You are on page 1of 35

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

Disusun Oleh :

NAMA : SRI WAHYUNI

NIM : 151211093

KELAS : II B

Dosen Pembimbing : Ns. Lenni Sastra,S.Kep.MN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Dan kami sangat berterimakasih kepada ibu yang telah memberi kami
tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambahkan wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI Dan semoga
makalah sederhana ini dapat di pahami bagi pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, September 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................................................... 3

Pendahuluan .................................................................................................................................... 3
A. Latar belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................................................... 3
Pembahasan..................................................................................................................................... 4
A. Anatomi fisiologi sistem imun ..................................................................................................... 4
B. Anatomi fisiologi sistem hematologi ........................................................................................... 12
Penutup............................................................................................................................................ 35
Kesimpulan ...................................................................................................................................... 35
Daftar Pustaka.................................................................................................................................. 36

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah, organ
pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk darah. Setiap
orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat
luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku
akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin
tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka
menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya
satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan
menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sedangkan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti
bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali dan menghancurkan kanserangan ini. Jadi kalau kelainan sistem imun berarti kemampuan
untuk mempertahankan kekebalan tubuh terganggu sehingga mudah diserang penyakit. Sistem
Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan
terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh
dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi
tumor.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi dalam sistem imun itu ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dalam sistem hematologi itu ?

C. Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam sistem
imun dan hematologi sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

4
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi Fisiologi Sistem Imun
A. Pengertian sistem imun
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sedangkan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti
bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali dan menghancurkan serangan ini. Jadi kalau kelainan sistem imun berarti kemampuan
untuk mempertahankan kekebalan tubuh terganggu sehingga mudah diserang penyakit. Sistem
Imun (bahasaInggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan
terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh
dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi
tumor.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kan kerdanzat asing lain dalam tubuh.
jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. Karakteristik sistem imun


1. Spesifisitas. Sistem imun dapat membedakan berbagai zat asing dan responnya terutama
jika dibutuhkan.
2. Memori dan Amplifikas. Respon imun memiliki kemampuan untuk mengingat kembali
kontak sebelumnya dengan suatu agens tertentu,sehingga perjalanan berikutnya akan
menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar.
3. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing). Sistem imun dapat membedakan
agens-agens asing,dan sel-sel tubuh sendiri serta protein. Walaupun demikian,respons
imun terhadap “diri sendiri” dapat terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut
autoimunitas. Autoimunitas dapat menyebabkan efek patologis pada tubuh.

5
C. Fungsi Sistem Imun
1. Pembentuk kekebalan tubuh
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk kedalam tubuh
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan
4. Penjaga keseimbangan komponen dang fungsi tubuh

D. Komponen respons imun


1. Antigen adalah suatu zat yang menyebabkanrespons imun spesifik. Antigen biasanya
berupa zat dengan berat molekul besar dan juga kompleks zat kimia seperti protein
dan polisakarida.
2. Antibodi adalah suatu protein dapat larut yang dihasilkan sistem imun sebagai respons
terhadap keberadaan antigen dan akan bereksi khusunya dengan antigen tersebut.
3. Interaksi antibodi-antigen. Sisi pengikat antigen pada regio variabel antibodi akan
berikatan dengan sisi penghubung determinan antigenik pada antigen untuk
membentuk kompleks antigen-antibodi (atau imun). Pengikatan ini memungkinkan
inaktivitas antigen melalui proses fiksasi,netralisasi,aglutinasi atau presipitasi.
E. Karakteristik sistem imun
1. Spesifisitas. Sistem imun dapat membedakan berbagai zat asing dan responnya terutama
jika dibutuhkan.
2. Memori dan Amplifikas. Respon imun memiliki kemampuan untuk mengingat kembali
kontak sebelumnya dengan suatu agens tertentu,sehingga perjalanan berikutnya akan
menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar.
3. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing). Sistem imun dapat membedakan
agens-agens asing,dan sel-sel tubuh sendiri serta protein. Walaupun demikian,respons
imun terhadap “diri sendiri” dapat terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut
autoimunitas. Autoimunitas dapat menyebabkan efek patologis pada tubuh.
F. Letak sistem imun

6
G. Organ-organ sistem imun
 Organ dalam
a. Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum
tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih, (termasuk limfosit dan
makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
b. Thymus
Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan Tlimfosit yang kemudian
bergerak kejaringan limfatik yang lain,dimana T limfosit dapat berespon terhadap benda
asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan thymosin yang menstimulasi
perkembangan dan aktivitas T limfosit.
1) Limfosit T sitotoksik
limfosit yang berperan danimunitas yang diperantarai sel. Sel T sitotoksik memonitor sel di
dalam tubuh dan menjadi aktif bila menjumpai sel dengan antigen permukaan yang
abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik menghancurkan sel abnormal.
2) Limfosit T helper
Limfosit yang dapat meningkatkan respon sistem imun normal. Ketika distimulasi oleh
antigen presenting sel sepeti makrofag, T helper melepas faktor yang
menstimulasi proliferasisel B limfosit.
3) Limfosit B
Tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk imunitas yang di perantarai
antibodi/humoral. Ketika distimulasi oleh antigen spesifik limfosit B akan berubah menjadi
sel memori dan sel plasma yang memproduksi antibodi.
4) Sel plasma
Klon limfosit dari sel B yang terstimulasi. Plasma sel berbeda dari limfosit lain
,memiliki retikulum endoplamik kasar dalam jumlah yang banyak ,aktif memproduksi
antibodi
c. Getah Bening atau Nodus limfatikus
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan, dan para- aorta daerah.
Nodus limfatikus (limfonodi) terletak sepanjang system limfatik. Nodus limfatikus
mengandung limfosit dalam jumlah banyak dan makrofag yang berperan melawan
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe bergerak melalui sinus,sel fagosit
menghilangkan benda asing. Pusat germinal merupakan produksi limfosit.

7
d. Tonsil
Tonsil adalah sekumpulan besar limfo nodi terletak pada rongga mulut dan naso faring. Tiga
kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan tonsil pharyngeal.
e. Limpa/ Spleen
Limpa mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah ,merusak eritrosit tua
dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdir idari 2 tipe jaringan: pulpa merah dan
pulpa putih
1. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit
2. Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag
Benda asing di dalam darah yang melalui pulpa putih dapat menstimulasi limfosit.
 Organ luar sistem imun
a. Kulit
Sistem imun akan menghancurkan mikroorganisme pada kulit,dan
pertahanan tubuh melawan.
b. Membran mukosa
Letaknya pada silia,hidung,mulut,dll.

H. Mekanisme pertahanan
a. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons
imun alamiah. Terdiri dari kulit dan kelenjarnya, lapisan mukosa dan enzimnya, serta
kelenjar lain beserta enzimnya, contoh kelenjar air mata. Kulit dan silia merupakan system
pertahan tubuh terluar.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen
merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
b. Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme, maka imunitas
spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yg
diperankan oleh limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya
seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari cara diperolehnya, mekanisme
pertahanan spesifik disebut juga sebagai respons imun didapat.
Imunitas humoral adalah imunitas yg diperankan oleh limfosit B dengan atau tanpa
bantuan dari imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin

8
yg disekresi oleh plasma. Terdapat 5 kelas imunoglobulin yg kita kenal, yaitu IgG, IgM, IgA,
IgD, dan IgE.

Pembagian Antibody (Imunoglobulin)


Antibodi (antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang
disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon
dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian Immunglobulin.
a) Antibodi A (Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting
dalam imunitas mukosis. Molekul IgA mencapai 15% dari semua antibodi dalam
serum darah dan ditemukan dalam sekresi tubuh seperti,keringat,saliva
,airmata,pernafasan,pencernaan,dan sekresi usus.
b) Antibodi D (Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan fragmen yang
dapat mengikat 2 epitop. IgD relatif sedikit,tetapi banyak ditemukan dalam limfosit
B.
c) Antibodi E (antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi yang hanya
dapat ditemukan pada mamalia. Memiliki kadar yang sangat rendah.
d) Antibodi G (Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari
dua rantai berat dan rantai ringan, yang saling mengikat dengan ikatan disulfida,
dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Molekulnya mencapai 90% dari
keseluruhan antibodi.
e) Antibodi M (Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah antibodi dasar yang
berada pada plasma B.
II. Imunitas seluler didefinisikan sbg suatu respon imun terhadap suatu antigen yg
diperankan oleh limfosit T dg atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

I. Mekanisme pertahanan
1. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Perlindungan umum terhadap berbagai jenis agens. Ahli lain menyebutkan dengan
pertahanan imun bawaan lahir/imunitas alami dan pertahanan non imun. Pertahanan ini
terdiri dari semua barier fisik,mekanik, dan kimia sejak lahir yang melawan benda asing
yang meliputi kulit,membran mukosa,sel-sel fagositik,dan zat yang dilepas leukosit.
a. barier fisik,mekanik terhadap agens infeksius
 Kulit yang utuh, garis pertahanan pertama karena sifatnya yang impermeabel
terhadap infeksi berbagai organisme. Adanya kelenjar sebasea dan folikel

9
rambut,efek antimikroba keringat dan sekresi sebasea (akibat asam laktat dan
asam lemak) meminimalkan rute ini.
 Membran Mukosa,melapisi permukaan bagian dalam tubuh mensekresi mukus
untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta menutup jalur masuknya
ke epitel.
Contoh : partikel besar yang masuk ke ruang nasal disaring oleh rambut dan
tertahan dalam mukus. Partikel tersebut akan dikeluarkan saat bersin dan batuk
 Sebagian cairan tubuh agens antimikroba. Misalnya mikroorganisme dapat
dihancurkan oleh enzim lisosom dalam saliva.
 Faktor Mekanik seperti aksi pembilasan oleh air mata,saliva dan urine juga turut
berperan dalam perlindungan.
b. Fagositosis
Adalah garis pertahanan kedua tubuh terhadap agens infeksius.pertahanan ini
terdiri dari proses penelanan dan pencernaan mikrorganisme serta toksin
setelah berhasil menembus tubuh. Fagosit utama tubuh adalah neutrofil darah dan
makrofag jaringan yang merupakan derivat monosit darah. Makrofag berperan
penting dalam memfasilitasi respons imun.
c. Inflamasi
Adalah respon jaringan terhadap cedera akibat infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek
asing, atau toksin (produk bakteri yang merusak sel hospes atau jaringan hospes).
Inflamasi meliputi rangkaian peristiwa kompleks yang dapat bersifat akut (jangka
pendek).
d. Zat antivirus dan antibakteri nonspesifik
Diproduksi tubuh untuk perlindungan tubuh terhadap infeksi. Cara kerja zat ini tidak
membutuhkan interaksi antigen-antibodi sebagai pemicunya.
 Interferon (IFN) adalah protein antivirus yang dapat disintesis oleh hampir setiap
jenis sel hospes sebagai respons terhadap infeksi virus,stimulasi imun,atau
berbagai jenis stimulan kimia. Terdiri dari interferon alfa,interferon beta,dan
interferon gamma.
 Sistem komplemen adalah sekelompok protein plasma inaktif yang bersirkulasi
dalam darah.fungsi keseluruhan sistem komplemen untuk menyerang dan
menghancurkan mikroorganisme penyusup.

10
2. Mekanisme pertahanan spesifik
 Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka
imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah
mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa
bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.
 Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik (imunitas
humoral dan seluler)
a. Komponen respons imun
 Antigen
Adalah suatu zat yang menyebabkan respons imun spesifik
 Antibodi
Adalah suatu protein dapat larut yang dihasilkan sistem imun sebagai respons
terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen
tersebut.
 Interaksi antibodi-antigen
Sisi pengikat antigen pada regio variabel antibodi akan berkaitan dengan sisi
penghubung determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks
antigen-antibodi atau imun.
b. Jenis imunitas
1. Imunitas aktif didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin
sehingga tubuh memproduksi antibodinya sendiri.
 Imunitas aktif dapatkan secara alami terjadi jika seseorang terpapar satu penyakit
dan sistem imun memproduksi antibodi secara limfosit khusus. Imunitas dapat
bersifat seumur hidup ( campak, cacar ) atau sementara (pneumonia
pneumokokal, gonore)
 Imunitas aktif dapatkan secara buatan ( terinduksi) merupakan hasil vaksinasi.
2. Imunitas pasif tejadi jika antibodi dipindah dari satu individu ke individu lainnya
 Imunitas pasif alami terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk menembus
plasenta
 Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi yang
diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu
antigen.

11
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
A. Pengertian Sistem Hematologi
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ pembentuk darah
dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg
diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yg bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.
Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun, menghasilkan semua sel
darah tubuh, termasuk sel darah unutk pertahanan imunologis. Terjadi di sumsum tulang,
dimana sel batang multipotensial memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai
sel batang unipotensial.

B. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan
yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,yaitu sel darah. Volume darah
secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter.
Sekitar 55% nya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini
dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara
40 – 47.
Air 91,0%
Protein 8,0% Albumin, globulin, protomblin,d
an fibrinogen
Mineral 0,9% Natrium klorida, natrium
bikarbonat, fosfor, magnesium,
besi,dll.

Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolestrol,
dan asam amino.

12
C. Fungsi Darah
 Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh menghantarkan semua bahan
kimia,oksigen,dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh.
 Sel darah merah mengahntarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian
karbondioksida.
 Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakanfagositosis
beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
 Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan.
 Hromon dan enzim diantarkan dari organ dengan perantaan darah.
 Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
 Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus keseluruh tubuh.
 Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
 Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung leukosit,antibodi,
dan subtansi protektif lainnya.
 Mengangkut ekskresi hormon dari organ satu ke organ lainnya.
 Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
 Mengatur suhu tubuh.
 Mengatur keseimbangan tekanan osmotik
 Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
 Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh

D. Pembentukan Sel Darah


Proses pembentukan sel darah disebut Hematopoiesis. Dalam proses tersebut terjadi
poliferasi ( penyebab peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel hematopoietik pluripotent
menghasilkan sejumlah sel darah), maturasi ( proses pematangan darah), dan diferensiasi sel (
penyebab beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda) yang
terjadi secara serentak.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah diantaranya adalah:
Asam amino,vitamin,mineral,hormon,ketersediaan oksigen,tranfusi darah, dan faktor-faktor
perangsang hematopoietik

1. Tempat Terjadinya Hemopoiesis


Kantung kuning telur adalah tempat utama terjadinya hemopoiesis pada beberapa
minggu pertama gestasi. Sejak usia enam minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan

13
limpa merupakan organ utama yang berperan dan terus memproduksi sel darah sampai
sekitar 2 minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat yang paling penting sejak usia
6-7 bulan kehidupan janin dan merupakan satu-satunya sumber sel darah baru selama
masa anak dan dewasa yang normal. Sel-sel yang sedang berkembang terletak di luar sinus
sumsum tulang dan sel yang matang dilepaskan ke dalam rongga sinus.
Pada masa bayi seluruh sumsum tulang bersifat hemopoietik, tetapi selama masa
kanak-kanak terjadi pergantian sumsum tulang oleh lemak yang sifatnya progresif di
sepanjang tulang panjang. Sehingga pada masa dewasa, sumsum tulang hemopoietik
terbatas pada tulang rangka sentral serta ujung-ujung proksimal os femur dan
humerus. Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada
sumsum tulang
2. Periode Hematopoesis terdiri atas:
 Mesoblastik
Dari embrio umur 2-10 minggu. Terjadi di dalam Yolk Sac, yang dihasilkan adalah
HbG1,HbG2, dan Hb Portland.
 Hepatik
Terjadi di hati sejak embrio berumur 6 minggu dan terjadi di limpa pada umur 12
minggu. Disini menghasilkan Hb.
 Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu,terjadi di dalam sum-sum tulang
(hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan HbA,
granulosit.dan trombosit), kelenjar limfonidi (terutama sel-sel limfosit), dan timus
(limfosit, terutama limfosit T).
3. Hematopoiesis yang terjadi di:
a. Eritrosit dibentuk setiap hari

 Prenatal: Trimester I (Yolk Sac), Trimester II (hepar dan lien), Trimester III (semua
sum-sum tulang).
 Setelah lahir samapi 5 tahun: semua sum-sum tulang.
 Lebih dari 5 tahun: sum-sum tulang panjang mulai tidak berproduksi namun sum-
sum tulang pipih tetap berproduksi.
 Lebih dari 20 tahun: sum-sum tulang panjang sudah tidak berproduksi kecuali
bagian humerus dan femus,sum-sum tulang pipih(costa,sternum,dan vertebrata)
tetap berproduksi.

14
b. Leukosit dibentuk di dalam sum-sum tulang merah
c. Tromsbosit berasal dari megakayocyte dan sum-sum tulang
4. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
a. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang
seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem
cell.
Sel induk pluripotent mempunyai sifat :
 Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah
habis meskipun terus membelah;
 Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
 Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan
fungsi-fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi :

 Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai


kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
 Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang
termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
 Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya
beberapa jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-
granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit
dan sel-sel monosit.
 Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu
jenis sel saja. Contoh CFU-E (colony forming uniterythrocyte) hanya dapat
menjadi eritrosit, CFU-G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu
berkembang menjadi granulosit.
b. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang Lingkungan mikro sumsum
tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh secara kondusif.
Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang

15
b) Sel-sel stroma :
 Sel endotel
 Sel lemak
 Fibroblast
 Makrofag
 Sel reticulum
c) Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan
proteoglikan.

Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :

a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro
dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya
adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor, cytokine,
dan lain-lain.
5. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
a. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
b. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
c. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
d. Asam amino.
e. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain
6. Mekanisme regulasi Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi
sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi
komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama
menimbulkan penyakit.
Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :
 Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
 Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
 Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
 Thrombopoietin
 Burst promoting activity (BPA)

16
 Stem cell factor (kit ligand)
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-9,
IL-10. Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri,
seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh selsel penunjang,
seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk
(stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory
cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses
hemopoesis normal.
c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk
diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk
hemopoesis, seperti :
 Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
 Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
 Glukokortikoid.
 Growth hormon
 Hormone tiroid
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu
mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan
komponen darah (positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan
komponen darah tertentu (negative loop).

E. Sel Darah Terdiri Atas 3 Jenis


1. Eritrosit ( Sel Darah Merah)
Sel darah merah berupa cairan kecil bikonkaf,cekung pada kedua sisinya,sehingga
dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang.
Dalam setiap mililiter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu persatu
warnanya kuning tua pucat,tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna
pada darah. Strukturnya terdiri atas pembukus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang,terutama dari tulang pendek,pipih,dan tak
beraturan dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa,dari sumsum dalam batang iga-iga
dan dari stermum.

17
a. Sistem eritroid
Sistem eritroid terdiri atas sel darah merah atau eritrosit dan prekursor eritroid. Unit
fungsional dari sistem eritroid ini dikenal sebagai eritron yang mempunyai fungsi penting
sebagai pembawa oksigen.
Prekursor eritroid dalam sumsum tulang berasal dari sel induk hemopoietik, melalui
jalur sel induk meiloid, kemudian menjadi sel induk eritroid, yaitu BFU-E dan selanjutnya
CFU-E. Prekursor eritroid yang dapat dikenal secara morfologik konvensional dalam sumsum
tulang dikenal sebagai pronormoblast, kemudian berkembang menjadi basophilic (early
normoblast). Sel ini kemudian kehilangan intinya, masih tertinggal sisa-sisa RNA, yang jika di
cat dengan pengecatan khusus akan tampak, seperti jala sehingga disebut retikulosit.
Retikulosit akan dilepas ke darah tepi, kehilangan sisa RNA sehingga menjadi eritrosit
dewasa. Proses ini dikenal sebagai eritropoiesis, yang terjadi dalam sumsum tulang. Apabila
sumsum tulang mengalami kelainan, misalnya fibrosis, eritropoiesis terjadi di luar sumsum
tulang, seperti di lien dan hati, maka proses ini disebut sebagai eritropoiesis ekstraseluler.
Proses pembentukan eritrosit memerlukan :
 Sel induk : CFU-E, BFU-E, normoblast (eritoblast)
 Bahan pembentuk eritrosit : besi, vitamin B12, asam folat, protein dan lain-lain.
 Mekanisme regulasi : faktor pertumbuhan hemopoietik dan hormon eritropoetin.
Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata selama 120 hari. Setelah 120
hari eritrosit mengalami proses penuaan kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh
sistem RES. Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (<120 hari) maka
proses ini disebut hemolisis.
b. Metabolisme eritrosit
1. Jalur Embden-Meyerhof
Dalam rangkaian reaksi biokimia ini, glukosa dimetabolisme menjadi laktat. Untuk tiap
molekul glukosa yang dipakai, dihasilkan dua molekul ATP, dan sehingga dihasilkan dua
ikatan fosfat energi tinggi. ATP berfungsi sebagai sumber energi untuk mempertahankan
volume, bentuk, dan kelenturan eritrosit. Untuk mengeluarkan 3 ion natrium dari sel
dan memasukkan dua ion kalium ke dalam sel, diperlukan pompa natrium ATPase
membran sebanyak satu molekul ATP.
Jalur Jalur Embden-Meyerhof juga menghasilkan NADH yang diperlukan oleh enzim
methemoglobin reduktase untuk mereduksi methemoglobin (hemoglobin teroksidasi)
yang tidak berfungsi, yang mengandung besi ferri (dihasilkan oleh oksidasi sekitar 3%
hemoglobin tiap hari) menjadi hemoglobin tereduksi yang aktif berfungsi.

18
2. Jalur heksosa monofosfat (pentosa fosfat)
Sekitar 5% glikolisis terjadi melalui jalur heksosa monofosfat (pentosa fosfat), dengan
perubahan glukosa-6-fosfat menjadi 6-fosfo-glukonat dan kemudian menjadi ribolusa-5-
fosfat. NADPH dihasilkan dan berikatan dengan glutation yang mempertahankan gugus
sulfhidril (SH) tetap utuh dalam sel, termasuk SH dalam hemoglobin dan membran
eritrosit.
c. Struktur eritrosit
Eritrosit matang merupakan suatu cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron.
Eritrosit merupakan sel dengan struktur yang tidak lengkap. Sel ini hanya terdiri atas
membran dan sitoplasma tanpa inti sel. Komponen eritrosit terdiri atas :
d. Membran eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral, dan
suatu rangka membran. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10%
karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar, sedangkan protein dapat di
perifer atau integral menembus lipid dua lapis. Beberapa protein eritrosit telah diberi nomor
menurut mobilitasnya pada elektroforesis gel poliakrilamid.
a. Sistem enzim, yang terpenting : Embden Meyerhof dan heksosa monofosfat.
b. Hemoglobin : berfungsi sebagai alat angkut oksigen. Komponennya terdiri atas :
 Heme : merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
 Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Perubahan struktur eritrosit akan menimbulkan kelainan. Kelainan yang timbul
karena kelainan membran disebut membranopati, kelainan akibat gangguan sistem
enzim eritrosit disebut enzinopati, sedangkan kelainan akibat gangguan struktur
hemoglobin disebut sebagai hemoglobinopati.
e. Destruksi eritrosit
Proses penghancuran eritrosit lihat gambar. Destruksi yang terjadi karena proses penuaan
disebut proses senescence, sedangkan destruksi patologik disebut hemolisis. Hemolisis
dapat terjadi intravaskuler, dapat juga ekstravaskuler, terutama pada sistem RES, yaitu lien
dan hati.
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen
hemoglobin menjadi berikut :
1. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke poll protein dan dapat
dipakai kembali.
2. Komponen heme akan pecah menjadi dua, yaitu :

19
 Besi : yang akan dikembalikan ke poll besi dan dipakai ulang.
 Bilirubin : yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
f. Lama hidup eritrosit
Lama hidup eritrosit diukur dari ketahanan hidup eritrosit berlabel Cr51. Suatu sampel darah
subyek diinkubasi dengan Cr51 yang berikatan kuat pada hemoglobin dan sel sel-sel berlabel
disuntikkan kembali ke dalam sirkulasi. Hilangnya Cr51 dari darah diukur secara berurutan
selama 3 minggu sesudahnya. Letak penghancuran eritrosit ditetapkan dengan pengukuran
di atas permukaan, limpa, hati, dan jantung (sebagai indeks aktivitas darah).
g. Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia
dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia juga
dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis
dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang
12
terutama disekresikan oleh ginjal.Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap
hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis
berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di
sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru
tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit Sel ini sedikit lebih besar
daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga beredar di
darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA
hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf
tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah
berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang
(eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang.
Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.

h. Eritropoietin
Eritropoiesis diatur oleh hormon eritropoietin. Normalnya 90% hormon ini dihasilkan di sel
interstisial peritubular ginjal dan 10% nya di hati dan tempat lain. Produksi eritropoietin
meningkat pada anemia, jika karena sebab metabolik atau struktural, hemoglobin tidak
dapat melepaskan O2 secara normal, jika O2 atmosfer rendah atau jika gangguan fungsi
jantung atau paru atau kerusakan sirkulasi ginjal mempengaruhipengiriman O2 ke ginjal.
Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor yang
terikat untuk eritropoiesis.

20
Sebaliknya , peningkatan pasokan O2 ke jaringan (akibat peningkatan masa sel darah merah
atau karena hemoglobin dapat lebih mudah melepaskan O2 dibandingkan normalnya)
menurunkan dorongan eritropoietin.
Kadar eritropoietin plasma dapat bermanfaat dalam penegakan diagnosis klinis. Contohnya
kadar eritropoietin tinggi bila tumor yang mensekresi eritropoietin menyebabkan terjadinya
polisitemia, tetapi kadarnya rendah pada penyakit ginjal berat atau polisitemia rubra vera.
i. Indikasi terapi eritropoietin
Eritropoietin rekombinan terbukti sangat berguna untuk mengobati anemia, akibat penyakit
ginjal atau berbagai penyebab lain. Eritropoietin ini dapat diberikan secara intravena, atau
lebih efektif secara subkutan. Indikasi utama adalah penyakit ginjal stadium akhir (dengan
atau tanpa dialisis) dan pada keadaan ini suplementasi besi intravena seringkali juga
dibutuhkan untuk mendapatkan respon yang terbaik. Sumsum tulang memerlukan banyak
prekursor lain untuk terjadinya eritropoiesis yang efektif. Prekursor tersebut meliputi logam
seperti besi atau kobalt, vitamin (khususnya vitamin B12, folat, vitamin C, vitamin B6, tiamin
dan riboflavin), serta hormon seperti androgen dan tiroksin.

2. Leukosit ( Sel Darah Putih)


Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna,bentuknya lebih besar daripada
sel darah merah,tetapi jumlah lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik terdapat 6.000-
10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan
hampir 75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum
merah tulang. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia.
Leukosit tidak diperlukan setiap saat oleh tubuh. Sel ini hanya diperlukan di tempat-
tempat terjadinya masalah dengan benda asing. Untuk melindungi tubuh dari serangan
benda asing di tempat tertentu, leukosit akan berada di tempat sel yang diserang benda
asing. Apabila benda asing tersebut cukup banyak atau penangannannya memerlukan
jangka waktu tertentu, sebagian dari leukosit dapat memperbanyak diri dengan mitosis di
luar jaringan sumsum tulang.
Fungsi sel darah putih :
 Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
 Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
 Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,serpihan kayu,benang
jahitan (catgut),dsb.

21
Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu:
1. Granulosit : Leucocyt yang bergranulla berbutir butir /granule : Basofil , Eosinofil dan
Neutrofil.
Jumlahnya hampir 75% dariseluruh leukosit, plasmanya mengandung granula (butir-
butir halus), dibuat didalam sumsum merah oleh jaringan retikulo
endotelium.Granulosit merupakan sel fagosit, memakan benda asing, terutama
bakteri.Oleh karena itu, granulosit dapat menembus dinding kapiler, disebut diapedesis
serta masuk ke jaringan-jaringan.Apabila terjadiluka, granulosit akan berkumpul pada
luka untuk memakan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.Granulosit yang mati akan
berkumpul berupa nanah.
Macam-macam sel yang terdapat kedalam tipe granulosit antara lain :
 Neutrofil
Ciri-ciri : Plasma bersifat netral bentuk bermacam-macam, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 3.000 – 7.000
Tempat pembentukan : Jaringan Limfoid , kelenjar limfa
Masa Hidup : 6 jam – beberapa hari
Fungsi : Memfagosit / memakan bakteri

22
 Eosinofil
Ciri-ciri : Bersifat asam, berbintik kemerahan, jumlah meningkat selama terjadi
infeksi
Jumlah (sel/mm3) :100 – 400
Tempat Pembentukan : sumsum tulang
Fungsi : mencegah alergi, menghancurkan antigen-antibodi
Masa Hidup : 8 – 12 Hari

 Basofil
Ciri-ciri : Bersifat basa, berwarna kebiruan, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 20 – 50
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa jam – beberapa hariFungsi : Melepaskan zat pencegah
alergi, mengandung heparin (zat anti koagulan)

2. Agranulosit : leucocyt yang tidak bergranula / berbutir : Lymposit dan Monosit.


Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran), intinya relative besar,
jumlahnya ±25%. Macam-macam sel darah putih yang termasuk kedalam tipe
agranulosit antara lain:
 Limfosit
Ciri-ciri : Berinti satu, tidak dapat bergerak bebas, berwarna biru pucat
Jumlah (sel/mm3) : 1.500 – 3.000
Tempat Pembentukan : Limfa dan tulang
Masa Hidup : Beberapa jam – beberapa tahun
Fungsi : Mengaktifkan system kekebalan

 Monosit
Ciri-ciri : Berinti satu berukuran besar, berbentuk bulat panjang, dapat bergerak
cepat, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 100 – 700
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa Bulan
Fungsi : Fagositosit, berkembang menjadi makrofag.

23
a. Pembentukan Leukosit
Pembentukan sel darah putih dimulai dari diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik
pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed. Selain sel-sel committed
tersebut, untuk membentuk eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam pembentukan
leukosit terdapat dua tipe yaitu mielositik dan limfositik. Pembentukan leukosit tipe
mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa mieloblas, sedangkan pembentukan
leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa limfoblas.
Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan
dalam sumsum sampai sel-sel tersebut diperlukan dalam sirkulasi. Kemudian, bila
kebutuhannya meningkat, beberapa faktor seperti sitokin-sitokin akan dilepaskan.
Dalam keadaan normal,granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga
kali jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan
granulosit selama enam hari. Sedangkan limfosit sebagian besar akan disimpan dalam
berbagai area limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut
dalam darah.
b. Bahan–Bahan Yang Dibutuhkan Untuk Pembentukan Sel–Sel Darah Putih
Pada umumnya untuk pembentukan sel-sel darah putih itu juga sangat
membutuhkan vitamin-vitamin dan asam-asam amino seperti halnya kebanyakan sel-
sel yang lainnya dalam tubuh terutama bila sampai kekurangan asam folat,suatu
senyawa vitamin B kompleks yang menghambat pembentukan sel darah putih juga
dapat menghambat pemasakan sel-sel darah merah. Juga pada gangguan
metabolisme yang parah, maka produksi sel-sel darah putih mungkin akan sangat
berkurang walaupun sebenarnya sel-sel ini lebih dibutuhkan dari pada keadaan
biasanya.
c. Masa Hidup Sel-sel Darah Putih
Alasan utama mengapa sel darah putih itu sampai dapat dijumpai didalam darah
karena biasanya sel-sel ini telah diangkut dari sumsum tulang atau jaringan limfoid
menuju daerah-daerah tubuh yang membutuhkan sel-sel darah putih tersebut, jadi
diduga bahwa masa beredar sel-sel darah putih dalam darah mungkin saja singkat.
Dalam keadaan normal masa hidup sel-sel granulosit sesudahnya dilepaskan dari
sumsum tulang adalah 4-8 jam. Dalam masa ini sel-sel tersebut bersirkulasi dalam
darah dan pada keadaan masa yang lain yakni 4-5 hari dalam jaringan-jaringan
keadaan infeksi berat jaringan tubuh masa hidup keseluruhan sering sekali berkurang s
ampai menjadi hanya beberapa jam karena sel-sel granulosit ini selanjutnya dengan

24
cepat akan menuju infeksi, mencernakan organisme-organisme yang menyerbu dan
masuk kedalam proses dimana sel sel itu sendiri musnah. Sel-sel monosit juga
mempunyai masa beredar yang sangat singkat di dalam darah sebelum sel-sel ini
mengembara melalui membran-membran kapiler untuk masuk ke jaringan. Limposit
akan masuk ke dalam system sirkulasi secara terus menerus sesuai dengan waktu atau
selama pengeluaran limfe dari kelenjar limfe.
3. Trombosit (Keping Darah)
Trombosit disebut juga keping darah. Sebenarnya, trombosit tidak dapat dipandang
sebagai sel utuh karena ia berasal dari sel raksasa yang berada di sumsum tulang yang
dinamakan megakariosit. Dalam pematangannya, magakariosit pecah menjadi 3000-4000
serpihan sel, yang disebut trombosit. Trombosit mempunyai bentuk cembung dengan garis
tengah 0,75-2,25 mm. Trombosit tidak mempunyai inti. Akan tetapi kepingan sel ini masih
dapat melakukan sintesis protein, walaupun sangat terbatas, karena di dalam sitoplasma
masih terdapat sejumlah RNA. Selain itu, trombosit masih mempunyai mitokondria, butir
glikogen yang mungkin berfungsi sebagai cadangan energi dan 2 jenis granula, yaitu
granula-alpha dan granula yang lebih padat.
Umur trombosit antara 8 sampai 14 hari setelah terpecah dari sel asalnya dan masuk
darah. Konsentrasi trombosit di dalam darah antara 105 sampai 5.106/mL darah.
Trombosit juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh, tetapi fungsi utamanya bukan
terhadap benda asing. Trombosit berfungsi penting dalam usaha tubuh untuk
mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha
menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari
penyusupan benda asing. Sebagian trombosit akan pecah dan mengeluarkan isinya, yang
berfungsi untuk memanggil trombosit dan sel-sel leukosit dari tempat lain. Sebagian dari isi
trombosit yang pecah tersebut juga aktif dalam mengkatalisis proses pembekuan darah,
sehingga luka tersebut selanjutnya disumbat oleh gumpalan yang terbentuk.

25
F. Nilai Normal Darah
1. Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan
oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :

Wanita 12-16 gr/dL

Pria 14-18 gr/dL

Anak 10-16 gr/dL

Bayi baru lahir 12-24gr/dL

Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-
vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan
tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat
antiradang).

Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD),
gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu
metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada
kulit

2. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan
kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan
berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari
sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki
kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak

26
Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3

Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3

3. Leukosit

Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3

Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3

Dewasa 4000-10.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses


infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput
otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika
terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.

Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu
terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-
obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral,
antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama
yang disebabkan oleh bakteri).

Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)


Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil pemeriksaan

27
ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,
terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit
(se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar
pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding
leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan
jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain. Penurunan jumlah neutrofil
terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
a. Eosinofil
Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi
(terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit.
Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak,
testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka
bakar.
b. Basofil
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah
leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit,
dan lain-lain.Nilainormal dalam tubuh: o -1%
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase
penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi
hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan
c. Limposit
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi.
Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik,
dan Iain-Iain. Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal
ginjal, dan Iain-Iain.
d. Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar
dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan
limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.

28
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan
Iain-Iain. Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.

4. Trombosit
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan
perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan
dan hambatan permbekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-
400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.

G. Hemostatis dan Pembekuan Darah


Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh
darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran
darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase
yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit
akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin
yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP
yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah
bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi
terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk
sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.

Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang tepat.
1. Vasokontriksi. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepas
serotonin dan tromboksan A2 (prostaglandin) yang menyebabkan otot polos dinding
pembuluh darah berkintriksi hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang.
2. Plug trombosit

29
 Trombosit membengkak menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.
 Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi lain sehingga melibatkan agregasi
trombosit untuk memperkuat plug.
 Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu menghentikan
pendarahan.
 Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi pendarahan, sampai
proses pembekuan terbentuk.
3. Pembentukkan pembekuan darah
a. Mekanisme ekstrinsik. Pembekuan darah dimulai dari factor eksternal pembuluh
darah itu sendiri.
 Tromboplastin (membrane lipopprotein) yang di lepas oleh sel-sel jaringan yang
rusak mengaktivasi protrombin dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk
thrombin.
 Thrombin mengubah pribrinogen yang dapat larut, menjadi pibrin yang tidak
dapat larut. Benang-benang pibrin membentuk bekuan, atau jarinagan-jaringan
pibrin, yang menangkap sel darah yang memlalui pembuluh yang rusak.
 Mekanisme intrinsic untuk pembentukan darah berlangsung dalam cara yang
lebih sederhana daripada cara yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini melibatkan
13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma darah. Setiap factor
protein berada dalam kondisi tidak aktif : jika salah satunya di aktivasi, maka
aktifitas enzimatiknya akan mengaktivasi factor selanjutnya dalam rangkaian,
dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi untuk membuntuk bekuan.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembekuan Darah


 Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah
menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
 Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi
bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur

30
umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin.
Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
 Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda
dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
 Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
 Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir
dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi
jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan
faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka
yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut
juga akselerator globulin.
 Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi
dianggap dalam skema hemostasis.
 Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium,
dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang
mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan
kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum
prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
 Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von
Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif
terkait X sifat, penyebabhemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihe
mophilic A.
 Faktor IX

31
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil
dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X.
Hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
 Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi
dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur
umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium,
fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan
gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart faktor. Bentuk yang diaktifkan dise
but juga thrombokinase.
 Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan
faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
 Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau
permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan
faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
 Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer
untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang
memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan
kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase.
Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

Gangguan Pembekuan Darah

Dinding pembuluh darah dikelilingi dan dipertahanakn keutuhannya oleh serat-serat protein
kalogen. Protein ini mengandung asam amino khas, yaitu OH-prolin (hidroksiprolin). Asam a
mini ini berasal dari asam aminon prolin. Pembentukan OH-prolin dari prolin ini memerlukan
asam askorbat atau vitamin C. kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan jangka
waktu yang agak lama akan menyebabkan kerapuahan kapiler. Akibatnya, mudah terjadi pen
darahan, bahkan oleh trauma yang ringan sekalipun.

32
 Gangguan pada tingkat trombosit
Trombosit mempunyai peran yang sangat penting dalam penggumpalan darah. Penurun
an jumlah trombosit ataupun perubahan sifatnya akan menyebabkana gangguan pada pr
oses penggumpalan darah. Jumlah trombosit dapat berkurang kerana kekurangan
pembentukan sel asalnya di sumsum tulang, yaitu megakaryosit. Keadaan ini dinamai se
bagai Amegakaryocyte thrombopenia purpura (ATP). Akan tetapi, dapat pula jumlah me
gakaryosit di dalam sumsum tulang tetap normal, akan tetapi jumlah trombosit darah te
pi tetap berkurang. Keadaan ini dinamai sebagai Idiopathic thrombocytopenia purpura (I
TP), yang mungkin sekali suatu kelainan otoimun. Beberapa penyakit virus dapat menye
babkan penurunan jumlah trombosit. Diantara penyakit-penyakit tersebut, yang terkena
l ialah penyakit deman berdarah dengue (DBD). Pada DBD ini terjadi penurunan yang taj
am dari jumlah trombosit di dalam darah tepi, sehingga penderita tiap saat terancam ole
h bahaya pendarahan.
Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit cenderung mudah b
eragregasi. Gerombolan trombosit ini akan mengendap dan melekat di suatu tempat, m
enimbulkan thrombus, yang mengganggu aliran darah ke hilir. Seperti yang telah diuraik
an, thrombus ini dapat terlepas menjadi embolus yang dapat menimbulkan akibat parah.
 Gangguan pada factor penggumpalan
Semua factor penggumpalan darah adalah protein, kecuali Ca2+. Kelainan yang menyang
kut suatu protein, termasuk factor penggumpalan, dapat disebabkan oleh salah satu dari
3 penyebab. Pertama kelainan genetic, kedua kelainan karena kerusakan dari organ yang
membuatnya dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya masalah pada fact
or pendukung proses sintesis.
Pada tingkat gen penyakit yang terkenal dengan nama hemofilia. Hemofilia ada 2 jenis y
aitu hemofilia A yang meyangkut anak keturunan dari ratu Victoria yang memrintah Ingg
ris Raya disebagian besar abad ke-19 dan hemofilia B yang disebut juga penyakit Christm
as dalam penyakit in, kelainan terjadi pada gen penyandi factor chrismas atau factor I
X. Gen ini juga terdapat kromosom x dan juga b juga bersifat resesif. Baik hemofilia A da
n hemofilia B sama-sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk menggumpal. Pen
yakit afibrinogenemia juga merupakan genetic otosom, yang dicirikan oleh tidak adanya
fibrinogen di dalam darah. Oleh karena penderita tidak mampu mensintesis fibrinogen s
endiri, tiap saat ia terancam oleh bahaya pendarahan yang dapat membawa kematian.

33
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sedangkan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti
bakteri,jamur dan virus.
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ pembentukdarah
dan penyakitnya.Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah manusia
adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-sel
di seluruh tubuh.

34
Daftar Pustaka

Widi Astuti.Palupi.2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta : Buku Kedokteran


EGC
Pearce,Efelyn C. Anatomi dan Fisiologi Para Medis .2013.Jakarta : Percetakan PT Gramedia
Pustaka Utama
A.V.hoffbrand.Papita selekta.2005.Hematologi.Jakarta : Buku Kedokteran EGC

35

You might also like