Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Vidi Alfiansyah
20130310104
20174011087
Pembimbing:
2017
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
NIM: 20130310104
NIPP: 20174011087
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
31 Oktober 2017
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
2
3
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Kh
Usia : 46 tahun
Pekerjaan :-
No. RM : 16-17-352249
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Seorang wanita berusia 46 tahun datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan
nyeri pinggul kiri menjalar hingga ke bawah/kaki, nyeri terus-menerus sejak 4 hari
lalu, mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+). Pasien sudah berobat ke
Puskesmas namun tidak membaik. Setelah di Bangsal anamnesa terdapat keluhan
1
nyeri saat BAK sejak 2 hari dengan frekuensi pagi sekali, sore sekali, malam sekali
dan warna keruh seperti teh. Pasien mengaku sering menahan kencing apalagi saat
bepergian jauh. BAB tidak ada keluhan. Terdapat riwayat demam sekitar ± 3 hari
SMRS. Demam dirasakan pada malam hari saja. Pasien juga merasakan pusing (+),
punggung kemeng-kemeng, dan sulit tidur karena nyeri. Pasien memiliki riwayat
penyakit kencing manis tidak terkontrol sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien juga
mengaku tidak mengatur jenis makanan yang dikonsumsi termasuk makanan
berlemak seperti gorengan/jeroan.
F. Anamnesis Sistem
Kepala leher : nyeri kepala berdenyut
THT : tidak ada keluhan
Respirasi : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : nyeri perut bawah
Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Perkemihan : nyeri saat kencing
Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan
Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan
III.PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Vital Sign
2
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Mata
Leher
3
Batas kanan bawah paru-jantung pada ics 5 linea sternalis
kanan, batas kanan atas paru-jantung pada ics 3 linea sternalis kanan
Batas kiri paru-jantung pada ics 5 linea midcavicularis kiri,
batas atas kiri paru-jantung pada ics 3 linea parasternalis kiri
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+ (positif di lapang paru kanan dan
kiri), reguler, ronchi -/- (tidak terdengar dikedua lapang paru),
wheezing-/- (tidak terdengar dikedua lapang paru).
BJ I, BJ II regular, punctum maksimum pada linea
midclavicula kiri ics 5, murmur (-), gallop (-), splitting (-)
Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut tak tampak distensi, pinggang tampak simetris
dari anterior dan posterior
Venektasi (-), Caput Medusae (-)
Umbilikus terletak di garis tengah
Tidak tampak pulsasi abdomen pada regio epigastrika
Auskultasi
Bising usus (+) normal
Palpasi
Dinding abdomen teraba distensi, defans muskular (-)
Ditemukan nyeri tekan pada regio bawah (hypogastric)
Nyeri ketok ginjal (-) normal
Perkusi
Timpani pada semua lapang perut
Shifting dullness (-)
Ekstermitas
Inspeksi
Tidak ada pembengkakan sendi pada lutut kiri, deformitas (-)
normal
Palpasi
Akral hangat
Pitting edema - -
- -
4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Lekosit 13.05 4.5 – 11
Eritrosit 4.79 3.8 – 5.8
Hemoglobin 14.2 11.5 – 16.5
Hematokrit 40,6 37 – 47 %
MCV 84.8 85 - 100 f/L
MCHC 35.0 30 – 35 g/dl
Trombosit 381 150 – 450 10
Golongan Darah A
Hitung Jenis
Eosinofil % 1.0 1–6%
Basofil % 0.3 0.0 – 1.0 %
Limfosit % 20.9 20 – 45 %
Monosit % 2.6 2–8%
Neutrofil % 75.2 40 – 75 %
Kimia
Glukosa Darah Sewaktu 337 < 140 mg/dl
Ureum 31 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0.8 0.6 – 1.1 mg/dl
Cholesterol Total 230 < 200 mg/dl
5
Asam Urat 4.7 2.4 – 5.7
SGOT 11 < 31 U/L
SGPT 14 < 32 U/L
URINALISA
Bau Khas
Warna Kuning Kuning
Ph 6.5
Kejernihan Keruh
Berat Jenis 1.020 1.015-1025
Reduksi +4(2000) <15
Bilirubin Negative <0.20
Urobillinogen 0.1 0.2-1.0
Keton +(10) <5
Nitrit Negative Negative
Blood Negative <5
Leukosit-Esterase +(25) <10
Protein-Albumin Negative Negative
MIKROSKOPIS
Epithel 15-20 5-15
Lekosit 10-12 1-4
Erythrosit 2-3 0-1
Kristal Negative
Silinder Negative
Bakteri Positif Negative
Benang Mucus Negative
Lain-Lain Negative Negative
6
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Lekosit 17.14 4.5 – 11
Eritrosit 4.69 3.8 – 5.8
Hemoglobin 13.8 11.5 – 16.5
Hematokrit 39.0 37 – 47 %
MCV 83.2 85 - 100 f/L
MCHC 35.4 30 – 35 g/dl
Trombosit 376 150 – 450 10
Hitung Jenis
Eosinofil % 0.1 1–6%
Basofil % 0.2 0.0 – 1.0 %
Limfosit % 13.9 20 – 45 %
Monosit % 1.5 2–8%
Neutrofil % 84.3 40 – 75 %
URINALISA
Bau Khas
Warna Kuning Kuning
Ph 6.0
Kejernihan Keruh
Berat Jenis 1.025 1.015-1025
Reduksi +4(2000) <15
Bilirubin Negative <0.20
Urobillinogen 0.1 0.2-1.0
Keton Negative <5
Nitrit Negative Negative
Blood Negative <5
Leukosit-Esterase 1+(25) <10
Protein-Albumin Negative Negative
MIKROSKOPIS
Epithel 4-8 5-15
Lekosit 2-3 1-4
Erythrosit 0-1 0-1
Kristal Negative
Silinder Negative
Bakteri Positif Negative
Benang Mucus Negative
Lain-Lain Negative Negative
7
Hasil Foto Vertebra Lumbosacral AP lateral dan obliq view, kondisi foto cukup.
KESAN:
V. ASSESSMENT
Sistitis
Dislipidemia
Diabetes Mellitus
Hipertensi grade I
Spondyloarthrosis
VI. PENATALAKSANAAN
BANGSAL
17 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Dexamethasone 2x1/2
- Inj. Ceftriaxone 2x1
- Eperisone HCL 3x1
- Meloxicam 15mg 2x1
- Nopres 20mg 1x1
8
18 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Dexamethasone 2x1/2
- Inj. Ceftriaxone 2x1
- Urispas 3x1
- Glimiperide 2mg 1x1
- Metformin 500mg 3x1
- Atorvastatin 20mg 1x1
- Eperisone HCL 3x1
19 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Dexamethasone 2x1/2
- Inj. Ceftriaxone 2x1
- Urispas 3x1
- Glimiperide 2mg 1x1
- Metformin 500mg 3x1
- Atorvastatin 20mg 1x1
- Eperisone HCL 3x1
20 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Ceftriaxone 2x1
- Inj. Dexamethasone 2x1/2
- Urispas 3x1
- Nopres 20mg 1x1
- Metformin 500mg
- Eperisone HCL 3x1
- Meloxicam 15mg 2x1
21 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Dexamethasone 2x1/2
- Urispas 3x1
9
- Ofloxacin 200mg
- Nopres 20mg 1x1
- Glimiperide 2mg 1x1
- Valsartan 800mg
- Metformin 500mg
- Eperisone HCL 3x1
- Meloxicam 15mg 2x1
- Atorvastatin 20mg 1x1
- Eperisone HCL
22 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Ofloxacin 200mg
- Glimiperide 2mg 1x1
- Metformin 500mg 3x1
- Atorvastatin 20mg 1x1
- Eperisone HCL 3x1
- Meloxicam 15mg 2x1
23 Oktober 2017
- Infus Asering 500 ml
- Inj. Ketorolac 30mg 2x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Ofloxacin 200mg
- Glimiperide 2mg 1x1
- Metformin 500mg 3x1
- Atorvastatin 20mg 1x1
- Eperisone HCL 3x1
- Meloxicam 15mg 2x1
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika sudah tersedia
luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.
11
1. Pielonefritis: infeksi pada ginjal
2. Ureteritis: infeksi pada ureter
3. Sistitis: infeksi pada kandung kemih/buli
4. Uretritis: infeksi pada uretra1
1. Perempuan
- Sistitis. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna.2
12
- Sindrom uretra akut (SUA). Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Penelitian terkini SUA disebabkan MO anaerobik. 2
2. Laki-laki
1. Pielonefitis akut (PNA). Pielonefitis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri. 2
2. Pielonefritis kronis (PNK). Pielonefitis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak
pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal. 2
b. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang rnenyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal.2
13
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan
cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang
dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). 2
14
c. Mikroorganisme Saluran Kemih
Pola mikroorganisme (MO) bakteriuria seperti terlihat pada Tabel 3. Pada
umumnya ISK disebabkan mikroorganisme (MO) tunggal: 2
15
d. Patogenesis dan Patofisiologi ISK
Patogenesis Urinary Pathogens
16
Hanya IG Serotipe dari 170 serotipe O/E. Coli yang berhasil diisolasi rutin dari
pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus.
Penelitian intensif berhasil menentukan faktor virulensi E. coli dikenal sebagai
virulence determinalis, seperti terlihat pada Tabel 4. 2
17
Bakteri patogen dari urin (urinary pathogens) dapat menyebabkan presentasi
klinis ISK tergantung juga dari faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh
bakteri, faktor virulensi, dan variasi fase faktor virulensi. 2
18
Peranan faktor virulensi lainnya. Kemampuan untuk melekat (adhesion)
mikroorganisme (MO) atau bakteri tergantung dari organ pili atau fimbriae maupun
non-fimbriae. Pada saat ini dikenal beberapa adhesion seperti fimbriae (tipe 1, P
dan S), non fembrial adhesions (DR haemaglutinin atau DFA component of DR
bloodgroup), fimbrial adhesions (AFA-1 dan AFA-III),M-adhesions, G-adhesions
dan curli adhesions (2). 2
Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa
toksin seperti a-haemolisi, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF- l), dan iron uptake
system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% a-hemolisin terikat pada
kromosom dan berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5%
terikat pada gen plasmio. 2
19
individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda
dalam kandung kemih dan ginjal. 2
20
Zat makanan dari bakteri akan meningkat dari normal, diikuti refluks MO dari
kandung kemih ke ginjal. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter.
Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat terapi
antibiotika. 2
21
Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih
normal (ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah non-sekretorik
dibandingkan kelompok sekretorik. 2
Penelitan lain melaporkan sekresi IgA urin meningkat dan diduga mempunyai
peranan penting untuk kepekaan terhadap ISK rekuren. 2
e. Patofisiologi ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat
kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram
negative.2
Presentasi klinis ISK atas dan bawah pada pasien dewasa seperti terungkap pada
Gambar 4. 2
22
Pielonefritis akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39.5-
40S°C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering
didahului gejala ISK bawah (sistitis). 2
23
Sindrom uretra akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan
sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun. 2
Presentasi klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan sering kencing) disertai
cfu/ml urin <l05; sering disebut sistitis abakterialis. Sindrorn uretra akut (SUA) dibagi
3 kelompok pasien, yaitu: a). Kelompok pertama pasien dengan piuria, biakan urin
dapat diisolasi E.coli dengan cfu/ml urin 102-104. Sumber infeksi berasal dari kelenjar
peri-uretral atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini memberikan respon baik
terhadap antibiotik standar seperti ampisilin. b). Kelompok kedua pasien lekosituri
10-50/lapang pandang tinggi dan kultur urin steril. Kultur (biakan) khusus ditemukan
Chlamydia Trachomatis atau bakteri anaerobik. c). Kelompok ketiga pasien tanpa
piuri dan biakan urin steril. 2
ISK rekuren. Infeksi saluran kemih (ISK) rekuren terdiri 2 kelompok, yaitu: a).
Re-infeksi. Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu dengan
mikroorganisme (MO) yang berlainan. b). Relapsing infection. Setiap kali infeksi
disebabkan mikroorganisme yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak mendapat
terapi yang adekuat. 2
24
g. Komplikasi ISK
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated)
dan tipe berkornplikasi (complicated). 2
1. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-
obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited
disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama. 2
25
Pielonefritis emfisematosa disebabkan MO pembentuk gas seperti E. coli,
Candida spp dan Klostridium tidak jarang dijumpai pada DM. Pembentukan gas
sangat intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang
luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut
vasomotor (AVH). 2
Investigasi lanjutan terutama renal imaging proce- dures tidak boleh rutin, hams
berdasarkan indikasi klinis yang kuat (Tabel 8). Renal imaging procedures untuk
investigasi faktor predisposisi ISK: 2
Ultrasonogram (USG)
26
Radiografi
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
Isotop scanning.2
Sistografi1
i. Manajemen ISK
1. Terapi Farmakologis
lnfeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin: 2
27
Sistitis Akut Rekurens pada Perempuan, diperlukan antibiotik profilaksis
untuk pencegahan: 1
d. Nitrofurantoin 50 mg/hari1
e. Kotrimoksazol 240 mg/hari atau tiga kali seminggu1
f. Apabila terjadi infeksi ditengah masa profilaksis, dapat diberikan
Siprofloksasin 125mg/hari.1
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif
terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO
sebagai penyebabnya: 2
28
ISK pada Laki-Laki:
a. Kotrimoksazol atau Siprofloksasin selama 7 hari.1
Bakteriuria Asimtomatik:
2. Terapi Nonfarmakologis1
Asupan cairan yang banyak.1
29
Penggantian kateter yang teratur pada pasien yang
menggunakannya1
Pencegahan rekurensi ISK: menjaga kebersihan dan higiene
daerah uretra dan sekitarnya.1
j. Prognosis
Prognosis pada umumnya baik, kecuali bila higiene genital tetap buruk, ISK
dapat berulang atau menjadi kronis.
BAB III
PEMBAHASAN
30
Seorang wanita berusia 46 tahun datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan
nyeri pinggul kiri menjalar hingga ke bawah/kaki, nyeri terus-menerus sejak 4 hari
lalu, mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+). Pasien sudah berobat ke
Puskesmas namun tidak membaik. Setelah di Bangsal anamnesa terdapat keluhan
nyeri saat BAK sejak 2 hari dengan frekuensi pagi sekali, sore sekali, malam sekali
dan warna keruh seperti teh. Pasien mengaku sering menahan kencing apalagi saat
bepergian jauh. BAB tidak ada keluhan. Terdapat riwayat demam sekitar ± 3 hari
SMRS. Demam dirasakan pada malam hari saja. Pasien juga merasakan pusing (+),
punggung kemeng-kemeng, dan sulit tidur karena nyeri. Pasien memiliki riwayat
penyakit kencing manis tidak terkontrol sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien juga
mengaku tidak mengatur jenis makanan yang dikonsumsi termasuk makanan
berlemak seperti gorengan/jeroan.
Hasil Glukosa Darah Sewaktu > 140 mg/dl yang menandakan pasien juga
menderita Diabetes Mellitus (DM). Hasil pemeriksaan laboratorium juga
menunjukkan adanya peningkatan kadar Cholestrol Total, Trigliserid, dan LDL
Cholestrol yang mengarah ke diagnose Dislipidemia. Sering mengkonsumsi makanan
berlemak, gorengan atau jeroan adalah salah satu faktor risikonya.
31
Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien yaitu injeksi Ceftriaxone yaitu
antibiotik golongan Sefalosporin dan Ofloxacin antibiotik golongan Fluorokuinolon
generasi ke 2. Ceftriaxone bekerja dengan cara menghambat sintesis Mucopeptide di
dinding sel bakteri. Dan Ofloxacin bekerja dengan cara menghambat enzim DNA
Topoisomerase. Obat ini dapat melawan sebagian besar bakteri gram negatif aerob
dan bakteri gram positif. Pasien juga diberikan Urispas yaitu obat spasmolitik saluran
kemih yang dapat meredakan gejala seperti disuria, urgensi, nokturia, inkontinesia
dan nyeri kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan.
KESIMPULAN
32
Pada kasus ini pasien mengalami infeksi saluran kemih dengan diagnosis
sistitis disertai DM dan dislipidemia berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang ditemui pada pasien. Penatalaksanaan pada pasien
ini adalah dengan membunuh bakteri penyebab infeksi pada saluran kemih pasien,
mengontrol kadar gula darah, hipertensi dan dislipidemia.
Eradikasi bakteri dengan terapi farmakologis pada pasien ini sudah sesuai
yaitu menggunakan Ceftriaxon dan Ofloxacin. Urispas digunakan sebagai
antispasmodik untuk merelaksasi otot polos saluran kemih. Pengontrolan gula darah
dengan terapi farmakologis yang diberikan pada pasien ini menggunakan Metformin
dan Glibenclamid, dan untuk dislipidemianya sendiri sudah diberikan terapi
menggunakan Atorvastatin.
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga pasien juga sangat dibutuhkan
dalam proses pelaksanaan terapi antara lain: 1) edukasi tentang penyebab dan faktor
risiko penyakit infeksi saluran kemih. Penyebab infeksi saluran kemih yang paling
sering karena masuknya flora anus ke kandung kemih melalui perilaku atau higiene
pribadi yang kurang baik. Pada saat pengobatan diharapkan pasien tidak melakukan
hubungan seks. 2) waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih bagian atas
(nyeri pinggang) dan pentingnya untuk kontrol kembali. 3) patuh dalam pengobatan
antibiotik yang telah direncanakan 4) menjaga higiene pribadi dan lingkungan.3
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, et al (2016). Infeksi Saluran Kemih. In Tanto
C, Made Hustrini N, Kapita Selekta Kedokteran (pp. 640-641). Jakarta: Media
Aesculapius.
34