You are on page 1of 17

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319236615

Kecerdasan Emosional dan Dampaknya


Terhadap Stres Kerja dan Kinerja Karyawan

Article · June 2017


DOI: 10.17605/OSF.IO/HN423

CITATIONS READS

0 491

2 authors:

Muhammad Rasyid Abdillah Adi Rahmat


Da-Yeh University Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
4 PUBLICATIONS 3 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Rasyid Abdillah on 25 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KECERDASAN EMOSIONAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP
STRES KERJA DAN KINERJA KARYAWAN
MUHAMMAD RASYID ABDILLAH
Universitas Lancang Kuning
E-mail: m.rasyidabdillah@unilak.ac.id

ADI RAHMAT
Universitas Lancang Kuning
E-mail: a_rahmat0786@yahoo.com

Abstract
The theme of the article is "economy based on the principles of Islam". The studies that prove and explain
the mediation role of job stress in the influence of emotional intelligence on the performance of individuals
has still limited, especially in private companies. The purpose of this study to examine empirical evidence
that job stress mediate the effect of emotional intelligence on employee performance. The data used in this
study was primary data in the form of a questionnaire in which the research subjects are 53 employees of PT.
Adei Plantation & Industry Head Office Pekanbaru Riau. To test the hypothesis using Structural Equation
Modeling Partial Least Square. The result of this study concluded that the effect of emotional intelligence
on employee performance is indirect influence through job stress. In addition, result also concluded that job
stress is a variable that full mediates the influence of emotional intelligence on employee performance.

Keyword: Emotional Intelligence, Employee Performance, Job Stress

PENDAHULUAN merupakan Group perusahaan Kuala Lumpur


Hingga saat ini, isu-isu mengenai model Kepong Berhad Malaysia juga mengalami
penentu kinerja karyawan pada beberapa hal yang sama. Berdasarkan hasil wawancara
perusahaan masih menjadi isu yang menarik dengan beberapa supervisor yang ada pada
untuk didiskusikan dan diteliti oleh pihak PT. Adei Plantation & Industry yang berlokasi
akademisi maupun manajemen perusahaan di Pekanbaru, diketahui bahwa masih ada
(Abdillah et al., 2016; Fitriastuti, 2013). beberapa karyawan tidak dapat menyelesaikan
Pemahaman mengenai faktor-faktor yang tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya
mempengaruhi kinerja karyawan perlu sesuai dengan waktu yang ditentukan, masih
diketahui oleh pihak manajemen (Fitriastuti, adanya karyawan yang datang ke kantor tidak
2013), karena dengan memahami hal tersebut, tepat waktu, masih adanya karyawan yang
manajemen dengan mudah mencari solusi dan sering keluar masuk kantor pada saat jam
keputusan yang efektif berkaitan dengan kinerja kerja, dan masih adanya karyawan yang pulang
karyawan. Sama halnya dengan beberapa kantor sebelum waktunya menunjukkan gejala-
perusahaan lainnya, PT. Adei Plantation & gejala bahwa masih ada beberapa karyawan
Industry Head Office Pekanbaru Riau yang yang memiliki masalah dengan kinerjanya.
44 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Beberapa hasil penelitian menunjukkan yang mampu mengelola emosinya dengan


bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil baik akan cenderung memiliki hasil kerja
pekerjaan karyawan baik secara kualitas yang tinggi. Bashir dan Ramay (2010) serta
maupun kuantitas adalah tingginya perasaan Goswami (2015) menemukan bahwa stres
tertekan yang dialami karyawan dalam kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja.
menghadapi pekerjaan (Bashir dan Ramay, Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
2010; Abdillah, 2013; Cholilawati, 2010; karyawan yang menderita tekanan kerja yang
Goswami, 2015). Selanjutnya, salah satu tinggi akan cenderung memiliki hasil kerja yang
penyebab tingginya tingkat stres kerja adalah rendah. Selanjutnya, Nikolaou dan Tsaousis
rendahnya kemampuan karyawan dalam (2002) serta Burnett dan Pettijohn (2015)
mengelola perasaan yang biasa dikenal dengan menemukan bahwa kecerdasan emosional
istilah kecerdasan emosional (Nikolaou dan berpengaruh negatif terhadap stres kerja. Hasil
Tsaousis, 2002; Abdillah, 2013; Cholilawati, penelitian ini menjelaskan bahwa karyawan
2010; Burnett dan Pettijohn, 2015). yang mampu mengelola emosinya dengan
Selama satu dekade terakhir, berbagai baik akan cenderung memiliki tingkat stres
upaya telah dilakukan oleh para ilmuan kerja yang rendah.
baik dibidang perilaku organisasi maupun Selain itu, beberapa penelitian memiliki hasil
psikologi industri yang mencoba membahas yang berbeda (tidak konsisten). Aghdasi et al.
dampak kecerdasan emosional terhadap (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa
stres kerja maupun prestasi individu didalam kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap
organisasi seperti kinerja (Abdillah, 2013, stres kerja. Hasil penelitian ini menjelaskan
Aghdasi et al. 2011; Bashir dan Ramay, 2010; bahwa tinggi atau rendahnya tingkat stres kerja
Burnett dan Pettijohn, 2015; Cholilawati, karyawan tidak dipengaruhi oleh kemampuan
2010; Goswami, 2015; Mangkunegara dan karyawan dalam mengelola emosinya. Sementara
Puspitasari, 2015; Mehrabi, 2010; Nikolaou itu Zalukhu (2013); Mangkunegara dan
dan Tsaousis, 2002; Rangarajan dan Jayamala, Puspitasari (2015) menemukan bahwa stres
2014; Zalukhu, 2013). Namun, sebagian besar kerja tidak mempengaruhi kinerja karyawan.
penelitian cenderung membahas pengaruh Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tinggi
kecerdasan emosional terhadap stres dan atau rendahnya hasil kerja karyawan baik secara
dampaknya terhadap kinerja individu masih kualitas maupun kauntitas tidak dipengaruhi
dilakukan secara terpisah. Rangriz dan Mehrabi oleh tinggi atau rendahnya tingkat stres kerja
(2010) serta Rangarajan dan Jayamala (2014) karyawan.
misalnya, dalam penelitiannya menemukan Sementara itu, penelitian-penelitian
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terpublikasi yang membuktikan dan
positif terhadap kinerja karyawan. Hasil menjelaskan peran mediasi stres kerja dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa karyawan pengaruh kecerdasan emosional terhadap
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 45

kinerja individu masih terbatas, khususnya organisasi dan manajemen sumber daya
pada perusahaan swasta (Cholilawati, 2010 manusia, terutama yang berkaitan dengan
dan Abdillah, 2013). Cholilawati (2010) kecerdasan emosional, stres kerja dan kinerja
dalam penelitiannya dengan menggunakan karyawan. Selanjutnya, hasil penelitian ini juga
perawat rumah sakit sebagai responden dapat memberi masukan untuk memahami
menemukan bahwa tinggi atau rendahnya lebih jauh mengenai peran mediasi stres
hasil kerja perawat baik secara kualitas kerja dalam pengaruh kecerdasan emosional
maupun kuantitas disebabkan oleh tinggi terhadap kinerja karyawan.
atau rendahnya perasaan tertekan yang
dialami perawat dalam menghadapi pekerjaan. KAJIAN PUSTAKA DAN
Selanjutnya, tinggi rendahnya perasaan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
tertekan yang dialami perawat dalam Kecerdasan Emosional dan Kinerja
menghadapi pekerjaan disebabkan oleh tinggi Karyawan
atau rendahnya kemampuan perawat dalam
Emosi merujuk pada suatu perasaan dan
mengelola emosinya. Abdillah (2013) dalam
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
penelitiannya dengan menggunakan personil
psikologis serta serangkaian kecenderungan
Polri sebagai responden juga menemukan
untuk bertindak (Goleman, 2004; 2015).
hasil yang sama yaitu tinggi atau rendahnya
Kecerdasan emosional adalah kemampuan
hasil kerja personil Polri baik secara kualitas
untuk memahami emosi secara akurat, menilai,
maupun kuantitas disebabkan oleh tinggi atau
dan mengungkapkannya; menggunakan emosi
rendahnya perasaan tertekan yang dialami
untuk memandu proses berfikir; memahami
personil Polri dalam menghadapi pekerjaan.
emosi dan pengetahuan tentang emosi;
Selanjutnya, tinggi rendahnya perasaan
serta mengelola emosi sehingga menunjang
tertekan yang dialami karyawan dalam
pertumbuhan emosional dan intelektual
menghadapi pekerjaan disebabkan oleh tinggi
(Mayer dan Salovey, 1997; Mayer et al., 2004).
atau rendahnya kemampuan personil Polri
Para ahli melakukan berbagai pendekatan
dalam mengelola emosinya.
dalam memahami tentang emosi karena
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
emosi mempengaruhi kinerja karyawan dan
secara empiris peran mediasi stres kerja dalam
perusahaan (Rangriz dan Mehrabi, 2010).
pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional
Wong dan Law (2002) dan Law et al. (2004)
terhadap kinerja karyawan khususnya pada
menjelaskan bahwa karyawan yang memiliki
PT. Adei Plantation & Industry Head Office
kecerdasan emosional memiliki empat
Pekanbaru Riau. Hasil penelitian ini diharapkan
kemampuan. Pertama, appraisal and expression
dapat memberikan kontribusi bagi PT. Adei
of emotions in oneself yaitu kemampuan
Plantation & Industry Head Office Pekanbaru
karyawan dalam memahami perasaan diri
Riau serta pengembangan ilmu perilaku
terdalam dan mengekspresikan rasa dengan
46 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

wajar. Kedua, appraisal and expression of emotions Stres Kerja dan Kinerja
in otherself yaitu kemampuan karyawan dalam Stres didefenisikan sebagai hasil dari
mengamati dan memahami perasaan orang tidak atau kurang adanya kecocokan antara
lain. Ketiga, regulation of emotions in oneself orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya,
yaitu kemampuan karyawan dalam mengatur dan kecakapan) dengan lingkungannya, yang
perasaan diri. Dan yang terakhir, use of emotion mengakibatkan ketidakmampuannya untuk
to facilitate performance yaitu kemampuan menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya
karyawan untuk menggunakan perasaan secara efektif (Munandar, 2001). Sedangkan
kearah kegiatan membangun, produktif dan stres kerja merupakan perasaan yang menekan
mendukung kinerja individu. atau merasa tertekan yang dialami karyawan
Kinerja karyawan didefenisikan sebagai dalam menghadapi pekerjaan (Mangkunegara,
hasil kerja secara kualitas maupun kuantitas 2005). Kekhawatiran yang paling penting
yang dicapai seorang karyawan dalam dalam studi stres kerja adalah dampak buruk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung pada kinerja karyawan (Mohsan et al., 2011).
jawab yang diberikan perusahaan kepadanya Ciri-ciri seorang karyawan yang menderita
(Mangkunegara, 2010). Goleman (2004) stres dapat dilihat dari (Robbins, 2007):
menjelaskan bahwa kecerdasan emosional selalu mengalami gangguan pencernaan akibat
seorang karyawan sangat dibutuhkan dalam bekerja, selalu merasakan sakit kepala karena
menciptakan kinerja indivdiu yang tinggi. beban pekerjaan (gejala fisiologis), merasa
Seorang karyawan yang mampu memahami, putus asa, mudah tersinggung, gelisah dalam
membedakan, dan menggunakan perasaan atau bekerja, sulit untuk berkosentrasi, kurang
emosi secara akurat (Mayer dan Salovey, 1997; bersemangat dalam bekerja (gejala psikologis),
Mayer et al., 2004) tahu bagaimana untuk sering tidak masuk kerja, sulit tidur karena
tetap termotivasi meskipun ia berada dibawah memikirkan pekerjaan, dan nafsu makan
tekanan, sehingga ia akan menunjukkan hasil berkurang atau berlebihan secara tidak wajar
kerja yang baik (Goleman, 2004; Naseer et al., (gejala perilaku). Karyawan yang menderita
2011). Beberapa studi terakhir menemukan stres akan mencoba untuk menarik dirinya
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh dari penyebab stres (stressor) dengan cara keluar
positif terhadap kinerja karyawan (Rangriz dan dari perusahaan dan atau tidak hadir dalam
Mehrabi, 2010; Cholilawati, 2010; Abdillah, pekerjaan. Apabila keluar dari perusahaan
2013; Rangarajan dan Jayamala, 2014). Hal merupakan sesuatu yang sulit bagi karyawan,
ini menujukkan bahwa karyawan yang mampu maka mereka akan menciptakan masalah bagi
mengelola emosinya dengan baik cenderung perusahaan seperti ketidakefisienan dalam
akan memiliki kinerja yang tinggi. kinerja, pemborosan sumber daya operasional,
menjadi penyebab kendala kerja bagi karyawan
H1: Kecerdasan emosional berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan. lainnya dan lain sebagainya (Goswami,
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 47

2015). Sebaliknya, karyawan yang mampu mengelola emosinya dengan baik cenderung
mengendalikan faktor-faktor yang berkaitan akan memiliki tingkat stres kerja yang rendah.
dengan stres maka ia tetap termotivasi untuk
H1a: Kecerdasan emosional berpengaruh negatif
melakukan pekerjaan dengan baik sehingga
terhadap stres kerja.
akan menunjukkan hasil kerja yang baik
Menjelaskan keterkaitan antara kecerdasan
(Goleman, 2004; Naseer et al., 2011). Beberapa
emosional dengan stres kerja dapat memberikan
studi terakhir menemukan bahwa stres kerja
pemahaman mengenai penyebab kinerja
berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan
karyawan (Abdillah, 2013). Karyawan yang
(Bashir dan Ramay, 2010; Cholilawati, 2010;
mampu mengidentifikasi, memanfaatkan,
Abdillah, 2013; Goswami, 2015; Abdillah
memahami, dan mengelola perasaannya
et al., 2016). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan akurat (Mayer dan Salovey, 1997;
karyawan yang memiliki stres kerja yang tinggi
Mayer et al., 2004) akan cenderung mampu
akan cenderung memiliki kinerja yang rendah.
mengendalikan faktor-faktor yang berkaitan
H2: Stres kerja berpengaruh negatif terhadap dengan stres (Burnett dan Pettijohn, 2015) dan
kinerja. tetap termotivasi untuk melakukan pekerjaan
dengan baik meskipun ia berada dibawah
Kecerdasan Emosional dan Stres Kerja
tekanan, sehingga ia akan menunjukkan hasil
Karyawan yang memiliki kecerdasan kerja yang baik (Goleman, 2004; Naseer et al.,
emosional dalam situasi yang berkaitan 2011). Beberapa studi terakhir menemukan
dengan tuntutan pekerjaan (stressor) akan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh tidak
lebih menyadari perasaan mereka sendiri dan langsung terhadap kinerja karyawan melalui
lebih mampu mengenali perasaannya (Salovey stres kerja (Cholilawati, 2010; Abdillah, 2013).
dan Mayer, 1990). Hal ini menjelaskan Hal ini menunjukkan bahwa karyawan yang
bahwa karyawan dengan tingkat kecerdasan mampu mengidentifikasi, memanfaatkan,
emosional yang tinggi akan lebih mampu memahami, dan mengelola emosinya dengan
mengendalikan tingkat stres karena mereka baik secara tidak langsung akan cenderung
memahami faktor-faktor penyebab yang memiliki hasil kerja yang baik melalui stres
berkaitan dengan stres sehingga karyawan kerja yang rendah.
tersebut dapat mengendalikan faktor-faktor
tersebut (Burnett dan Pettijohn, 2015). H1b: Kecerdasan emosional berpengaruh tidak
langsung terhadap kinerja melalui stres kerja.
Beberapa studi terakhir menemukan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh negatif
METODE PENELITIAN
terhadap stres kerja karyawan (Nikolaou dan
Tsaousis, 2002; Cholilawati, 2010; Abdillah, Sampel dan Data Penelitian
2013; Burnett dan Pettijohn, 2015). Hal ini Sumber data dalam penelitian ini berasal
menunjukkan bahwa karyawan yang mampu dari data primer yang diperoleh dari jawaban
48 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

responden atas kuesioner yang diberikan dan mengekspresikan rasa dengan wajar;
kepada karyawan PT. Adei Plantation & mampu mengamati dan memahami perasaan
Industry Head Office Pekanbaru Riau yang orang lain; mampu mengatur perasaan
berjumlah 60 karyawan. Penyebaran kuesioner diri; serta mampu menggunakan perasaan
dilakukan dengan cara mendatangi perusahaan kearah kegiatan membangun, produktif dan
secara langsung. Jumlah kuesioner yang disebar mendukung kinerja individu. Pengukuran
sebanyak 60 kuesioner. Jumlah keseluruhan kecerdasan emosional menggunakan instrumen
kuesioner yang diisi dan kembali sebanyak dari Wong & Law Emotional Intelligence Scale/
55 kuesioner dengan tingkat pengembalian WLES (Wong dan Law, 2002; Law et al.,
91,67 persen. Sedangkan jumlah kuesioner 2004; Naseer et. al, 2011) yang tediri dari 16
yang tidak kembali sebanyak 5 eksemplar item pernyataan. Salah satu contoh pernyataan
kuesioner. Setelah melakukan penyeleksian tersebut adalah “Saya memiliki emosi yang
atas jawaban responden ternyata 2 kuesioner stabil dalam menjalani hari-hari”. Alternatif
tidak dapat digunakan dalam analisis data jawaban atas daftar pernyataan tersebut
karena tidak diisi dengan lengkap. Dengan menggunakan skala Likert dengan 5 poin. Skor
demikian jumlah sampel penelitian ini yang 1 mengindikasikan kecerdasan emosional yang
bisa digunakan adalah 53 eksemplar kuesioner sangat rendah dan skor 5 mengindikasikan
dengan tingkat pengembalian efektif sebanyak kecerdasan emosional yang sangat baik.
83,3 persen. Kinerja karyawan dalam penelitian ini
diukur menggunakan instrumen dari Noe et
Pengukuran Variabel
al. (2011) yang terdiri dari 10 item pernyataan
Variabel yang diukur dengan menggunakan dan diisi oleh atasan langsung karyawan.
kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari Salah satu contoh pernyataan tersebut adalah
kecerdasan emosional, stres kerja dan kinerja “Pengetahuan karyawan tentang pekerjaan”.
karyawan. Kecerdasan emosional merupakan Alternatif jawaban atas daftar pernyataan
variabel eksogen yaitu variabel tidak dipengaruhi tersebut menggunakan skala Likert dengan 5
oleh variabel lainnya dalam model penelitian poin. Skor 1 mengindikasikan kinerja karyawan
(Ghozali dan Fuad, 2012; Solihin dan Ratmono, dibawah rata-rata dan skor 5 mengindikasikan
2013; Wibowo, 2014). Sedangkan stres kerja kinerja karyawan diatas rata-rata.
dan kinerja karyawan merupakan variabel
Stres kerja dalam penelitian ini diukur
endogen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
menggunakan tiga indikator yaitu gejala
variabel lain dalam suatu model penelitian
fisiologis, gejala psikologis, dan gejala
(Ghozali dan Fuad, 2012; Wibowo, 2014).
perilaku. Pengukuran stres kerja menggunakan
Kecerdasan emosional dalam penelitian instrumen dari Rahmawati (2009) yang
ini diukur melalui empat indikator yaitu telah dimodifikasi oleh Abdillah (2013) yang
mampu memahami perasaan diri terdalam terdiri dari 15 item pernyataan. Salah satu
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 49

contoh pernyataan tersebut adalah “saya konvergen dan validitas diskriminan. Pengujian
sering mengalami gangguan pencernaan validitas konvergen dapat dilakukan dengan
akibat bekerja”. Alternatif jawaban atas daftar melihat nilai dari AVE. Apabila nilai AVE yang
pernyataan tersebut menggunakan skala Likert dihasilkan oleh semua konstruk lebih dari 0,50
dengan 5 poin. Skor 1 mengindikasikan stres maka konstruk memenuhi persyaratan validitas
yang sangat rendah dan skor 5 mengindikasikan konvergen (Hair et al., 2014). Sementara itu,
stres kerja yang sangat tinggi. untuk menguji validitas diskriminan dapat
dilihat dari akar kuadrat AVE untuk tiap
Analisis Data konstruk harus lebih besar dari korelasi antar
Alat analisis data untuk menguji hipotesis konstruk dalam model penelitian (Hair et al.,
dalam penelitian ini adalah Structural Equation 2012). Selanjutnya, uji reliabilitas dapat dilihat
Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dari nilai Cronbach’s alpha atau nilai Composite
melalui software Warp PLS Versi 5.0. PLS reliability. Apabila nilai Cronbach’s alpha atau
(Partial Least Square) merupakan analisis nilai Composite reliability yang dihasilkan
persamaan struktural (SEM) berbasis varian diatas atau sama dengan 0,70 maka semua
yang secara simultan dapat melakukan evaluasi konstruk dapat dikatakan reliabel (Solihin dan
terhadap model pengukuran sekaligus model Ratmono, 2013).
struktural. Salah satu alasan penggunaan analisa Evaluasi terhadap model struktural
SEM dalam suatu penelitian adalah terdapatnya dilakukan untuk memprediksi hubungan
variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kausalitas antar variabel dan membuktikan
(unobserved variable) sehingga variabel tersebut hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis ini
diukur menggunakan indikator (Wibowo, digunakan kriteria apabila nilai p value-nya
2014). PLS merupakan metode analisis yang dibawah 0,10 (alpha 10 persen), 0,05 (level
powerfull dan sering juga disebut sebagai soft alpha 5 persen) dan 0,10 (level alpha 10 persen),
modeling karena mampu menguji data yang maka dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam
memiliki jumlah sampel yang kecil (Latan dan penelitian ini diterima (Latan dan Imam,
Imam, 2012). Analisis PLS terdiri dari dua 2012; Solihin dan Ratmono, 2013). Untuk
langkah: langkah pertama adalah melakukan membuktikan peran mediasi stres kerja dalam
evaluasi terhadap model pengukuran (outer pengaruh kecerdasan emosional terhadap
model) dengan cara menguji validitas dan kinerja karyawan digunakan Sobel test (Sobel,
reliabilitas untuk setiap variabel penelitian; 1982; Baron dan Kenny, 1986; Preacher
langkah kedua adalah melakukan evaluasi dan Hayes, 2004; Soper, 2017; Solihin dan
terhadap model struktrual (inner model). Ratmono, 2013). Selanjutnya, untuk melihat
Latan dan Ghozali (2012) menjelaskan apakah stres kerja termasuk pemediasi penuh
bahwa uji validitas dievaluasi melalui analisis atau parsial digunakan uji mediasi dengan
faktor konfimatori dengan menguji validitas prosedur Baron dan Kenny (1986).
50 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Menurut Baron dan Kenny (1986), untuk Demografi Responden


mengetahui apakah stres kerja merupakan Statistik deskripsi demografi responden
variabel mediasi parsial atau sempurna maka dalam penelitian ini menjelaskan karakteristik
model dalam penelitian ini diuraikan menjadi responden yang terdiri dari jenis kelamin,
dua. Model pertama yaitu pengaruh kecerdasan usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan yang
emosional terhadap kinerja tanpa stres kerja akan dijelaskan dengan menggunakan tabel
sebagai variabel mediasi. Selain itu, model distribusi frekuensi.
kedua yaitu pengaruh kecerdasan emosional
Tabel 1. Demografi Responden
terhadap kinerja melalui stres kerja sebagai
Kategori Frekuensi
variabel mediasi. Persyaratan efek mediasi yang Absoult Persentase
harus dipenuhi yaitu (Baron dan Kenny, 1986; Jenis Kelamin Pria 23 43.40%
Wanita 30 56.60%
Kock, 2011; Solihin dan Ratmono, 2013) Jumlah 53 100.00%
koefisien jalur pada model pertama harus Usia < 25 Tahun 5 9.43%
26 – 35 Tahun 23 43.40%
signifikan. Dalam model kedua, koefisien jalur
36 – 55 Tahun 18 33.96%
pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres > 55 Tahun 7 13.21%
kerja dan stres kerja terhadap kinerja harus Jumlah 53 100.00%
Masa Kerja <1 Tahun 4 7.55%
signifikan. Selanjutnya, jika koefisien jalur 1 – 5 Tahun 29 54.72%
pengaruh kecerdasan emosional terhadap 6 – 10 Tahun 13 24.53%
> 10 Tahun 7 13.21%
kinerja pada model kedua menjadi berkurang Jumlah 53 100.00%
dari model pertama dan tidak signifikan maka Pendidikan S2 2 3.77%
S1 29 54.72%
dapat dijelaskan bahwa stres kerja merupakan Diploma 6 11.32%
variabel mediasi sempurna (full mediation). Lainnya 16 30.19%
Jumlah 53 100.00%
Sementara itu, jika koefisien jalur pengaruh
kecerdasan emosional terhadap kinerja pada Hasil statistik demografi responden
model kedua menjadi berkurang dari model menunjukkan bahwa mayoritas responden
pertama namun tetap signifikan maka dapat yang berjenis kelamin wanita. Dalam hal usia,
dijelaskan bahwa stres kerja merupakan responden dengan usia antara 26 tahun hingga
variabel mediasi parsial (partial mediation). 35 tahun merupakan responden dengan
jumlah terbanyak. Mayoritas responden
PEMBAHASAN memiliki masa kerja antara 1 hingga 5
Analisis Statistik Deskriptif tahun. Selanjutnya, sebagian besar responden
Sebelum melakukan analisis data dengan memiliki tingkat pendidikan strata satu.
mengevaluasi model pengukuran (outer model)
Variabel Deskriptif Penelitian
dan model struktrual (inner model), maka
dilakukan analisis statistik deskriptif yang Statistik deskriptif variabel dalam penelitian
terdiri dari demografi responden dan deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran
variabel penelitian. tentang tanggapan responden mengenai
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 51

variabel-variabel penelitian yang menunjukkan kinerja karyawan adalah 10 hingga 50, dimana
angka minimum, maksimum, rata-rata serta skor yang paling rendah mengindikasikan
standar deviasi. Deskripsi jawaban responden kinerja karyawan dibawah rata-rata, dan skor
tentang variabel-variabel penelitian yang yang paling tinggi mengindikasikan kinerja
diukur yaitu kecerdasan emosional, kinerja karyawan diatas rata-rata. Hasil pengukuran
karyawan dan stres kerja. menunjukkan kisaran sesungguhnya variabel
Tabel 2. Deskripsi Variabel Penelitian kinerja karyawan adalah 32 hingga 50 dengan
Kisaran Kisaran Standar
standar deviasi 4,70. Hal ini mengindikasikan
Variabel Mean
Teoritis Sesungguhnya Deviasi frekuensi kinerja karyawan adalah bervariasi.
Kecerdasan
16 – 80 40 – 80 67,57 9,73 Selanjutnya rata-rata sebesar 40,72 yang lebih
Emosional
Kinerja Karyawan 10 – 50 32 – 50 40,72 4,70 besar dari skor rata-rata total teoritis sebesar 30
Stres Kerja 15 – 75 24 – 56 38,90 8,31
(10 dikali 3) mengindikasikan secara rata-rata
Kecerdasan emosional dalam penelitian responden memiliki kinerja yang cukup baik.
ini diukur dengan enam belas item pernyataan Stres kerja dalam penelitian ini diukur
menggunakan skala likert lima poin, mulai dari dengan lima belas item pernyataan menggunakan
poin satu (sangat tidak setuju) hingga poin lima skala likert lima poin, mulai dari poin satu
(sangat setuju). Kisaran teoritis variabel kecerdasan (sangat tidak setuju) hingga poin lima (sangat
emosional karyawan adalah 16 hingga 80, dimana setuju). Kisaran teoritis variabel stres kerja
skor yang paling rendah mengindikasikan karyawan adalah 15 hingga 75, dimana skor
kecerdasan emosional karyawan sangat rendah, yang paling rendah mengindikasikan stres kerja
dan skor yang paling tinggi mengindikasikan karyawan sangat rendah, dan skor yang paling
kecerdasan emosional karyawan sangat baik. tinggi mengindikasikan stres kerja karyawan
Hasil pengukuran menunjukkan kisaran sangat tinggi. Hasil pengukuran menunjukkan
sesungguhnya variabel kecerdasan emosional kisaran sesungguhnya variabel stres kerja adalah
adalah 42 hingga 80 dengan standar deviasi 9,73. 24 hingga 56 dengan standar deviasi 8,31.
Hal ini mengindikasikan frekuensi kecerdasan Hal ini mengindikasikan frekuensi stres kerja
emosional adalah bervariasi. Selanjutnya rata- karyawan adalah bervariasi. Selanjutnya rata-
rata sebesar 67,57 yang lebih besar dari skor rata sebesar 38,90 yang sedikit lebih kecil dari
rata-rata total teoritis sebesar 48 (16 dikali 3) skor rata-rata total teoritis sebesar 45 (15 dikali
mengindikasikan secara rata-rata responden 3) mengindikasikan secara rata-rata responden
memiliki kecerdasan emosional yang baik. memiliki tingkat stres kerja cukup rendah.
Kinerja karyawan dalam penelitian ini
diukur dengan sepuluh item pernyataan Analisis Data Penelitian
menggunakan skala likert lima poin, mulai Setelah melakukan analisis statistik deskriptif
dari poin satu (sangat kurang) hingga poin selanjutnya dilakukan analisis data penelitian
lima (sangat baik). Kisaran teoritis variabel melalui dua tahap: tahap pertama adalah
52 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

melakukan evaluasi terhadap model pengukuran Stres Kerja -0.172 0.859 -0.584
(outer model) dengan cara menguji validitas Kinerja Karyawan 0.205 -0.584 0.856

dan reliabilitas untuk setiap variabel penelitian; Selanjutnya, baik Cronbach’s alpha atau
tahap kedua adalah melakukan evaluasi terhadap Composite reliability memiliki nilai diatas 0,70.
model struktrual (inner model). Hal ini mejelaskan bahwa seluruh variabel
yang terdiri dari kecerdasan emosional, kinerja
Model Pengukuran (Outer Model) karyawan dan stres kerja pada model penelitian
Evaluasi terhadap outer model dalam ini memenuhi persyaratan reliabilitas (Solihin
penelitian ini bertujuan untuk melihat dan Ratmono, 2013). Ketiga hasil evaluasi
tingkat kualitas data penelitian. Kualitas data terhadap outer model tersebut menjelaskan
penelitian dalam PLS dapat dilihat melalui bahwa variabel kecerdasan emosional, kinerja
uji validitas konvergen, validitas diskriminan, karyawan dan stres kerja dalam penelitian ini
dan reliabilitas. Hasil evaluasi outer model memiliki tingkat kualitas data yang baik karena
menujukkan bahwa nilai AVE variabel memenuhi persyaratan validitas konvergen,
kecerdasan emosional, kinerja karyawan dan validitas diskriminan, dan reliabilitas.
stres kerja memiliki nilai diatas 0,50. Hal ini
menjelaskan bahwa seluruh variabel dalam Model Struktural (Inner Model)
penelitian ini memenuhi persyaratan validitas Evaluasi terhadap inner model dalam
konvergen (Hair et al., 2014). penelitian ini bertujuan untuk memprediksi
Tabel 3. Hasil AVE, Composite Reliability, hubungan kausalitas antar variabel yang telah
Cronbach Alpha dan Communality dihipotesiskan. Mengikuti Solihin et al. (2011)
Composite Cronbachs analisis PLS menggunakan pendekatan step-
Variabel AVE
Reliability Alpha
Kecerdasan Emosional 0,764 0,981 0,979 wise dalam pengujian struktural (Baron and
Kinerja Karyawan 0,738 0,965 0,974 Kenny, 1986; Solihin dan Ratmono, 2013).
Stres Kerja 0,732 0,977 0,959
Pertama, meguji apakah kecerdasan emosional
Nilai akar kuadrat dari AVE lebih besar berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel Kedua, melakukan estimasi PLS dengan stres
pada kolom yang sama. Hal ini menjelaskan kerja sebagai pemedasi dengan melihat dampak
bahwa seluruh variabel yang terdiri dari kecerdasan dari kecerdasan emosional terhadap stres kerja
emosional, kinerja karyawan dan stres kerja pada dan stress kerja terhadap kinerja.
model penelitian ini memenuhi persyaratan Hasil evaluasi inner model dalam penelitian
validitas diksriminan (Hair et al., 2012). ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama
Tabel 4. Perbandingan Nilai Korelasi Antar (H1) didukung secara statistik dimana nilai
Variabel dengan Akar Kuadrat AVE
p-value signifikan pada level alpha 5 persen
Kecerdasan Kinerja
Variabel Stres Kerja dengan koefisien jalur sebesar 0,256. Hal ini
Emosional Karyawan
Kecerdasan menjelaskan bahwa secara langsung kecerdasan
0.874 -0.172 0.205
Emosional
emosional memiliki pengaruh positif terhadap
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 53

kinerja karyawan. Hasil penelitian ini didukung pada level alpha 5 persen dengan koefisien
oleh penelitian yang dilakukan oleh Rangriz dan jalur sebesar -0,228. Hal ini membuktikan
Mehrabi (2010), Cholilawati (2010), Abdillah bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
(2013); Rangarajan dan Jayamala (2014) yang negatif terhadap stres kerja. Hasil penelitian
menemukan bahwa karyawan yang memiliki ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
kemampuan dalam memahami, membedakan (Nikolaou dan Tsaousis, 2002; Cholilawati,
dan menggunakan emos secara akurat, tahu 2010; Abdillah, 2013; Burnett dan Pettijohn,
bagaimana untuk tetap termotivasi meskipun ia 2015) yang menjelaskan bahwa karyawan
berada dalam sebuah tekanan kerja yang tinggi, dengan tingkat kecerdasan emosional yang
sehingga ia tetap akan menunjukkan kinerja tinggi akan lebih mampu mengendalikan
yang baik. tingkat stres karena mereka memahami
Hipotesis kedua (H2) didukung secara faktor-faktor penyebab yang berkaitan dengan
statistik dengan nilai p-value signifikan pada stres sehingga karyawan tersebut dapat
level alpha 1 persen dengan koefisien jalur mengendalikan faktor-faktor tersebut.
sebesar -0,576. Hal ini membuktikan bahwa Pengujian hipotesis keempat (H 1b )
stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja dilakukan dengan Sobel test (Sobel, 1982;
karyawan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Soper, 2017; Baron dan Kenny, 1986; Preacher
penelitian sebelumnya (Bashir dan Ramay, 2010; dan Hayes, 2004; Solihin dan Ratmono,
Cholilawati, 2010; Abdillah, 2013; Goswami, 2013), prosedur Baron dan Kenny (Baron
2015; Abdillah et al., 2016) yang menjelaskan dan Kenny, 1986; Kock, 2011) dan effect size
bahwa karyawan dengan tingkat stres kerja yang (Cohen, 1988). Dari hasil perhitungan uji
rendah akan cenderung memiliki hasil kerja yang Sobel ditemukan nilai t sebesar 1,987 (Soper,
baik, begitu juga sebaliknya karyawan dengan 2017). Sehingga hipotesis keempat (H1b) dalam
tingkat stres kerja yang tinggi akan cenderung penelitian ini didukung secara statistik dengan
memiliki hasil kerja yang rendah. nilai signifikan pada level alpha 5 persen (diatas
Tabel 5. Hasil Analisis PLS 1,96). Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan
Panel A. Pengaruh Langsung emosional karyawan berpengaruh tidak
Path to
Variabel langsung terhadap kinerja karyawan melalui
Kinerja Karyawan
Kecerdasan Emosional 0.256** stres kerja. Hasil penelitian ini konsisten
R2 0.065 dengan penelitian sebelumnya (Cholilawati,
Panel B. Pengaruh Tidak Langsung
2010; Abdillah, 2013) dan dari hasil tersebut
Variabel
Kinerja Karyawan dapat dijelaskan bahwa karyawan yang mampu
Kecerdasan Emosional 0.185*
Stres Kerja -0.576*** mengidentifikasi, memanfaatkan, memahami,
R2 0.392 dan mengelola perasaannya dengan akurat
Hipotesis ketiga (H1a) didukung secara (Mayer dan Salovey, 1990; Mayer et al., 2004)
statistik dengan nilai p-value signifikan akan cenderung mampu mengendalikan faktor-
54 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

faktor yang berkaitan dengan stres (Burnett dan kerja sebagai variabel mediasi. Nilai effect size
Pettijohn, 2015) dan tetap termotivasi untuk (f 2) dihitung dengan menggunakan rumus
melakukan pekerjaan dengan baik meskipun (Cohen, 1988): Angka R 2 with mediator
ia berada dibawah tekanan, sehingga ia akan diperoleh dari R2 variabel kinerja karyawan
menunjukkan hasil kerja yang baik (Goleman, (variabel endogen) dengan memasukkan
2004; Naseer et al., 2011). variabel mediasi stres kerja. Sedangkan
Nilai koefisien jalur pengaruh langsung angka R2 without mediator diperoleh dari
kecerdasan emosional terhadap kinerja angka R2 variabel kinerja karyawan tanpa
karyawan tanpa adanya variabel mediasi stres memasukkan variabel stres kerja sebagai
kerja adalah sebesar 0,306 dan signifikan pada variabel mediasi (dapat dilihat pada tabel 5).
level alpha 1 persen yaitu sebesar 2,893 (diatas Dari hasil perhitungan ditemukan nilai effect
2,58). Namun, ketika pengaruh tersebut size sebesar 0,538. Nilai tersebut menjelaskan
dimediasi oleh stres kerja, koefisien jalurnya bahwa stres kerja sebagai variabel mediasi
berkurang besarnya menjadi 0,105 dan memiliki pengaruh yang kuat pada level
signifikan (Tabel 5, Panel B). Hasil tersebut struktural (Cohen, 1988; Chin, 1998; Latan
menjelaskan bahwa stres kerja memediasi secara dan Imam, 2012).
parsial pengaruh tidak langsung kecerdasan
emosional terhadap kinerja karyawan. Hal KETERBATASAN
ini sesuai dengan argumen Baron dan Kenny Penelitian ini hanya menggunakan
(1986) yaitu mediasi secara parsial terjadi reponden yang berasal dari karyawan sebanyak
ketika pengaruh langsung yang signifikan 45 orang pada PT. Adei Plantation & Industry
tetap signifikan ketika dikendalikan oleh Head Office Pekanbaru Riau, sehingga hasil
variabel mediasi. Bentuk mediasi parsial ini penelitian kurang dapat digeneralisasi secara
menunjukkan bahwa stres kerja bukan satu- luas untuk setiap perusahaan di Indonesia.
satunya variable yang memediasi pengaruh Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
kecerdasan emosional terhadap kinerja memperluas ruang lingkup penelitian agar
karyawan (Baron dan Kenny, 1986; Preacher tingkat generalisasi penelitian menjadi lebih
dan Hayes, 2004; Kock, 2011; Solihin dan akurat. Penelitian selanjutnya juga diharapkan
Ratmono, 2013). Kasus mediasi parsial dalam menambahkan satu atau lebih jumlah variabel
penelitian behavioral sangat mungkin terjadi yang diduga dapat mempengaruhi stres kerja
karena dalam memprediksi perilaku manusia dan kinerja karyawan seperti locus of control
masih terdapat beberapa alternative variable (Chen dan Silverthorne, 2008).
penyebabnya (Malik et al., 2010; Abdillah et
al., 2016) IMPLIKASI
Selanjutnya, effect size digunakan untuk Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat
melihat seberapa besar pengaruh variabel stres memperkuat dan mendukung teori serta hasil
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 55

dari penelitian sebelumnya yang membangun negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan;
sebuah model mengenai pengaruh tidak kecerdasan emosional berpengaruh tidak
langsung kecerdasan emosional terhadap kinerja langsung terhadap kinerja karyawan melalui stres
melalui stres kerja karyawan (Cholilawati, kerja; stres kerja merupakan variabel pemediasi
2010; Abdillah, 2013). penuh atau sempurna (full mediation) dalam
Secara praktis, hasil penelitian ini pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional
dapat menjadi masukan bagi pimpinan terhadap kinerja karyawan; dan stres kerja
pada PT. Adei Plantation & Industry Head sebagai variabel mediasi memiliki pengaruh
Office Pekanbaru Riau tentang pentingnya moderat nearly strong atau sedang nyaris kuat
pemahaman mengenai kecerdasan emosional pada level struktural.
karyawan guna mengurangi tingkat stres kerja
DAFTAR PUSTAKA
sehingga menghasilkan kinerja yang baik.
Berdasarkan bukti empiris, karyawan yang Abdillah, M.R., Anita, R., dan Anugerah, R.
memiliki kecerdasan emosional yang baik akan (2016). Dampak Iklim Organisasi Terhadap
cenderung memiliki tingkat stres yang rendah Stres Kerja dan Kinerja Karyawan. Jurnal
dan memiliki hasil kerja yang baik. Untuk Manajemen, 20(1): 121-141.
meningkatkan kecerdasan emosional karyawan Aghdasi, S., A. R. Kiamanesh, dan A. N.
dapat dilakukan melalui emotional-intelligence Ibrahim. (2011). Emotional Intelligence
workshop guna membantu karyawan agar lebih and Organizational Commitment: Testing
memahami pemikiran dan perasaan di balik The Mediatory of Occupational Stress
tindakan orang-orang lain (Diggins, 2004). and Job Satisfaction. Procedia Social and
behavioral Science, 29: 1965-1976.
KESIMPULAN
Baron, R. M, dan D. A. Kenny. (1986). The
Hasil penelitian ini memberikan bukti
Moderator – Mediator Variable Distinction
empiris pengaruh kecerdasan emosional
in Social Psychological Research:
terhadap kinerja karyawan yang dimediasi
Conseptual, Strategic, and Statistical
oleh stres kerja pada PT. Adei Plantation
Considerations. Journal of Personality and
& Industry Head Office Pekanbaru Riau.
Social Psychology, 51(6): 1173-1182.
Dengan menggunakan responden yang berasal
dari karyawan dapat dijelaskan bahwa baik Bashir, U. dan M. I. Ramay. (2010). Impact
buruknya kinerja karyawan dipengaruhi secara of Stress on Employees Job Performance
tidak langsung oleh kecerdasan emosional yang A Study on Banking Sector of Pakistan.
dimediasi oleh stres kerja karyawan. International Journal of Marketing Studies,
2(1): 122-126.
Secara rinci, kecerdasan emosional
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Burnett, M. dan C. Pettijohn. (2015).
stres kerja karyawan; stres kerja berpengaruh Investigating The Efficacy of Mind-Body
56 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Therpies and Emotional Intelligence on Job Stress on Job Performance and Job
Worker Stres In An Organizational Setting: Satisfaction. Interdiciplinary Journal of
An Experimental Approach. Journal of Contemporary Research in Business, 3(7)
Organizational Culture, Communications (November): 453-465.
and Conflict, 19(1): 146-158.
Law, K.S., C. S. Wong, dan L. J. Song. (2004).
Chen, J. C., dan C. Silverthorne. (2008). The The Construct and Criterion Validity of
Impact of Locus of Control on Job Stress, Emotional Intelligence and Its Potential
Job Performance and Job Satisfaction Utility for Management Studies. Journal
in Taiwan. Leadership & Organization of Applied Psychology, 89(3): 483-496.
Development Journal, 29(7): 572-582.
Lepine, J. A., N. P. Podsakoff, dan M. A. Lepine.
Cohen, J. (1988). Statistical Power Analysis for (2005). A meta-analytic test of the challenge
The Behavioral Sciences. Hillsdale. New stressorhindrance stressor framework: An
Jersey: Lawrence Earlbaum Associates. explanation for inconsistent relationships
among stressors and performance. Academy
Diggins, C. (2004). Emotional Intelligence:
of Management Journal, 48(5): 764-775.
The Key to Effective Performance. Human
Resource Management International Digest, Mangkunegara, A. A. A. P. (2010). Manajemen
12(1): 35. Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Rosda.
Fitriastuti, T. (2013). Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Komitmen Organisasi, dan Mangkunegara, A. A. A. P. dan M. Puspita.
Organizational Citizenship Behavior (2015). Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan
Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Kinerja Guru SMA. Jurnal Kependidikan,
Dinamika Manajemen, 4(2): 103-114. 4(2) (November): 142-155.

Goleman, D. (2015). Emotional lntelligence. Mayer, J. D., dan P. Salovey. (1997). What is
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Emotional Intelligence? In P. Salovey and
D. Sluyter (Eds). Emotional Development
Goswami, T. G. (2015). Job Stress and Its Effect
and Emotional Intelligence: Educational
on Employee Performance in Banking
Implications, New York: Basic Books.
Sector. Indian Journal of Commerce &
Management Studies, 6(2): 51-56. Mayer, J. D., P. Salovey, dan D. R. Caruso.
(2004). Emotional Intelligence: Theory,
Hawari, D. (2011). Manajemen Stres Cemas
Findings, and Implications. Psycological
dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Inquiry, 15(3): 197-215.
Universitas Indonesia.
Mohsan, F., M. M. Nawaz, dan M. S. Khan.
Jehangir, M., N. Kareem, A. Khan, M. T.
(2011). Impact of Stress on Job Performance
Jan dan S. Soherwardi. (2011). Effects of
Kecerdasan Emosional dan Dampaknya (Muhammad Rasyid Abdillah & Adi Rahmat) 57

of Employees Working in Banking Sector Employee Performance-An Epigrammatic


of Pakistan. Interdiciplinary Journal of Survey. Sumedha Journal of Management,
Contemporary Research in Business, 3(2) 3(1) (January-March): 76-81.
(June): 1982-1991.
Robbins, S. R. (2007). Perilaku Organisasi.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Jakarta: Indeks.
Organisasi. Jakarta: UI-Press.
Shahzad, K., M. Sarmad, M. Abbas,
Naseer, Z., S. H. Chishti, F. Rahman, dan N. dan M. A. Khan. (2011). Impact of
B. Jumani. 2011. Impact of Emotional Emotional Intelligence (EI) on employee’s
Intelligence on Team Performance in Higher performance in telecom sector of Pakistan.
Education Institutes. International Online African Journal of Business Management,
Journal of Educational Sciences, 3(1): 30-46. 5(4) (February): 1225-1231.

Nikolaou, I. dan I. Tsaousis. (2002). Emotional Salovey, P. dan J. D. Mayer. (1990). Emotional
Intelligence in Workplace: Exploring Intelligence. Imagination, Cognition, and
Its Effects on Occupational Stress and Personality, 9: 185-211.
Organizational Commitment. The
Wirawan. (2005). Manajemen Sumber Daya
International Journal of Organizational
Manusia. Jakarta: Rajawali Press.
Analysis, 10(4): 327-342.
Wong, C., dan K. S. Law. (2002). The
Noe, R. A., J. R. Hollenbeck, B. Gerhart,
Effects of Leader and Follower Emotional
dan P. M. Wright. (2011). Fundamental
Intelligence on Performance and Attitude:
of Human Resoure Management. Edisi
An Exploratory Study. Leadership Quarterly,
Keempat. New York: McGraw-Hill.
13(3): 243-274.
Rahmawati, S. (2009). Analisis Stres Kerja
Wu, Y. C. (2011). Job Stress and Job
Karyawan pada PT Bank Rakyat Indonesia
Performance Among Employess in
(Persero) Tbk Cabang Bogor. Jurnal
Taiwanese Finance Sector: The Role Of
Manajemen, 1(1): 111-122.
Emotional Intelligence, Social Behavior
Rangriz, H. dan J. Mehrabi. (2010). The and Personality, 39(1): 21-32.
Relationship Between Emotional
Zalukhu, I. (2013). Pengaruh Kecerdasan
Intelligence, Organisational Commitment
Emosional, Iklim Organisasi, Stres Kerja
and Employees' Performance in Iran.
Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus
International Journal of Business and
di Kantor Pusat Badan SAR Nasional
Management, 5(8) (August): 50-56.
Jakarta). Jurnal MIX, 3(1) (Februari): 1-11.
Rangarajan R. dan C. Jayamala. (2014).
Impact of Emotional Intelligence on
View publication stats

You might also like