You are on page 1of 3

Fisioterapi Dada

Hari/tanggal : Sabtu, 22 April 2017


Ruangan : ICU RSD Idaman Banjarbaru
Tindakan Keperawatan / prosedur : Fisioterapi Dada
A. Latar Belakang
Tn. S usia 83 tahun dengan diagnosa medis Susp. Enselopati Hepatikum, PPOK + Pneumonia.
Saat pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran (GCS, E1M4V2, Supor), terdengar adanya
sekresi di saluran nafas yang tertahan setelah batuk serta terdengar bunyi ronkhi saat dilakukan
auskultasi di paru kanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV menunjukkan TD: 128/65 mmHg, RR: 30
x/menit, N: 101 x/menit T: 36,6oC, SpO2: 99%, CRT: < 2 detik. Keluhan utama saat pengkajian keluarga
mengatakan pasien mengalami sesak napas, dan batuk berdahak. Berdasarkan hasil anamnesa, keluarga
mengatakan riwayat penyakit sebelumnya pasien rutin menjalani pengobatan paru-paru dalam 4 tahun
terakhir, pasien tidak ada memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung. Selain itu berdasarkan
riwayat penyakit keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti pasien. Riwayat penyakit sekarang
keluarga mengatakan pada hari Rabu, 19 April 2017 pukul 08.00 pada saat pagi hari setelah sarapan
pasien langsung tidur dan beberapa jam kemudian pasien mengalami sesak dan keluarga membangunkan
pasien namun pasien tidak kunjung sadar. Keluarga pun memutuskan membawa pasien ke IGD RSUD
Ratu Zalecha Martapura dan di karenakan Ruang ICU di RSUD Ratu Zalecha Martapura tersebut penuh
maka pasien dirujuk ke RSD Idaman Banjarbaru.
B. Definisi
Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang diberikan pada penderita dengan latihan jalan napas,
menepuk daerah dinding dada, menggetarkan daerah dinding dada serta menghisap sekresi yang
dikeluarkan untuk memperlancar pernapasan (National Institutes of Health, 2016).
C. Indikasi
Menurut National Institutes of Health (2016) indikasi melakukan fisioterapi dada yaitu:
1. Produksi sputum yang berlebihan.
2. Penurunan efektifitas batuk.
3. Perubahan tanda vital.
4. Riwayat berhasil mengatasi masalah paru dengan fisioterapi dada.
5. Hasil radiologi yang abnormal menunjukkan atelektasis, lendir, atau infiltrat.
6. Terdengar adanya sekret di saluran nafas yang tertahan setelah batuk.
7. Pasien dengan ventilator.
8. Pasien tidak aktif / statis.
D. Deskripsi tindakan
1. Identitas klien : Tn. S
2. Diagnosa Medis : Susp. Enselopati Hepatikum, PPOK + Pneumonia.
3. Tindakan keperawatan dan rasional : Fisioterapi dada.
4. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.
5. Data :
Tn. S usia 83 tahun dengan diagnosa medis Susp. Enselopati Hepatikum, PPOK + Pneumonia. Saat
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran (GCS, E1M4V2, Supor), terdengar adanya sekresi
di saluran nafas yang tertahan setelah batuk serta terdengar bunyi ronkhi saat dilakukan auskultasi di
Fisioterapi Dada

paru kanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV menunjukkan TD: 128/65 mmHg, RR: 30 x/menit,
o
N: 101 x/menit T: 36,6 C, SpO2 : 99%, CRT : < 2 detik.
6. Analisa sintesa (pathway)

Normal (sistem
pertahanan) Organisme Toksin,
Stapilokokus Trombus
terganggu coagulase

Sel napas bag.


Bawah Permukaan lapisan
pneumokokus pleura tertutup tebal
eksudat trombus
Virus vena pulmonalis
E. Tujuan tindakan
1. Untuk mempertahankan, memperbaiki
Ketidakefektifan dna mencapai keefektifan dari seluruh bagian paru.
bersihan
2. Mencegah kolaps dari pada paru
jalan yang disebabkanProduksi
napas karenasputum meningkat
terhambatnya Nekrosis hemoragik
sekresi untuk keluar.
3. Menghindarkan terjadinya komplikasi, misal : bronkopneumonia.
4. Untuk mempertahankan kelancaran sirkulasi darah.
5. Untuk mencegah atropi otot-otot.
F. Pelaksanaan
1. Tahap pra tindakan
a. Persiapan alat
1) Stetoskop
2) Handuk
3) Suction (jika diperlukan)
b. Persiapan pasien
1) Jelaskan tujuan dan langkah prosedur kepada pasien / keluarga.
2) Posisikan pasien tidur dengan posisi miring (kiri atau kanan).
2. Tahap tindakan
a. Cuci tangan.
b. Beritahu pasien.
c. Auskultasi seluruh lapang paru menggunakan stetoskop.
d. Posisikan pasien tidur dengan miring ke kiri atau ke kanan.
e. Tempatkan handuk di atas dada pasien.
f. Lakukan penepukan (claping) dengan kedua tangan di seluruh lapang paru dalam waktu 1-3
menit.
g. Lakukan vibrasi saat pasien ekspirasi dalam waktu 1-3 menit.
h. Lakukan penepukan (claping) dan vibrasi pada dada yang satunya dengan lama waktu yang
sama.
i. Jika pasien sadar lakukan postural drainage dan posisikan pasien sesuai daerah paru dimana
sekret akan dialirkan.
j. Jika pasien mampu batuk efektif anjurkan pasien untuk batuk efektif.
k. Jika pasien tidak mampu batuk efektif lakukan suctioning dengan tekanan 60 – 100 mmHg untuk
bayi, 100 – 120 mmHg untuk anak-anak, 100 – 300 mmHg untuk dewasa, jika pasien dengan
ventilasi mekanik berikan oksigen 100 pre, post, dan diantara tindakan suctioning.
l. Catat jumlah, warna dan konsistensi sputum.
m. Kembalikan pasien pada posisi semula.
n. Rapikan peralatan dan dokumentasikan tindakan.
G. Evaluasi
1. Evaluasi pasien
Pasien ada reflek batuk.
2. Evaluasi tindakan
Fisioterapi Dada

a. SpO2 : 99%.
b. Terdapat refleks batuk, namun sekret tidak keluar (sebelumnya sekret berwarna krem kental).

Mengetahui Banjarbaru, 22 April 2017


Pembimbing Klinik Mahasiswa

.................................. Misbachul Munirul Ehwan

Daftar Pustaka :

National Institutes of Health.2016.Critical care Therapy and Respiratory Care Section.Critical care Medicine
Department: Australia

You might also like