Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
Myelodysplastic syndrome MDR adalah kelainan klonal sel progenitor hematopoietik yang
2. Etiologi
MDS diduga karena paparan senyawa benzene, radiasi, proses ionisasi dan agen
kemoterapi2. Keterlibatan proses autoimun ditunjukkan dengan sel T yang meregulasi baik
3. Patofisiologi
Kejadian abnormalitas respon imunitas pada MDS berasal dari penelitian klinis dan
experimental. MDS sering dikaitkan dengan anemia aplastic, karena didapatkan sum-sum
tulang yang serupa yaitu sitopenia, dysplasia sumsum tulang dan hiposeluleritas 2. Pada
MDS dan Anemia Aplastik terdapat respon imun yang dimediasi oleh sel T yang
mensupresi hematopoiesis. Tanda-tanda MDS dan Anemia aplastic adalah sebagai berikut,
peningkatan TNF alfa dan IFN gamma dan terjadi supresi yang dimediasi oleh sel T1,3. hal
ini ditandai dengan adanya peningkatan prosentase sel CD8+ CD28- dan sel CD8+CD28-
CD57+ dan penelusuran pola sel T Reseptor (TCR) Vb CDR3 dimana hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat mielosupresif yang dimediasi oleh sel T1.Sel T ini
MDS sering ditemukan pada pasien usia lanjut antara umur 60-75 tahun, dan pada sebagian
kasus pada umur < 50 tahun; laki-laki sedikit lebih sering daripada perempuan. Keluhan
dan gejala secara umum lebih dikaitkan dengan adanya sitopenia. Umumnya pasien datang
dengan keluhan cepat lelah, lesu yang disebabkan anemia. Perdarahan karena
trombositopenia dan infeksi atau panas yang dikaitkan dengan leukopenia/neutropeni juga
dapat menjadi keluhan pasien walaupun sedikit kurang sering. Pada sebagian kecil dan
5. Diagnosis
BMP (pungsi sumsum tulang) merupakan standar baku emas dalam mendiagnosa
imunofenotipe hanya tersedia di beberapa RS saja dan harganya pun masih mahal. Pada
gambaran sumsum tulang dapat dijumpai gambaran sel yang hiperseluler dengan jumlah
aktifitas hematopoiesis yang masih baik, berlawanan dengan temuan di darah tepi yang
terjadi penurunan jumlah sel. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefektifan hematopoiesis.
Juga dapat ditemukan berbagai kelainan bentuk sel dan perubahan megaloblastik, seperti
hipersegmen, hiposegmen, hipogranular, dan giant stab pada seri granulosit; dan
sebagai berikut :
terhadap pengobatan.
b.
- Pemeriksaan darah tepi menunjukkan adanya sitopeni dari satu atau lebih sistem
darah.
- Adanya sel-sel muda/blas dalam jumlah sedikit (< 30%) dengan atau tanpa
- Sumsum tulang dapat hipo, normo, atau hiperselular dengan disertai displasi sistem
jelas dari penyakit-penyakit lain seperti ITP, leukemi, anemi aplastik, dan lain-lain.
Diagnosis MDS ditetapkan bila ada butir 1 ditambah paling sedikit tiga dari butir 2.
sel-sel sumsum tulang dan pemeriksaan sitogenetik. Sitogenetik sumsum tulang dapat
kunci untuk membedakan SDM primer dan sekunder. Kromosom abnormal sumsum tulang
ditemukan pada 30 – 50 % pasien SDM de novo. Berbagai kelainan sitogenetik pada SDM
- Pengobatan standar pada pasien MDS di Indonesia terutama adalah terapi suportif
untuk mengatasi anemia dan trombositopenia, yaitu dengan transfusi sel darah
merah dengan PRC dan transfusi trombosit. Juga dapat diberikan kemoterapi
terutama dengan usia < 30 tahun, dan merupakan terapi kuratif, tetapi masih
- Kemoterapi
Pada fase awal dari SDM tidak dianjurkan untuk diberikan kemoterapi,
umumnya diberikan pada tipe RAEB, RAEB-T, CMML. Sejak tahun 1968
pengobatan ARA-C dosis rendah yang diberikan pada pasien SDM dapat
mg/m2/hari secara drip atau 10 mg/m2/hari secara subkutan setiap 12 jam selama
21 hari.
pengobatan pasien SDM. Piridoksin dosis 200 mg/hari selama 2 bulan kadang-
kadang dapat memberikan respon pada tipe RAEB walaupun sangat kecil.
minggu pengobatan.1,4,5
7. Prognosis
Pada sebagian besar SDM mempunyai perjalanan klinis menjadi kronis dan secara
bertahap terjadi kerusakan pada sitopeni. Survival sangat bervariasi dari beberapa minggu
sampai beberapa tahun. Kematian dapat terjadi pada 30 % pasien yang progresif menjadi
- Jumlah sel blas yang rendah pada sumsum tulang (< 20 %) atau tidak dijumpainya
- Kumpulan sideroblas
- Usia lanjut
dalam darah
8. Daftar purtaka