You are on page 1of 9

1

NASKAH PUBLIKASI

Fitri Ramadhani

DRUG UTILIZATION STUDY OF FIXED - DRUG


COMBINATION IN CHILDHOOD PULMONARY
TUBERCULOSIS PATIENTS
(Research at Hospital of Karsa Husada Batu)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
1

ABSTRACT

DRUG UTILIZATION STUDY OF FIXED - DRUG


COMBINATION IN CHILDHOOD PULMONARY
TUBERCULOSIS PATIENTS
(Research at Hospital of Karsa Husada Batu)
Fitri Ramadhani*, Hidajah Rachmawati*, Didik Hasmono**
*Department of Pharmacy, Faculty of Health Sciences, University of
Muhammadiyah Malang.
**Faculty of Pharmacy, University of Airlangga

Background: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium


tuberculosis. This disease os a major cause of morbidity and mortality in adults
and children. Anti-tuberculosis drugs (AAT) for children are provide in Fixed-
dose combination (FDC) formulations. It is intended to simplify the
administration of drugs, ensure continuity of treatment to completion and increase
compliance during the theraphy, have been recommended as a standard anti-
tuberculosis treatment regimen.
Objective: The aim of this study was to determine pattern of fixed-dose
combination utilization in childhood pulmonary tuberculosis patient and to related
to the dose, kind, and adverse effect of therapy.
Methods: This study was an observational retrospective with the presentation of
descriptive in childhood pulmonary tuberculosis patients in the period from
January 1, 2014 to December 31, 2015.
Result & Conclussion : Intensive phase used 3KDT (Rifampicin 75 mg,
Isoniazid 50 mg, Pirazinamid 150 mg) 30 patients (53%) and continuation used
2KDT (Rifampicin 75 mg, Isoniazid 50 mg) 27 patients (47%). The occurrence of
advers effects from FDC is most common in patients is nausea 7 patients (19%),
vomit 5 patients (14%) and rash on the skin 2 patients (5%). Giving the number of
tablets FDC by weight in some paients not in accordance with the standard
guidline from Department of Health.

Keywords: Childhood Tuberculosis pulmonary, Fixed-Dose Combination,


Adverse Effect
2

PENDAHULUAN terjadinya resistensi obat. Kombinasi


Tuberkulosis adalah salah satu empat obat yakni isoniazid,
penyakit yang menyebabkan rifampisin, pirazinamid, dan
kematian utama yang disebabkan etambutol telah direkomendasikan
oleh infeksi. Tuberkulosis atau yang ketika terdapat resiko adanya
lebih dikenal TB adalah suatu resistensi. Meskipun ketika infeksi
penyakit infeksi yang disebabkan rentan terjadi atau adanya kegagalan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang rendah pada TB primer sering
yang dapat terjadi secara perlahan terlihat pada anak, pada tahap
tanpa diketahui gejala sebelumnya, intensif dapat diberikan kombinasi
infeksi laten lalu menjadi penyakit isoniazid, rifampisin, dan
infeksi yang aktif kembali atau pirazinamid. Pada tahap lanjutan,
reaktivasi (Dipiro, 2009). Penyakit obat yang dikonsumsi berkurang
ini tidak hanya menyerang orang tetapi kurang lebih selama 4 bulan
dewasa tetapi juga pada anak, yang untuk memastikan bahwa pasien
terjadi pada anak usia 0-14 tahun sembuh total dan tidak kambuh
(Kemenkes RI, 2013). setelah menyelesaikan terapi (Yaffe
Berdasarkan hasil survei dari dan Aranda, 2011).
Departemen Kesehatan RI (2015) Paduan obat OAT kategori
menunjukkan bahwa proporsi kasus anak disediakan dalam bentuk paket
TB Anak di antara semua kasus TB berupa obat Kombinasi Dosis Tetap
pada tahun 2010 adalah 9,4%, (OAT-KDT). Tablet ini terdiri dari
kemudian menurun 8,5% pada tahun kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam
2011 dan 8,2% pada tahun 2012. satu tablet. Dosisnya disesuaikan
Apabila dilihat data per provinsi, dengan berat badan pasien. Paduan
menunjukkan variasi proporsi dari ini dikemas dalam satu paket untuk
1,8% sampai 15,9%. Hal ini satu pasien. Hal ini bertujuan untuk
menunjukan kualitas diagnosis TB memudahkan pemberian obat dan
anak masih sangat bervariasi pada menjamin kelangsungan pengobatan
level provinsi. Kasus BTA positif sampai selesai (Kemenkes RI, 2013).
pada TB anak tahun 2010 adalah Selain itu KDT dapat meningkatkan
5,4% dari semua kasus TB anak, kepatuhan pasien selama terapi,
sedangkan tahun 2011 naik menjadi penyederhanaan resep, manajemen
6,3% dan tahun 2012 menurun lebih mudah dari persediaan obat,
menjadi 6%. Sekurang-kurangnya mengurangi biaya terapi dan
500.000 anak menderita TB setiap mengurangi adanya resistensi obat
tahun 200 anak di dunia meninggal (Seth dan Kabra, 2011).
setiap hari akibat TB, 70.000 anak
meninggal setiap tahun akibat TB.
(Kemenkes RI, 2013). METODE PENELITIAN
Penatalaksanaan TB pada Penelitian yang dilakukan
anak di Indonesia dibagi dalam 2 merupakan penelitian yang bersifat
tahap, yaitu tahap intensif selama 2 observasional dengan metode
bulan pertama. Pada tahap intensif retrospektif dikarenakan peneliti
ini digunakan kombinasi obat agar tidak langsung berinteraksi dengan
efektif dan secara cepat pasien. Rancangan penelitian
mengeliminasi Mycobacterium dan dilakukan secara deskriptif
meminimalkan kesempatan untuk dimaksudkan karena untuk
3

mendeskripsikan pola penggunaan anak menunjukkan bahwa pasien


Kobinasi Dosis Tetap (KDT) pada yang terdiagnosis TB paling banyak
pasien tuberkulosis paru anak. mempunyai riwayat kontak dengan
Kriteria inklusi meliputi pasien anak penderita TB BTA positif yaitu
dengan diagnosis penyakit sebanyak 22 pasien (71%). Adanya
tuberkulosis paru di Rumah Sakit kontak antara pasien anak dengan TB
Umum Karsa Husada Batu, dengan dewasa BTA positif merupakan
data Rekam Medik Kesehatan faktor resiko yang paling tinggi
(RMK) lengkap meliputi data terapi dalam penularan terhadap anak
obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT) (Nakaoka et al., 2006). Sputum BTA
pada periode 1 Januari 2014 sampai positif sebagai faktor resiko TB anak
31 Desember 2015. (Mandalakas et al., 2005). Profil
berdasarkan keadaan gizi anak
HASIL DAN PEMBAHASAN didapatkan bahwa anak denga status
1. Data Demografi Pasien gizi baik paling banyak terdiagnosa
Distribusi jenis kelamin tuberkulosis paru yaitu sebanyak 21
pasien tuberkulosis paru anak pasien (68%). Hal ini dapat
diketahui bahwa jumlah pasien disebabkan oleh banyaknya pasien
berjenis kelamin laki-laki lebih TB paru dewasa dengan sputum
banyak terdiagosa tuberkulosis paru BTA positif-3 tinggal dengan pasien
dibandingkan dengan pasien yang memiliki status gizi baik.
perempuan perempuan yaitu dengan sputum BTA mempunyai peran pada
perbandingan laki-laki (55%) dan infeksi TB anak, semakin tinggi
perempuan (45%). Distribusi usia derajat sputum BTA pasien TB paru
menunjukkan bahwa populasi dewasa semakin besar peluang anak
penderita tuberkulosis paru anak terinfeksi TB tanpa memandang
terbanyak berada pada usia 1-5 status gizi tersebut (Diani, 2011).
tahun yaitu sebanyak 14 pasien
3. Riwayat Imunisasi BCG
(46%). Hal ini sesuai dengan teori Pasien yang terdiagnosa
bahwa sebagian besar pasien tuberkulosis paru justru sudah
tuberkulosis anak berusia 1-5 tahun. melakukan vaksinasi BCG yaitu
Anak dengan usia balita merupakan sebanyak 23 pasien (74%). Hal ini
kelompok rentan terhadap masalah didukung oleh beberapa penelitian
kesehatan dan gizi karena sistem yang menyebutkan bahwa tidak ada
imunitas yang belum terbentuk hubungan yang signifikan antara
dengan baik (Soedibyo dkk., 2004). status imunisasi BCG dengan
Selain itu didapatkan status pasien kejadian TB paru pada anak (Soysal
terbanyak adalah pasien dengan et al., 2005). Vaksinasi BCG yang
status umum sebanyak 25 pasien telah dilakukan pada anak-anak
(81%). selama ini hanya memberikan daya
2. Data Penetapan Diagnosis proteksi sebagian saja. Tetapi masih
Berdasarkan Sistem Skoring TB dapat dipakai untuk mengurangi
Anak resiko tuberkulosis berat seperti
Profil berdasakan riwayat meningitis tuberkulosis dan
kontak TB pasien tuberkulosis paru tuberkulosis milier (Setiarini, 2008).
4

Tabel. 1 Terapi KDT Berdasarkan Berat Badan

BB Jumlah Tablet Persentase


Fase Pengobatan Jumlah*
(kg) KDT (%)

5-9 1 tablet 7 12
Intensif
10-14 2 tablet 6 11
3KDT
15-19 3 tablet 9 16
R75/H50/Z150
20-32 4 tablet 8 14
Jumlah 30 53
5-9 1 tablet 7 12
Lanjutan
10-14 2 tablet 2 3
2KDT
15-19 3 tablet 10 18
R75/H50
20-32 4 tablet 8 14
Jumlah 27 47
Total 57 100
tuntas dan memperparah kejadian
multidrug resisteance tuberculosis
4. Terapi KDT yang Diterima
(MDR TB) (Siahaan dan Muyani,
Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis
2013).
Paru Anak Berdasarkan Berat
Badan
5. Jenis Penyakit Penyerta
Pada Tabel. 1 dapat diketahui Penyakit penyerta yang paling
bahwa sebagian besar pasien banyak timbul selama pasien
menerima tablet KDT sebanyak 3 menjalakan terapi adalah diare
tablet. Namun pada beberapa pasien sebanyak 3 pasien (33%) dan demam
terdapat ketidaksesuaian antara 3 pasien (33%). Diare dan demam
jumlah tablet KDT yang diterima merupakan penyakit penyerta paling
dengan berat badannya. Dampak dari banyak dialami oleh pasien,
ketidaksesuaian pemberian dosis keduanya bukan pemicu namun
terapi dengan berat badan pada penyakit penyerta yang timbul
tuberkulosis paru berkaitan dengan selama terapi. Mencari penyakit
konsentrasi obat dalam tubuh penyerta merupakan hal yang penting
sehingga dapat menimbulkan dalam tatalaksana TB anak, jika
resistensi obat sehingga pasien ditemukan maka ditatalaksana secara
menjadi tidak sembuh. Hal ini juga bersamaan (Kemenkes RI, 2014).
dapat menyebabkan eradikasi kuman
Mycobacterium tuberculosis tidak
Tabel. 2 Efek Pemakaian KDT
Efek Samping Jumlah Pasien Persentase (%)
Ruam 2 5
Mual 7 19
Muntah 5 14
Tidak tercatat 23 62
Jumlah 37 100
5

(5%). Penatalaksanaan efek mual


6. Efek Pemakaian KDT atau muntah adalah KDT diminum
malam sebelum tidur. Semua jenis
Melalui Tabel. 2 diketahui
OAT menyebabkan gatal dan
bahwa efek samping penggunaan
kemerahan pada kulit.
OAT yang paling sering ditemui
Penatalaksanaan pasien dengan efek
pada pasien rawat jalan di Rumah
samping gatal dapat diberikan
Sakit Umum Karsa Husada Batu
antihistamin, sambil meneruskan
antara lain ruam, mual dan muntah.
pemberian KDT namun apabila
Mual adalah efek samping yang
disertai dengan bintik kemerahan
paling banyak dirasakan oleh pasien
pada kulit, hentikan pemberian KDT
yaitu sebanyak 7 pasien (19%),
tunggu sampai kemerahan pada kulit
muntah terjadi pada 5 pasien (14%)
tersebut hilang (Depkes RI, 2005).
dan ruam terjadi pada 2 pasien
Tabel. 3 Lama Pemberian KDT

Lama Pemberian KDT Jumlah Pasien Persentase (%)


< 6 bulan 4 13
6 bulan 27 87
> 6 bulan 0 0
Jumlah 31 100

7. Lama Pemberian KDT apabila gejala klinis berkurang, nafsu


Pada Tabel. 3 dapat diketahui makan meningkat, berat badan
bahwa sebagian besar pasien meningkat, demam menghilang, dan
menjalani pengobatan hingga selesai batuk berkurang. Lama pengobatan
6 bulan yaitu sebanyak 27 pasien lebih dari 6 bulan berlaku untuk jenis
(87%) kemudian disusul dengan TB paru dengan tanda-tanda
pasien yang menjalani pengobatan < kerusakan luas dan untuk TB berat
6 bulan sebanyak 4 pasien (13%). lainnya seperti meningitis TB,
Hal ini dikarenakan beberapa pasien peritonitis TB, perikarditis TB, TB
drop out. Lama pemberian obat milier dan skeletal TB (Seth dan
berkaitan dengan respon pengobatan, Kabra, 2011).
respon pengobatan dikatakan baik
Tabel. 4 Hasil Akhir Pengobatan
Hasil Akhir Pengobatan Jumlah Pasien Persentase (%)
Sembuh 17 55
Pengobatan lengkap 10 32
Gagal 0 0
Drop Out 3 10
Pindah 1 3
Meninggal 0 0
Total 31 100
6

8. Hasil Akhir Pengobatan dengan dosis dan waktu yang salah,


Dapat diketahui melalui Tabel. lupa minum obat, serta berhenti
4 bahwa sebagian besar hasil minum obat sebelum waktunya
pengobatan pasien tuberkulosis paru (Depkes RI, 2005).
pasien sembuh yaitu sebanyak 17
pasien (55%), kemudian disusul KESIMPULAN
dengan pasien pengobatan lengkap Berdasarkan hasil penelitian
sebanyak 10 psien (32%), pasien tentang studi penggunaan Kombinasi
drop out sebanyak 3 pasien (10%), Dosis Tetap (KDT) pada pasien
dan pasien pindah 1 pasien (3%). tuberkulosis paru anak di Instalasi
Pasien dengan hasil akhir Rawat Jalan RSU Karsa Husada
pengobatan dengan keadaan sembuh Batu, dapat disimpulkan bahwa :
adalah pasien yang telah 1. Fase intensif menggunakan
menyelesaikan pengobatannya secara 3KDT (Rifampisin 75 mg,
lengkap dan pemeriksaan apusan Isoniazid 50 mg, Pirazinamid
dahak ulang (follow-up) hasilnya 150 mg) sebanyak 30 pasien
negatif (Kemenkes RI, 2014). Hal ini (53%) dan fase lanjutan
berbeda dengan pasien dewasa, mengunakan 2 KDT
kebanyakan TB anak tidak (Rifampisin 75 mg, Isoniazid 50
didiagnosis secara mikroskopis, mg) sebanyak 27 pasien (47%).
sehingga istilah “sembuh” menjadi 2. Efek samping dari penggunaan
luaran yang jarang terjadi karena KDT yang paling banyak terjadi
memerlukan follow up secara pada pasien adalah mual
mikroskopis. Oleh karena itu anak- sebanyak 7 pasien (19%),
anak yang secara klinis telah sembuh muntah 5 pasien (14%) dan
setelah pengobatan penuh tercatat ruam pada kulit sebanyak 2
sebagai “pengobatan lengkap” pasien (5%).
(Kemenkes RI, 2013). Hal ini tidak 3. Pada beberapa pasien pemberian
sesuai dengan hasil yang jumlah tablet KDT berdasarkan
didapatkan, disebabkan karena jika berat badan belum sesuai dengan
ada pasien yang telah mengalami Pedoman Nasional Pengendalian
perubahan klinis tanpa pemeriksaan Tuberkulosis tahun 2011 dari
dahak ulang sudah dikategorikan Departemen Kesehatan RI.
kedalam pasien sembuh.
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan DAFTAR PUSTAKA
diduga dapat menyebabkan
kekebalan bakteri terhadap obat- Bello, S. I., Itiola, O. A., 2010. Drug
obatan yang dikonsumsi (Multiple adherence amongst
Drug Resistance) (Bello at al., tuberkulosis patients in the
2010). Secara teori, kepatuhan pasien University of Ilorin Teaching
anak terhadap pengobatan Hospital. Alfr J Pharm
dipengaruhi oleh beberapa faktor Pharmacol. Vol 4. pp:109-
seperti pengetahuan orang tua, faktor 114.
sosial, dan ekonomi orang tua pasien.
Bentuk bentuk ketidakpatuhan Diani, A., Setyanto, D. B.km,
terhadap farmakoterapi bagi Nurhamzah, W., 2011.
penderita tuberkulosis antara lain Proporsi Infeksi Tuberkulosis
tidak mengambil obat, minum obat dan Gambaran Risiko pada
7

Balita yang Tinggal dalam Satu Among Children. Emergency


Rumah dengan Pasien Infection Disease., Vol. 12
Tuberkulosis Paru Dewasa., No. 9, pp. 1383-4.
Sari Pediatri., Vol.13. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Siahaan, S., Mulyani, U. A., 2013.
Anak RS Dr. Cipto Praktik Peracikan Puyer Untuk
Mangunkusumo. FKUI. Anak Penderita Tuberkulosis
Di Indonesia. Jurnal
Dipiro, J.T., 2009. Kesehatan masyarakat., Vol.
Pharmacotherapy 8, No. 4
Handbook, Ed.7th, New York:
Mc Graw - Hillk., pp. 532-544. Seth, Vimlesh., and Kabra, S. K.,
2011. Antituberculosis Drugs
Departmen Kesehatan Republik First-line Agents In: Seth, V.,
Indonesia., 2005. Seth, S. D., Semwal, O. P.,
Pharmaceutical Care untuk Essentials of Tuberculosis in
Penyakit Tuberkulosis, Children, Ed.4th, New Delhi:
Jakarta: Direktorat Bina Jaypee., pp. 403-420.
Farmasi Komunitas dan Klinik.
Direktorat Jenderal Bina Setiarini, I. 2010. “Penggunaan
Kefarmasian dan Alat Vaksin BCG Untuk
Kesehatan. Pencegahan Tuberkulosis”

Kementerian Kesehatan Repeublik Soedibyo S, Sidabutar B,


Indonesia., 2013. Petunjuk Tumbelaka A., 2004.
Teknis Manajemen TB Nutritional status of under five
Anak, Jakarta: Direktorat pulmonary tuberkulosis patiens
Jenderal Pengendalian before and after six month
Penyakit dan Penyehatan therapy. Pediatrica
Lingkungan. Indonesia.; Vol. 44(2) p: 21-
24.
Kementerian Kesehatan Republik Soysal, A.; Millington, K.A.; Bakir,
Indonesia., 2014. Pedoman M.; Dosanjh, D.; Asla,n Y.;
Nasional Penanggulangan Deeks, J.J.; Efe, S.; Staveley,
Tuberkulosis, Jakarta: I.; Ewer, K.; Lalvani, A., 2005.
Direktorat Jenderal “Effect of BCG vaccination on
Pengendalian Penyakit dan risk of Mycobacterium
Penyehatan Lingkungan. tuberculosis infection in
children with household
Mandalakas, A., Starke, J.R. 2005. tuberculosis contact: a
Current Concepts Of prospective community-based
Childhood Tuberculosis. study”. Lancet. pp. 366
Semin Pediatr Infect Dis.,
Vol. 16, pp.93-104. Yaffe, S. J., and Aranda, J., 2011 .
Antituberculosis Drugs In:
Nakaoka, H., Lawson, L., Squire, B., Tuazon, A. O., Maramba-
Coulter, B., Rayn, P., Brock, I., Lazarte, O. C., Neonatal and
Hart, C. A., Cuevas, L. E., Pediatric Pharmacology
2006. Risk for Tuberculosis Therapeutic Principle in
8

Practice, Ed.4th, Philadelphia:


Lippincott Williams &
Wilkins., pp. 487-494.

You might also like