You are on page 1of 5

CERITA 1

Hari ini hujan deras datang seharian lamanya. Aku melihat keluar jendela dan menyaksikan
genangan air mulai terbentuk dengan cukup tinggi. Kulihat Ayah dan Ibu sudah mulai
membereskan barang-baran dan mengangkatnya satu sama lain dengan posisi menumpuk. Hal ini
sudah biasa terjadi di lingkungan tempat tinggalku. Setiap hujan datang, kami sudah tahu untuk
mempersiapkan diri dari datangnya banjir.
Sesekali Ayah juga ikut memeriksa ketinggian air di luar rumah melalui jendela. Kemudian ayah
berkata “Bahaya ini. Jika hujan masih terus deras seperti ini, sebentar lagi pasti air masuk ke dalam
rumah." Aku melihat wajah Ayah yang lebih khawatir dari biasanya. Perasaanku menjadi tidak
tenang. Aku memutuskan untuk ikut membantu Ibu membereskan barang-barang untuk
menghindari resiko terendam banjir.

Setengah jam kemudian, aku mulai merasakan air mulau menggenang di lantai rumah. “Air sudah
masuk, Bu" ucapku pada Ibu. Ibu memandangku dengan sorot mata yang sama khawatirnya.
Sepertinya banjir kali ini akan lebih parah dari biasanya. Tentu alasannya tidak lepas dari
kebiasaan buruk membuang sampah sembarang ke kali dekat rumah yang masih dilakukan oleh
banyak warga.

Ibu pun memanggil Ayah karena air yang masuk ke dalam rumah sudah semakin tinggi dan telah
mencapai setinggi lututku. “Ayah airnya semakin cepat masuk. Lebih baik kita segera mengungsi,"
saran Ibu. Kemudian Ayah pun mengangguk setuju, “Iya Bu, lebih baik kita segera mengungsi dan
membawa beberapa barang penting terlebih dahulu."

Ayah, Ibu, dan aku pun kembali bersiap-siap memilih beberapa barang penting untuk di bawa ke
tempat pengungsian yang biasanya sudah disediakan di musim-musim banjir seperti ini. Kami pun
akhirnya meninggalkan rumah kami yang semakin lama terus semakin tinggi air masuk ke
dalamnya. Sesampainya di pengungsian, ternyata sudah banyak keluarga lain yang juga
memutuskan meninggalkan rumahnya karena banjir kali ini sepertinya akan lebih parah ketinggian
airnya dibandingkan sebelumnya.

Selama di pengungsian hujan pun tidak kunjung berhenti. Aku pun diminta meliburkan diri dari
sekolah oleh Ayah dan Ibu karena sebagian besar buku dan pakaian seragam pun tidak ada yang
kami bawa ke pengungsian. Tidak ada yang menyangka hujan deras terus mengguyur daerah
rumah kami hingga 3 hari setelahnya.
Hari keempat setelah hujan berhenti, kami kembali ke rumah. Kondisi rumah sudah sangat
berantakan dan banyak dari barang-barang kami yang rusak serta hanyut terbawa air. Ayah
memandang ke arah aku dan Ibu lalu mengatakan “Hujan sudah berhenti, sekarang saatnya kita
kembali membersihkan rumah kita. Kalian mau membantu Ayah bersih-bersih kan?" Aku dan Ibu
serentak menjawab dengan anggukan.

Saat kami sedang bersih-bersih terdengar salam dari luar rumah “Assalamualaikum." Aku pergi
ke depan rumah dan menemukan sahabat-sahabatku di sekolah. Ternyata mereka datang untuk
menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah selama 3 hari terakhir. Aku pun menjelaskan
mengenai banjir mendadak yang melanda lingkungan tempat tinggalku.

Melihat aku, Ibu, dan Ayah yang sedang bersih-bersih mereka pun menawarkan diri untuk
membantu kami. Teman-teman sekolahku membantu hingga rumah kembali bersih dan kemudian
menghabiskan waktu bersamaku untuk menginformasikan pelajaran-pelajaran yang aku lewatkan
selama tidak masuk. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Sahabat yang ada di
kala aku susah dan tidak ragu mengulurkan bantuan di masa sulitku.

Unsur-unsut intrinsik

1. Tema :
2. Amanat :
3. Tempat :
4. Tokoh :
CERITA 2

Pagi ini Risa berangkat ke sekolah dengan semangat. Sebelum berangkat tidak lupa iya pamit pada
Ayahnya yang sedang membaca Koran di depan teras, “Yah Risa pergi sekolah dulu ya. Hari ini
hari terakhir di sekolah sebelum kelulusan minggu depan."

Ayah membalas pamitan Risa dengan senyuman, dan menjawab, “Ya sudah hati-hati ya Nak.
Jangan pulang terlalu lama, hari ini ada tamu mau bertemu dengan mu." Risa penasaran siapa tamu
yang dimaksud Ayah, “Siapa yang mau datang Yah?" Ayah tidak menjawab dan malah menyuruh
Risa untuk segera berangkat sekolah dan mengingatkan kembali agar jangan pulang terlalu lama.

Selama di sekolah Risa penasaran siapa tamu yang Ayah maksud. Itulah sebabnya setelah semua
urusan di sekolah selesai, Risa segera menuju ke rumah dengan hati bertanya-tanya siapakah tamu
yang ingin menemuiku.

Sesampainya di rumah, Risa langsung disapa oleh seorang wanita. “Halo Risa, perkenalkan nama
tante Mia. Tante adalah teman Ayah kamu." Risa perlahan-lahan mencerna siapa dan untuk apa
Tante Mia datang ke rumahnya. Apakah tante Mia ini tamu yang dimaksud oleh Ayah.

Risa kemudian menyapa kembali tante Mia dengan “Halo tante, aku Risa. Ayah ada di mana ya
tante?" Tante Mia menjawab, “Ayah kamu sedang di belakang membantu tante menyiapkan
makan siang. Kami sudah menunggu Risa sejak tadi."

Aku kemudian beranjak menuju meja makan dan akhirnya bertemu dengan Ayah. Ayah
memeluknya lalu kembali memperkenalkan tante Mia lagi. “Risa, ini tante Mia teman Ayah." Risa
hanya menganggukan kepala sekali lagi dan kembali memikirkan apa maksud Ayah
memperkenalkan tante Mia padanya.

Apakah Ayah ingin menggantikan posisi Ibu dengan Tante Mia? Memikirkan hal tersebut aku
seketika menjadi sedih dan tidak bersemangat. Aku tidak mungkin mengecewakan Ayah dengan
tidak ikut makan siang bersama. Tapi aku merasakan perasaan yang sangat sedih ketika
memikirkan apakah benar Ayah ingin menggantikan posisi Ibu dengan orang lain.

Tidak lama selesai makan siang, tante Mia kemudian pamit pulang. Ayah mengantarkannya ke
luar dan aku mengunci diriku di kamar. Setelah beberapa saat, Ayah menghampiri pintu kamarku.
Ayah mengetuk pintu beberapa kali, namun aku tidak ingin berbicara dengan Ayah dahulu. Aku
masih belum mengerti kenapa harus ada orang lain yang menggantikan posisi ibu.

Tanpa aku sadari Ayah mengajakku berbicara dari balik pintu. Ayah berkata, “Risa, Ayah tahu
kamu pasti kaget dengan kedatangan tante Mia hari ini. Tapi Ayah ingin kamu tahu kalau tante
Mia itu baik dan Ayah ingin tante Mia membantu Ayah menjaga dan membesarkan kamu."
Aku menangis mendengar pengakuan Ayah. Aku pun menjawab Ayah sambil menangis, “Tapi
Risa tidak mau siapapun menggantikan Ibu, yah." Ibu memang sudah meninggal sejak 3 tahun
yang lalu, tepat saat aku berumur 12 tahun. Saat itu aku dan ayah sangat terpukul dengan kematian
ibu. Aku tidak pernah menyangka bahwa ayah akan secepat ini mencari pengganti ibu.

“Tante Mia tidak menggantikan Ibu, Nak. Tante Mia ada untuk membantu membesarkan kamu.
Banyak hal yang tidak ayah ketahui dalam membesarkan kamu menjadi seorang wanita dewasa.
Ayah harap kamu bisa mengerti nak." Ucap ayah lagi kali ini. Akupun menyadari ada banyak hal
yang harus aku mepertimbangkan. Ayah sudah bersusah payah selama tiga tahun terakhir bekerja
sekaligus membesarkanku sendirian. Aku harus mengerti ayah dan aku pun membuka pintu
kamarku.

“Ayah aku mengerti perasaan Ayah. Jika memang tante Mia adalah pilihan terbaik untuk Ayah,
Risa tidak akan menolaknya. Risa tahu Ibu juga bahagia ketika Ayah bahagia dan Risa bahagia."
Aku memeluk ayah sambil menangis. Aku yakin Ibu mengerti dan tidak akan merasa tergantikan.
Ibu tetap anda di hati kami. Ibu tetap hidup di hati kami. Aku dan Ayah sayang Ibu.

Unsur-unsut intrinsik

1. Tema :
2. Amanat :
3. Tempat :
4. Tokoh :
CERITA 3
Suatu hari Ali dan Indra sedang berbincang-bincang di pinggir lapangan saat istirahat sedang
berlangsung. Ali dan Indra berada di satu kelas yang sama yaitu kelas 12. Sudah satu minggu
teman mereka Andi tidak kunjung masuk. Kabarnya Andi sedang sakit dan dirawat. Indra yang
merupakan tetangga sebelah rumah Andi pun sering ditanyakan bagaimana kabar Andi.

Ali pun ikut menanyakan pada Indra, “Ndra, keadaan Andi bagaimana? Sudah kembali dari rumah
sakit belum?"

Indra yang sudah sering mendapatkan pertanyaan ini pun menjawab dengan nada lemas dan malas.
“Indra sudah meninggal, Li" kira-kira seperti itulah bunyi jawaban yang didengar oleh Ali.

Karena suara di pinggir lapangan terlalu kencang ternyata Ali salah mendengar. “Apa Andi sudah
meninggal Ndra?" Lalu Indra menjawab dengan suara yang lebih kencang, “Sembarang kamu Ali.
Maksud aku Andi sudah mendingan bukan meninggal."

“Oh." Jawab Ali sambil tertawa karena terkejut setelah salah mendengar kabar kondisi Andi.

Unsur-unsut intrinsik

1. Tema :
2. Amanat :
3. Tempat :
4. Tokoh :

You might also like