You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kehilangan gigi, dapat menimbulkan kondisi patologi yang tidak

dirasakan pasien secara langsung. Seiring berjalannya waktu, kondisi

patologis seperti ini dapat timbul dan menyebabkan perubahan yang

merugikan pada jaringan tulang residual, mukosa oral, sendi

temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan sistem persarafan. Oleh

karena itu, dampak tersebut diatasi dengan dibuat gigi tiruan sebagai

pengganti gigi yang hilang (Seal and Jones, 2003).

Gigi tiruan tersebut harus dapat berfungsi mengembalikan estetik,

mastikasi, dan fonetik sehingga diharapkan dapat memperbaiki rasa percaya

diri, aktivitas sosial pasien, dan kualitas hidup pasien (Haryanto, 1995). Gigi

tiruan diklasifikasikan menjadi dua yaitu gigi tiruan lepasan dan cekat. Gigi

tiruan lepasan meliputi sebagian dan penuh. Gigi tiruan lepasan dapat

dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien, sedangkan gigi tiruan cekat tidak

dapat dilpas sendiri oleh pasien (Ramadhan, 2010).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi

penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut adalah 23,4% dan 1,6%

penduduk telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari jumlah itu yang

menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi adalah hanya

sebesar 29,6%. Dari data tersebut terlihat bahwa masih sedikit penduduk

Indonesia yang memakai gigitiruan untuk mengembalikan fungsi gigi-

geliginya yang hilang.

1
2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan penatalaksanaan

gigitiruan sebagian lepasan pada pasien yang kehilangan sebagian giginya.

3. Manfaat Penulisan

Memberikan tambahan informasi mengenai perawatan pada pasien

yang mengalami kehilangan gigi menggunakan GTSL.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau removable partial denture

adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang

pada rahang atas atau rahang bawah, dapat dilepas dan dipasang oleh pasien.

Tujuan pembuatan GTSL yaitu memperbaiki fungsi mastikasi, estetika, dan

fonasi. Selain itu, memperbaiki oklusi, meningkatkan distribusi beban kunyah

dan mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat (Seal

dan Jones, 2003).

Beberapa akibat kehilangan gigi adalah migrasi dan rotasi gigi yang

masih ada, penurunan efisiensi mastikasi, gangguan pada sendi TMJ,

gangguan bicara, estetik yang buruk, dan terganggunya kebersihan mulut

(Seal dan Jones, 2003).

2. Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan yaitu: (Carr dkk, 2011)

a. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi

b. Gigi yang masih tersisa dalam keadaan baik dan memenuhi syarat

sebagai pegangan (abutment)

c. Tulang alveolarmasih baik

d. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik

Kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan yaitu: (Carr dkk, 2011)

a. Penderita yang tidak kooperatif

3
b. Umur lanjut

c. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

d. Kebersihan mulut buruk

3. Jenis – jenis GTSL

a. Berdasarkan klasifikasi Kennedy

1) Kelas I

Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih

ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End

2) Kelas II

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada,

pada satu sisi rahang / unilateral free end

3) Kelas III

Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada

bagian posterior

4) Kelas IV

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati

garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada

modifikasi

Klasifikasi Kennedy dilakukan modifikasi oleh Applegate,

melihat bahwa pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan

hendaknya didasarkan pada sebanyak mungkin tanda-tanda klinis dan

prinsip biomekanis, karena keadaan-keadaan ini bersangkutan dengan

cara memperoleh dukungan untuk protesa yang akan dibuat. Oleh

4
karena itu, Applegate memodifikasi klasifikasi Keneddy menjadi

Applegate-Kennedy.

b. Berdasarkan klasifikasi Applegate Kennedy

Ketentuan klasifikasi (Applegate, 1960):

1) Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai

dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai

dicabut

2) Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk

dalam klasifikasi

3) Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi

ini dimasukkan klasifikasi

4) M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang

5) Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Kelas utama

dalam klasifikasi

6) Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam

klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan

jumlah daerah atau ruangannya

7) Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang

tidak bergigi

8) Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV

Klasifikasi Applegate Kennedy, yaitu:

1) Kelas I yaitu daerah tanpa gigi terletak pada bagian posterior dari

gigi tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral free end)

5
2) Kelas II yaitu daerah tanpa gigi terletak pada bagian posterior dari

gigi yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang (unilateral

free end)

3) Kelas III yaitu daerah tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih

ada, kedua gigi tetangga tidak mampu memberikan dukungan pada

gigi tiruan

4) Kelas IV yaitu daerah tidak bergigi terletak pada bagian anterior dan

melewati garis median

5) Kelas V yaitu daerah tidak bergigi paradental dimana gigi asli

anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan

6) Kelas VI yaitu daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi

tetangga asli dapat dipakai sebagai penahan

Selain ke enam kelas tersebut, klasifikasi Aplegate Kennedy

mengenal juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila

tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas.... modifikasi A.

Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas ...

modifikasi P. Sedangkan untuk penambahan ruangan yang lebih dari

satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi tambahan angka arab

sesuai jumlahnya. Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan

3P dan seterusnya).

c. Berdasarkan jaringan pendukungnya, yaitu

1) Tooth supported : dukungan berupa gigi asli

2) Mucosa supported : dukungan berupa mukosa

6
3) Tooth and mucosa supported : dukungan kombinasi berupa gigi asli

dan mukosa

d. Berdasarkan tipe sadel

Sadel adalah prosessus alveolaris yang telah kehilangan gigi

1) Sadel ujung bebas (Free end saddle)

2) Sadel tertutup (Bounded saddle)

e. Berdasarkan bahan yang digunakan

1) GTSL resin akrilik

2) GTSL frame atau kerangka logam

3) GTSL resin termoplastis atau valplast

4. Komponen GTSL resin akrilik

a. Retainer.

Retainer pada bagian gigi tiruan sebagian lepasan berfungsi

memberi retensi sehingga menahan protesa tetap pada tempatnya.

Retainer terbagi menjadi dua kelompok yaitu:

1) Retainer langsung (direct retainer)

Bagian gigi tiruan yang berkontak langsung dengan permukaan

gigi penyangga dan dapat berupa cengkram. Bagian-bagian

cengkram yaitu, sandaran (rest), badan cengkram (body), bahu

cengkram (shoulder), ujung lengan (terminal), dan lengan cengkram.

Cengkram kawat dibedakan menjadi dua yaitu

a. Cengkram kawat oklusal

Cengkram tiga jari, cengkram dua jari, cengkram jackson,

cengkram setengah jackson, cengkram S, cengkram panah.

7
b. Cengkram kawat gingival

Cengkram meacock, cengkram panah anker, cengkeram

penahan bola.

2) Retainer tidak langsung (indirect retainer)

Retainer yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang

cenderung melepas protesa kearah oklusal dan bekerja pada basis.

Indirect retainer diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi

berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Contohnya

adalah dukungan rugae, dan perluasan basis.

b. Basis

Basis atau saddle adalah bagian yang menggantikan tulang alveolar

yang sudah menggantukan tulang alveolar yang sudah hilang dan

berfungsi mendukung gigi tiruan. Basis gigi tiruan dikelompokkan

menjadi dua yaitu,

1) Basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle)

2) Basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free

end)

c. Konektor

Konektor pada gigi tiruan tiap rahangnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu,

1) Konektor utama (major connector), bagian gigi tiruan yang

menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi

rahang dengan yang ada pada sisi lainnya.

8
2) Konektor minor (minor connector), adalah konektor tambahan pada

gigi tiruan yang menghubungkan konektor utama dengan bagian

lainnya.

d. Sandaran

Sandaran adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang

bersandar pada permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan

memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran dapat

ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan

lingual gigi anterior.

e. Anasir gigi

Anasir gigi adalah bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang

berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan anasir gigi

untuk gigi anterior dan posterior harus dipertimbangkan ukuran, bentuk,

tekstur permukaan warna dan bahan elemen.

5. Syarat GTSL ideal

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan menentukan desain GTSL

adalah sebagai berikut (Tamin dkk., 2012):

a. Retensi

Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan ke arah

oklusal melawan gaya vertikal. Faktor pemberi retensi antara lain

kualitas klamer, oclusal rest, kontur, landasan denture, dan adhesi.

b. Stabilisasi

Perlawanan atas ketahanan terhadap perpindahan tempat GTSL dalam

arah horizontal dalam keadaan berfungsi.

9
c. Estetika

1) Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat

dalam posisi bagaimanapun

2) Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk setiap pasien meliputi

warna dan inklinasi gigi

3) Gambaran konturing harus sesuai dengan keadaan pasien

4) Perlekatan gigi diatas ridge

10
BAB III

LAPORAN KASUS

1. Identitas pasien

a. Nama : Yenuri Ramadhani

b. Usia : 18 Tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

2. Pemeriksaan Subjektif

a. CC : Pasien mengeluhkan gigi belakangnya yang sudah hilang

paska pencabutan

b. PI : Pasien merasakan kesulitan dalam mengunyah makanan

c. PDH : Pasien pernah dilakukan pencabutan

d. PMH : Kesehatan umum baik dan pasien tidak memiliki riwayat

penyakit sistemik

e. FH : Tidak diketahui adanya penyakit sistemik

f. SH : Pelajar

3. Pemeriksaan Objektif

a. Ekstra oral

1) Bentuk wajah : Bulat

2) Profil muka : Lurus

3) Pupil : Simetris

4) Tragus : Simetris

5) Hidung : Simetris, pernafasan melalui hidung lancar

6) Bibir : Normal dan kompeten

11
7) Sendi rahang : Kliking sendi temporomandibular

b. Intra oral

1) Pemeriksaan umum

a) Saliva : Kualitas normal, konsistensi normal

b) Lidah : Berukuran normal, posisi wright kelas 1,

mobilitas normal

c) Refleks muntah : Rendah

d) Mukosa mulut : Sehat

e) Gigitan : Normal

f) Kebiasaan buruk : Tidak ada

g) Vestibulum

1) Rahang Atas : Sedang

2) Rahang Bawah : Sedang

h) Prosesus Alveolaris

Rahang Atas :

1) Bentuk : Ovoid

2) Tahanan Jaringan : Rendah

3) Bentuk Permukaan : Rata

4) Ketinggian : Tinggi

Rahang Bawah :

1) Bentuk : Ovoid

2) Tahanan Jaringan : Rendah

3) Bentuk Permukaan : Rata

4) Ketinggian : Tinggi

12
i) Frenulum

1) Labialis Superior : Dalam batas normal

2) Bukalis Superior Kanan : Dalam batas normal

3) Bukalis Superior Kiri : Dalam batas normal

4) Labialis Inferior : Dalam batas normal

5) Bukalis Inferior Kanan : Dalam batas normal

6) Bukalis Inferior Kiri : Dalam batas normal

7) Lingualis : Dalam batas normal

j) Palatum

1) Bentuk : Ovoid

2) Kedalaman : Sedang

3) Torus Palatinus : Tidak ada

k) Tuberositas Maksilaris / Alveolaris : Kanan dan Kiri,

kecil.

l) Ruang Retromilohioid : Sedang.

m) Bentuk Lengkung Rahang

1) Rahang Atas : Ovoid, asimetris.

2) Rahang Bawah : Ovoid, simetris.

n) Lainnya :-

Pasien mengalami kehilangan gigi pada elemen 36 dan 46

4. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.

5. Sikap Mental

Filosofis

13
6. Model studi

7. Diagnosa

Klas VI Applegate Kennedy modifikasi 1P

8. Rencana perawatan

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik

9. Desain gigi tiruan

14
a. Jenis dukungan : Dukungan gigi

b. Gigi penyangga : 35, 37, 45, 47

c. Retainer :

Direct retainer berupa cengkram half jackson pada gigi 35, 37, 45, dan

47 serta perluasan basis ke gigi anterior lingual.

d. Plat dasar : Akrilik.

e. Anasir : Gigi 36 dan 46

10. Langkah kerja

1) Perawatan pra prostetik

Sebelumnya sudah dilakukan perawatan pra prostetik berupa

pencabutan 36 dan 37.

2) Pengisian rekam medis prostodonsia

Rekam medis prostodonsia yang terdiri dari data pasien,

pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, diagnosis, rencana

perawatan sudah diisi sebelumnya. Kemudian pasien diinformasikan

mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan berupa pembuatan

gigi tiruan sebagian lepasan, dan pasien telah membaca dan

menyetujui informed consent.

3) Pencetakan

Pencetakan dilakukan menggunakan cetakan mukostatik dengan

bahan alginat menggunakan stock tray. Hal ini bertujuan untuk

mencetak keadaan rongga mulut dalam keadaan statis (Jahongiri dkk.,

2011)

15
4) Model kerja

Model kerja berupa replika anatomis dalam rongga mulut pasien

yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan gigi tiruan

sebagian lepasan (Jahongiri dkk., 2011).

5) Survey dan block out

Survey dilakukan menggunakan alat dental surveyor. Survey

dilakukan sebagai:

a) Panduan menentukan arah pemasangan yang baik sehingga

sangkutan (interference) pada saat gigi tiruan dipasang dan

dikeluarkan.

b) Penentu lokasi dan besarnya daerah undercut pada pemukaan gigi.

c) Penentu kesejajaran bidang

d) Penentu penutupan daerah undercut.

6) Klamer

Klamer digunakan sebagai direct retainer pada gigi tiruan

sebagian lepasan. Syarat pembuatan klamer pada gigi tiruan sebagian

lepasan yaitu,

a) Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut atau dibawah

garis survey pada bagian bukal, palatal dan lingual.

b) Ujung dari klamer tidak boleh menekan dan menyentuh gigi

sebelah.

c) Lengan dari klamer tidak boleh menyentuh gingiva.

d) Ujung dari klamer harus dihaluskan agar tidak menyebabkan

trauma (Tamin dkk., 2012).

16
7) Lempeng dan galangan gigit

Lempeng dan galangan gigit terbuat dari malam merah.

Lempeng gigit dibuat mengikuti outline gigi tiruan. Galangan gigit

digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, catatan awal

hubungan antar rahang pada arah vertikal dan horizontal, serta

perkiraan jarak interoklusal (Tamin dkk., 2012).

8) Penetapan gigit

Penetapan gigit dibuat untuk kunci oklusi yang sesuai dengan

rahang. Pada gigi tiruan sebagian lepasan dengan tinggi gigit yang

tepat, galangan gigit rahang atas dimasukkan terlebih dahulu hingga

ada kontak antara galangan dan gigi lawan, kemudian catat kontak

antara gigi lawan yang dapat digunakan sebagai panduang oklusi

(Tamin dkk., 2012).

9) Penyusunan anasir gigi

Pada penyusunan anasir gigi, seleksi elemen gigi anterior dan

posterior harus memperhatikan ukuran, bentuk, tekstur permukaan,

warna dan bahan dari elemen anasir. Panduan dalam penyusunan

anasir gigi meliputi:

a) Gigi geligi harus disusun tepat pada puncak ridge.

b) Gigi geligi yang disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya,

serta gigi antagonis. Sehingga diperoleh oklusi gigi yang baik antar

gigi asli dengan anasir gigi tiruan atau antar anasir gigi tiruan

(Tamin dkk., 2012).

17
10) Kontur akhir

Kontur akhir dilakukan untuk membentuk kontur gigi dan

mukosa mulut sehingga menyerupai anatomis asli jaringan lunak yang

menyangga gigi geligi (Tamin dkk., 2012).

11) Packing akrilik

12) Finishing dan polishing

13) Percobaan gigi tiruan dan selectif grinding

Percobaan gigi tiruan terlebih dahulu dicobakan pada pasien,

pada proses ini yang harus diperhatikan yaitu:

a) Retensi

Retensi diperiksa dengan cara menggerakan pipi dan bibir pasien.

Dapat dilihat penempatan occlusal rest harus sesuai dengan rest

seat, dan lengan retentive klamer pada bagian undercut gigi

penyangga.

b) Stabilisasi

Stabilisasi diperiksa pada saat rongga mulut berfungsi. Bagian

basis tidak boleh over extended, dan protesa tidak boleh

mengganggu proses pengunyahan, penelanan, fonetik dan ekspresi.

c) Oklusi

Oklusi diperiksa dengan bantuan articulating paper. Bagian yang

mengalami premature contact harus dilakukan selective grinding.

Pengasahan pada gigi tidak boleh mengurangi tinggi cusp gigi dan

disesuaikan kontak dari gigi antagonis asli maupun anasir gigi

tiruan (Tamin dkk., 2012).

18
14) Insersi

Pada saat dilakukan insersi gigi tiruan sebagian lepasan pada

pasien, hal yang perlu diperhatikan antara lain, oklusi sentrik,

artikulasi rahang, kenyamanan pasien, estetik dan fungsi fonetik.

Selain itu operator juga mengajarkan pasien cara memasang dan

melepas gigi tiruan, menggunakan dan perawatan pada gigi tiruan

sebagian lepasan. Intruksi yang diberikan pada pasien dapat berupa:

a) Gigi tiruan sebagian lepasan dibersihkan dengan menggunakan

sikat berbulu halus dan sabun cair sehabis dipakai.

b) Pada malam hari gigi tiruan dilepas agar jaringan otot bawahnya

dapat istirahat dan gigi tiruan sebagian lepasan direndam dengan

air bersih dengan suhu kamar sewaktu dilepas.

c) Pada awal pemakaian gigi tiruan sebaiknya makan makanan yang

lembut. Apabila tidak ada keluhan dan sudah terbiasa, maka boleh

makan makanan yang biasa.

d) Instruksikan pasien untuk mengunyah dengan kedua sisi rahang

secara bersamaan.

15) Kontrol

Kontrol dilakukan seminggu setelah insersi, Pada saat kontrol

dapat dicek adanya keluhan baik secara subjektif maupun objektif

seperti rasa sakit atau longgarnya gigi tiruan tersebut (Tamin dkk.,

2012).

19
DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prosthesis 2nd edition,


Philadelphia: W,B. Saunders.
Carr, A. B., and Brown, D.T., 2011, Removable Partial Prosthodontics, 12th ed,
Elsevier Mosby: St Louis.
Haryanto, A. G., 1995, Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan jilid II,
Cetakan I, Jakarta: Hipocrates
Jahongiri, L., Moghadham, M., Choi, M., and Fergusm, M, 2011, Clinical
Casesin Prosthodontics (Terj), Singapore: Blackwell Publishing.
Rahmadhan, A. G., 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta:
Bukune.
Seals, R. R., and Jones, J.D., 2003, Evidence Based Practice in Removable
Prosthosontics, Texas Dent, J., 12 (12):1138.
Tamin, H. Z., Zulkarnain, M., dan Ariyani, 2012, Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan, Medan: Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Sumatera Utara.

20

You might also like