You are on page 1of 4

Infeksi Odontoma Kompleks — Laporan Kasus

Harshkant P. Gharote, Amit R Parate

Abstrak

Pendahuluan: Odontoma adalah tumor jinak, tanpa rasa sakit yang tumbuh lambat dengan jenis
compound dan kompleks. Odontoma diklasifikasikan dalam odontoma kompleks dan compound.
Odontoma kompleks ialah tumor dari campuran berbagai jaringan asal. Odontoma ini umumnya
terdeteksi dan terdiagnosa saat pemeriksaan radiografi rutin atau kemungkinan diduga pada saat
gigi yang bersangkutan mengalami kegagalan erupsi. Penanganannya ialah dengan pembedahan
eksisi dengan prognosis yang baik.
Laporan kasus: seorang gadis berusia 13 tahun dilaporkan menderita pembengkakan yang terasa
nyeri di bagian kanan tubuh mandibula. Bersamaan dengan pembengkakan ekstraoral yang keras
dan lunak, keluar nanah dengan 46 dan 47 terbukti pada saat pemeriksaan intraoral. Radiografi
menunjukkan adanya penyimpangan massa terkalsifikasi yang dikelilingi oleh halo radiolusen dan
dipindah 47. Penemuan ini memastikan diagnosa infeksi odontoma kompleks.
Simpulan: odontoma secara umum bersifat tidak berbahaya, namun dapat menjadi ancaman
apabila ada perpindahan gigi yang berdekatan dan infeksi sekunder. Kedua implikasi ini dapat
dilihat dalam kasus ini. Hal ini mendorong para dokter unruk mempertimbangkan entitas ini
kapanpun menemukan presentasi klinis sedemikian rupa.

Kata kunci: odontoma, odontoma kompleks, radiodiagnosis, prognosis.

PENDAHULUAN

Istilah “odontoma” pertama kali dikenalkan oleh Paul Broca pada tahun 1867 untuk menamai
tumor odontogenic yang terbentuk melalui kelebihan pertumbuhan jaringan gigi transitoris atau
sempurna. Istilah ini merujuk pada tumor odontogenic dari gabungan antara jaringan asli dengan
sel epitel dan mesenkimal yang menunjukkan diferensiasi sempurna menjadi ameloblas dan
odontoblas membentuk email dan dentin tak normal dikarenakan kegagalan sel-sel ini untuk
mencapai tahap normal diferensiasi morfo.
Hubungan struktural antar jaringan komponen bisa jadi bermacam-macam mulai dari massa
jaringan keras gigi asing yang disebut sebagai odontoma kompleks hingga yang menyerupai gigi
yang terbentuk dengan baik yang disebut odontoma compound. Odontoma tidak memiliki
predileksi jenis kelamin, dan secara umum didiagnosa pada dekade kedua hidup seseorang.
Odontoma secara khas terletak di daerah anterior maksilari. Odontoma compound lebih lazim
terjadi daripada odontoma kompleks, dan tidak menunjukkan adanya predileksi dalam hal jenis
kelamin pasien, usia atau lokasi.
Secara radiologi odontoma termanifestasi sebagai lesi radiopak padat yang dikelilingi halo
radiolusen tipis. Odontoma compound adalah massa ireguler dengan variasi pada kontur dan
ukuran, terbentuk dari bermacam radiopasitas yang berhubungan dengan dentikel. Dalam varian
odontoma kompleks, radiopasitas tidak spesifik dan tidak teratur, massa tunggal atau
sekumpulan massa dapat diamati. Dalam variasi keduanya, terdapat halo radiolusen dari jaringan
kapsul jaringan ikat yang bersangkutan. Operasi pengangkatan odontoma direkomendasi dengan
tidak adanya komplikasi/kontraindikasi. Apabila pembedahan ditangguhkan, tindak lanjut klinis
dan radiografis disarankan.
Tujuan makalah ini ialah mengilustrasikan sebuah kasus odontoma kompleks dengan infeksi pada
daerah peosterior mandibular penyebab pasti infeksi yang tidak akan ditemukan secara klinis
pada pasien sehat. Selain itu, pemeriksaan radiografis mengungkapkan bahwa massa radiopak
yang tidak erupsi diduga odontoma karena jarang terjadi erupsi di rongga mulut.

LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan usia 13 tahun mengeluhkan rasa nyeri dan pembengkakan di bagian
mandibula kanan semenjak satu setengah bulan yang lalu, dimana ia dirawat oleh dokter namun
tak kunjung sembuh.
Pemeriksaan ekstraoral mengungkapkan adanya sebuah difusi, pembengkakan keras dan lunak
sisi kanan bagian tubuh mandibula meluas ke arah submandibular kanan dengan adanya
inflamasi kulit diatasnya. Suhu temperatur lokal meningkat; kelenjar getah bening submandibular
ipsilateral dapat terasa dan lembut (gambar 1). Secara intraolar pembengkakan berhubungan
dengan daerah 46, 47 dengan inflamasi mukosa di atasnya. Nanah dapat dilihat melalui sebuah
punctum di gingiva buccal (gambar 2). Molar kedua hilang dan daerah 46 terasa lunak saat
diketuk. Ortopantomograf menunjukkan sebuah massa radiopak padat dikelilingi pita radiolusen
pada daerah molar ketiga, dengan pergeseran molar kedua menuju perbatasan mandibula
inferior (gambar 3).
Dari temuan klinis dan radiografis, dibuat diagnosis sementara infeksi sekunder odontoma
kompleks. Pasien diberi resep analgesic (Ibuprofen, 200 mg, t.i.d) dan antibiotic (Amoxicillin, 250
mg, t.i.d) untuk lima hari yang pada dasarnya mengontrol rasa nyeri dan infeksi. Pembedahan
konservatif dilakukan dengan anastesi lokal dan pengangkatan odontoma, menegaskan diagnosa
klinis-radiografis. Molar kedua bertahan untuk erupsi. Penyembuhan berjalan lancar (gambar 4
dan 5).

DISKUSI
Odontoma adalah tumor jinak yang tumbuh lambat muncul dari elemen-elemen pembentuk gigi,
baik mesenkimal maupun campuran antara elemen epitel dan mesenkimal. Tumor ini pertama
kali diklasfikasikan oleh Gabell et al pada tahun 1914, menurut pertumbuhan asalnya yaitu dari
epitel, komposit dan jaringan ikat (mesodermal). Thoma dan Goldman (1946) mengklasifikasikan
mereka sebagai germinasi, compound, dan odontoma komposit kompleks, dilated odontoma,
dan odontoma kista. Menurut Hitchin, odontoma terjadi akibat mutasi gen yang bersangkutan
atau yang diwarisi oleh gen abnormal tersebut. Tekanan pertumbuhan, trauma dan infeksi dapat
menjadi sumber gangguan mekanisme gen-gen pengontrol pertumbuhan gigi.
WHO mengklasifikasikan odontoma dalam konteks sudut pandang histopatologis sebagai: (a)
odontoma kompleks, dimana jaringan gigi tersusun dengan baik namun menunjukkan susunan
tidak teratur; dan (b) odontoma komposit, dimana jaringan gigi normal, namun ukuran dan
bentuknya berubah—menghasilkan banyak struktur seperti gigi kecil (dentikel). Odontoma
compound lebih sering dijumpai daripada odontoma kompleks. Odontoma compound biasanya
menunjukkan predileksi untuk daerah anterior maksilari, sedangkan odontoma kompleks lebih
banyak ditemui pada daerah posterior mandibular. Hasil temuan yang sama juga disajikan dalam
kasus ini. Odontoma secara umum tidak menimbulkan rasa sakit, gejala neuralgic muncul hanya
pada saat saraf mengalami kompresi yang mana sangat jarang terjadi. Jika terjadi odontoma
infeksi sekunder, terjadi gejala perikorontis, yang terkadang menimbulkan osteomyelitis. Sifat
odontogenic odontoma mengakibatkan odontoma dapat bertransformasi menjadi kista
dentigerous, yang dihasilkan dari degerneasi kista pada organ email setelah perkembangan
parsial atau total mahkota. Dalam analisis dari 351 kasus odontoma, Kraugers menemukan
bahwa rata-rata umur pasien odontoma compound ialah 16,5 tahun, yang mana sangat sedikit
dibandingkan kasus kami. Penemuan klinis tentang dugaan odontoma meliputi retensi gigi
desidui, gigi permanen yang tidak erupsi, rasa nyeri, perluasan tulang kortikal dan pergeseran
gigi. Gejala lain termasuk parastesia di bibir bawah dan pembengkakan di daerah yang
bermasalah. Dalam kasus ini, usia pasien adalah 13 tahun dan bertepatan dengan erupsi molar
kedua sehingga erupsi gingivitis yang sama juga dicurigai.
Odontoma terlihat radiopasitas secara jelas berlokasi di tulang, namun dengan massa jenis lebih
besar daripada tulang dan sama dengan atau lebih besar daripada gigi dan mengandung fokus
variable massa jenis. Sebuah halo radiolusen, dikelilingi oleh batas sklerotik tipis, mengelilingi
radiopasitas. Zona radiolusen ialah kapsul jaringan ikat dari folikel gigi normal. Batas sklerotik
tipis menyerupai tepi kortikel yang terlihat pada gigi. Ada tiga tahap perkembangan yang
berdasarkan fitur radiologis dan tingkat kalsifikasi lesi pada saat diagnosa. Tahap pertama
ditandai dengan radiolusensi akibat dari tidak adanya kalsifikasi jaringan gigi, sedangkan tahap
kedua atau tahap intermediate menunjukkan kalsifikasi parsial, dan tahap ketiga yaitu tahap
radiopak utamanya menunjukkan jaringan terkalsifikasi dengan dikelilingi halo radiolusen. Dalam
laporan kami, terdapat massa opak irregular, tidak teratur dengan halo radiolusen
menyugestikan odontoma kompleks yang matang.
Odontoma kompleks ialah tumor yang berasal dari sel-sel odontogenic tak bergejala dan
ditemukan pada pemeriksaan radiografi rutin. Odontoma ini jarang bererupsi di mulut dan
cenderung dikaitkan dengan impaksi gigi. Meski bersifat jinak, erupsinya dapat mengakibatkan
rasa nyeri, inflamasi, infeksi dan ulceration. Diagnosa dini odontoma sangat penting untuk
mencegah masalah kraniofasial dan pertumbuhan gigi. Diagnosa dini yang diiringi dengan
perawatan yang baik di waktu yang tepat akan menghasilkan prognosis yang diinginkan.
Pembedahan eksisi odontoma dan kapsul fibrosa disekelilingnya merupakan perawatan yang
direkomendasi. Tidak adanya kekambuhan menegaskan eksisi sederhana sudah cukup. Kasus ini
ditangani dengan pembedahan dengan pengangkatan odontoma berserta kapsulnya.

SIMPULAN
Infeksi sekunder odontoma kompleks pada molar ketiga yang mengakibatkan pergeseran
mandibular kedua dilaporkan dalam kasus ini. Diagnosa kasus ini ditetapkan berdasarkan
presentasi klinis dan radiografis yang dapat dipastikan paska operasi.

Gambar-1: foto ekstraoral menunjukkan pembengkakan yang terlihat sakit


Gambar-2: foto intraoral menunjukkan hilangnya gigi 47 dengan pembengkakan dan infeksi
Gambar-3: radiografi panoramic memperlihatkan massa radiopak dengan pita radiolusen dan
molar kedua yang bergeser.
Gambar-4: penampakan pembedahan odontoma
Gambar-5: specimen bedah

You might also like