Professional Documents
Culture Documents
Abdullah Hehamahua
I. PENDAHULUAN
1. Karakter Pemimpin
1
atau kalau dimintai pendapat. Bak palu hakim di meja hijau, jika abah Natsir
telah mengeluarkan pendapat, sepertinya tidak ada sanggahan yang serius.
Sebagai pelayan, Abah Natsir membantu menyediakan keperluan orang
lain, baik tamu maupun karyawan sendiri. Bahkan, beliau sendiri memberi
tanda dengan spidol di surat kabar setiap hari, berita mana yang akan digunting
oleh bagian dokumentasi untuk dikliping. Hamper tidak ada karyawan atau
tamu dari daerah yang meminta tolong, pulang dengan tangan hampa, minimal
berupa tiket pesawat terbang.
2
4. Kesederhanaan dalam Perilaku
Sejarah mencatat, Rasulullah saw sering shaum sunat karena tidak ada
makanan di rumah yang akan dikonsumsi. Bahkan ketika meninggal dunia,
baju perang Rasulullah saw masih tergadai. Begitulah kesederhanaan hidup
duniawi seorang rasul, kepala negara, panglima perang yang bernama
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, uswah seluruh muslimin/
muslimah sejagat. Itulah yang menjadi teladan Abah Natsir. Sedemikian
sederhana sehingga sampai meninggal dunia, Abah Natsir tidak punya rumah
pribadi. Bahkan, ketika mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri, Abah
Natsir pulang diboncengi sepeda oleh mantan sekretarisnya. Demikian pula,
sampai meninggal dunia, mobil yang digunakan adalah mobil DDII, bukan mobil
pribadi.
Dari empat pendekatan di atas - karakter pemimpin, pejuang tanpa pamrih,
negarawan yang tulus, dan perilaku sederhana - saya mengisahkan sosok
Abah Mohammad Natsir sebagai Pemimpin, Pejuang, dan Negarawan yang
Tulus dan Sederhana.
3
menuju mobil. Beliau langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Kami pun
dipersilahkan masuk.
Dengan senyum tetapi serius, beliau mendengar pembicaraan kami.
Sebagai jubir, saya menjelaskan maksud kedatangan kami, yakni hasrat yang
tinggi agar terciptanya persatuan umat Islam di Indonesia. Sebab, pada waktu
itu, eksistensi kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya umat Islam, tak
ubahnya telur di ujung tanduk. Ada aliran kepercayaan dan asas tunggal
Pancasila yang akan dimasukkan ke dalam GBHN. Bahkan, sudah diterbitkan
dan diajarkan PMP (Pendidikan Moral Pancasila) di peringkat SD sampai
dengan SMA yang sangat berpotensi menggerus aqidah Islam murid-murid
muslim/muslimah. Bahkan sebelumnya telah ada Petisi 50 di mana Abah
Natsir, salah seorang penanda tangan yang mengkritik presiden Soeharto yang
memaksakan penerapan asas tunggal Pancasila.
Mendapat dukungan moril dari abah Natsir, pertemuan-pertemuan
dilanjutkan dengan tokoh-tokoh yang lain, di antaranya yang masih saya ingat:
Pak Syafruddin Prawiranegara dan Burhanuddin Harahap (dari Masyumi); KH
Masykur dan Ali Mas’um (Rois Am NU); pak AR Fachruddin dan Lukman Hakim
(PP Muhammadiyah); pak CH Ibrahim dan Dr. Bustamam (Syarikat Islam),
serta Buya Mustafa Basyir (Kiblat Center). Akhirnya semua tokoh Islam
menandatangani pernyataan bersama, menolak PMP.
4
“Berapa peleton tentera di belakang saudara,?” tanya abah Natsir
selesai mendengar pernyataan mahasiswa tersebut. Saya kaget
mendengar pertanyaan itu. Setelah mendengar penjelasan beliau, saya
baru mengerti. “di belakang saya dan kawan-kawan, ada beberapa peleton
tentara. Tetapi, kemudian mereka khianat.” Saya baru ingat, ketika peristiwa
PRRI yang merupakan salah satu bentuk tuntutan otonomisasi daerah
karena Soekarno semakin menyimpang dari konstitusi, kolonel Simbolon
dengan pasukannya berada di belakang PRRI. Tetapi, ketika ada perintah
pembumi-hangusan Sumatera Barat dari Jakarta, tentara ini
mmeninggalkan abah Natsir dan kawan-kawan.
6
C. MELIBATKAN DAN BERSAMA BAWAHAN
16
di Madinah. Setelah selesai kuliah, beliau bekerja di Konsulat Arab
Saudi di Kuala Lumpur.
2) Rekomendasi Beasiswa
Surat Sakti abah Natsir juga biasa untuk memeroleh bantuan
pembiayaan atau beasiswa, baik yang belajar di dalam maupun di
luar negeri. Sebagian besar mahasiswa Indonesia yang belajar di
UIA, ketika presiden universitas adalah Anwar Ibrahim, mereka
memeroleh beasiswa. Tetapi ada pula yang melanjutkan kuliah di
tempat lain di Malaysia yang memeroleh bantuan Anwar Ibrahim
melalui surat saksi abah Natsir. Salah seorang di antara mereka
adalah saudara Yusril Ihza Mahendra.
Setelah bertemu Anwar Ibrahim, saudara Yusril mendatangi
rumah kontrakkan saya, minta tolong diantar ke salah satu BUMN
di Malaysia untuk mendapatkan beasiswa. Hanya dengan
menumpang bus, saya mengantar saudara Yusril ke kantor BUMN
tersebut. Dari sinilah, salah satu sumber dana saudara Yusril bisa
menyelesaikan program doktornya di USM (Universiti Sains
Malaysia) di Penang, Pulau Penang, Malaysia.
18
2. Perintah yang Jelas Dimengerti
Salah satu ciri pemimpin sebagai komandan yang baik adalah,
perintah yang diberikan ke bawahan, sederhana, konkrit, jelas, dan mudah
dimengerti. Ketika pertama kali menerima tugas dari abah Natsir, saya
mendapat petunjuk jelas: Penelitian tentang kristenisasi di Kalimantan
Tengah. Begitu pula ketika hendak berangkat ke Kongres HMI ke-15 di
Medan (1983), perintahnya juga tegas: Asas tunggal Pancasila tidak boleh
masuk dalam AD/ART HMI. Hal yang sama ketika abah memerintahkan
saya menangani masalah syiah di Jakarta, petunjuknya jelas.
Contoh yang paling sederhana yang mudah dimengerti oleh siapa pun,
adalah memberi tanda sendiri dengan spidol di surat kabar sehingga
petugas tau dengan pasti, mana berita yang harus digunting untuk kliping
koran dan yang tidak perlu digunting.
20
sekuler sedangkan Natsir muda mengenalkan prinsip-prinsip nasional
religius. Polemik itu kemudian terkenal dengan rubrik Negara (dan) Islam.
4. Memperjuangkan Islam sebagai Dasar Negara
Ilmu yang diperoleh dari ustadz Hasan Bandung dan pengalaman
berpolemik dengan Soekarno, abah Natsir sebagai Ketua Fraksi Masyumi
dengan gagah berani memperjuangkan Islam sebagai dasar negara di
sidang konstituante. Sekalipun beberapa kali voting, Islam sebagai dasar
negara belum didukung 2/3 anggota konstituante, namun sikap Ketua
Fraksi partai Katholik, J Kasimo, sangat membanggakan, setidaknya bagi
saya pribadi sebagai seseorang yang pernah bersama-sama dengan
abah Natsir sekalipun hanya sekitar tiga tahun. Dalam perdebatan sengit
di sidang konstituante tersebut, bertanya J Kasimo, apa yang dimaksud
dengan Islam sebagai dasar negara. Abah Natsir pun menjelaskan satu
per satu, apa itu politik, ekonomi, dan hukum dalam ajaran Islam yang jika
diterapkan sebagai dasar negara, rakyat Indonesia, tanpa memandang
suku, warna kulit, bahkan agama, akan memeroleh kesejahteraan,
kenyamanan, dan keadilan. Selesai mendengar penjelasan abah Natsir,
J Kasimo kemudian menyatakan, kalau itu yang dimaksudkan saudara
Natsir, saya terima Islam sebagai dasar negara Indonesia.
Berdasarkan pendapat J Kasimo itu, maka disiapkan Konsensus
Bandung yang intinya sama dengan Piagam Jakarta. Sebelum rampung
tugas Panitia Perumus Konsensus Bandung, Ruslan Abdul Ghani yang
waktu itu menjabat Menteri Luar Negeri terbang ke Tokyo menemui
Soekarno, memprovokasi Bung Karno. Akibatnya, tanpa usul periksa,
Soekarno langsung menerbitkan Dekrit 5 Juli 1959 yang membubarkan
konstituante dan kembali ke UUD 45. Hasilnya, Indonesia seperti yang
kita saksikan sekarang, penuh dengan ketidakpastian, baik di bidang
Pendidikan, politik, ekonomi, apalagi di bidang aqidah Islam.
5. Mendirikan DDII
6. Melawan Kristenisasi
Sekalipun berkawan baik dengan J Kasimo (katolik) dan dr. Leimena
(protestan), tetapi aqidah yang diperoleh abah Natsir dari ustadz Hasan
Bandung, tidak pudar sedetik pun. Oleh karena itu, terhadap upaya
kristenisasi yang dilakukan secara besar-besar, terencana, sistematik,
dan jangka panjang, dilawan habis-habisan oleh abah Natsir. Salah satu
buktinya, di Kalimantan Tengah saja, dua kali dilakukan penelitian tentang
kristenisasi. Sebab, Kalimantan Tengah akan dijadikan pusat kritenisasi
di Asia Tenggara, apalagi jika mereka berhasil menjadikan Palangkaraya
sebagai ibukota Indonesia. Pada tahun 1981, saya pertama kali
ditugaskan abah melakukan penelitian di sana dan kemudian pada tahun
2000-an dilakukan sekali lagi oleh ustadz yang lain.
22
8. Membina Pesantren
Di sektor pesantren, didirikan pasantren Darul Falah, salah satu
pesantren modern yang fokus di bidang pertanian. Pesantren ini
dinahkodai Ir. Saleh Widodo. Sayang, setelah beliau tiada, pesantren ini
kurang mendapat perhatian. Salah satu pesantren di Indonesia Timur
yang dimotivasi abah Natsir adalah pesantren yang dilola oleh DPP
IMMIM (Ikatan Masjid Mushala Indonesia Muttahidah), dinahkodai oleh
KH Fadli Luran.
9. Mencetak Para Da’i
Setiap tahun, ratusan da’i digembleng, dilatih, dan dibina untuk
menjadi da’i di seluruh pelosok Indonesia. Pelatihan itu ada yang
dilakukan di Jakarta dan ada pula yang dilakukan masing-masing DDII di
daerah. Salah satu pelatihan da’i yang dilakukan di Masjid Al Munawarah,
Tanah Abang, Jakarta Pusat di mana saya, ustadz Syuhada Bahri, dan
ustadz Ahmad Zainal Abidin Urra sebagai fasilitator. Dalam pelatihan ini,
abah Natsir mewariskan jiwa kepemimpinan, kepejuangan, dan
kenegarawan ke seluruh peserta yang berasal dari beberapa daerah.
Pada waktu itu, menjawab salah satu pertanyaan peserta, abah
mengisahkan bagaimana masyarakat Aceh mendeklarasikan keluar dari
Indonesia ketika abah menjadi Perdana Menteri.
Ketika dalam Forum Nasi Bungkus, saya tanyakan mengapa, tidak
diprioritaskan saja penerbitan UU khusus daerah Aceh tersebut.?
Kenegarawan beliau muncul sekali lagi di mata saya. “kita itu harus selalu
melakukan pendekatan sistemik. Kalau keinginan Aceh dipenuhi, maka
bulan berikut akan muncul tuntutan dari Yogya, lalu Solo, Banten, Gowa,
Ternate, dan daerah-daerah lain yang merasa punya sejarah khusus,”
jelas abah Natsir. Oleh karena itu, menurut beliau, harus disusun suatu
UU yang bersifat menyeluruh yang menaungi seluruh tumpah darah
Indonesia.
3. Meletakkan Jabatan PM
Sebagai pimpinan Partai Islam yang memperjuangkan tegaknya
Syariah Islam di diri individu, keluarga, masyarakat, dan negara, abah
Natsir sangat menjaga nilai-nilai amanah. Amanah berarti, bicara tidak
dusta, berjanji ditepati, dan jika diberi kepercayaan, tidak khianat.
Berdasarkan ajaran Rasulullah saw tersebut, abah Natsir menepati
24
kesepakatan di antara pemerintah dan parlemen bahwa, sikap Indonesia
terhadap eksistensi PBB, harus diputuskan bersama di antara pemerintah
dan parlemen. Ternyata, dalam naskah pidato Bung Karno pada
peringatan Isra’ Mi’raj di istana negara, ada pernyataan Indonesia keluar
dari PBB. Otomatis, statemen itu dicoret abah Natsir.
Seperti kelaziman Bung Karno, setiap pidato, beliau akan
menyampaikan sesuatu istilah, slogan atau pernyataan yang bombastis
dan menarik perhatian pers dan masyarakat. Ketika sampai di bagian
pidatonya yang ada statemen Indonesia keluar dari PBB, ternyata kalimat
itu tidak ada. Namun, disebabkan sudah direncanakan (tanpa konsultasi
dengan PM), Soekarno langsung mendeklarasikan Indonesia keluar dari
PBB. Terkejut PM, demikian pula anggota parlemen yang hadir dalam
acara tersebut.
Setelah acara tersebut, hubungan di antara Bung Karno dan abah
Natsir menjadi kurang harmonis. Sebab, Soekarno tau, PM yang
mencoret pernyataan Indonesia keluar dari PBB di teks pidatonya. Pada
waktu yang sama, masalah Aceh menjadi isu sentral sehingga terjadilah
kolaborasi di antara PKI dan PNI dan partai sekuler lainnya dalam
menjegal program kerja pemerintah. Rapat-rapat di antara pemerintah
dan parlemen tidak berjalan karena tidak memenuhi korum akibat
sabotase partai-partai sekuler tersebut. Jika dibiarkan hal tersebut
berlarut-larut maka rakyat, khususnya di provinsi Aceh akan mengalami
penderitaan yang berkepanjangan. Sekali lagi muncul jiwa kenegerawan
abah Natsir di mana demi kelancaran roda pemerintahan, beliau
mengembalikan mandat sebagai PM. “Seperti orang ngantuk, diberi
bantal,” demikian pernyataan abah Natsir kepada kami generasi muda
pada suatu pertemuan tentang reaksi Soekarno atas pengunduran diri
PM.
4. Mediasi DI/TII
Sekalipun sudah tidak menjabat Perdana Menteri, kecintaannya
terhadap Indonesia mendorong abah Natsir melakukan lobi-lobi dengan
pelbagai pihak agar Kartosuwiryo mau turun dari hutan. Ketika menginap
di hotel Hofman, Bandung, abah Natsir mengirim surat ke Kartosuwiryo,
meminta agar beliau kembali ke pangkuan NKRI. Surat beliau ini
25
memakan waktu berhari-hari baru sampai ke tangan Kartosuwiryo karena
harus melalui berlapis-lapis pos penjagaan. Satu hal yang membuat surat
tersebut lambat sampai di tangan Kartosuwiryo karena para penjaga pos
meragukan apakah benar surat itu dari abah Natsir. Sebab, waktu itu,
dalam keadaan terdesak, abah menggunakan amplop yang beralamat
hotel Hofman. Ketika surat abah Natsir sampai ke tangan Kartosuwiryo,
deklarasi DI sudah dilakukan sehari sebelumnya.
PKI berhasil menyusupkan anggotanya ke dalam TNI dan
masyarakat Jawa Barat yang melakukan pagar betis, mengepung
Kartosuwiryo, maka beliau berhasil ditangkap kemudian dijatuhi hukuman
mati. Tetapi, dalam pertemuan persiapan Ikatan Cendekiawan Keluarga
Besar Bulan Bintang di kantor LIPPM, pak Burhamuddin Harahap
(mantan PM) mengatakan, gerakan DI/TII di Jawa Barat adalah kegiatan
kerjasama di antara pasukan Kartosuwiryo dengan Wakil Presiden Bung
Hatta dalam mengteror pemerintah Belanda yang ingin menguasai
kembali Indonesia. Bahkan menurut pak Bur, sebagian pembiayaan
gerakan DI/TII berasal dari pemerintah.
28
kebijakan PM Mahatihir. Akhirnya, Anwar Ibrahim ditangkap dan
dipenjarakan oleh kepolisian Malaysia.
Anwar Ibrahim pernah mengikuti Seminar Perkaderan HMI di Solo
(1965) dan memberi pidato ilmiah dalam pembukaan Kongres HMI ke 13
di Makassar (1979). Setelah persentuhannya dengan HMI melalui
organisasi PEMIAT (Persatuan Mahasiwa Islam Asia Tenggara), Anwar
Ibrahim akrab dengan abah Natsir dengan tokoh-tokoh DDII. Beliau
dianggap sebagai salah seorang kader abah Natsir di Malaysia. Oleh
karena itu, ketika mengetahui Anwar Ibrahim cukup lama ditahan oleh
Kepolisian Malaysia yang tentu mengganggu perkuliahannya, abah Natsir
mengirim surat ke PM Mahathir. Abah meminta agar Anwar Ibrahim
dibebaskan dari tahanan. Pengaruh abah Natsir sebagai seorang
pimpinan dunia Islam, Mahathir terpaksa membebaskan Anwar Ibrahim.
Setelah bebas, Anwar Ibrahim dilantik sebagai Wakil Menteri
Pertanian. Pemilu berikutnya, beliau ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan.
Pemilu berikutnya pula, beliau dilantik sebagai Deputi (Wakil) Perdana
Menteri dan pada waktu yang sama, menjabat Menteri Keuangan. Wajar
saja, ketika menjadi Presiden UIA (Universitas Islam Antarabangsa)
Malaysia, Anwar Ibrahim memberi beasiswa kepada mahasiswa-
mahasiswa asal Indonesia.
29
kota Busan, Korea Selatan. Ketika di Tokyo, saya diantar oleh bang Idris
Nomajid mengunjungi markas Islamic Congress Japan yang dipimpin oleh
Dr. Futaqi. Bang Idris Nomajid adalah salah seorang kader dari abah
Natsir yang bertugas membantu umat Islam yang berasal dari penduduk
asli yang berstatus muallaf. Di markas ini, pelbagai kegiatan Islamic
Congress Japan. Ketika bertemu Dr. Futaqi, komentar beliau, Mohammad
Natsir adalah pimpinan Islam yang kami kagumi.
IV. KHATIMAH
A. Simpulan
1. Pemimpin yang baik adalah figur yang memerankan perannya secara
komprehensif sebagaimana kehidupan Rasulullah saw. Pemimpin seperti
itu berfungsi sebagai komandan, manajer, dan pelayan.
2. Sebagai komandan, visi besar abah Muhammad Natsir memiliki konsep
kekhilafahan Indonesia yang diperjuangkan di sidang konstituante. Melalui
pidato beliau, “Islam sebagai Dasar Negara Indonesia,” lahir “Konsensus
Bandung” yang intinya kurang lebih sama dengan Piagam Jakarta. Sebab,
dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 disebutkan, kembali ke Pancasila
dengan dijiwai Piagam Jakarta. Berarti, dengan visi besar itu pulalah, abah
Natsir memperjuangan gagasan NKRI melalui mosi integralnya di siding
konstituante sehingga beliau dilantik sebagai Perdana Menteri yang
pertama. Visi besarnya tersebut dicapai melalui misinya dilakukan melalui
pendekatan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang transparan,
akuntabel, dan keberkahan berupa: kualifikasi pejabat publik, khususnya
jabatan Menteri dan kepala daerah yang berintegritas dan professional.
Beliau pula yang menggagas perlunya undang-undang pemerintahan
daerah yang mengatur otonomisasi di bidang pembangunan daerah.
30
Ketika menjadi Pimpinan DDII, misi besar beliau adalah: Fungsionalisasi
Masjid, Kampus, dan Pesantren.
3. Sebagai manajer, abah Natsir menunjukkan kepiawaian beliau dalam
mengelola negara, partai, dan DDII. Di sektor kenegaraan, abah Natsir
berhasil mencegah Aceh keluar dari Indonesia sekalipun dengan risiko,
beliau mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri. Sekalipun sudah
bukan sebagai Perdana Menteri, abah Natsir masih melakukan lobi intensif
untuk mengajak Kartosuwiryo kembali ke pangkuan NKRI. Hanya
disebabkan taktik busuk PKI, pasukan betis PKI yang menyusup ke dalam
apparat dan masyarakat mengakibatkan Kartosuwiryo dijatuhi hukuman
tembak mati.
4. Sebagai pelayan, abah Natsir menunjukkan keteladan luar biasa di mana
dalam sehari dapat melayani warga DDII Jakarta di Masjid Al Munawarah,
Tanah Abang, Jakarta Pusat; warga DDII secara nasional di Kramat Raya
45; dan memberi inspirasi bagi para peneliti muda di LIPPM di Cikini Raya.
Sebagai pelayan, abah Natsir melayani dengan baik semua anak buah
dan tamu, khususnya dari daerah-daerah dengan biasa menyangonin
mereka dengan oleh-oleh, tiket pesawat terbang. Sebagai pelayan
teladan, sampai meninggal dunia, abah Natsir tidak punya rumah pribadi
dan juga tidak memiliki kenderaan pribadi.
B. Saran
1. Mereka yang sekarang menjadi komandan, apakah di istana sampai
dengan kepala desa, parpol, ormas, Lembaga Pendidikan, dan Yayasan,
asahlah otak, hati, dan anggota tubuh sehingga memiliki visi dan misi
besar dalam membawa Indonesia ke jenjang khilafah islamiah. Visi besar
itu harus diprogramkan melalui misi: masjid, kampus, dan pesantren, baik
dalam kedudukan anda sebagai komanda, manajer, maupun pelayan.
2. Program kerja utama sebagai komandan adalah: Pendidikan yang
berorientasi pengabdian kepada Allah swt, masyarakat, dan lingkungan
hidup sehingga target Pendidikan nasional haruslah terciptanya insan ulul
albab.
3. Mereka yang sekarang menjadi manajer, mulai dari istana sampai kepala
desa, parpol, ormas, Lembaga Pendidikan, dan Yayasan, jadikanlah
31
seluruh rakyat, karyawan, anggota, dan jamaah sebagai mitra kerja.
Percayalah, kemitraan itu akan melahirkan suatu taman kehidupan
duniawi yang berwajah surgawi yang disebut sebagai Masyarakat Madani.
Masyarakat yang dibangun di atas pilar-pilar ideologi Islam: Pendidikan,
Politik, dan Ekonomi di mana ketiganya bersumbukan aqidah Islam.
4. Mereka yang sekarang menjadi pelayan masyarakat, mulai dari istana
sampai kepala desa, orpol, ormas, Lembaga Pendidikan, dan yayasan,
janganlah tidur malam kecuali ada kepastian bahwa: tidak ada rakyat,
anggota, jamaah atau warga yang tidur dalam keadaan lapar atau tidur di
bawah jembatan atau di trotoar dan emper-emper toko. Pastikan bahwa,
tidak ada ibu-ibu hamil yang meninggal dunia karena tidak ada uang untuk
berobat. Apalagi ada anak usia SD yang putus sekolah hanya karena
kepapaan orang tuanya. Pastikan pula, tidak ada ulama, pendidik, dan
aktivis yang dikriminalisasi karena mengemukakan pendapat dalam
rangka amar ma’ruf, nahi mungkar.
5. Khusus untuk keluarga besar DDII, baik mereka yang sekarang masih
eksis di organisasi, mereka yang mengeluarkan diri maupun yang
dikeluarkan, kini waktunya untuk kembali pulang ke rumah sendiri: DDII.
Kalau pun, penghuni DDII sekarang berwajah kurang romantik atas sering
cemberut, tepislah semua itu dengan kembali mengenang wajah, suara,
dan goretan pena abah Muhammad Natsir sebagai pemimpin, pejuang,
dan negarawan yang tulus dan sederhana. In syaa Allah !!!
Wallahu’alam !!!
32