You are on page 1of 9

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema adalah Kelainan kulit
yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat – tempat
seboroik. peradangan kulit kronis yang ditandai dengan kemerahan dan skuama
dan terjadi pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea seperti wajah
dan kulit kepala, presternal dada, dan pada lipatan kulit. 1
Dermatitis seboroik infantil merupakan erupsi eritematosa, berskuama atau
krusta, utamanya pada area seboroik (area yang mengandung banyak kelenjar
sebasea). Pada bayi biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik kembali secara
spontan usia 8-12 bulan.3

II. Epidemiologi
Data pasti mengenai insiden dan prevalensi dermatitis seboroik di Indonesia
tidak ditemukan, tetapi penyakit ini diyakini lebih banyak ditemukan dari pada
psoriasis. Insidensinya diperkirakan antara 2% - 5% dari populasi. Prevalensinya
40-80% pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome.3 Sedangkan
di Amerika Serikat prevalensi dari dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3% dari
jumlah populasi umum, dan 3-5% terjadi pada dewasa muda.4 Dermatitis seboroik
lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.1
Prevalensi tertinggi pada anak usia tiga bulan, semakin bertambah umur
anaknya prevalensinya semakin berkurang. Prevalensi semakin berkurang pada
setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun.
Kebanyakan pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.6
Ketombe yang merupakan bentuk ringan dari dermatitis ini lebih umum dan
mengenai 15 - 20% populasi.4

III. ETIOLOGI

1
Penyebab pasti Dermatitis seboroik pada bayi belum diketahui, walaupun
banyak faktor dianggap berperan, termasuk faktor hormonal, genetik dan
lingkungan. Ada yang berpendapat bahwa kesembuhan tipe awal dari dermatitis
seboroik infantil ini disebabkan oleh menurunnya produksi kelenjar sebasea pada
bayi berusia enam bulan.5
Selain itu, DS juga dapat dipengaruhi faktor predisposisi. Beberapa
diantaranya yaitu:

a. Hormon
Dermatitis seboroik dijumpai pada bayi dan pada usia pubertas. Pada bayi
dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan
penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Hormon
yang menstimulasi adalah hormon androgen dari ibu.2
b. Jamur Pityrosporum ovale
Penelitian menunjukkan bahwa Pityrosporum ovale (Malassezia ovale),
jamur lipofilik, banyak jumlahnya pada penderita dermatitis seboroik.
Pityrosporum ovale merupakan flora normal pada kulit orang dewasa,
namun jarang pada anak-anak. Pada anak yang mengalami dermatitis
seboroik, Pityrosporum ovale jumlahnya meningkat pada beberapa
bagian tubuh.5
c. Perbandingan komposisi lipid di kulit berubah, jumlah kolesterol,
trigliserida, paraffin meningkat dan kadar squelen, asam lemak bebas dan
wax ester menurun.
d. Iklim
e. Genetik status seboroik yang diturunkan
f. Lingkungan
g. Hormon
h. Neurologik (stress).2,7

IV. PATOFISIOLOGI
Dermatitis seboroik dihubungkan dengan jumlah normal Pityrosporum
ovale (Malassezia ovale) tetapi memiliki respon imun yang abnormal. Sel T
helper, phytohemagglutinin, dan stimulasi concanavalin, dan titer antibodi

2
menurun dibandingkan dengan orang normal. Kontribusi Malassezia mungkin

akibat aktivitas lipasenya—melepaskan asam lemak bebas inflamasi—dan asam


lemak tersebut menimbulkan terjadinya inflamasi.4
Gambar 1.1 Malassezia ovale salah satu penyebab dermatitis seboroik

Pertumbuhan P ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi


inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis,
maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel
Langerhans. Selain sebum, dermatitis ini juga dihubungkan dengan Malassezia,
abnormalitas imunologi, dan aktivasi komplemen. 4
Glandula sebasea tersebut aktif pada bayi baru lahir, kemudian menjadi
tidak aktif selama 9—12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu
berhenti. Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor
timbulnya DS, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara
keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh DS. 2
Dermatitis Sseboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang
meningkat seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi
dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai
faktor predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stres
emosional, infeksi, atau defisiensi imun.2 Biasanya juga didukung oleh kondisi
kelembaban udara, perubahan musim, trauma (contoh, digaruk). Derajat
keparahannya bervariasi, dari ketombe ringan sampai eritroderma eksfoliatif.
Dermatitis seboroik bisa memburuk pada penyakit Parkinson dan AIDS.4

3
V. MANIFESTASI KLINIS
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Pada bayi, skuama-skuama yang
kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala
disebut cradle cap. Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat
di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak
skuama kekuningan.2
Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa
skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai
seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan
tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak
disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang
tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di
bagian verteks dan frontal. 2
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama
dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela,
telinga postaurikular, dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya lebih
cembung. Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-
krusta yang kotor, dan berbau tidak sedap. 2
Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pada bayi
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak
pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan
gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada
umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing
dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning.
Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke
empat setelah kelahiran.6
Dermatitis dapat menjadi general. Dermatitis seboroik general pada
bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan
dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun
yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare

4
dan failure to thrive (Leiner’s disese). Sehingga apabila bayi
menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem imunnya.6
2. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama
berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada
lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Pada masa remaja dan
dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe)
atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau
kekurangan tidur.6

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Walaupun temuan dermatopatologi tidak spesifik, pemeriksaan KOH 10-
20% bisa digunakan untuk menyingkirkan tinea kapitis.3
Ciri yang paling membedakan antara dermatitis atopik dan dermatitis
seboroik adalah peningkatan jumlah lesi pada lengan serta di bagian aksila,
dermatitis seboroik infantil didiagnosis dengan menggunakan uji skrining tes
alergi, pada keadaan akut kadar imunoglobulin Ig E mungkin berguna dalam
mendiagnosis dermatitis atopik dan membedakannya dari dermatitis seboroik
infantil.(5)

VII. Diagnosis banding


Diagnosis banding dari penyakit ini beragam di setiap tempatnya, antara
lain:
- Kepala : Psoriasis, Dermatitis atopik infantil, tinea kapitis
- Saluran telinga : Psoriasis atau Dermatitis kontak iritan/ alergi
- Wajah : Rosasea, dermatitis kontak, psoriasis, impetigo
- Dada dan punggung : Pityriasis versicolor, Pityriasis rosea, Psoriasis
- Kelopak mata : Dermatitis atopik, Psoriasis, Demodex
folliculorum (Demodicosis)
- Daerah intertriginosa: Psoriasis dan Candidiasis
Diagnosis pada dermatitis seboroik dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan gejala klinis. Diagnosis banding dapat ditegakkan berdasarkan keluhan dan

5
gejala klinis, umur, dan ras. Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik
ialah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat
seboroik.
Dermatitis seboroik yang menyerang saluran telinga luar mirip otomikiosis
dan otitis eksterna. Pada otomikosis akan terlihat elemen jamur pada sediaan
langsung. Otitis eksterna menyebabkan tanda-tanda radang, jika terdapat pus.
Pada lipatan paha dan perianal dapat menyerupai kandidosis. Pada kandidosis
terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di
sekitarnya. Kondisi yang menyerupai dermatitis seboroik pada daerah kepala
adalah psoriasis, dermatitis atopi (infantil) dan tinea kapitis pada anak-anak.7.
Psoriasis
Terdapat skuama-skuama yang tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti
mutiara, dan tidak berminyak disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat
predileksinya di kulit kepala hingga perbatasan daerah tersebut dengan muka,
umbilicus, daerah ekstensor terutama lutut dan siku, punggung, telapak tangan
dan telapak kaki.2,7 Psoariasis inversa yang mengenai daerah fleksor juga dapat
menyerupai dermatitis seboroik.
Dermatitis atopik infantil (menyerupai dermatitis seboroik muka)
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif
disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan
difus, berbeda dengan DS yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu
pada dermatitis atopic dapat terjadi likenifikasi. 7
Tinea kapitis
Tampak eritem dengan tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah dan rasa
gatal juga nyeri. Pada tinea kapitis juga dapat ditemukan hifa pada pemeriksaan
sitologik dengan potassium hydroksida (KOH). 7,8

VIII. Pengobatan
Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar
disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi
hendaknya diperhatikan, misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai
diet, dianjurkan miskin lemak.

6
Tatalaksana umum
1. Ajari pasien tentang pengendalian daripada pengobatan dermatitis
seboroik
2. Tekankan tentang pentingnya membiarkan sampo medikasi sedikitnya 5-
15 menit sebelum membilas
3. Ajari tentang menggunakan kortikosteroid topikal seperlunya untuk
mengendalikan eritema, skuama, atau rasa gatal
Tatalaksana khusus
Pengobatan sistemik
1. Kortikosteroid
Digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari.
Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai
infeksi sekunder diberi antibiotik.
2. Isotretinoin
Dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi
sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya
0,1-0,3 mg/kgBB/hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu
diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg/ hari selama beberapa tahun yang
ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.
3. Ketokonazole
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat
diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.
4. Narrow band UVB (TL-01)
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow
band UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian
terapi 3x/minggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami
perbaikan.

Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali scalp dikeramasi selama
5 – 15 menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan

7
krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai
untuk dermatitis seboroik ialah:

- ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar


- resorsin krim 1-3%
- sulfur praesipitatum 4 –20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 - 6%
- Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 2,5%.
Pada kasus dengan inflamasi yang berat dapat dipakai kostikosteroid yang
lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu
lama karena efek sampingnya.
- Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung
terdapat banyak P. ovale.

IX. PROGNOSIS
Dermatitis seboroik dapat sembuh sendiri dan merespon pengobatan topikal
dengan baik. Namun pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi,
penyakit ini agak sukar untuk disembuhkan, meskipun terkontrol.6 Bisa juga baik
bila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan.3
Pada dermatitis infantil meskipun tanpa pengobatan prognosanya adalah
baik dan kesembuhan dapat diperkirakan dalam beberapa minggu pada kasus-
kasus yang berat. Setelah sembuh, serangan ulang sangat jarang terjadi.5

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Juanda A, Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Juanda A, Hamzah M,


Aisah S, Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keempat. Cetakan kedua.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2005 : 200-2.
2. Williams H, Bigby M.. Dermatology an Illustrated colour text. Ed3th.
Edinburgh London,2002. P.34.
3. Hatmoko. Dermatitis seboroik. [online] 2010 Sep 09 [cited 20011 Okt 20];
Available from; URL: http://www.emedicine.com.
4. Plewig G. Seborrheic dermatitis. In Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K,
Freedberg IM, Austen KF. Dermatology in general medicine. Volume 1.
Fourth edition. United States of America : Mc Grow Hill ; 1993 : 1569-73.
5. Goldstein BG, Goldstein AO. Dalam Dematologi praktis. Cetakan
pertama. Jakarta : Hipokrates ; 1998 : 188-90
6. Barakbah J, Pohan SS, Sukanto H, Martodihardjo S, Agusni I, Lumintang
H, et al. Dermatitis seboroik. Atlas penyakit kulit dan kelamin. Cetakan
ketiga. Surabaya : Airlangga University Press ; 2007 : 112-6
7. Reeves JRT, Maibach H. Dermatitis seboroika. Atlas dermatologi klinik.
Cetakan pertama. Jakarta : Hipokrates ; 1990 : 1-3

You might also like