You are on page 1of 6

Anatomi saluran cerna atas

Saluran cerna bagian atas dan


1. Esofagus
Esofagus merupakan suatu saluran yang panjangnya 25 cm terbentang dari faring sampai
gaster. Bagian terbesar esofagus terletak di bagian toraks. Bagian yang di abdomen di
bawah diafragma disebut pars abdominalis esofageal. Esofagus bersama nervus vagus
menembus crus dextrum diafragma pada suatu lubang yang disebut hiatus esophagei
setinggi vertebra toracal 9 atau 10 sedikit di sebelah kiri garis tengah. Pars abdominalis
esophagei yang panjangnya kurang lebih 1,25 cm mmbentuk lekukan pada lobus kiri hepar
(impressio esophagei hepatis), dan masuk ke bagian lambung yang disebut cardia ventriculi
di belakang rawan iga 7 kiri. Peralihan esofagus ke dalam lambung disebut ostium
cardiacum. Gelombang kontraksi dari jaringan otot (peristaltik) mendorong makanan dari
esofagus ke lambung dan mencegah refluks. Penutupan sfingter ini dibawah kontrol vagal,
diperkuat oleh hormon gastrin, dan berkurang terhadap respon dari sekretin, kolesistokinin
dan glukoagon.
Pars abdominalis esophagei mendapat darah dari r. esophagei a. gastrica sinistra dan
cabang-cabang a. phrenica inferior. Vena mengalirkan darah ke a. azygos atau v. gastrica
sinistra. Persarafan esofagus diurus oleh r. anterior et posterior n. vagus (system
parasimpatis) dan dari system simpatikus melalui nervus splanchnici.
2. Lambung
Lambung mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan pylorus), dua lengkungan (facies
anterior dan posterior). Lambung terdiri dari lima bagian, yaitu cardia, fundus, corpus, pars
pylorica dan pylorus. Ostium cardiacum terletak kurang lebih 3 cm di sebelah kiri garis
tengah, setinggi vertebrae torakalis 11 dan 10 cm di dalam dari rawan iga 7 kiri. Lubang ini
merupakan tempat yang paling tetap dari lambung. Pilorus dapat turun sampai vertebrae
lumbal 2 atau 3 pada posisi berdiri atau bahkan dapat bergeser 5 cm ke kanan pada
lambung yang penuh. Fundus letaknya paling superior dibelakang iga ke-5 kiri dilinea
midclavicularis fiksasi paling kuat dari lambung terdapat pada kardia karna hubungannya
dengan esofagus yang terfiksasi pada diafragma omentum minus juga dapat membantu
fiksasi lambung pada tempatnya.
3.
1. Esofagus
a. Varises
Varises esofagus dan lambung merupakan pelebaran vena akibat hipertensi portal.
Hipertensi portal paling sering dikaitkan dengan disfungsi hati karena sirosis atau
obstruksi vena portal. Sekitar 20% perdarahan saluran cerna atas disebabkan oleh
perdarahan varises. Tujuh puluh persen dari episode perdarahan pada pasien dengan
sirosis adalah sekunder dari perdarahan gastroesofageal, sedangkan 30% yang lain
disebabkan oleh perdarahan dari sumber lain. Manifestasi klinis yang tejadi pada pasien
dengan perdarahan varises adalah hematemesis dengan atau tanpa melena. Manifestasi
klinis yang muncul akibat kehilangan darah mulai dari takikardia dan hipotensi
ortostatik ringan sampai syok hipovolemik.
b. Sind. Mallory Weiss
Mallory Weiss tear adalah sumber perdarahan esofageal paling umum kedua pada
perdarahan saluran cerna atas. Robekan longitudinal distal pada gastroesophageal
junction dihasilkan dari regurgitasi berulang, muntah atau batuk kuat. Mallory Weiss
tear terjadi pada 5% dari perdarahan saluran cerna atas. Manifestasi klinis yang terjadi
berupa hematemesis dengan darah berwarna merah terang setetlah beberapa episode
muntah atau regurgitasi. Pasien biasanya memiliki status hemodinamik yang stabil dan
perdarahan bersifat self-limited pada 90% kasus.
c. Benda asing
Menelan benda asing paling banyak terjadi pada usia balita yaitu usia 6 bulan sampai 3
tahun sebagai akibat dari naluri alami mereka untuk mengeksplorasi dunia dengan
mulut mereka. Tiga puluh lima persen anak dengan riwayat tertelan benda asing tidak
menunjukkan gejala. Anak yang lebih besar mungkin merasakan adanya sensai benda
asing di tenggorokan atau dada. Gejala umum lainnya adalah anoreksia, salivasi, rasa
sakit, disfagia, dan muntah. Gejala pernapasan yang menunjukkan keterlibatan trakea
meliputi tersedak, dispnea, batuk, mengi atau pneumonia berulang.
d. Refluks esofagitis
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan umum yang mempengaruhi
sebanyak 60% orang di Negara-negara barat di beberapa tempat selama setahun, dan
antara 20% dan 30% orang setidaknya dalam mingguan. Low esophageal sphincter
(LES) bertindak sebagai pelindung yang memisahkan dinding esofagus dari lingkungan
asam lambung. Gerakan patologis isi lambung karena berkurangnya tonus LES atau
kelainan anatomi yang mempengaruhi LES, seperti hernia hiatus adalah ciri khas
GERD. Tingkat keparahan esofagitis tergantung pada frekuensi refluks sekresi lambung
daripada kuantitas sekresi.
Gejala yang mucul pada pasien dengan GERD berupa heartburn, sensasi terbakar di
epigastrium atau di belakang sternal. Sensasi dapat menyebar ke punggung atau ke atas
ke dalam tenggorokan dan rasa asam pada mulut. Iritasi saluran nafas dapat
menyebabkan batuk kering yang persisten, mengi, atau stridor.
e. Esofagitis infeksi
Esofagitis infeksi adalah gangguan umum yang terjadi pada pasien dengan
immunocompromised. Pasien berisiko tinggi termasuk pasien HIV atau AIDS,
keganasan, pasien transplantasi organ atau orang-orang dengan diabetes. Tiga penyebab
utama esofagitis infeksi yaitu esofagitis jamur, herpes simplex virus (HSV) dan
cytomegalovirus (CMV).
2. Lambung dan duodenum
a. Gastritis akut
Gastritis adalah cedera pada mukosa lambung yang ditandai dengan kerusakan sel
epitel yang terkait dengan infalamasi lokal. Kata gastritis sering digunakan secara luas
untuk menggambarkan segala bentuk kerusakan sel epitel dengan atau tanpa
divisualisasikan dengan endoskopi atau mikroskop. Kerusakan mukosa lambung tanpa
peradangan histologi berbeda dengan gastritis yang disebut gastropati. Gastritis dan
gastropati sering menunjukkan gejala klinis yang sama, tetapi sering dapat dibedakan
berdasarkan riwayat penyakit.
Gastritis paling sering disebabkan oleh infeksi, terutama H. pylori. Gastropati atau
cedera mukosa akut tanpa inflamasi, disebabkan oleh iritasi kimia atau obat NSAID,
refluks empedu, hipoksia mukosa (ulkus stress atau luka bakar), atau kronik kongesti.
Gastritis akut atau gastropati memiliki gejala klinis berupa keluhan nyeri perut bagian
atas termasuk dyspepsia atau gangguan pencernaan. Muntah juga dapat terjadi. Gastritis
akut atau gastropati dapat menyebabkan sejumlah besar perdarahan dan pasien
mungkin mengeluh hematemesis atau guaiac positif. Pasien dengan gastritis akut atau
gastropati tidak harus memiliki tanda peradangan peritoneum.
b. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum adalah kerusakan dinding lambung atau duodenum mulai dari lapisan
submukosa sampai ke lapisan mukskularis. Ulkus peptikum disebabkan oleh kekuatan destruktif
dari pepsin dan asam yang disekresikan oleh sel chif dan sel parietal. Pada umumnya, ulkus
peptikum adalah proses kronik yang melibatkan lambung atau duodenum. Dinding lambung
biasanya mengandung musin dan bikarbonat untuk melindungi lapisan mukosa dari sekresi asam
dan pepsin. Perusakan lapisan ini oleh infeksi kronik H. pylori yang menyebabkan gastritis
kronis aktif menyebabkan gangguan pada integritas mukosa dan peningkatan sementara sekresi
asam. Aspirin dan NSAID juga dapat menurunkan produksi prostaglandin juga merupakan factor
risiko dari ulkus peptikum. Risiko tertinggi pada 3 bulan pemakaian pertama NSAID.
Manifestasi klinis berupa nyeri epigastrium, kembung, distensi, mual dan muntah. Perdarahan
saluran cerna juga dapat terjadi pada ulkus peptikum.

a. Penanganan umum
Penilaian awal pada setiap anak dengan perdarahan saluran cerna perlu dipertajam serta
dipercepat. Dua persoalaan yang perlu segera diperhatikan adalah status volume darah pasien
dan kecenderungan perdarahan yang akan terus berlangsung. Penampilan anak, status mental,
tekanan darah, detak jantung merupakan cermin dari status anak, sedangkan potensi terjadinya
perdarahan yang terus berlangsung akan terlihat atau dapat diperkirakan dari riwayat penyakit
atau pemeriksaan fisik.
Stabilisasi awal ditujukan untuk mencegah atau mengatasi hipovolemia dan anemia yang
berat. Tujuan pemberian cairan bolus awal adalah untuk perfusi jaringan. Setelah pemberian
bolus cairan awal sebanyak 10-20 ml/kg selama 10 menit, lanjutkan bolus secara pelan (titrasi)
untuk menjaga tekanan darah dan perfusi jaringan. Pilihan cairan paling baik dapat dilihat
berdasarkan kemudahan dan tersedianya cairan. Apabila lebih dari 50-70 ml/kg yang diperlukan
dalam waktu 4-6 jam, perlu dipertimbangkan pemantauan invasif untuk memudahkan
penanganan cairan. Cairan dan/atau koloid, yang sesuai kemudian dapat mulai diberikan.
Prosedur diagnostic lanjut, hendaknya dilakukan bila resusitasi yang sesuai sudah teratasi.
b. Tindakan
Tindakan awal yang harus kita lakukan yaitu meletakkan pasien dalam posisi telentang
dengan tungkai dinaikkan. Pada perdarahan yang masif, pasien perlu diletakkan dalam posisi
tengkurap untuk mencegah aspirasi. Selanjutnya dilakukan pemasangan kanul intravena dengan
ukuran besar. Jika pengisian vena buruk, dapat dilakukan vena seksi atau tusuk subklavia
c. Penanganan perdarahan saluran cerna atas

d. Terapi farmakologi dan non farmakologi yang diberikan pada perdarahan saluran cerna
bagian atas dapat dilihat pada tabel berikut.3

You might also like