberdayaan perikanan;
c. pekerjaan umum dan perempuan dan b. pariwisata;
penataan ruang; perlindungan anak; c. pertanian;
d. perumahan rakyat dan c. pangan; d. perdagangan;
kawasan permukiman; d. pertanahan; e. kehutanan;
e. ketenteraman dan e. lingkungan hidup; f. energi dan sumber
ketertiban umum serta f. administrasi daya mineral;
perlindungan kependudukan dan g. perindustrian; dan
masyarakat; dan pencatatan sipil; h. transmigrasi.
f. sosial. g. pemberdayaan
masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk
dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan
informatika;
k. koperasi, usaha kecil,
dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah
raga;
URUSAN URUSAN
PEMERINTAHAN WAJIB PEMERINTAHAN WAJIB URUSAN
YANG BERKAITAN YANG TIDAK PEMERINTAHAN
DENGAN PELAYANAN BERKAITAN DENGAN PILIHAN
DASAR PELAYANAN DASAR
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.

Menurut Pasal 37 ayat (6) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016


masing-masing Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada tabel di
atas diwadahi dalam bentuk dinas.

Adapun uraian struktur organisasi pada Dinas Daerah kabupaten/kota,


seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.21. Tipe Dinas Daerah kabupaten/kota

TIPE DINAS
KETENTUAN STRUKTUR ORGANISASI
KABUPATEN/KOTA
Pasal 81 Dinas Daerah  1 sekretariat dan paling banyak 4
kabupaten/kota tipe A bidang
 Sekretariat terdiri atas paling
banyak 3 subbagian
 Bidang terdiri atas paling banyak 3
seksi
Pasal 82 Dinas Daerah  1 sekretariat dan paling banyak 3
kabupaten/kota tipe B bidang
 Sekretariat terdiri atas 2 subbagian
dan
 Bidang terdiri atas paling banyak 3
seksi.
Pasal 83 Dinas Daerah  1 sekretariat dan paling banyak 2
kabupaten/kota tipe C bidang.
 Sekretariat terdiri atas 2 subbagian
dan
 Bidang terdiri atas paling banyak 3
seksi.

Penggabungan Urusan Pemerintahan dilakukan paling banyak 3 (tiga)


Urusan Pemerintahan. Tipelogi dinas hasil penggabungan Urusan
Pemerintahan dapat dinaikkan 1 (satu) tingkat lebih tinggi atau mendapat
tambahan 1 (satu) bidang apabila mendapatkan tambahan bidang baru dari
Urusan Pemerintahan yang digabungkan.
Nomenklatur dinas yang mendapatkan tambahan bidang Urusan
Pemerintahan merupakan nomenklatur dinas dari Urusan Pemerintahan yang
berdiri sendiri sebelum penggabungan.
Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel tidak terdapat Urusan
Pemerintahan dalam 1 (satu) rumpun yang memenuhi kriteria untuk dibentuk
dinas, Urusan Pemerintahan tersebut dapat digabung menjadi 1 (satu) dinas
tipe C sepanjang paling sedikit memperoleh 2 (dua) bidang.
Nomenklatur dinas mencerminkan Urusan Pemerintahan yang digabung.
Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel tidak terdapat Urusan
Pemerintahan dalam 1 (satu) rumpun yang memenuhi kriteria untuk
dibentuk dinas atau bidang, fungsi tersebut dilaksanakan oleh sekretariat
Daerah dengan menambah 1 (satu) subbagian pada unit kerja yang
mengoordinasikan Urusan Pemerintahan yang terkait dengan fungsi tersebut.
Tabel 4.22. Uraian Pekerjaan Regulator/ Perangkat Daerah Pengelola Air
Limbah Domestik

Lingkup Pekerjaan Uraian Pekerjaan Regulator


Perumusan kebijakan teknis dan  Menyusun kebijakan teknis di bidang Air
perencanaan strategis Limbah Domestik
 Melakukan penyusunan master plan, studi
kelayakan, Detailed Engineering Design,
AMDAL dan dokumen perencanaan lainnya
 Melakukan penyusunan rencana program kerja
& anggaran
 Memberikan masukan teknis dalam rangka
penyusunan peraturan daerah pendukung di
bidang Air Limbah Domestik
 Melakukan penyusunan tata laksana organisasi
 Menyusun rancangan kerjasama antar daerah
dan kerjasama dengan pihak swasta
Penyusunan NSPK  Menyusun NSPK Air Limbah Domestik
 Menyusun SOP sarana & prasarana
Pembangunan dan Rehabilitasi  Melaksanakan pembangunan konstruksi
prasarana dan sarana fasilitas Air Limbah
Domestik, seperti TPA, TPST, SPA dan TPS
3R
 Melakukan kerjasama dengan pihak swasta
terkait pengembangan prasarana dan sarana
Air Limbah Domestik (*)
 Melakukan pengadaan alat berat dan alat
angkut sampah(*)
 Melakukan pengadaan dan pemeliharaan
tempat sampah umum
Pembinaan dan Pengawasan  Mengkoordinasikan upaya penegakan hukum
Lingkup Pekerjaan Uraian Pekerjaan Regulator
Melaksanakan koordinasi dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan Air Limbah
Domestik
 Melaksanakan peningkatan kapasitas teknik
dan manajemen penyelenggara Air Limbah
Domestik
 Melakukan kampanye, sosialisasi dan
pemberdayaan pengurangan dan pemilahan
sampah dari sumber
 Melakukan penyelenggaraan bantuan teknis
pada kecamatan, pemerintah desa serta
kelompok masyarakat di wilayahnya
Pemantauan, Evaluasi dan  Mengkoordinasikan upaya penegakan hukum
Pelaporan Melaksanakan koordinasi dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan Air Limbah
Domestik
 Melaksanakan peningkatan kapasitas teknik
dan manajemen penyelenggara Air Limbah
Domestik
 Melakukan kampanye, sosialisasi dan
pemberdayaan pengurangan dan pemilahan
sampah dari sumber
 Melakukan penyelenggaraan bantuan teknis
pada kecamatan, pemerintah desa serta
kelompok masyarakat di wilayahnya
Keterangan : (*) feksibel dilakukan oleh regulator/operator

4) Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Daerah (UPTD)

(a) Skenario Pengembangan Kelembagaan


Pertambahan penduduk, tentu diikuti dengan meningkatnya
jumlah pemakaian air minum dan meningkatnya volume air
limbah domestik. Apabila air limbah domestik tidak dikelola
dengan baik tentu akan mencemari lingkungan dan mencemari
kualitas air baku, yang akan berdampak pada kesehatan
masyarakat. Pada umumnya air limbah domestik di Kabupaten
Tulungagung belum terkelola dengan baik, masih banyak rumah-
rumah yang belum mengelola air limbahnya, membuang air
limbah langsung ke badan air, selokan dan sungai. Demikian juga
Tangki Septik di rumah-rumah tidak dibangun sesuai SNI bahkan
dibangun tanpa dinding dan lantai. Serta tidak ada penyedotan
tinja secara terjadwal . Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan. Lingkungan menjadi tidak sehat dan kumuh. Untuk
mengatasi problema air limbah domestik tersebut, Pemerintah
Kabupaten Tulungagung perlu membuat suatu lembaga untuk
mengelola air limbah domestik .

Unit Pelaksana Teknis (UPT) melaksanakan sebagian


kegiatan teknis operasional sub urusan air limbah domestik pada
urusan pemerintahan bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang, sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, mengamanatkan pemerintah daerah wajib
mengemban bagian tugas dan fungsi urusan

2.1.2 Bukan merupakan kegiatan perumusan kebijakan

UPT bukan merupakan kegiatan perumusan kebijakan


tetapi merupakan pelaksana sebagian kebijakan sub urusan Air
Limbah Domestik dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Tulungagung. Matrik dibawah ini menjelaskan
tugas dan fungsi dari dinas induk serta tugas dan fungsi dari UPT.
Tabel Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang serta UPT Pengelolaan Air Limbah
2.1.
Domestik Kabupaten Tulungagung.

Dinas UPT
Tugas Membantu Bupati melaksanakan Melaksanakan kegiatan teknis
urusan pemerintahan bidang operasional dan/atau
pekerjaan umum dan penataan kegiatan teknis penunjang
ruang yang menjadi kewenangan dibidang pengelolaan air
daerah dan tugas pembantuan . limbah domestik

Fungsi a. Perumusan kebijakan teknis a. Pelaksanaan administrasi


dibidang pekerjaan umum dan umum dan
tata ruang, kerumahtanggaan
b. Menyelenggarakan urusan
b. Pelaksanaan penyusunan
pemerintah dan pelayanan
umum di bidang pekerjaan rencana kebutuhan
umum dan tata ruang, operasional pengelolaan
c. Pelaksanaan koordinasi dan pengolahan air limbah
penyelenggaraan urusan di domestik
bidang pekerjaan umum dan c. Pelaksanaan kegiatan
tata ruang. pelayanan pengelolaan air
d. Pembinaan, dan pelaksanaan
limbah domestik
tugas di bidang pekerjaan
umum dan tata ruang. d. Pelaksanaan pemeliharaan
e. Pengelolaan kesekretariatan sarana dan prasarana air
meliputi umum dan limbah
kepegawaian, perencanaan e. Pelaksanaan pengawasan
dan keuangan. operasional sarana dan
f. Pelaksanaan pengawasan, prasarana air limbah
evaluasi, pengendalian dan
f. Pelaporan hasil
pelaporan di bidang pekerjaan
umum dan tata ruang pelaksanaan operasi dan
g. Pelaksanaan tugas lain yang pemeliharaan sarana dan
diberikan oleh bupati sesuai prasarana air limbah
dengan tugas dan fungsinya. domestic

2.1.3 Bukan merupakan kegiatan lintas perangkat daerah dan bukan


pembinaan kepada unit kerja lain

UPT Pengelolaan Air Limbah Domestik melaksanakan


sebagian tugas teknis operasional sub urusan air limbah dari
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Tulungagung, yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang , sesuai Pasal 2 Peraturan
Bupati Tulungagung nomor yang menjelaskan bahwa dinas
daerah terdiri dari:
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tipe A,
menyelengarakan urusan pemerintahan bidang pendidikan;
2. Dinas Kesehatan Tipe A, menyelengarakan seluruh urusan
pemerintahan bidang kesehatan;
3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tipe A,
menyelengarakan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang pekerjaan umum dan tata ruang;
4. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Tipe B,
menyelengarakan urusan pemerintahan bidang perumahan
rakyat dan kawasan permukiman serta bidang pertanahan;
5. Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A, menyelengarakan
urusan pemerintahan bidang ketentraman dan ketertiban
umum serta pelindungan masyarakat ;
6. Dinas Sosial Tipe A, menyelengarakan urusan pemerintahan
bidang sosial;
7. Dinas Ketenagakerjaan tipe A, menyelengarakan urusan
pemerintahan bidang tenaga kerja dan urusan pemerintahan
bidang transmigrasi;
8. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tipe C, menyelengarakan urusan pemerintahan bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
9. Dinas Ketahanan Pangan Tipe A, menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pangan;
10. Dinas Lingkungan Hidup Tipe A, menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang lingkungan hidup;
11. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tipe A,
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
12. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tipe A,
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
pemberdayaan masyarakat dan desa;
13. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tipe
B menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
14. Dinas Perhubungan Tipe B, menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang perhubungan;
15. Dinas Komunikasi, dan Informatika Tipe A,
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Komunikasi
dan Informatika, serta urusan pemerintahan bidang
persandian;
16. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Tipe A,
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang koperasi,
usaha kecil dan menengah;
17. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
penanaman modal;
18. Dinas Pemuda Dan Olah Raga Tipe A, menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang kepemudaan dan olah raga
19. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Tipe B,
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
perpustakaan dan bidang kearsipan;
20. Dinas Perikanan Tipe B, menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang perikanan;
21. Dinas Perkebunan Tipe A, menyelenggarakan sebagian
urusan pemerintahan bidang pertanian sub urusan
perkebunan;
22. Dinas Tanaman pangan ,hortikultura Dan Peternakan Tipe
A, menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan bidang
pertanian sub urusan tanaman pangan, hortikultura dan
peternakan;
23. Dinas Perdagangan tipe A, menyelenggarakan sebagian
urusan pemerintahan bidang urusan perindustrian dan
bidang perdagangan.
24. Dinas Pemadan Kebakaran dan Penyelamatan tipe B ,
menyelenggarakan urusan dibidang kebakaran dan
penyelamatan.

Layanan UPT Pengelolaan Air Limbah Domestik bukan


merupakan kegiatan lintas perangkat daerah, matrik dibawah ini
menegaskan tugas dan fungsi dinas yang melaksanakan urusan
pekerjaan umum dan penataan ruang serta urusan bidang
lingkungan hidup dan urusan bidang perumahan dan kawasan
permukiman ,sesuai dengan peraturan bupati tentang susunan
organisasi tugas dan fungsi masing-masing dinas.

Tabel Uraian Tugas dan Fungsi dari Dinas yang


melaksanakan urusan lingkungan hidup, urusan
2.2.
Pekerjaan Umum dan Penastaan Ruang serta urusan
perumahan kawasan permukiman di Kabupaten
Tulungagung.

Dinas yang melaksanakan Dinas yang Dinas yang


urusan bidang Lingkungan melaksanakan urusan melaksanakan urusan
Hidup bidang PUPR bidang Perumahan dan
(Perbup No.31 Tahun 2016) (Perbup No.31 Tahun Kawasan Permukiman
2016) (Perbup No.31 Tahun
2016)
Tugas Melaksanakan urusan Membantu Bupati Melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di melaksanakan urusan pemerintahan daerah
bidang lingkungan hidup, pemerintahan bidang di bidang perumahan
berdasarkan azas otonomi pekerjaan umum dan dan kawasan
dan tugas pembantuan yang penataan ruang yang permukiman serta
diberikan kepada kabupaten. men jadi kewenangan pertanahan
daerah dan tugas berdasarkan azas
pembantuan. otonomi dan tugas
pembantuan yang
diberikan kepada
kabupaten.

Fungsi a. Perumusan, a. Perumusan a. Penyusunan


pengkoordinasian dan kebijakan teknis perencanaan bidang
penetapan kebijakan di dibidang pekerjaan perumahan,
bidang lingkungan hidup umum dan tata kawasan
tingkat kabupaten, ruang, permukiman dan
b. Pelaksanaan kebijakan di b. Penyelenggaraan pertanahan,
bidang lingkungan hidup urusan b. Perumusan
tingkat kabupaten, pemerintahan dan kebijakan teknis
c. Penetapan dan pelayanan umum bidang perumahan,
pelaksanaan upaya dibidang pekerjaan kawasan
mitigasi dan adaptasi umum dan tata permukiman dan
perubahan iklim, ruang, pertanahan,
d. Pengembangan sistem dan c. Pelaksanaan c. Pelaksanaan urusan
penerapan instrumen koordinasi pemerintahan dan
lingkungan hidup, penyelegaraan pelayanan umum
e. Pelaksanaan pembinaan urusan di bidang perumahan,
dan pengawasan terhadap pekerjaan umum dan kawasan
pelaksanaan peraturan tata ruang, permukiman dan
lingkungan hidup, d. Pembinaan, dan pertanahan.
f. Pelaksanaan standar pelaksanaan tugas di d. Pembinaan,
pelayananan minimum bidang pekerjaan koordinasi,
bidang lingkungan hidup, umum dan tata pengendalian dan
g. Pelaksanaan diklat, ruang, fasilitasi
pembinaan, penyuluhan e. Pengelolaan pelaksanaan
dan penghargaan kesekretariatan kegiatan
lingkungan hidup, meliputi umum dan perumahan,
h. Pelaksanaan penegakkan kepegawaian kawasan
hukum lingkungan hidup ,perencanaan dan permukiman dan
pada tingkat kabupaten, keuangan, pertanahan.
i. Pelaksanaan pembinaan f. Pelaksanaan e. Pelaksanaan
dan pengawasan pengawasan, kegiatan
penanganan sampah di evaluasi, penatausahaan dan
TPA dan TPST tingkat pengendalian dan administrasi Dinas,
kabupaten, pelaporan di bidang f. Pelaksanaan
j. Pelaksanaan tugas lain pekerjaan umum dan pembinaan teknis
yang diberikan oleh tata ruang. terhadap Unit
bupati sesuai dengan g. Pelaksanaan tugas Pelaksana Teknis
tugas dan fungsinya. lain yang diberiksn Dinas,
oleh Bupati sesuai g. Pelaksanaan tugas
dengan tugas dan lain yang diberikan
fungsinya. oleh bupati sesuai
dengan tugas dan
fungsinya.

2.1.4 Memerlukan arahan, pengaturan dan pembagian kerja, pengawasan


dan/atau pengambilan keputusan dalam pelaksanannya

Tugas dan fungsi dari setiap jabatan dalam UPT Pengelolaan


Air Limbah Domestik sebagai berikut:

2.1.4.1. KEPALA UPT

a) Tugas Kepala UPT

1. Menyusun dan merumuskan program/kegiatan, kebijakan teknis dan


anggaran UPT,
2. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas dalam
lingkup UPT,
3. Melaksanakan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air
limbah,
4. Melakukan koordinasi pelaksanaan pemrosesan pengelolaan air
limbah,
5. Koordinasi pengendalian pencemaran lingkungan (air, udara dan
tanah) atas kegiatan pemrosesan pengelolaan air limbah,
6. Koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi baik dengan unsur dinas
maupun instansi terkait Pengidentifikasian permasalahan serta
mengumpulkan alternatif pemecahannya,
7. Pengidentifikasian permasalahan serta mengumpulkan alternatif
pemecahannya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas UPT,
8. Pengkoordinasian pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah
(SPIP) secara berjenjang, pembinaan dan pengendalian,
9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program,
kegiatan, serta pelaksanaan tugas dalam lingkup UPT,
10. Memberikan arahan, pembinaan terhadap pegawai/jajaran UPT,
11. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
b) Fungsi Kepala UPT
1. Pelaksanaan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tulungagung berdasarkan
peraturan perundang-undangan ;
2. Pelaksanaan tugas operasional, administrasi, pengawasan dan
pembinaan pegawai;
3. Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dengan instansi lain yang
berkaitan dengan bidang tugasnya;
4. Penanganan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
berdasarkan peraturan perundang-undangan ;
5. Penyelenggaraan tata usaha UPT Pengelolaan Air limbah domestik,
6. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah Kepala Dinas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

2.1.4.2. KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA UPT


a) Tugas Kepala Subbagian Tata Usaha UPT
1. Perencanaan program/kegiatan ketatausahaan UPT,
2. Pelaksanaan pelayanan administrasi umum kepada lingkup UPT
maupun dengan instansi terkait,
3. Koordinasi pelaksanaan dan pengelolaan, perlengkapan, kepegawaian,
surat menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan UPT,
4. Pelaksanaan teknis ketatausahaan dan teknis operasional serta teknis
penunjang dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplikasi antar unsur lingkup UPT,
5. Pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
secara berjenjang, serta melakukan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala UPT sesuai tugas dan fungsinya,
6. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan ketatausahaan,
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas atau Kepala
UPT sesuai dengan tugas dan fungsinya,
8. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
b) Fungsi Kepala Subbagian Tata Usaha UPT
1. Pelaksana urusan kerumah tanggaan,surat menyurat, administrasi
kepegawaian, perlengkapan dan keuangan,
2. Pelaksana pelayanan dan administrasi pelanggan.
2.1.4.3. UNSUR PELAKSANA
1. Supir Truk Tinja
a. Mengemudi mobil tinja
b. Mengoperasikan mesin penyedot lumpur tinja (melakukan
penyedotan)
c. Membuang lumpur tinja di IPLT
d. Melaksanakan pemeliharaan mobil tinja
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
2. Bendahara Retribusi
a. Menerima dan mencatat uang retribusi
b. Membuat rekapitulasi/pelaporan uang retribusi
c. Melaksanakan penyetoran uang retribusi ke rekening kas daerah
d. Mengelola tanda bukti penerimaan retribusi (karcis/BB)
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
3. Tenaga Pengontrol Perpipaan
a. Melaksanakan, memantau dan mengendalikan operasional IPLT
b. Memantau dan mengawasi tinggi permukaan air IPLT
c. Memantau, mengawasi dan melasanakan pemeliharaan sarana
prasarana IPLT
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
e. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
4. Pelaksana Pengadministrasian Umum
a. Melakukan pendataan jumlah pelanggan yang telah menyambung
pada SPAL-T dan kondisi sambungan pelayanan SPAL-T secara
berkala,
b. Membuat peta daerah pelayanan dalam zona-zona pelayanan sesuai
dengan batas wilayah kependudukan,
c. Menyusun sistem penomoran pelanggan terhadap rumah penduduk
yang sudah menjadi pelanggan LLTT berdasarkan zona pelayanan,
d. Melaksanakan pelayanan pengaduan pelanggan,
e. Melaksanakan pelayanan calon pelanggan baru,
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
g. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

5. Tenaga Operator Bak IPLT


a. Melaksanakan, memantau dan mengendalikan operasional IPLT,
b. Memantau dan mengawasi pelaksanaan bongkar muatan truk sedot
tinja,
c. Memantau, mengawasi dan melaksanakan pemeliharaan sarana
prasarana IPLT,
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
e. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

6. Tenaga Kemanan IPLT


a. Melaksanakan pengamanan sarana IPLT,
b. Memantau dan mengawasi tamu IPLT,
c. Melaksanakan upaya pencegahan tindakan pencurian ataupun
perusakan sarana prasarana IPLT,
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
e. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

7. Tenaga Kebersihan IPLT


a. Melaksanakan kebersihan kantor IPLT,
b. Melaksanakan kebersihan areal IPLT,
c. Membantu pemeliharaan sarana prasarana IPLT,
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
e. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
penjelasan
3.1. KEPALA UPT PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
SEBAGAI

3.1.1. Tugas Kepala UPT

1. Menyusun dan merumuskan program/kegiatan, kebijakan teknis dan


anggaran UPT,
2. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas dalam lingkup
UPT,
3. Melaksanakan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah,
4. Melakukan koordinasi pelaksanaan pemrosesan pengelolaan air limbah,
5. Koordinasi pengendalian pencemaran lingkungan (air, udara dan tanah)
atas kegiatan pemrosesan pengelolaan air limbah,
6. Koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi baik dengan unsur dinas maupun
instansi terkait Pengidentifikasian permasalahan serta mengumpulkan
alternatif pemecahannya,
7. Pengidentifikasian permasalahan serta mengumpulkan alternatif
pemecahannya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas UPT,
8. Pengkoordinasian pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah
(SPIP) secara berjenjang, pembinaan dan pengendalian,
9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program,
kegiatan, serta pelaksanaan tugas dalam lingkup UPT,
10. Memberikan arahan, pembinaan terhadap pegawai/jajaran UPT,
11. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

3.1.2.Fungsi Kepala UPT


1. Pelaksanaan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Muara Enim berdasarkan peraturan
perundang-undangan ;
2. Pelaksanaan tugas operasional, administrasi, pengawasan dan pembinaan
pegawai;
3. Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dengan instansi lain yang
berkaitan dengan bidang tugasnya;
4. Penanganan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas berdasarkan
peraturan perundang-undangan ;
5. Penyelenggaraan tata usaha UPT Pengelolaan Air limbah domestik,
6. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah Kepala Dinas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

3.2.KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA UPT


3.2.1.Tugas Kepala Subbagian Tata Usaha UPT
Perencanaan program/kegiatan ketatausahaan UPT,
1. Pelaksanaan pelayanan administrasi umum kepada lingkup UPT maupun
dengan instansi terkait,
2. Koordinasi pelaksanaan dan pengelolaan, perlengkapan, kepegawaian, surat
menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan UPT,
3. Pelaksanaan teknis ketatausahaan dan teknis operasional serta teknis
penunjang dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplikasi antar unsur lingkup UPT,
4. Pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
secara berjenjang, serta melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
UPT sesuai tugas dan fungsinya,
5. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan ketatausahaan,
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas atau Kepala
UPT sesuai dengan tugas dan fungsinya,
7. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

3.2.2. Fungsi Kepala Subbagian Tata Usaha UPT


1. Pelaksana urusan kerumah tanggaan,surat menyurat, administrasi
kepegawaian, perlengkapan dan keuangan,
2. Pelaksana pelayanan dan administrasi pelanggan.

3.3. UNSUR PELAKSANA


3.3.1.Supir Truk Tinja
1. Mengemudi mobil tinja
2. Mengoperasikan mesin penyedot lumpur tinja (melakukan penyedotan)
3. Membuang lumpur tinja di IPLT
4. Melaksanakan pemeliharaan mobil tinja
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau Kepala Sub
Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
6. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

3.3.2.Bendahara Retribusi
1. Menerima dan mencatat uang retribusi
2. Membuat rekapitulasi/pelaporan uang retribusi
3. Melaksanakan penyetoran uang retribusi ke rekening kas daerah
4. Mengelola tanda bukti penerimaan retribusi (karcis/BB)
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau Kepala Sub
Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
6. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

3.3.3.Tenaga Pengontrol Perpipaan


 Melaksanakan, memantau dan mengendalikan operasional IPLT
 Memantau dan mengawasi tinggi permukaan air IPLT
 Memantau, mengawasi dan melasanakan pemeliharaan sarana prasarana
IPLT
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau Kepala Sub
Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
 Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
3.3.4.Pelaksana Pengadministrasian Umum
1. Melakukan pendataan jumlah pelanggan yang telah menyambung pada
SPAL-T dan kondisi sambungan pelayanan SPAL-T secara berkala,
2. Membuat peta daerah pelayanan dalam zona-zona pelayanan sesuai
dengan batas wilayah kependudukan,
3. Menyusun sistem penomoran pelanggan terhadap rumah penduduk yang
sudah menjadi pelanggan LLTT berdasarkan zona pelayanan,
4. Melaksanakan pelayanan pengaduan pelanggan,
5. Melaksanakan pelayanan calon pelanggan baru,
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau Kepala
Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
7. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

3.3.5.Tenaga Operator Bak IPLT


1. Melaksanakan, memantau dan mengendalikan operasional IPLT,
2. Memantau dan mengawasi pelaksanaan bongkar muatan truk sedot
tinja,
3. Memantau, mengawasi dan melaksanakan pemeliharaan sarana
prasarana IPLT,
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

3.3.6. Tenaga Kemanan IPLT


1. Melaksanakan pengamanan sarana IPLT,
2. Memantau dan mengawasi tamu IPLT,
3. Melaksanakan upaya pencegahan tindakan pencurian ataupun
perusakan sarana prasarana IPLT,
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.
3.3.7.Tenaga Kebersihan IPLT
1. Melaksanakan kebersihan kantor IPLT,
2. Melaksanakan kebersihan areal IPLT,
3. Membantu pemeliharaan sarana prasarana IPLT,
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau
Kepala Sub Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5. Membuat laporan kegiatan dan pelaksanaan tugas.

STRUKTUR ORGANISASI
UPT PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

KEPALA UPT

Kepala sub bagian


Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun Tenaga Aparatur Sipil Negara UPT Pengelolaan Air


Limbah Domestik adalah :
Tabel 3.1 Tenaga Aparatur Sipil Negara UPT Pengelolaan Air
Limbah Domestik

No Nama Pendidikan Jabatan


S.1 Tehnik Kepala UPT
S.1 Tehnik Kasubag UPT
SMK Tehnik Operator Bak IPLT
SMK Ekonomi Bendahara
Retribusi

You might also like