You are on page 1of 5

WEB OF CAUTION ISPA Etiologi : Bakteri dan virus yang paling sering

Definisi: ISPA adalah masuknya miroorganisme


menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
(bakteri, virus dan riketsia) ke dalam saluran Bakteri, virus, dan jamur
stafilokokus dan streptokokus serta virus
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang influenza yang di udara bebas akan masuk dan
dapat berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, Terhirup masuk ke saluran pernapsan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
2013). yaitu tenggorokan dan hidung (Wijayaningsih,
Menempel pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus
2013).

Menginvasi sel Aktivasi


Menginvasi sel Peradangan Menyebar ke sistem
parenkim paru imun
Sel mengirimkan
Respons pertahanan sel Sekret sinyal
Terjadi konsolidasi Limfadenop
dan pengisian ati regional
Produksi mukus Merusak Aktivasi sistem imun
rongga alveoli oleh (tonsil)
epitel eksudat
Kongesti pada hidung Melepaskan mediator
Akumulasi inflamasi Menyumbat
Penurunan jaringan makanan
Kesulitan saat bernapas sekret efektif paru dan
membran alveolar- Mengeluarkan IL-1,
Bronkus kapiler IL-6 Nyeri saat
Ketidakefektifan menyempit Vasodilatasi menelan
bersihan jalan napas
area yang (disfagia)
Sesak napas, terinfeksi Set point
Suplai O2 penggunaan otot
Maserasi mukosa hidung menurun bantu napas, pola Ketidakseim
napas tidak efektif Rubor, kalor Demam bangan
nutrisi
Ulserasi membran mukosa Ketidakefektif kurang dari
an bersihan Peningkatan suhu kebutuhan
Gangguan Edema
jalan napas tubuh tubuh
Rentan terhadap infeksi sekunder pertukaran gas mukosa

Resiko tinggi infeksi (penyebaran) Ketidakefektif Blokade ostium sinus


an pola
pernafasan
Retensi mukus

Rasa penuh dan kongesti

Nyeri
Diagnosa keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan sekret
Manifestasi klinis ISPA pada anak antara lain Klasifikasi ISPA: ISPA non-pneumonia dan
NOC:
(Wijayaningsih, 2013): Pilek biasa, Keluar sekret ISPA pneumonia
cair dan jernih atau mukus dari hidung, Kadang 1. Respiratory status: ventilation
bersin-bersin, Sakit tenggorokan, Nafas cepat, Tanda dan Gejala: Pilek biasa, Keluar sekret cair 2. Respiratory status: airway patency.
Batuk, Sakit kepala, Sekret menjadi kental, dan jernih atau mukus dari hidung, Kadang NIC:
Demam, Nausea, Muntah, Anoreksia, Diare. bersin-bersin, Sakit tenggorokan, Nafas cepat,
Nyeri abdomen Batuk, Sakit kepala, Sekret menjadi kental, Airway Suction
Demam, Nausea, Muntah, Anoreksia, Diare dan 1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
nyeri abdomen. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
Penatalaksanaan : suctioning
1. Upaya pencegahan 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
a. Mengusahakan agar anak memperoleh Pemeriksaan penunjang: suctioning
gizi yang baik diantaranya dengan cara Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
memberikan makanan kepada anak yang adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab): 5. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
mengandung cukup gizi. hasil yang didapatkan adalah biakan kuman memfasilitasi suction nasotracheal
b. Memberikan imunisasi yang lengkap positif sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan 6. Gunakan alat yang streril disetiap melakukan
kepada anak agar daya tahan tubuh hitung darah (diferential count): laju endap darah tindakan
terhadap penyakit baik. meningkat disertai dengan adanya leukositosis 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
c. Menjaga kebersihan perorangan dan dan bisa juga disertai dengan adanya setelah kateter dikeluarkan dari nasotracheal
lingkungan agar tetap bersih. 8. Monitor status oksigen pasien
thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks
d. Mencegah anak berhubungan dengan 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
jika diperlukan. 10. Hentikan suction dan berika oksigen apabila pasien
klien ISPA. Salah satu cara adalah
memakai penutup hidung dan mulut bila menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi
kontak langsung dengan anggota keluarga oksigen, dll
atau orang lain yang sedang menderita Airway Management
penyakit ISPA.
2. Upaya perawatan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per thrust bila perlu
hari 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Meningkatkan makanan bergizi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
c. Bila demam beri kompres dan banyak nafas buatan
minum 4. Pasang mayo bila perlu
d. Bila hidung tersumbat karena pilek 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bersihkan lubang hidung dengan sapu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
tangan yang bersih 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup
9. Berikan bronkodilator bila perlu
tipis dan tidak terlalu ketat
10. Berikan pelembab udara, kassa basah, NaCl lembab
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
makanan dan ASI keseimbangan
3. Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik 12. Monitor respirasi dan status oksigen.
sesuai jenis kuman penyebab.
Diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif Vital sign monitoring Diagnosa keperawatan: Hypertemi berhubungan
berhubungan dengan proses inflamasi dan dengan proses infeksi
keletihan otot pernafasan. 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR NOC: Thermoregulation
NOC: 2. Catat adanya fluktuasi dan tekanan darah NIC:
1. Respiratory status: Ventilation 3. Monitor kualitas dari nadi Fever treatment
2. Respiratory status: Airway patency 4. Monitor frekuensi dan irama pernafasan 1. Monitor suhu sesering mungkin
3. Vital sign status 5. Monitor suara paru 2. Monitor IWL
NIC: 6. Monitor pola pernafasan abnormal 3. Monitor warna dan suhu kulit
Airway Management 7. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 4. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chi lift atau 8. Monitor sianosis perifer 5. Monitor penurunan tingkat kesadaraan
jaw thrust bila perlu 9. Monitor adannya cushing triad(tekanan nadi 6. Mmonitor intek dan output
2. Posisikan \pasien untuk memaksimalkan yang melebar, bradikardi, peningkatan 7. Berikan anti piretik
ventilasi sistolik) 8. Berikan pengobatan untuk mengatasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat 10. Identifikasi penyebab dari perubahan vita penyebab demam
jlan nafas buatan sign. 9. Selimuti pasien
4. Pasang mayo bila perlu 10. Lakukan tapid sponge
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 11. Kolaborasi pemberian cairan intervena
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 12. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Vital Sign Monitor
7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 13. Tingkatkan sirkulasi udara
tambahan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 14. Berikan pengobatan untuk mencegah
8. Lakukan suction pada mayo 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau terjadinya menggigil
9. Berikan bronkodilator bila perlu berdiri Temperature regulation
10. Berikan pelembab udara kassa basah Nacl 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
lembab bandingkan 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontiyu
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan 5. Monitor TD, nadi RR sebelum,selama,sesudah 3. Monitor TD, nadi, RR
keseimbangan aktivitas 4. Monitor warna dan suhu kulit
12. Monitor respirasi dan status O2 6. Monitor kualitas nadi 5. Monitor tanda – tanda hipertermi
OxygenTherapy 7. Monitor frekuensi dna irama pernafasan Hipotermi
1. Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea 8. Monitor suara paru 1. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
2. Pertahankan jalan napas yang paten 9. Monitor pola pernafasan abnormal 2. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
3. Atur peralatan oksigenasi 10. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit kehangatan tubuh
4. Monitor aliran oksigen 11. Monitor sianosis perifer 3. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
5. Pertahankan posisi pasien 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang akibat panas
6. Observasi adanya tanda hipoventilas melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 4. Diskusikan tentang pentingny pengaturan
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap 13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign suhu dan kemungkinan efek negative dari
oksigenasi kedingginan
5. Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
6. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
7. Berikan anti piretik jika perlu
Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan
Diagnosa keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi; kurang Diagnosa keperawatan: Gangguan pertukaran gas
proses inflamasi akibat agen cedera fisik biologis.
NOC: dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan nyeri berhubungan dengan penurunan supali oksigen dan sesak
1. Pain level saat menelan napas.
2. Pain control NOC: NOC:
3. Comfort level 1. Nutritional status  Respiratory status: gas exchange
2. Nutritional status : food and fluid intake  Respiratory status: ventilation
NIC: 3. Nutritional status : nutrient intake  Vital Sign Status
Pain management 4. Weight control NIC:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif NIC:
termasuk lokasi, karakteristrik, durasi, frekuensi, Airway Management
Nutrition management
kualitas, dan faktor presipitasi. 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah jaw thrust bila perlu
3. Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
mengetahui pengalaman nyeri pasien 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan napas buatan
5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain vitamin C 4. Pasang mayo bila perlu
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau 5. Berikan substansi gula 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
menemukan dukungan untuk mencegah konstipasi 7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara
7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
nyeri sperti suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan tambahan
dengan ahli gizi)
8. Kurangi faktor predisposisi 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan 8. Lakukan suction pada mayo
9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri(farmakologi, harian 9. Berikan bronkodilator bila perlu
nonfarmakologi dan interpersonal) 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10. Berikan pelembab udara
10. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
11. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi keseimbangan
12. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri yang dibutuhkan 12. Monitor respirasi dan status O2
13. Tingkatkan istirahat Nutrition monitoring Respiratory Monitoring
14. Kolaborasikan dengan dokter jika ada tindakan 1. BB pasien dalam batas normal 1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha
nyeri tidak berhasil 2. Monitor adanya penurunan berat badan respirasi
15. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
nyeri. 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
dilakukan
Analgesic administration 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan penggunaan otot tambahan, retraksi otot
1. Tentukan lokasi, karakteristrik, kualitas, dan derajat 5. Monitor lingkungan selama makan supraclavicular dan intercostal
nyeri sebelum pemberian obat 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam 3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan makan 4. Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kusmaul,
frekuensi 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi hiperventilasi, cheyne stokes, biot
3. Cek riwayat alergi 8. Monitor turgor kulit 5. Catat lokasi trakea
4. Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari 9. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah pecah 6. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan
analgetik ketika pemberian lebih dari satu 10. Monitor mual dan muntah paradoksis)
5. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan 11. Monitor kadar albumin, protein, Hb, dan kadar Ht 7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak
beratnya 12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
6. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian secara adanya ventilasi dan suara tambahan
13. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan
IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur konjunctiva 8. Tentukan kebutuhan suction dengan
7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian 14. Monitor kalori dan intake nutrisi mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
analgetik pertama kali 15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila napas utama
8. Berikan analgesik tapat pada waktu terutama saat lidah dan cavitas oral 9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
nyeri hebat 16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet mengetahui hasilnya
9. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala.
Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi infeksi  Berikan perawatan kulit pada area epidema
berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
akibat ulserasi mukosa kemerahan, panas, drainase
NOC:  Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
 Immune status  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Knowledge: infection control  Dorong masukkan cairan
 Risk control  Dorong istirahat
NIC:  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
Infection control: sesuai resep
 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
lain infeksi
 Pertahankan teknik isolasi  Ajarkan cara menghindari infeksi
 Batasi pengunjung bila perlu  Laporkan kecurigaan infeksi
 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci  Laporkan kultur positif
tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
 Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci
tangan
Sumber:
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). RISET KESEHATAN DASAR. Jakarta:
tindakan keperawatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat Cahyaningrum, P. F. (2012). HUBUNGAN KONDISI FAKTOR LINGKUNGAN DAN ANGKA
pelindung KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI
 Pertahankan lingkungan aseptik selama WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH
pemasangan alat ISTIMEWA YOGYAKARTA PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010. Universitas
 Ganti letak IV perifer dan line central dan Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
dressing sesuai dengan petunjuk umum Herdman, T. H. (2013). NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
 Gunakan kateter intermitten untuk 2012-2014. Jakarta: EGC.
menurunkan infeksi kandung kemih Purba, M. I. (2003). Pedoman Pemberantasan ISPA dan Pneumonia. Jakarta: Departemen
 Tingkatkan intake nutrisi Kesehatan Republik Indonesia.
 Berikan antibiotik bila perlu Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakatra: Trans Info Media.
Infection protection: Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.
dan lokal
 Montior hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sharing pengunjung terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang
beresiko

You might also like