You are on page 1of 11

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA

A. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum
pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan
eksudat.
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis (Sudoyo, Aru W. 2006). Efusi pleura adalah istilah yang di gunakan bagi penimbunan
cairan dalam rongga pleura (Price, 2005). Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam
rongga pleura baik transudat maupun eksudat.
Jadi kesimpulan dari efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau penimbunan
cairan yang berlebih dalam rongga pleura baik transudat maupun eksudat.
B. Anatomi

1
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan
dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh
sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada
bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis
disebut Pleura (Syaifudin 1997).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan :
Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan
dalam dari dinding dada.Paru-paru yaitu: paru-pau kanan, terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus nedia, dan lobus inferior, tiap lobus tersusun olh lobulus. Paru-paru
kiri, terdiri dari, pulmo sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu:
lima buah segment pada lobus superior, dua buah segment pada lobus medialis tiga buah segmen
pada lobus inferior.Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung
udara didalamnya.Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi sedalam
dalamnya.
2. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah ekspirasi maksimal.

C. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat
dan hemoragis.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma

2
nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis).
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, infark, paru, radiasi,
penyakit kolagen
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan
di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H 2O.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan
atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra
pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1998).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura.
Kemungkinan penyebab efusi antara lain :
1. Penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga
pleura
3. Sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi
cairan yang berlebihan
4. Infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein
plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat.

E. Pathway
Transudat; kegagalan jantung Eksudat ; infeksi, TB, preumonia dan
kongestif (gagal jantung kiri), sebagainya, tumor, infark, paru, radiasi,
sindroma nefrotik, asites (oleh penyakit kolagen
karena sirosis hepatis).

EFUSI PLEURA
3
Proses peradangan pada
rongga pleura Fungsi
Akumulasi cairan yang
Hipersekresi pleura(Terakosentesis)
berlebihan di rongga
pleura mukus
Gangguan Rasa Pengeluaran endogen
dan pirogen Aspirasi cairan
Nyaman Nyeri
Secret tertahan di pleura
Ekspansi paru
saluran nafas
Febris
Resiko Infeksi
Sesak nafas Ronchi (-)
Demam
Bersihan Jalan
Penurunan Nafas Tidak Efektif
Ketidakefektifan suplay O2 Hipertermi
Pola Nafas
Metabolisme tubuh Gangguan Nutrisi
Gangguan meningkat Kurang dari
pertukaran gas Kelemahan Kebutuhan Tubuh

Intoleransi
Aktifitas

F. Manifestasi Klinik
Manifestasi kinik yang muncul adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi

4
5. Keletihan
6. Batuk
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispnea dan
lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian
2. Pemberian anti biotik Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin, kalk dan
bieomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah
cairan terakumulasi kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin meningkat
pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

H. Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru (Mansjoer, 2001)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat : Sudut kostofrenik tumpul, Obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet
(opaqul densitas ) pada area yang sakit.

5
2. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah bakteri dalam
cairan

3. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan.
4. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan mekanik
pernafasan. dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2
mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.
I. Pengkajian Fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan

6
lain sebagainya
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme
akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah nutrisi dan metabolic
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahatnya
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum ; pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran ; composmentis
c. TTV ;
RR; Takhipnea
Nadi ; Thakikardi
Suhu ; jika ada infeksi hipertermi

7
TD; bisa hipotensi
d. Kepala : Mesochepal

e. Mata : Conjungtiva anemis

f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung

g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang

h. Pulmo (paru-paru )

Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas

tampak penggunaan otot bantu nafas

Palpasi : Vokal Fremitus menurun

Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup

Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar

5. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi secret
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
6. Intervensi dan Rasional
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal
(16 - 20 x/menit)
Intervensi :
1) Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun
2) Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan

8
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
3) Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
4) Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O2

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada


Tujuan : Tidak ada nyeri dada
KH : keluhan nyeri berkurang, skala nyeri menurun
Intervensi :
1) Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
2) Ajarkan klien tehnik relaksasi
Rasional: Untuk meringankan nyeri
3) Beri posisi yang nyaman
Rasional : Untuk memberikan kenyamanan klien
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
K H : Tidak ada pengumpulan secret, Tidak ada pengguaan alat bantu nafas
Intervensi :
1) Observasi karakteristik batuk
Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif
2) Ajarkan batuk efektif

9
Rasional : membantu pengeluaran secret
3) Berikan pasian posisi semi fowler
Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4) Kolaborasi pemberian Oksigen
Rasional : Dapat meningkatkan intake oksigen

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastic
Intervensi :
1) Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum
baik
2) Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
3) Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi
4) Pemberian diit TKTP
Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun

10
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta; Media Aesculapius


Sudoyo, Aru W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi 2, Vol III). Jakarta; Departemen Ilmu
Penyakit Dalam
Price and Wilson. (2005). Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit (Edisi 6. Vol II). Jakarta; EGC

11

You might also like