Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
sering ditemukan secara klinis (K umamoto, 2004), terjadi kira -kira 1% dari
seluruh kista dan tumor pada rahang (Rosai dan Ackermans, 2004). Pada sebagian
besar kasus, ameloblastoma biasanya asim ptomatik, tum buh lambat, dan dapat
karakteristik sebagai tumor jinak tetapi bersifat invasif lokal, non metastatik,
tumbuh lambat serta mempunyai tingkat rekurensi yang tinggi (Sherlin, 2013),
Gillijamse, 2007).
soap appearance atau sarang lebah. Lesi yang terlihat unilokuler biasanya
memiliki batas yang tidak beraturan, dan akar gigi yang terlibat memperlihatkan
folikular, tipe pleksif orm, tipe akantomatosa, tipe sel granular, tipe desmoplastik
dan tipe sel basal. Tipe folikular dan pleksiform merupakan tip e yang paling
1
2
dibagi menjadi tipe lum inal, intraluminal dan mural (Neville, dkk., 2002). Hasil
penelitian Y ulvie dan Latief (2011) menyebutkan bahwa secara histopatologi tipe
folikular (30%). Berdsarkan data dari tahun 2008 sampai tahun 2012 yang ada di
instalasi Patologi A natom i RSUP Dr. Sardjito, ameloblastoma yang paling banyak
terbagi dalam beberapa bagian yaitu, apoptosis, klonalitas, proliferasi siklus sel,
gen supresor tumor, ameloblastin dan protein matriks enamel lain, mekanisme
lainnya (Gomes, 2010). Populasi sel dan tissue homeostasis dikendalikan oleh
keseimbangan antara proliferasi sel dan apoptosis (Amaral, 2012), sedangkan sel
pada tipe histopatologisnya, Apoptosis dan proliferasi sel bertanggung jawab pada
dan Bak telah banyak digunakan untuk menganalisa aktivitas apoptosis pada
Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara
sel dan fagositosis sel tersebut oleh sel-sel darah putih (Kumamoto, 2004). Proses
3
kematian sel ini dipengaruhi oleh adanya protein – protein seperti Bcell
Lymphom a-2 (Bcl-2), receptor interacting protein 1 (RIP1) dan beclin1 (Kumar,
normal, proses ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu
melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi fisiologis dan dengan demikian
memelihara agar fungsi jaringan normal. Peran apoptosis adalah pada mekanisme
imun), proses tumbuh kembang, dan bila sel dihancurkan oleh penyakit
(Herlambang, 2011).
proliferasi sel yang tidak terkontrol seperti dijumpai pada neoplasma. B erbagai
bukti yang menyatakan kontrol apoptosis dikaitkan dengan protein gen yang
mengatur berlangsungnya siklus sel, diantaranya gen p53, Rb, M yc , E1A dan
keluarga Bcl-2 (Kresno, 2002). Gangguan regulasi dan proliferasi sel baik akibat
aktivitas onkogen dom inan maupun inaktivasi tumor suppressor genes ada
dalam sel, misalnya SV40, herpes dan adenovirus, polioma maupun virus Epstein
Sekitar 10 juta sel mengalami apoptosis setiap harinya pada manusia dewasa yang
sehat. Apoptosis muncul melalui 2 jalur yaitu intrinsik (mitokondrial), dan jalur
ektrinsik atau kematian reseptor. Jalur ini diinduksi oleh berbagai stimulus dan
caspase yang merupakan mediator sebenarnya dari kematian sel. (Kumar, 2010)
pada semua sel dan berperan di dalam proses fisiologis dan patologis. M ekan isme
dari berbagai macam sel. TNF (Tumour Necrosis Factor) yang mengandung
sitoplasma yang melibatkan interaksi protein – protein yang disebut death domain
perlu dilakukan untuk menjelaskan sel kontra dan sel pro apoptosis yang dominan,
yang berbeda, sehingga dapat diketahui karakter klinis dari beberapa tipe
B. Perumusan Masalah
C. Keaslian Penelitian
biomolekuler yang berkaitan dengan Evaluasi protein Fas dan protein Bcl-2 pada
apoptosis sel tumor ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform dan tipe
sedikit berhubungan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
D. Tujuan Penelitian
dan akantomatosa.
6
E. Manfaat Penelitian
dan protein anti apoptosis (Bcl-2) pada ameloblastoma tipe folikular, tipe
dengan protein Bcl-2 pada ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform dan
tipe akantomatosa.
4. M embantu klinisi Bedah M ulut dalam dalam melakukan tindakan bedah pada
yang sempurna.