You are on page 1of 9

MODUL VII

Biaya Mutu (The Cost od Quality) dan


Akuntansi untuk Kehilangan dalam Proses
Produksi (Accounting for Production Losses)

Biaya mutu
Sampai batas tertentu, biaya mutu sering kali disalaharikan. Biaya mutu
tidak hanya terdiri atas biaya mutu, tetapi juga biaya yang terjadi karena
kurangnya mutu. Untuk memahami dan meminimalkan, biaya mutu, jenis
biaya mutu harus di identifikasikan dan dibedakan.

Jenis – jenis Biaya Mutu


Biaya mutu dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi besar : biaya
pencegahan (prevention cost), biaya penilaian atau apraisal (appraisal cost),
dan biaya kegagalan (failure cost).3
1. Biaya pencegahan atau preventif adalah biaya yang terjadi untuk
mencegah terjadinya kegagalan produk. Biaya pencegahan adalah biaya
yang dikeluarkan untuk mendesain produk dan sistem produksi bermutu
tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem –
sistem tersebut. Pencegahan kegagalan produk dimulai dengan
mendesain produk mutu ke dalam produk dan proses produksi.
Komponen – komponen dan peralatan bermutu tinggi yang harus
digunakan. Pemeliharaan preventif harus dilakukan secara berkala atas
peralatan dan mesin untuk memelihara mutu yang tinggi. Karyawan
harus dilatih dengan baik dan bermotivasi tinggi. Seluruh karyawan,
mulai dari manajemen puncak sampai setiap pekerja pabrik harus terus
– menerus mencari cara untuk memperbaiki mutu produk.
2. Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi kegagalan
produk. Biaya penilaian terdiri atas biaya inspeksi dan pengujian bahan
baku, inspeksi produk selama dan setelah proses produksi, serta biaya
untuk memperoleh informasi dari pelanggan mengenai kepuasan mereka
atas produk tersebut.
3. Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi saat produk gagal kegagalan
tersebut dapat terjadi secara internal atau eksternal. Biaya kegagalan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 1


internal adalah biaya yang terjadi selama proses produksi, seperti biaya
bahan baku, biaya barang cacat, biaya pengerjaan kembali, dan
terhentinya produksi karena kerusakan mesin atau kehabisan bahan
baku. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi setelah
produk dijual, meliputi biaya untuk memperbaiki dan mengganti produk
yang rusak selama masa garansi, biaya untuk menangani keluhan
pelanggan, dan biaya hilangnya penjualan akibat ketidakpuasan
pelanggan.

Manajemen Mutu Total


Untuk dapat bertahan dilingkungan bisnis yang kompetitif, suatu perusahaan harus
menyediakan produk bermutu dengan harga yang wajar. Perusahaan “seperti Ford,
Hewlett – Packard, Harley Davidson, dan Celanese diawal tahun 1980-an sudah
menyadari bahwa mereka tidak dapat terus menjadi kompetitif, jika produk mereka
tidak dapat bersaing dengan produk dengan mutu tertinggi dari pesaing mereka. 5
Untuk menghilangkan mutu yang buruk, produsen kelas dunia mengadopsi folosofi
Manajemen mutu total (total quality management – TQM) adalah pendekatan
tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk memperbaiki
mutu disemua proses dan aktivitas. Hal ini telah berkembang menjadi lebih besar
sekedar tujuan bisnis yang dikelola dengan baik. TQM telah menjadi filosofi yang
mengakar dan suatu cara menjalankan bisnis yang berlaku atas semua area
fungsional perusahaan dan seluruh karyawan.

Peningkatan Mutu secara Berkelanjutan


Cara yang terbaik untuk mengurangi biaya mutu total adalah mengurangi kondisi
kurangnya mutu. Secara historis, perusahaan menyediakan masalah mutu dengan
strategi produk besar dan inspeksi. Idenya adalah untuk menghasilkan produk
dalam jumlah yang besar sedemikian rupa sehingga, beberapapun jumlah unit yang
ditolak diakhir proses, perusahaan memiliki cukup unit yang baik guna memenuhi
permintaan. Pendekatan ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, pendekatan
ini terlalu terlambat untuk mendeteksi kerugian produksi. Jika cacat terjadi diawal
proses produksi, biaya yang ditambahkan ke produk yang defektif tentu saja
merupakan kerugian. Pendekatan ini bergantung kepada jumlah persediaan yang
besar, guna memastikan adanya unit yang baik dalam jumlah yang mencukupi.
Padahal persediaan yang besar itu biayanya mahal. Hal ini menyebabkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 2


penggunaan yang tidak efisien dari sumber daya produksi dan terbuangnya bahan
baku serta tenaga kerja. Meskipun beberapa dari inefisiensi dan pemborosan ini
dapat dihilangkan dengan mempersering inspeksi, biaya dari kerugian produksi ini
jarang sekali diukur. Biaya bahan baku sisa, barang cacat, dan pengerjaan kembali,
dari sistem mutu yang seperti ini dipandang secara umum sebagai bagian dari biaya
produksi normal. Konsekuensinya, biaya – biaya ini sering kali diabaikan, sehingga
memicu (atau paling tidak, tidak menekan) pemborosan dan inefesiensi.

Mengukur dan Melaporkan Biaya Mutu


Agar berhasil dalam memonitor biaya mutu serta mengevaluasi perbaiki, akuntan
manajemen harus dapat mengukur biaya mutu. Biaya mutu bagi kebanyakan
perusahaan cukup tinggi. Suatu studi di Sola Optical di Petauma, California, yang
dilakukan oleh konsultan luar ditahun 1989, menyatakan bahwa biaya mutu
perusahaan berkisar di 20%, pendapatannya.12 Mengukur dan melaporkan biaya
sebesar itu akan menarik perhatian manajemen puncak, terutama manajemen
puncak Amerika Serikat, yang cenderung berfokus pada ukuran – ukuran finansial.
Pada saat yang sama, biaya sebesar itu akan memberikan insentif besar bagi
perbaikan. Pelaporan biaya mutu juga memberikan arahan dengan mengidikasikan
kesempatan – kesempatan untuk perbaikan yang substansial.
Kebanyakan dari biaya kegagalan berbagai macam produk dapat diukur dan
dilaporkan setiap priode. Volume bahan baku sisa, barang cacat, pengerjaan
kembali, perbaikan dan penggantian selama masa garansi, dan penanganan
keluhanan pelanggan dapat dimonitor, dihitung biayanya, dan dilaporkan ke
manajemen per triwulan, per bulan, atau lebih sering lagi. Biaya kegagalan –
kegagalan ini dapat ditelusuri dan dilaporkan untuk setiap pusat biaya. Akan tetapi,
manajemen puncak sebaiknya tidak berusaha untuk menggunakan informasi biaya
terinci tersebut guna membebankan tanggung jawab atas kegagalan – kegagalan
tersebut. Biaya kegagalan dapat disebabkan karena bagian – bagian bermutu
rendah dari pemasok, mesin uang, desain produk yang buruk, atau faktor – faktor
lain diluar kendali manajer pusat biaya. Meskipun demikian, laporan terinci
memberikan cara untuk mengidentifikasi masalah mutu yang harus diperhatikan
oleh tim mutu yang terdiri atas karyawan dari area – area yang terpengaruh. Jika
biaya yang terlibat cukup signifikan, manajemen puncak sebaiknya berpatisipasi
secara aktif dalam tim tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 3


Akuntansi untuk Kerugian dalam Proses Produksi (Production Losses) dalam
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
Kerugian produksi di sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan termasuk
biaya bahan baku sisa, biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan kembali atas
barang cacat. Kebanyakan dari kerugian ini diakibatkan oleh kurangnya mutu
semacam ini adalah dengan menentukan biaya yang menandakan kesempatan
untuk memperbaiki mutu secara substansial, yang harus diartikan oleh manajemen
sebagai kesempatan untuk meningkatan laba perusahaan.
Akuntansi untuk Bahan Baku Sisa (Scrap)
Bahan baku sisa terdiri atas (1) serbuk atau sisa – sisa yang tertinggal setelah
bahan baku diproses, (2) bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun
diretur ke pemasok, dan (3) bagian – bagian yang rusak akibat kecerobohan
karyawan atau kegagalan mesin. Jika bahan baku sisa memiliki nilai, bahan baku
sisa tersebut sebaiknya dikumpulkan dan disimpan untuk dijual ke pedagang barang
bekas. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari pemotongan, pengikiran, atau
residu bahan baku, mungkin tidak mudah untuk menentukan biayanya. Meskipun
demikian, suatu catatan atas jumlah bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun
secara fakta tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa
tersebut. Meskipun jenis bahan baku sisa ini tidak dapat dihilangkan, tetapi
sebaiknya tidak diabaikan. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang
waktu dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut karena penggunaan bahan
baku yang efisien, dan apakah inefisiensi ini dapat dihilangkan, paling tidak
sebagian jika tidak seluruhnya.
Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa dapat
dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif tidak dipilih
digunakan secara konsisten disetiap periode. Untuk mengilustrasikan berbagai
alternatif tersebut, asumsikan Woodoo Manufacturing Company mengumpulkan
serpihan kayu dari lantai pabrik dan menjualnya secara periodik ke pabrik kertas
terdekat. Penjualan bahan baku sisa periode ini sebesar % 500. Alternatif akuntansi
untuk penjualan tersebut adalah sebagai berikut :
Jumlah yang diakumulasikan di Penjualan Bahan Baku Sisa dapat ditutup ke
Ikhtisar Laba Rugi dan ditampilkan di Laporan Laba Rugi sebagai Penjualan Bahan
Baku Sisa atau Pendapatan Lain – Lain. Pada saat Penjualan, ayat jurnal berikut ini
dibuat :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 4


Kas (atau Piutang Usaha) 500
Penjualan Bahan Baku (atau Pendapatan Lain – Lain) 500

Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Harga Pokok Penjualan,


sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke Pendapatan Penjualan untuk
periode tersebut. Mengurangi Harga Pokok Penjualan menyebabkan peningkatan
laba untuk periode tersebut yang sama halnya dengan melaporkan hasil penjualan
tersebut sebagai Penjualan Bahan Baku Sisa atau Pendapatan Lain – Lain. Ayat
jurnal pada saat penjualan adalah sebagai berikut :

Kas (atau Piutang Usaha) $ 500


Harga Pokok Penjualan $ 500

Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Pengendali Overhead


Pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead untuk periode tersebut. Jika bahan
baku sisa dikreditkan ke Pengendali Overhead Pabrik dan jika tarif biaya overhead
yang telah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk membebankan overhead
ke pesanan, maka nilai realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan
untuk periode tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi overhead
sebelum tarif overhead dihitung. Apabila tidak, maka tarif overhead aktual yang
terjadi diperiode tersebut. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan bahan baku sisa
adalah sebagai berikut :

Kas (atau Piutang Usaha) 500


Pengendali Overhead Pabrik 500

Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke pesanan individual,


jumlah yang direalisasikan dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan
sebagai pengurangan biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku sisa, dan
ayat jurnal umum untuk mencatat penjualannya adalah sebagai berikut :

Kas (atau Piutang Usaha) 500


Barang dalam Proses 500

Akuntansi untuk Biaya Barang Cacat (Spoiled Goods)


Barang cacat berbeda dengan bahan baku sisa karena barang cacat adalah unit
yang selesai namun cacat dalam hal tertentu. Barang cacat tidak dapat dibetulkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 5


baik karena secara teknis tidak mungkin atau karena tidak ekonomis untuk
membetulkannya. Produk plastik yang dibuat dari cetakan yang penyok atau
tergores, atau dicetak dengan warna yang salah, tidak dapat dibetulkan. Disisi lain,
produk yang permukaannya dicat tetapi terdapat gelembung, masih dapat diperbaiki
dengan mengamplas dan mencatnya kembali. Pengamplasan dan pengecatan
kembali tidak akan ekonomi apabila selisih antara pendapatan yang dapat diperoleh
dari penjualan produk tersebut dengan harga normal dengan penjualan produk
tersebut dengan harga diskon karena cacat, lebih kecil dari tambahan biaya untuk
melakukan pengamplasan dan pengecatan kembali.
Barang cacat dapat disebabakan oleh tindakan pelanggaran, seperti
penggantian spesifikasi setelah produksi dimulai atau keharusan untuk
memproduksi dalam toleransi yang sangat ketat. Barang cacat juga dapat
disebabkan oleh kegagalan internal, seperti kecerobohan karyawan atau usangnya
peralatan. Perlakuan akuntansi untuk barang cacat bergantung pada jenis
penyebabnya.
Barang Cacat yang Disebabkan oleh Pelanggan. Jika barang cacat terjadi
karena tindakan tertentu yang dilakukan oleh pelanggan, maka hal tersebut tidak
boleh dianggap sebagai biaya mutu. Pelanggan yang sebaiknya membayar jenis
barang cacat seperti ini. Biaya yang tidak dapat tertutup dari penjualan barang cacat
sebaiknya dikeluarkan dari biaya pesanan, tetapi sisa dari biaya yang tidak tertutup
oleh nilai sisa tersebut tetap tinggal sebagai biaya pesanan itu. Untuk
mengilustrasikannya, asumsikan bahwa Plastico Inc. memproduksi 1.000 kursi ini
tidak dapat digunakan oleh pelanggan dan tidak dapat diperbaiki sehingga dapat
diterima oleh pelanggan. Meskipun demikian, Plastico dapat menjual 100 kursi ini
sebagai barang bekas dengan harga $10 per unit atau totalnya setara dengan
$1.000. Tambahan 100 kursi diproduksi untuk memenuhi pesanan pelanggan,
sehingga totalnya sebesar 1.100 kursi (100 unit cacat dan 1.000 unit yang dapat
diterima oleh pelanggan). Total biaya yang dibebankan ke Pesanan No.876 adalah
sebagai berikut :

Bahan baku $22.000


Tenaga kerja 5.500
Overhead pabrik 11.000
Total biaya pesana 38.500

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 6


Ayat jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan tersebut dan pengiriman
ke pelanggan adalah sebagai berikut :

Persediaan Barang Cacat 1.000


Harga pokok penjualan 37.500
Barang dalam proses 38.500

Plastico biasanya menjual hasil produksinya dengan harga 150% dari biaya.
Oleh karena itu, Pesanan No.876 ditagihkan ke Pizza King Inc. sebesar $ 56.250 ($
37.500 biaya x 150%). Ayat jurnal untuk mencatat penagihan Pesanan No.876
adalah :

Piutang Usaha (atau kas) 56.250


Penjualan 56.250

Saat barang cacat kemudian dijual, ayat jurnalnya adalah :

Kas (atau Piutang Usaha) 1.000


Persediaan Barang Cacat 1.000
Akuntansi untuk Biaya Pengerjaan Kembali (Rework)
Pengerjaan kembali (rework) adalah proses untuk membetulkan barang cacat.
Seperti barang cacat, pengerjaan kembali dapat disebabkan baik oleh tindakan
pelanggan maupun oleh kegagalan internal. Seperti halnya barang cacat, perlakuan
akuntansi untuk biaya pengerjaan kembali bergantung pada jenis penyebabnya.

Pengerjaan Kembali yang Disebabkan oleh Pelanggan. Jika pengerjaan kembali


disebabkan oleh pelanggan, biaya pengerjaan kembali dibenbakan ke pesanan, dan
idelanya ditutup oleh tindakan harga jual. Untuk menglistrasikannya, asumsikan
bahwa Heavy Load Fabricators Inc. memproduksi 200 trailer dengan desain khusus
berdasarkan Pesanan No.901 untuk memenuhi permintaan desain pelanggan, Haul
– It Reantals Corporation. Biaya yang dibebankan ke Pesanan No.901 adalah :

Bahan baku $ 100.000


Tenaga kerja (S10 per jam x 2.000 jam) 20.000
Overhead dibebankan ($40 per jam tenaga kerja langsung) 80.000
Total biaya yang dibebankan ke pesanan no. 901 $200.000

Sebelum trailer dikirimkan, pelanggan memutuskan bahwa trailer tersebut


membutuhkan per suspensi yang lebih berat dari pada yang telah dispesifikasikan
dalam pesanannya, karena beberapa penyewa diperkirakan akan menggunakan
trailer tersebut untuk menarik beban berat disepanjang daratan kasar. Sebagai

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 7


akibatnya, biaya pengerjaan kembali ditambahkan ke Pesanan No.901 sebagai
berikut :

Bahan baku ($ 40 per pasang per x 200 trailer) $ 8.000


Tenaga kerja (1/2 jam per trailer x 200 trailer x $10 per jam ) 1.000
Overhead dibebankan ($40 per jam x 100 jam) 4.000
Total biaya pengerjaan kembali yang ditambahkan ke pesanan no. 901 $ 13.000

Ayat jurnal untuk mencatat biaya pengerjaan kembali Pesanan NO.


901adalah sebagai berikut :
Barang dalam proses 13.000
Bahan baku 8.000
Beban gaji 1.000
Overhead Pabrik Dibebankan 4.000

Total biaya Pesanan No.901 sekarang menjadi $ 213.000, terdiri dari $


200.000 biaya sebelum pengerjaan kembali plus $ 13.000 biaya pengerjaan
kembali. Asumsikan Heavy Load Fabricators menagihkan harga jual pesanan
dengan markup sebesar 50% atas biaya, maka Pesanan No.901 akan dijual senilai
150% dari $ 213.000, atau sebesar $ 319.000. Saat pesanan No.901 dikirimkan ke
pelanggan, ayat jurnal berikut ini di catat :

Harga Pokok Penjualan 213.000


Barang dalam Proses 213.000
Piutang Usaha 319.500
Penjualan 319.500

Pengerjaan Kembali yang Disebabkan oleh Kegagalan Internal. Jika pengerjaan


kembali disebabkan oleh kegagalan internal, biaya pengerjaan kembali sebaiknya
dibebankan ke Pengendali Overhead Pabrik dan secara periodik dilaporkan ke
manajemen. Barang cacat sebaiknya dibetulkan hanya apabila biaya pengerjaan
kembali lebih kecil dari peningkatan dalam nilai realisasi bersih yang digunakan
untuk memutuskan apakah akan melakukan pengerjaan kembali atas unit cacat
atau tidak, didefinisikan sebagai peningkatan dalam harga jual yang diperkirakan
akan dihasilkan dari pengerjaan kembali. Tetapi, untuk perusahaan – perusahaan
yang sangat menjaga mutu dari produk mereka, dampak potensial dari produk
substandar terhadap citra produk atau perusahaan mungkin tidak dapat diterima.
Dalam kasus tersebut, keputusan yang diambil mungkin adalah memperbaiki
barang cacat tersebut atau menghancurkannya. Sampai batas dimana pengerjaan
kembali dapat diprediksikan tetapi tidak dapat dihilangkan, estimasi biaya
pengerjaan kembali sebaiknya dimasukkan dalam perhitungan tarif overhead yang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 8


telah ditentukan sebelumnya, dengan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk
bahan baku sisa maupun barang cacat.
Asumsikan fakta dan angka yang sama untuk contoh Heavy Load
Fabricators, kecuali bahwa alasan atas pengerjaan kembali adalah karena
karyawan produksi meminta per yang salah ketika trailer dirakit. Asumsikan biaya
pengerjaan kembali adalah sama dengan contoh sebelumnya, ayat jurnal untuk
mencatat pengerjaan kembali adalah sebagai berikut :
Pengendali Overhead Pabrik 13.000
Bahan baku 8.000
Beban gaji 1.000
Overhead pabrik dibebankan 4.000

Karena biaya pengerjaan kembali dibebankan ke overhead pabrik, total


biaya Pesanan No.901 senilai $ 200.000 tidak bertambah, dan harga jual adalah
sebesar 150% dari $ 200.000, atau sebesar $ 300.000. Saat pesanan dikirimkan ke
pelanggan, ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
Harga Pokok penjualan 200.000
Barang dalam Proses 200.000
Piutang Usaha 300.000
Penjualan 300.000

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suparno, SE.,MM. AKUNTANSI BIAYA 9

You might also like