Professional Documents
Culture Documents
Analisis
Rangkaian Listrik
Jilid 2
Darpublic
Hak cipta pada penulis, 2010
SUDIRHAM, SUDARYATNO
Analisis Rangkaian Listrik (2)
Darpublic, Bandung
are-0710
edisi Juli 2011
http://ee-cafe.org
Alamat pos: Kanayakan D-30, Bandung, 40135.
Fax: (62) (22) 2534117
8.1. Sinyal
Di awal buku ini kita telah mempelajari bentuk gelombang sinyal yang
merupakan suatu persamaan yang menyatakan sinyal sebagai fungsi dari
waktu. Dalam analisis rangkaian listrik, sinyal-sinyal yang kita tangani
biasanya berupa tegangan ataupun arus listrik. Pengertian ini dapat kita
perluas menjadi suatu pengertian yang tidak hanya mencakup sinyal
listrik saja tetapi juga mencakup sinyal-sinyal non-listrik yang juga
merupakan fungsi waktu. Dengan perluasan pengertian ini maka kita
mempunyai definisi untuk sinyal sebagai,
Sinyal adalah suatu fungsi yang menyatakan variasi terhadap
waktu dari suatu peubah fisik.
Fungsi yang kita tetapkan untuk menyatakan suatu sinyal kita sebut
representasi dari sinyal atau model sinyal dan proses penentuan
representasi sinyal itu kita sebut pemodelan sinyal. Suatu sinyal yang
tergantung dari peubah riil t dan yang memodelkan peubah fisik yang
berevolusi dalam waktu nyata disebut sinyal waktu kontinyu. Sinyal
waktu kontinyu ditulis sebagai suatu fungsi dengan peubah riil t seperti
misalnya x(t). Sebagaimana telah disebutkan di awal buku ini, sinyal jenis
inilah yang sedang kita pelajari.
Untuk memberi contoh dari sinyal non-listrik, kita bayangkan suatu
benda yang mendapat gaya. Benda ini akan bergerak sesuai dengan arah
gaya., posisinya akan berubah dari waktu ke waktu. Dengan mengambil
suatu kooordinat referensi, perubahan posisi benda akan merupakan
fungsi waktu dan akan menjadi salah satu peubah fisik dari benda
tersebut dan merupakan suatu sinyal. Selain perubahan posisi, benda juga
3
mempunyai kecepatan yang juga merupakan fungsi dari waktu;
kecepatan juga merupakan suatu sinyal.
Jika posisi benda dalam contoh di atas merupakan suatu sinyal, apakah ia
dapat dijadikan suatu masukan (input) pada sebuah “rangkaian” ?
Bayangkanlah benda yang bergerak itu adalah sebuah pesawat terbang.
Kita ingin mengamatinya dengan menggunakan sebuah teropong, dan
untuk itu teropong kita arahkan pada pesawat. Setiap saat pesawat
berubah posisi, kedudukan teropong kita sesuaikan sedemikian rupa
sehingga bayangan pesawat selalu terlihat oleh kita melalui teropong.
Kita katakan bahwa posisi pesawat merupakan masukan pada kita untuk
mengubah arah teropong; dalam hal ini kita dan teropong menjadi
sebuah “rangkaian”. Apakah dari “rangkaian” ini ada suatu keluaran
(output)? Keluaran dari “rangkaian” ini adalah berupa perubahan arah
teropong. Jelaslah bahwa ada hubungan tertentu antara arah teropong
sebagai keluaran dengan posisi pesawat sebagai masukan, dan hubungan
keluaran-masukan demikian ini sudah biasa kita lihat pada rangkaian
listrik. Kalau kita yang meneropong pesawat tersebut digantikan oleh
sebuah mesin penggerak otomatis dan teropong diganti dengan sebuah
meriam, maka jadilah sebuah “rangkaian” mesin penembak pesawat.
Mesin penembak ini dapat kita sebut sebagai suatu perangkat yang
mampu menetapkan arah meriam jika mendapatkan masukan mengenai
posisi pesawat (istilah “perangkat” di sini kita beri pengertian sebagai
gabungan dari banyak piranti untuk menjalankan fungsi tertentu).
Dengan kata lain antara sinyal keluaran dengan sinyal masukan terdapat
hubungan yang sepenuhnya ditentukan oleh perilaku perangkat; hal ini
berarti bahwa perangkat “memiliki aturan” yang menetapkan bagaimana
bentuk keluaran untuk sesuatu masukan yang ia terima.
8.2. Sistem
Dengan contoh di atas, kita sampai pada pengertian mengenai sistem
yaitu :
sistem merupakan aturan yang menetapkan sinyal keluaran
dari adanya sinyal masukan.
atau
sistem membangkitkan sinyal keluaran tertentu dari adanya
sinyal masukan tertentu.
Jika kita ingat mengenai pengertian elemen sebagai model piranti dalam
rangkaian listrik, maka sistem dapat dipandang sebagai model dari
sinyal sinyal
H y(t) keluaran
masukan x(t)
Gb.8.1. Diagram suatu sistem.
5
diturunkan haruslah cukup sederhana untuk keperluan analisis dan
simulasi.
Cara kedua digunakan untuk sistem yang sangat kompleks dan sangat
sulit untuk dianalisis langsung, dan perilaku dinamiknya tidak difahami
secara baik. Untuk melakukan observasi empiris diperlukan sinyal
masukan yang harus dipilih secara cermat, dan sinyal keluarannya
diamati. Model sistem diperoleh dengan melakukan perhitungan balik
dari kedua sinyal tersebut. Pembangunan model sistem melalui cara
observasi sinyal masukan dan keluaran ini disebut identifikasi sistem.
Kita telah melihat bahwa ada empat macam cara untuk menyatakan
hubungan antara sinyal keluaran dan sinyal masukan, yaitu persamaan
diferensial, transformasi Laplace, konvolusi, dan transformasi Fourier.
Sejalan dengan itu, kita mengenal empat macam representasi sistem atau
model sistem sebagai berikut.
1. Persamaan Diferensial. Bentuk ini kita kenal misalnya sistem orde
kedua
d 2 y (t ) dy (t )
+a + by (t ) = f (t )
2 dt
dt
Bentuk umum dari model ini dinyatakan dalam persamaan diferensial
:
y ( n) (t ) + an −1 y ( n −1) (t ) L + a1 y& (t ) + a0 y (t ) =
bm x( m) (t ) + bm −1x ( m−1) (t ) + L + b0 x(t )
7
operasi matematis. Hal ini berbeda dengan Gb.8.1. yang hanya
merupakan diagram untuk memperjelas definisi tentang sistem.
Suatu sistem yang kompleks tersusun dari sistem-sistem yang lebih
sederhana. Diagram blok dapat kita gunakan untuk menyatakan
hubungan dari sistem-sistem yang lebih sederhana tersebut untuk
membentuk sistem yang kompleks. Diagram blok akan mempelihatkan
struktur dari sistem yang kompleks yaitu interkoneksi dari komponen-
komponen sistem. Lebih dari itu, diagram blok juga dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk melakukan perhitungan-perhitungan; fungsi alih
sistem diturunkan dari diagram blok yang tersusun dari banyak
komponen tersebut.
X(s) H1(s)
+
Y(s)
+
H2(s)
X(s) H1(s)+H2(s) Y(s)
X1(s)
R(s) H1(s) Y(s)
+ −
H2(s)
Y2(s) X2(s)
H1 ( s )
R(s) 1 + H1 ( s) H 2 ( s ) Y(s)
9
Dari diagram blok pada Gb.8.6. diperoleh persamaan berikut.
Y ( s ) = H 1 ( s ) X 1 ( s ) = H 1 ( s )[R( s ) − Y 2 ( s )]
= H 1 ( s ) R( s ) − H 1 ( s )Y 2 ( s )
= H 1 ( s ) R( s ) − H 1 ( s )[H 2 ( s )Y ( s )]
Dengan hubungan umpan balik seperti pada Gb.8.6. fungsi alih sistem
keseluruhan menjadi
H 1 ( s)
1 + H 1 (s ) H 2 (s)
Fungsi alih H1(s) adalah fungsi alih dari suatu sistem yang disebut sistem
H 1 ( s)
loop terbuka sedangkan adalah fungsi alih dari sistem
1 + H 1 (s ) H 2 (s)
yang disebut sistem loop tertutup. Jika pada titik penjumlahan terdapat
tanda negatif pada jalur umpan balik maka sistem ini disebut sistem
dengan umpan balik negatif. Jika fungsi alih H2(s) = − 1 maka sistem
menjadi sistem dengan umpan balik negatif satu satuan.
Sub-Sistem. Jika kita memisahkan salah satu bagian dari diagram blok
suatu sistem yang tersusun dari banyak bagian dan bagian yang kita
pisahkan ini merupakan suatu sistem juga maka bagian ini kita sebut sub-
sistem. H2(s) dalam contoh hubungan paralel di atas merupakan salah
satu sub-sistem.
8.5. Pembentukan Diagram Blok
Berikut ini kita akan melihat contoh penggambaran diagram blok dan
penyederhanaan diagram blok. Sebagaimana telah disebutkan, walaupun
kita telah mengembangkan pengertian sistem akan tetapi dalam contoh-
contoh yang akan kita lihat di sini kita membatasi diri pada sistem listrik.
8.5.1. Diagram Blok Elemen Rangkaian
Definisi sistem menyatakan bahwa dari sinyal masukan tertentu suatu
sistem akan memberikan sinyal keluaran tertentu. Definisi ini dipenuhi
oleh elemen-elemen rangkaian seperti R, L, dan C, karena elemen-elemen
I(s) 1
I(s) V(s)
+ sC
1
sC V(s)
− V(s) sC I(s)
11
Di kawasan t hubungan tersebut adalah v(t ) = (1 / C ) ∫ idt . Oleh karena
1
itu blok disebut sebagai blok integrator.
s
Induktor. Gb.8.9. memperlihatkan diagram blok dari induktor.
Hubungan tegangan-arus induktor adalah V ( s ) = ( sL) I ( s ) atau
I ( s ) = (1 / sL)V ( s ) . Kedua relasi memberikan diagram blok seperti
ditunjukkan pada gambar.
Penyelesaian :
V (s)
a). V ( s) = R2 I 2 ( s) = R2 [I ( s) − I1 ( s)] = R2 I ( s) −
R1
Diagram blok rangkaian ini adalah:
1
R1
I(s) + − R2 V(s)
V (s)
b). V ( s) = sLI 2 ( s) = sL[I ( s) − I1 ( s)] = sL I ( s) −
R1
Diagram blok rangkaian ini adalah:
1
R1
I(s) + − sL V(s)
1 1
c). V ( s) = I 2 ( s) = [I (s) − I1 ( s)] = 1 I ( s) − V (s)
sC sC sC R1
I(s) + − 1
V(s)
sC
13
CO*TOH-8.2: Gambarkan diagram blok rangkaian-rangkaian berikut.
I2(s) I2(s)
I(s) I(s)
I1(s) I1(s)
+ +
sL V(s) 1 R1 V(s)
R1
− sC −
(a) (b)
Penyelesaian :
V ( s)
a). V ( s) = R1 I 2 ( s) = R1 [I ( s) − I1 ( s)] = R1 I ( s) −
sL
Diagram blok:
1
sL
I(s) + − R1 V(s)
b). V ( s) = R1 I 2 ( s) = R1 [I ( s) − I1 ( s)] = R1 [I ( s) − sC V ( s )]
Diagram blok:
sC
I(s) + − R1 V(s)
Tegangan V(s) pada contoh 8.1.b. dan 8.1.c. haruslah identik dengan
tegangan pada contoh 8.2. karena tegangan ini adalah tegangan pada
hubungan paralel dari dua elemen. Walaupun demikian kita mendapatkan
diagram blok yang berbeda pada kedua contoh tersebut. Kita akan
menguji apakah kedua diagram blok tersebut identik dengan mencari
fungsi alih masing-masing. Untuk itu kita akan memanfaatkan formulasi
hubungan blok paralel.
Untuk rangkaian R-L paralel di kedua contoh tersebut di atas kita peroleh
:
I(s) + −
sL V(s)
sL sLR1 V (s)
H1 ( s ) = = =
1 1 + ( sL)(1 / R1) R1 + sL I ( s )
sL
I(s) + − R1 V(s)
R1 sLR1 V (s)
H 2 (s) = = =
1 + ( R1 )(1 / sL) sL + R1 I ( s)
1
R1
I(s) + − 1
V(s)
sC
1 / sC R1 / sC V (s)
H 3 ( s) = = =
1 + (1 / sC )(1 / R1) R1 + (1 / sC ) I ( s )
sC
I(s) + − R1 V(s)
R1 R1 / sC V (s)
H 4 (s) = = =
1 + ( R1)( sC ) (1 / sC ) + R1 I ( s)
Fungsi alih dari kedua hubungan paralel terserbut ternyata sama yang
tidak lain adalah impedansi total rangkaian R-L dan R-C paralel. Jadi
diagram blok yang diperoleh pada kedua contoh di atas adalah identik.
15
CO*TOH-8.3: Bangunlah diagram blok dari rangkaian listrik yang telah
ditransformasikan ke kawasan s di bawah ini.
I1(s) I3(s)
I5(s)
V1(s)
+ R sL +
Vi (s)
1
1 I2(s) 1 I4(s) Vo(s)
R2
− sC1 sC2 −
Penyelesaian :
Dalam membangun diagram blok rangkaian ini, kita akan
menempuh langkah-langkah yang kita mulai dari tegangan keluaran
dan mencari formulasinya secara berurut menuju ke arah masukan.
Tegangan Vo(s) dapat dinyatakan sebagai R 2 I 5 ( s ) ataupun
(1/sC2) I4(s). Kita ambil yang kedua.
1
1. Vo (s) = I 4 ( s)
sC 2
1
I4(s) Vo(s)
sC2
1
2. I 4 ( s ) = I3 ( s ) − I 5 ( s ) = I3 − Vo ( s )
R2
1
R2
− 1
+ Vo(s)
I3(s)
sC
I4(s) 2
1
3. I 3 ( s) = [V1 ( s) − Vo (s)]
sL
1
R2
1 − 1
− 1
+ + Vo(s)
I1(s) sC1 sC2
sL
− V1(s) I3(s) I4(s)
1
5. I1 ( s ) = [Vi ( s) − V1 (s)]
R1
1
R2
+ − 1 + 1 − 1 + − 1
Vo
Vi(s)
R1 I1(s) − sC1 V1(s) sL I (s) I4(s) sC2
3
Pada langkah ke-5 ini terbentuklah diagram blok yang kita cari.
Walaupun diagram ini terlihat cukup rumit, tetapi sesungguhnya setiap
blok menggambarkan peran dari setiap elemen. Perhatikan pula bahwa
dalam diagram blok ini digunakan blok-blok integrator.
17
Selain ekivalensi seri dan paralel, dalam melakukan reduksi diagram
blok kita memanfaatkan juga kaidah-kaidah pemindahan titik
pencabangan sebagai berikut.
Keluaran Y2(s) tidak akan berubah jika pemindahan titik
pencabangannya ke depan melampaui blok H(s) diikuti dengan
penambahan satu blok seri yang ekivalen dengan blok H(s).
Keluaran Y3(s) tidak akan berubah jika pemindahan titik
pencabangannya ke belakang melampauai blok H(s) diikuti
dengan penambahan satu blok seri 1/H(s).
Perhatikanlah Gb.8.10. Gambar b) diperoleh dengan jalan memindahkan
titik pencabangan di gambar a). Pencabangan keluaran Y2(s) di pindah ke
depan melewati blok H(s) dan pencabangan keluaran Y3(s) ke belakang
melewati blok H(s).
Y2(s)
a). Y3(s)
H(s) Y2(s)
− 1 − 1 − 1
Vi(s) + + + Vo(s)
2 s s
s
−
Penyelesaian :
− 1 − 1 A 1
+ + Vo(s
Vi(s 2 s
s s +1
−
− 1 − 1
+ +
2 s s ( s + 1)
Vi(s) − Vo(s)
s+1
1
3. Umpan balik langsung dari Vo(s) pada blok sama
s ( s + 1)
dengan memparalel blok ini dengan blok 1 walaupun tidak
tergambarkan dalam diagram. Hubungan paralel ini dapat
diganti
1 / s( s + 1) 1
dengan H 2 ( s) = = .
1 + (1){1 / s( s + 1)} s( s + 1) + 1
19
+ − 1 1
+
2 s s ( s + 1) + 1
Vi(s) − B Vo(s)
s+1
s ( s + 1) + 1
+ − 1
+ Vo(s)
Vi(s) 2 s 2 ( s + 1) + s
−
s+1
1
5. Selanjutnya s + 1 paralel dengan 2
s ( s + 1) + s
1 ( s 2 ( s + 1) + s) 1
H 3 (s) = = =
2 2
1 + ( s + 1) ( s ( s + 1) + s) ( s (s + 1) + s) + ( s + 1)
1
3 2
s + s + 2s + 1
2 /( s 3 + s 2 + 2s + 1) 2
H 4 (s) = =
2 3 2 3 2
1 + 2( s + s + 1) /( s + s + 2s + 1) s + 3s + 4s + 3
dan diagram blok menjadi
2
Vi(s) 3 2 Vo(s)
s + 3s + 4 s + 3
21
( s − z1 )( s − z 2 ) L ( s − z m )
H (s) = K
( s − p1 )(s − p 2 ) L ( s − p n )
k1 k2 kn
= + +L+
( s − p1 ) ( s − p 2 ) (s − p n )
Hal ini telah kita lihat pada waktu kita membahas transformasi Laplace.
a
Selanjutnya, setiap suku dari fungsi alih H(s) yang berbentuk
s+b
a b(1 / s)
dapat ditulis sebagai yang diagram bloknya merupakan
b 1 + b(1 / s)
a 1
hubungan seri antara blok statis dengan blok berumpan balik
b s
yang jalur umpan-balik-nya berisi blok statis b . Dengan demikian
maka diagram blok dari H(s) dapat dibuat hanya terdiri dari blok statis
dan blok integrator saja.
+ + 1µF
vin 10Ω
1H vo vin + +
10Ω − 1kΩ 1kΩvo
− − b). 1µF
a). −
+
iin 1kΩ
0.1H 1µF vo
1kΩ −
f).
+
iin 5mH 1kΩ vo
2µF −
g).
2. Lakukan reduksi diagram blok dan carilah fungsi alih dari diagram
blok berikut.
+ 1 +
X (s) 10 Y(s)
− s +
k
a).
1 1
X(s) + Y(s)
s s
ω2
b).
23
X(s)
1 +
Y(s)
s +1 −
c). s+2
1 1
X(s) + + +
Y(s)
− − s s +
3
4
1
c). s
1
X(s) + + +
Y(s)
− − s +
3
+ 1
− s
4
d).
X(s)+ 1 + 1 1 +
− s − s s + Y(s)
4
+ 1
− s
5
e).
25
Berbeda dengan blok integrator, blok statis X(s)→ a →Y(s)
memberikan hubungan Y ( s) = aX ( s) yang di kawasan t
memberikan hubungan
y (t ) = ax(t )
b
a
− 1 − 1
+
X(s) c s s Y(s)
+
d
Penyelesaian :
Dalam diagram blok ini terdapat dua blok integrator. Jika sinyal
masukan setiap blok integrator adalah q&i (t ) dan sinyal
keluarannya adalah qi(t) maka diagram blok di atas dapat kita
gambarkan seperti di bawah ini, di mana masukan dua blok
integrator adalah
q&1 (t ) dan q& 2 (t )
sedangkan keluarannya adalah
q1(t) dan q2(t).
b
a
x(t ) − 1 − 1
+ +
c s s
q&1(t ) q1(t ) q&2 (t ) q2 (t ) + y (t )
+
d
y (t ) = q2 (t ) + dx(t )
q&1 (t ) 0 − b q1 (t ) 1
& = + x(t ) (9.2)
q 2 (t ) 1 − a q 2 (t ) 0
27
r q& (t ) r q (t )
Dengan mendefinisikan vektor q& = 1 dan q = 1 maka
q&
2 (t ) q 2 (t )
(9.2) dapat kita tuliskan
[ ]
r 0 − b r
q& (t ) =
1 − a
1
[q (t )] + x(t ) (9.3)
0
Kelompok kedua dari (9.1) adalah y (t ) = q2 (t ) + dx(t ) dan dengan
definisi untuk vektor q(t) maka ia dapat kita tuliskan dalam bentuk
matriks
r
y (t ) = [0 1][q (t )] + [d ]x(t ) (9.4)
Dengan demikian maka set persamaan (9.1) dapat kita tuliskan
sebagai
[ ]
r
q& (t ) =
0 − b r
[q (t )] + x(t )
1
1 − a 0 (9.5)
r
y (t ) = [0 1][q (t )] + [d ]x(t )
Secara umum bentuk persamaan (9.5) dapat kita tulis sebagai
r
[ ] r
q& (t ) = [A][q (t )] + [B ]x(t )
r (9.6)
y (t ) = [C ][q (t )] + [D]x(t )
Set persamaan (9.6) ini disebut representasi ruang status dari sistem.
Sebutan lain dari representasi ini adalah model ruang status atau juga
persamaan peubah status atau persamaan ruang status.
q&1 = a1 x(t ) − ω2 q3
q& 2 = a2 x(t ) − bq2
q& 3 = q1
y(t ) = c3 q3 + c2 q2 + dx(t )
Persamaan ini kita tuliskan dalam bentuk matriks, menjadi
q&1 (t ) 0 0 − ω q1 (t ) a1
2
r
q& (t ) = q& 2 (t ) = 0 − b 0 q 2 (t ) + a 2 x(t )
q& 3 (t ) 1 0 0 q3 (t ) 0
q1 (t )
y (t ) = [0 c 2 c3 ] q 2 (t ) + [d ]x(t )
q3 (t )
0 1 0 q1 (t ) 0
q& (t ) = 0 1 q 2 (t ) + 0 x(t)
r
0
− a1 − a2 − a3 q3 (t ) 1
r
y (t ) = [b1 b2 b3 ] q (t )
Penyelesaian :
29
Langkah pertama adalah melakukan pengembangan dari
persamaan yang diketahui sehingga diperoleh set persamaan
berikut.
q&1 (t ) = q 2 (t )
q& 2 (t ) = q3 (t )
q& 3 (t ) = −a1q1 (t ) − a 2 q 2 (t ) − a3 q3 (t ) + x(t )
y (t ) = b1q1 (t ) + b2 q 2 (t ) + b3 q3 (t )
b3
b2
+
+ q&3 1 q3 q&2 1 q2 q&1 1 q1 +
s s
b1
x(t ) − s + y (t )
− −
a3
a2
a1
31
Soal-Soal
1. Carilah persamaan ruang status dari sistem-sistem dengan diagram
blok di bawah ini.
+ 1 +
X (s) 10 Y(s)
− s +
k
a).
1 1
X(s) + Y(s)
s s
ω2
b).
X(s)
1 +
Y(s)
s +1 −
s+2
c).
1 1
X(s) + + +
Y(s)
− − s s +
3
4
1
d). s
X(s) + 1 + 1 1 +
− s − s s + Y(s)
4
+ 1
− s
5
f).
2 1 0
3
q ( t ) = 7 3 5 q ( t ) + x ( t )
r& r
a). 5
0 6 4
r
y (t ) = [9 0 0] q (t ) + 10 x (t )
0 0 2 0
q (t ) = 4 0 − 1 q (t ) + 1 x (t )
r& r
b).
2 0 0 0
r
y (t ) = [5 0 0] q (t ) + 5 x (t )
33
r − σ ω r 1
q& (t ) = q (t ) + x ( t )
c). − ω − σ 1
r
y (t ) = [1 1] q (t )
r 0 1 r 0
q& (t ) = 2 q (t ) + x (t )
d). − ω − 2ζω 1
r
y (t ) = [1 0] q (t )
r 0 1 r 0
q& (t ) = 2 q (t ) + x (t )
e). − ω − 2ζω 1
r
y (t ) = [0 1] q (t )
35
Daftar *otasi
v atau v(t) : tegangan sebagai fungsi waktu.
V : tegangan dengan nilai tertentu, tegangan searah.
Vrr : tegangan, nilai rata-rata.
Vrms : tegangan, nilai efektif.
Vmaks : tegangan, nilai maksimum, nilai puncak.
V : fasor tegangan dalam analisis di kawasan fasor.
V : nilai mutlak fasor tegangan.
V(s) : tegangan fungsi s dalam analisis di kawasan s.
i atau i(t) : arus sebagai fungsi waktu.
I : arus dengan nilai tertentu, arus searah.
Irr : arus, nilai rata-rata.
Irms : arus, nilai efektif.
Imaks : arus, nilai maksimum, nilai puncak.
I : fasor arus dalam analisis di kawasan fasor.
I : nilai mutlak fasor arus.
I(s) : arus fungsi s dalam analisis di kawasan s.
p atau p(t) : daya sebagai fungsi waktu.
prr : daya, nilai rata-rata.
S : daya kompleks.
|S| : daya kompleks, nilai mutlak.
P : daya nyata.
Q : daya reaktif.
q atau q(t) : muatan, fungsi waktu.
w : energi.
R : resistor; resistansi.
L : induktor; induktansi.
C : kapasitor; kapasitansi.
Z : impedansi.
Y : admitansi.
TV (s) : fungsi alih tegangan.
TI (s) : fungsi alih arus.
TY (s) : admitansi alih.
TZ (s) : impedansi alih.
µ : gain tegangan.
β : gain arus.
r : resistansi alih, transresistance.
g : konduktansi; konduktansi alih, transconductance.