Professional Documents
Culture Documents
Pelaksanaan Manusa Yajña di Desa Sibangkaja tidak dapat dihindarkan dari transformasi.
Bentuk-bentuk pelaksanaan Manusa Yajña saat ini membedakan dengan pelaksanaan
sebelumnya. Secara tradisional Manusa Yajña identik dengan upacara sarira samskara
(penyucian diri) sedangkan dalam bentuk karitas sosial diletakan pada bidang lain.
Perkembangannya di era modernisasi dengan segala dinamikanya menyebabkan terjadinya
transformasi Manusa Yajña, menuju pada keseimbangan antara sekala (karitas sosial) dan
niskala (media ritual). Proses transformasi tersebut terjadi secara evolusi, sehingga tidak
menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Hal ini sangat penting karena tingkat berpikir dan
keberagamaan masyarakat terus mengalami peningkatanan seiring dengan perkembangan zaman,
yang mengikuti peradaban manusia. Berangkat dari latar belakang tersebut penelitian tentang
Transformasi Manusa Yajña di Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali kajian Teo-
Antropologi menjadi sangat menarik untuk di lakukan, sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas manusia baik dari segi spiritual, emosional dan intelektual dalam mewujudkan manusia
yang jagathita.
Berdasarkan isu dan fenomen tersebut penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang
: (1) Bagaimanakah Bentuk Transformasi Manusa Yajña di Desa Sibangkaja, Kecamatan
Abiansemal, Kabupaten Badung?. (2) Mengapa terjadi Transformasi Manusa Yajña di Desa
Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung? (3) Apakah Implikasi Transformasi
Manusa Yajña di Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ?. Secara umum
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami realitas dalam konteks transformasi
Manusa Yajña yang terjadi di Desa Sibangkaja. Dan secara khusus untuk mengetahui bentuk,
penyebab, dan implikasi dari trasformasi Manusa Yajña di Desa Sibangkaja kajian Teo-
Antropologi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang bertujuan untuk memahamai serta
menganalisis Transformasi Manusa Yajna, dengan pendekatan Teo-Antropologi. Teori yang
dipakai dalam penelitian ini adalah (1) Teori Relegi untuk mengkaji bentuk transformasi. (2)
Teori Perubahan Sosial yaitu teori Evolusi, untuk mengkaji penyebab terjadinya transformasi. (3)
Teori Fungsional Struktural untuk mengkaji implikasi transformasi Manusa Yajna. Data
penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, life story dan studi dokumen. Informan
ditentukan secara purposive. Peneliti bertindak sebagai instrument utama dibantu pedoman
wawancara, kamera, dan alat tulis, hasilnya disajikan secara formal dan informal
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; pertama Bentuk-bentuk Transformasi Manusa
Yajña di Desa Sibangkaja, meliputi transformasi tatanan upacara Manusa Yajna. Tatanan acara
yang mengalami transformasi adalah acara. Acara yang mengalami transformasi meliputi, hari
pelaksanaan upacara Manusa Yajna, orang suci yang memmimpin upacara, tempat dilaksanakan
upacara Manusa Yajna. Walaupun tidak begitu banyak terjadinya transformasi akan tetapi setiap
waktu mengalami peningkatan. sistem kepanitiaan, sistem ngoopin , sisetm ngejot dan
transformasi isisn sok.
Kedua faktor penyebab terjadinya transformasi Manusa Yajña di Desa Sibangkaja dapat
dibedakan menjadi dua yaitu eksternal dan internal. Eksternal meliputi pengaruh globalisasi,
masuknya perusahan, masuknya pengembang perumahan, media masa dan peran pemerintah
yang turut memberikan kontribusi terhadap transformasi Manusa Yajña di Desa Sibangkaja. Di
sisi lain penyebab juga terjadi dari dalam masyarakat sendiri yang meliputi; kompleksitas
kebutuhan masyarakat, terjadinya pergeseran mata pencaharian masyarakat, meningkatnya
pemahaman agama masyarakat dan awig-awig sebagai landasan dari transformasi Manusa
Yajna.
Ketiga dari transformasi Manusa Yajña berimplikasi pada terjadinya penguatan
pelaksanaan ajaran Agama Hindu, yang meliputi penguatan pelaksanaan Catur Marga Yoga,
penguatan Catur Asrama dan Catur Purusa Artha. Imlikasi sosial menyebabkan terjadinya
pengayaan solidaritas sosial dalam masyarakat. Hal ini berimplikasi pada penguatan esistensi
desa adat dan eksistensi organisasi soroh atau klen. Rangkaian dari transformasi berimplikasi
pula pada tumbuhnya ekonomi kerakyatan, komodifikasi upacara dan pengutan
lembagakeuangan desa adat (LPD)
Temuan penelitian ini memiliki tiga dimensi. Pertama, mengacu kepada bentuk-bentuk
konkret dari transformasi. Kedua, arah pemikiran kepada alasan (reason) atau penyebabkan
terjadinya transformasi Manusa Yajña di Desa Sibangkaja. Ketiga, arah pemikiran mengenai
implikasi atau kausalitas yang diakibatkan oleh transformasi tersebut. Mempraktikkan kehidupan
beragama dalam bingkai waktu yang berubah dengan melakukan Transformasi Manusa Yajña
merupakan suatu tindakan masyarakat untuk melakukan perubahan sosial untuk dapat
mengadaptasikan diri terhadap berbagai tantangan (challence) yang ada, sehingga pelaksanaan
kehidupan beragama, khususnya Manusa Yajña tetap memiliki makna dan fungsi secara sekala
dan niskala bagi masyarakat. Melalui transformasi Manusa Yajña para pelakunya yang berada
pada zaman perubahan (globalisasi) akan memiliki kekuatan untuk mempertahankan identitas
keagamaannya, yang berarti bahwa bukan agama (Hindu) yang berubah, melainkan tata cara di
dalam pelaksanaannya disesuaikan ketika dikontekskan dengan realitas yang terjadi. Oleh karena
itu, maka transformasi tersebut akan bersifat positif dan produktif dan mampu memecahkan
persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupan beragama atau transformasi tersebut
memiliki nilai fungsional kemasyarakatan.