You are on page 1of 10

Anatomi & Fisiologi

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan
dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
a. Otak
Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak besar
terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis.
Permukaan otak bergelombang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah
lekukan yang disebut girus.
1) Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan pusat dari :
 Motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian
menuju ke pusat kontraksi otot
 Sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf
yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.
 Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak
sebagian lain dibagian medulla spinalis.
 Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis
bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama
 Fungsi luhur : pusat berfikir, berbicara, berhitung dan lain-lain.
2) Otak Kecil (Serebelum)
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan koordinasi
gerakan.Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak
disekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara
rangkaian arteri carotis interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut
sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri carotis interna, anterior
dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan
posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah jika
salah satu aliran darah arteri mayor tersumbat.
b. Cairan Serebrospinal
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007
diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis
melalui sistem ventrikular. Cairan Serebrospinal atau Liquor Cerebro Spinalis
(LCS) diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat,
secara organik dan non organik LCS sama dengan plasma tetapi mempunyai
perbedaan konsentrasi. LCS mengandung protein, glukosa dan klorida, serta
immunoglobulin.Secara normal LCS hanya mengandung sel darah putih sedikit
dan tidak mengandung sel darah merah.Cairan LCS didalam tubuh diserap oleh
villiarakhnoid.
c. Medula Spinalis
 Merupakan pusat refleks-refleks yang ada disana
 Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
 Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
 Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama dipelajari contoh melangkah.
d. Saraf Somatik
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saraf
motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf
otak dan saraf spinal.
e. Saraf Spinal
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
 Saraf servikal 8 pasang
 Saraf torakal 12 pasang
 Saraf lumbal 5 pasang
 Saraf sacrum/sacral 5 pasang
 Saraf koksigeal 1 pasang
Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik
masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik keluar dari
medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal.
Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus (anyaman) dan
terbentuklah berbagai saraf (nervus) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan
motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi
masing-masing lurusdiantara tulang kosta (nervus inter kostalis). Umumnya
didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang
menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di
korteks serebri sampai ke perifer terjadi penyeberang (kontra lateral) yaitu yang
berada di kiri menyeberang ke kanan, begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi
kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak
yang sebelah kanan.
f. Saraf Otonom
Sistem saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru,
serta alat pencernaan. Sistem otonom dipengaruhi saraf simpatis dan
parasimpatis.
Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :
- Kesiagaan meningkat
- Denyut jantung meningkat
- Pernafasan meningkat
- Tonus otot-otot meningkat
- Gerakan saluran cerna menurun
- Metabolisme tubuh meningkat
Saraf simpatis ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu
tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olahraga, cemas,
dan lain-lain.
Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :
- Kesiagaan menurun
- Denyut jantung melambat
- Pernafasan tenang
- Tonus otot-otot menurun
- Gerakan saluran cerna meningkat
- Metabolisme tubuh menurun
DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Price, 2008).

Kejang demam kompleks adalah kejang yang bersifat fokal, lamanya lebih dari 10-15
menit atau berulang dalam 24 jam (IDAI, 2004)

Kejang Demam Kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

1. Kejang lama > 15 menit.


2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebihdari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar.Kejang lama terjadi
pada 8% kejangdemam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum
yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
di antara 2 bangkita kejanganak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak
yang mengalami kejang demam (Hartono, 2014).

ETIOLOGI

Kejang demam komplek terjadi akibat lepas muatan paroksimal yangberlebihan dari
suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu.
Kejang itu sendiri dapat juga berupa menjadi manifestasi dari suatu penyakit yang mendasar
membahayakan.

Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat,dan mungkin
terdapat prdisposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa
anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya.

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu :

a. Riwayat kejang dalam keluarga.


b. Usia kurang dari 18 bulan.
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.
d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya demam
dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.

KLASIFIKASI

1. Kejang Parsial (Fokal, Lokal)


a. Kejang Parsial Sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat meliputi satu atau kombinasi dari hal-hal
berikut :
1) Tanda motorik – kedutan pada wajah, tangan, atau suatu bagian tubuh,
biasanya gerakan yang sama terjadi pada setiap kejang, dan dapat
menjadi merata.
2) Tanda dan gejala otomatis – muntah, berkeringat, wajah merah, dilatasi
pupil.
3) Gejala-gejala somatosensori atau sensori khusus – mendengar suara
musaik, merasa jatuh dalam suatu ruang, parestesia.
4) Gejala-gejala fisik – déjă vu (sepertiga siaga), ketakutan, penglihatan
panoramik.
b. Kejang Parsial Kompleks
1) Gangguan kesadaran, walaupun kejang dapat dimulai sebagai suatu
kejang parsial sederhana.
2) Dapat melibatkan gerakan otomatisme atau otomatis – bibir mengecap,
mengunyah, mengorek berulang, atau gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme – tatapan terpaku.
2. Kejang Menyeluruh (Konvulsif atau Nonkonvulsif)
a. Kejang Lena
1) Gangguan kesadaran dan keresponsifan.
2) Dicirikan dengan tatapan terpaku yang biasanya berakhir kurang dari 15
detik.
3) Awitan dan akhir yang mendadak, setelah anak sadar dan mempunyai
perhatian penuh.
4) Biasanya dimulai antara usia 4 dan 14 tahun dan sering hilang pada usia
18 tahun.
b. Kejang Mioklonik
1) Hentakan otot atau kelompok otot yang mendadak dan involunter.
2) Sering terlihat pada orang sehat saat mulai tidur, tetapi bila patologis
melibatkan hentakan leher, bahu, lengan atas, dan tungkai secara sinkron.
3) Biasanya berakhir kurang dari 5 detik dan terjadi berkelompok.
4) Biasanya tidak ada atau hanya terjadi perubahan tingkat kesadaran
singkat.
c. Kejang Tonik-klonik (grand mal)
1) Dimulai dengan kehilangan kesadaran dan bagian tonik, kaku otot
ekstremitas, tubuh, dan wajah secara keseluruhan yang berakhir kurang
dari satu meit, sering didahuluioleh suatu aura.
2) Kemungkinan kehilangan kendali kandung kemih dan usus.
3) Tidak ada respirasi dan sianosis.
4) Bagian tonik yang diikuti dengan gerakan klonik ekstremitas atas dan
bawah.
5) Letargi, konfusi, dan tidur pada fase postictal.
d. Kejang Atonik
1) Kehilangan tonus tiba-tiba yang dapat mengakibatkan turunnya kelopak
mata, kepala terkulai, atau orang tersebut jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
e. Status Epileptikus
1) Biasanya kejang tonik-klonik, menyeluruh yang berulang.
2) Kesadaran antara kejang tidak didapat.
3) Potensial depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia.
4) Memerlukan penanganan medis darurat segera.

PATOFISIOLOGI

Pada anak mudah sekali untuk terinfeksi bakteri, virus dan parasit yang mengakibatkan
reaksi inflamasi dan terjadinya proses demam sehingga menjadi hipotermi maka terjadi
demam. Demam akan menimbulkan proses peradangan maka anak akan mengalami
anoreksi maka akan muncul diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Kejang dengan frekuensi lebih dari 15 menit akan menyebabkan perubahan suplay
darah ke otak sehinnga terjadi hipoksia kemudian permeabilitas kapiler meningkat akan
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
3) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ᵒC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15
%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
MANIFESTASI KLINIS

1. Sebagian besar aktivitas kejang berhenti pada saat anak mendapatkan pertolongan
medis, tetapi anak mungkin dalam keadaan tidak sadar.
2. Orang tua atau pemberi asuhan akan menggambarkan manifestasi kejang tonik-
tonik (yi., tonik−kontraksi otot, ekstensi ekstremitas, kehilangan kontrol defekasi dan
kandung kemih, sianosis, dan kehilangan kesadaran; klonik−kontraksi dan relaksasi
ekstremitas yang teratur (ritmik); fase postiktal dikarakteristikkan dengan
ketidaksadaran persisten).
3. Sering ditemukan adanya riwayat keluarga dengan kejang demam.
4. Suhu tubuh mencapai 39oC.
5. Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai
kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang, gejala kejang bergantung pada jenis
kejang.
6. Kulit pucat dan mungkin menjadi biru.
(Dewanto, 2009)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit,
dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan yang berarti.
 Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi :
 Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas
 Bayi antara 12 bulan – 1 tahun di anjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali pasti bukan meningitis.
 Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
 Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan atau MRI tidak dianjurkan pada anak
tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran
normal, CT-Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk
mencari lesi organik di otak.
PENATALAKSANAAN
Medis
a. Antipiretik : parasetamol 10-15 mg/kg/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10
mg/kg/hari tiap 4-6 jam.
b. Antikejang : diazepam oral 0,3 mg/kg/dosis tiap 8 jam saat demam atau
diazepam rektal 0,5 mg/kg/hari setiap 12 jam saat demam.
c. Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada
kasus kejang demam kompleks dengan faktor risiko. Obat yang digunakan
adalah fenobarbital 3-5 mg/kg/hari atau asam valproat 15-20 mg/kg/hari.
(Dewanto, 2009).

Keperawatan
a. Semua pakaian dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
c. Bebaskan jalan nafas
d. Penghisap lender teratur dan beri O2

KOMPLIKASI
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D
Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuoran secara irreversible.

2. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

3. Kerusakan sel otak


4. Kelumpuhan
5. Penurunan IQ pada pada kejand demam berlangsung lama 15 menit dan
bersifat unilateral.
(Arif Mansyoer,2008)
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta : EGC

Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : salemba Medika
Mendonça de sIqueIra, luIs felIpe. ev Assoc Med Bras 2010.Study conducted at
Departamento de Pediatria, Faculdade de Medicina – Universidade Federal de Minas Gerais
– UFMG, Hospital das Clínicas, Belo Horizonte, MG,Brazil

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2013, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Graha Ilmu,
Yogyakarta

You might also like