Professional Documents
Culture Documents
DIAGRAM FISHBONE
INPUT
PROSES
LINGKUNGAN
Gambar 2.3.: Diagram Fish bone Kejadian Hookworm Disease di Desa Rejoso, Kecamatan Karang, Kabupaten Damai
Analisis Fish Bone
INPUT
PROSES
LINGKUNGAN
2. Tanah kering
Tanah merupakan media yang mutlak diperlukan oleh cacing tambang untuk
melangsungkan proses perkembangannya. Tanah yang kering dan gembur sangat
memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan cacing tambang mengingat cacing
tambang berkembang biak pada tanah pasir yang gembur, tercampur humus dan
terlindungi dari sinar matahari langsung. Telur cacing tambang yang keluar bersama
feces penjamu (host) mengalami pematangan di tanah. Setelah 24 jam telur akan berubah
menjadi larva tingkat pertama (L1) yang selanjutnya berkembang menjadi larva tingkat
kedua (L2) atau larva rhabditiform dan akhirnya menjadi larva tingkat ketiga (L3) yang
bersifat infeksius. Larva tingkat ketiga disebut larva filariform. Larva filariform dalam
tanah selanjutnya akan menembus kulit tangan dan kaki.
Daftar Pustaka
Hotez P. 2008. Hookworm and Poverty. Departement of Microbiology, Immunology and
Tropical Medicine, The George Washington University, Washington D.C, USA.
A. PEMBAHASAN
Penyakit kecacingan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Prevalensi penyakit kecacingan masih tinggi, yaitu 60%-70%. Tingginya prevalensi ini
disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara tinggi di Indonesia, yang merupakan
lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi dan higienitas yang
buruk
Infeksi A. duodenale dan N. americanus merupakan salah satu penyebab anemia
defisiensi besi dan hipoproteinemia yang terjadi akibat kehilangan albumin, karena
perdarahan kronik pada saluran cerna. Anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia sangat
merugikan proses tumbuh kembang anak dan berperan besar dalam mengganggu kecerdasan
anak usia sekolah. Prevalensi kecacingan akibat spesies ini masih cukup tinggi di Indonesia,
terutama di daerah pedesaan, khususnya perkebunan sekitar 40%. Penyakit ini menyerang
semua umur dengan proporsi terbesar pada anak.
Berdasarkan kondisi sesuai kasus dan dampak yang dapat ditumbulkan oleh penyakit
cacingtambang ini maka diperlukan upaya pencegahan untuk mengatasinya.
1. Pencegahan Primer
Melakukan promosi kesehatan yaitu memberi informasi tentang cacing tambang,
perbaikan terhadap sanitasi lingkungan, dan mengguakan alas saat kontak dengan tanah.
a. Memberikan promosi kesehatan tentang cacing tambang
Rejoso karena tingkat pengetahuan masyarakat disini yang masih kurang mengenai
cacing tambang. Salah satu hal yang perlu diketahui masyarakat adalah bagaimana
cara penularan dari infeksi cacing tambang. Dikatakan bahwa penularan dapat terjadi
akibat sering buang air besar di sembarang tempat, tidak menggunakan alas kaki
Puskesmas pun juga dapat dilakukan promosi kesehatan, baik berupa leaflet,
Materi yang dapat diberikan berupa pengetahuan tentang gejala infeksi cacing
tambang. Gejala awal dapat berupa rasa gatal pada tempat masuknya larva. Setelah 2
minggu dapat timbul gejala paru yaitu batuk kering, asma, dan demam. Manifestasi
supervisor puskesmas, pemberian obat pada penduduk yang tidak hadir (sweeping),
monitoring reaksi obat, puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan siap 24 jam,
rujukan efek samping ke RS, dan penguatan sistim rujukan berjenjang. (Setiati, dkk
2015).
Sanitasi rumah merupakan salah satu faktor resiko penyebab kejadian infeksi
cacing tambang, anak yang tinggal dalam rumah dengan sanitasi yang buruk
mempunyai resiko sebesar 3,5 kali lebih besar untuk terkena 39 infeksi cacing
tambang dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah dengan sanitasi yang
harus dilakukan perbaikan sanitasi lingkungan. Salah satunya yakni penyediaan air
bersih. Penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga
sebagai media penularan melalui mulut menyertai makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh tinja yang mengandung telur cacing.Salah satu cara untuk
memutuskan rantai daur hidup STH adalah dengan cara menjaga kebersihan dengan
menyediakan cukup air bersih di kakus, untuk mandi dan cuci tangan. (Setiati, dkk
2015).
Penularan hookworm disease juga dapat terjadi melalui tanah yang terkontaminasi
dengan tinja. Sampai saat ini belum terdapat cara yang praktis untuk membunuh telur
cacing yang terdapat di tanah, terutama bila telur-telur terdapat pada tanah liat
balita. Menurut studi pada anak sekolah di Desa Rejosari, Kecamatan Karangawen
faktor risiko sebesar 2,9 kali terhadap infeksi cacing tambang daripada anak yang
tidak defekasi di kebun atau tanah. Perbaikan sanitasi lingkungan juga dapat
sebagai sarana tempat pembuangan tinja. Pembuangan tinja yang kurang memenuhi
syarat kesehatan, misalnya : tanah tergolong hospes perantara atau tuan rumah
menular dari seseorang ke orang lain, yaitu larvanya yang ada di tinja menembus
2015).
Kaki merupakan bagian dari tubuh kita pertama yang melakukan kontak langsung
dengan tanah. Maka untuk menghindari masuknya telur atau larva cacing melalui
perantaraan kulit kaki perlu di lakukan upaya penggunaan alas kaki bagi para petani.
khususnya di daerah pedesaan, dimana sanitasi yang tidak memadai dan kurangnya
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini terhadap orang yang mempunyai risiko terkena penyakit cacing
tambang.
3. Pencegahan Tersier
Memberikan terapi farmakologis untuk mengatasi masalah penderita penyakit
cacing tambang. Terapi yang dapatdiberikan antara lain, 1) Albendazole dosis tunggal
400 mg atau harian diberikan selama 3 hari 2) Mebendazole 100 mg dua kali
sehariselama 3 hari (lebih efektif daripada bila diberikan dosis tunggal 500mg), 3)
Pyrantelpamoate 11 mg/kg dosis, biasanya lebih dari 3 hari.