You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori- Teori

1. Pendidikan Kesehatan Gigi

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan Gigi

Pendidikan Kesehatan Gigi merupakan suatu proses pendidikan

yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan mulut yang

bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan

meningkatkan taraf hidup. Dalam proses pendidikan termasuk

pendidikan kesehatan gigi dan mulut, individu memperoleh pengalaman

atau pengetahuan melalui berbagai media pendidikan (Suiraoka, 2012)

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi

Mengubah perilaku individu bukanlah merupakan pekerjaan yang

mudah, dalam hal ini dibutuhkan keterampilan khusus sebab perubahan

tingkah laku individu selalu melibatkan perubahan mental. Perubahan itu

sendiri terjadi secara alamiah yaitu karena lingkungan atau masyarakat

sekitarnya. Namun, ada pula perubahan yang terjadi secara terencana dan

dilaksanakan secara sistematis, yaitu yang dikenal sebagai perubahan

melalui pendidikan (Eliza, 2001). Jadi tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi

adalah sebagai berikut:

1) Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi

2) Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga

kesehatan gigi dan mulut.

12
13

3) Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelalaian menjaga

kebersihan gigi dan mulut.

4) Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke

sekolah.

5) Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT, RW, Kelurahan

dalam memberikan penyuluhan langsung kepada masyarakat, bila

diperlukan dapat saja dilakukan tanpa melalui puskesmas (Eliza,

2001).

c. Komponen Pendidikan Kesehatan Gigi

Adapun komponen Pendidikan Kesehatan Gigi adalah sebagai berikut:

1) Anak didik sebagai masukan akan diproses menjadi keluaran/

lulusan. Anak didik biasa pula disebut peserta didik. Peserta didik

adalah individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar

dengan berbagai latar belakang.

2) Tujuan pendidikan sebagai target, atau kualifikasi yang ingin

dicapai, yaitu perubahan tingkah laku ke arah perilaku sehat untuk

mencapai derajat kesehatan gigi yang optimal.

3) Kurikulum, termasuk didalamnya metode, alat, materi atau bahan

yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

program kesehatan yang ditunjang.

4) Pelaksana pendidikan gigi yaitu semua petugas kesehatan gigi yang

dapat mempengaruhi individu atau masyarakat untuk meningkatkan

kesehatan mereka (Inovator kesehatan)


14

5) Lingkungan didik, lingkungan didik berpengaruh besar terhadap

pendidikan. Lingkungan dan subjek didik berada dalam situasi

pendidikan, keterlibatan pendidik dan anak didik dibatasi oleh ruang

dan waktu (Eliza, 2001).

d. Ruang lingkup Pendidikan Kesehatan Gigi

Adapun ruang lingkup Pendidikan Kesehatan Gigi adalah sebagai

berikut:

1) Keluarga

Lingkungan pendidikan ini biasanya disebut sebagai pendidikan

informas dan merupakan pendidikan dasar yang diperoleh oleh

setiap individu sebelum mendapatkan pendidikan yang lain.

Penanaman pendidikan kesehatan khususnya pendidikan kesehatan

gigi sedini mungkin oleh orang tua terhadap anaknya akan

berpengaruh besar dalam perubahan sikap pemeliharaan kesehatan

gigi anaknya.

2) Sekolah

Pendidikan yang diperoleh di sekolah disebut sebagai pendidikan

formal. Sebagai bukti bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu

jenjang pendidikan formal akan memperoleh ijazah atau surat tanda

tamat belajar. Pendidikan kesehatan gigi di sekolah harus diterapkan

melalui mata pelajaran olahraga dan kesehatan. Penanaman

pendidikan kesehatan gigi akan berpengaruh terhadap pembentukan

sikap pemeliharaan kesehatan gigi yang diharapkan akan terus

tertanam sampai akhir hayat


15

3) Masyarakat

Pendidikan ini biasanya dilakukan untuk menambah atau melengkapi

pendidikan di sekolah (Eliza, 2001).

e. Tingkat pelayanan Pendidikan Kesehatan Gigi

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan gigi dapat dilakukan

berdasarkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prevention) dari

Leavel and Clark sebagai berikut:

1) Promosi kesehatan (Health Promotion)

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan gigi diperlukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan gigi, misalnya dengan memilih

makanan yang menyehatkan gigi, mengatur pola makanan yang

mengandung gula.

2) Perlindungan Khusus (Specific Protection)

Yang termasuk dalam program upaya pelayanan perlindungan khusus

ini, misalnya pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelah

makan, topikal aplikasi, flouridasi air minum dan sebagainya.

Pendidikan Kesehatan Gigi pada tingkat ini diperlukan agar

masyarakat menjadi sadar untuk memelihara kesehatan gigi, terutama

untuk daerah yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan

kesehatan gigi.

3) Pembatasan cacat (Disability Limitation)

Pembatasan cacat merupakan tingkat pengobatan penyakit yang

parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat saraf dan pencabutan


16

gigi. Pada tingkat pendidikan kesehatan diperlukan karena

masyarakat sering tidak mengobati penyakitnya secara tuntas.

Misalnya, pada perawatan urat saraf yang memerlukan beberapa kali

kunjungan atau mereka ingin segera mencabut giginya walaupun

sebenarnya masih dapat dilakukan penambalan

f. Peran tenaga kesehatan dalam memberikan Pendidikan Kesehatan Gigi

Peranan tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi adalah

untuk mengubah perilaku anak- anak dari perilaku yang tidak sehat

menjadi perilaku sehat. Seperti yang diketahui bahwa faktor perilaku ini

mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi derajat

kesehatan gigi masyarakat.

2. Metode Dongeng

a. Pengertian metode Dongeng

Moeslichatoen (2004) menyatakan bahwa metode bercerita

merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman

kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.

Cerita yang dibawakan oleh guru atau tenaga kesehatan harus menarik

dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan

bagi anak- anak.

Sanders (dalam Musfiroh, 2005) mengemukakan bahwa ada

beberapa alasan penting mengapa anak perlu mendengarkan cerita.

Salah satunya karena mendengarkan cerita merupakan sesuatu yang

menyenangkan bagi anak.


17

b. Teknik Dongeng

Moeslichatoen (2004) menjelaskan bahwa ada beberapa macam

teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat

membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar,

menggunakan papan flanel, menggunakan boneka, serta bermain peran

dalam satu cerita. Dibawah ini merupakan penjelasan singkat tentang

beberapa teknik bercerita:

1) Membaca langsung dari buku cerita.

Teknik bercerita dengan membaca langsung dari buku itu sangat

bagus bila guru mempunyai puisi dan prosa yang baik untuk

dibacakan kepada anak.

2) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku.

Bila cerita yang disampaikan kepada anak terlalu panjang dan

terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat

menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini dapat berfungsi

dengan baik.

3) Menceritakan dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama.

Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu

generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan

untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak.

4) Bercerita dengan menggunakan papan flanel.

Guru atau tenaga kesehatan dapat membuat papan flanel dengan

melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral.


18

Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya

digunting polanya pada kertas yang di belakangnya dilapis dengan

kertas gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan

flanel.

c. Manfaat metode dongeng

Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak di Taman

Kanak-kanak mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian

tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak ataupun Sekolah Dasar.

Moeslichatoen (2004) mengemukakan bahwa mendengarkan cerita

yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan

yang mengasyikkan. Guru atau Tenaga kesehatan dapat memanfaatkan

kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan,

keramahan, ketulusan, dan sikap- sikap positif lain dalam kehidupan

lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial,

nilai-nilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita memberikan

pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Memberi

pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita

memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,

maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk

mendengarkan yang baik, maka anak akan terlatih untuk menjadi

pendengar yang kreatif dan kritis.

Tim Pena Cendekia (2013) mengemukakan bahwa manfaat

bercerita antara lain meningkatkan keterampilan bicara anak,


19

mengembangkan kemampuan berbahasa anak, dengan mendengarkan

struktur kalimat, meningkatkan minat baca, mengembangkan

keterampilan berpikir, meningkatkan keterampilan problem solving,

merangsang imajinasi dan kreativitas, mengembangkan emosi,

memperkenalkan nilai-nilai moral, memperkenalkan ide-ide baru,

mengalami budaya lain, serta relaksasi.

d. Rancangan kegiatan dongeng

Agar kegiatan bercerita dapat berjalan dengan baik dan optimal

maka kegiatan bercerita perlu dirancang dengan baik pula. Rancangan

itu meliputi rancangan persiapan, rancangan pelaksanaan kegiatan

bercerita, dan rancangan penilaian kegiatan bercerita (Moeslichatoen,

2004). Rancangan kegiatan metode Berdongeng adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih

Tema harus ada kedekatan hubungan dengan kehidupan anak

di dalam keluarga, sekolah, atau luar sekolah. Tema harus menarik

dan memikat perhatian anak dan menantang anak untuk

menanggapi, menggertakan perasaan, serta menyentuh perasaan.

Sesudah menetapkan tema, guru atau tenaga kesehatan harus

mempelajari isi cerita yang akan dituturkan. Mempelajari isi cerita

tidak berarti harus menghafalkan kalimatkalimat yang akan

dituturkan melainkan harus menguasai isi cerita.

Sesudah mempelajari isi cerita guru atau tenaga kesehatan

masih harus mempelajari urutan cerita yang akan dituturkan,

suasana perasaan apa yang harus menyertainya. Kemudian guru


20

atau tenaga kesehatan masih harus memvisualisasi seluruh rincian

cerita

2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih

Setelah menentukan tujuan dan tema maka langkah selanjutnya

guru harus memilih salah satu bentuk bercerita di antaranya

bercerita dengan boneka, bercerita dengan papan flanel, dan lain-

lain.

3) Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan untuk

kegiatan bercerita.

Sesuai dengan bentuk bercerita yang sudah diplih guru, maka

langkah selanjutnya guru atau tenaga kesehatan harus menyiapkan

bahan dan alat yang akan digunakan. Jika bentuk yang dipilih

adalah bercerita dengan boneka, maka alat dan bahan yang harus

dipersiapkan.

4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita

Langkah-langkah yang harus dilalui dalam bercerita di antaranya

adalah:

a) Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita

kepada anak.

b) Mengatur tempat duduk anak. Apakah sebagian atau

seluruhnya yang ikut mendengarkan dan apakah anak harus

duduk di lantai atau diberi karpet duduk di kursi serta

mengatur alat dan bahan yang digunakan.


21

c) Merupakan pembukaan kegiatan bercerita. Guru atau tenaga

kesehatan menggali pengalamanpengalaman anak yang

berkaitan dengan cerita.

d) Merupakan pengembangan cerita yang dituturkan guru atau

tenaga kesehatan

e) Guru atau tenaga kesehatan menetapkan rancangan cara-cara

bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak.

f) Merupakan langkah penutup kegiatan bercerita.

g) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

Sesuai dengan tujuan dan tema cerita yang dipilih, maka

dapat dirancang penilaian kegiatan bercerita dengan

menggunakan teknik bertanya pada akhir kegiatan bercerita yang

memberi petunjuk seberapa besar perhatian dan tanggapan anak

terhadap isi cerita.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rancangan

kegiatan bercerita meliputi rancangan persiapan, rancangan

pelaksanaan kegiatan bercerita, dan rancangan penilaian kegiatan

bercerita (Moeslichatoen, 2004).

3. Metode peta pemikiran

a. Pengertian metode peta pemikiran

Menurut Buzan (dalam Nurika, 2014), Metode peta pemikiran

adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiahkan

memetakan pikiran- pikiran kita. Catatan yang dibuat tersebut

membentuk gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama.


22

Dalam penyajiannya, metode peta pemikiran menyertakan teks

yang disertai simbol dan gambar dengan banyak warna sehingga dapat

menarik perhatian anak-anak. Manfaat gambar dan teks pada mind maps

ini akan mengoptimalkan dua belahan otak secara sinergis (Buzan,

dalam Nurika, 2014).

b. Kegunaan metode peta pemikiran

Peta pemikiran tidak hanya dapat digunakan untuk kepentingan

pendidikan saja akan tetapi dapat juga digunakan untuk kepentingan

bisnis ataupun berkaitan dengan penggunaan pikiran Peta pemikiran

juga dapat digunakan untuk aspek kehidupan dan dapat meningkatkan

kemampuan belajar dan berpikir.

Kegunaan peta pemikiran hampir sama seperti peta jalan yaitu

sebagai berikut:

1) Memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang

luas.

2) Memungkin kita merencanakan rute atau membuat pilihanpilihan

dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan dimana kita berada.

3) Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat.

4) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat

jalan jalan terobosan kreatif baru.

5) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat (Buzan,

2008).
23

c. Bahan metode peta pemikiran

Kegiatan dalam melaksanakan Peta pemikiran tergolong mudah

dan alami, maka bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan Peta

pemikiran cukup sederhana, antara lain (Buzan, 2008):

1) Kertas kosong tak bergaris.

2) Pena dan pensil warna.

3) Otak dan

4) Imajinasi

d. Langkah- langkah membuat peta pemikiran

Berdasarkan buku pintar Buzan (2008) ada tujuh langkah dalam

pembuatan peta pemikiran, antara lain sebagai berikut:

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar, karena mulai dari tengah memberi kebebasan

kepada otak untuk menyebar kesegala arah.

2) Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral, karena sebuah

gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan

imajinasi.

3) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan

gambar. Warna membuat peta pemikiran lebih hidup, menambah

energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan

hubungkan cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua,

seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang

mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita
24

menghubungkan cabang-cabang, akan lebih mengerti dan

mengingat.

5) Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan

membosankan otak.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci

tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada Peta

pemikiran. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti

pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, lebih bebas dan bisa

memicu ide dan pikiran baru.

7) Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar

bermakna seribu kata.

e. Kelebihan dan kekurangan metode peta pemikiran

Metode pembelajaran pendidikan kesehatan gigi dengan peta pemikiran

memiliki kelebihan dan kekurangan yang dikemukakan oleh Buzan

(2008).

1) Kelebihan model pembelajaran mind map, yaitu:

a) Menjadi lebih kreatif.

b) Menyelesaikan masalah.

c) Memusatkan perhatian.

d) Melihat gambaran secara keseluruhan.

e) Mengingat dengan lebih baik.

f) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran.

g) Berkomunikasi.

h) Belajar lebih cepat dan efisien dan


25

i) Menghemat waktu.

2) Kekurangan model pembelajaran mind map, yaitu:

a) Tidak sepenuhnya siswa belajar dan

b) Hanya siswa aktif yang terlibat dalam pembelajaran.

4. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Perilaku kognitif diklasifikasikan dalam urutan hirarki, yaitu:

1) Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,

karena pada tingkat ini seseorang hanya mampu melakukan recall

(mengulang) memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu.

2) Memahami (comprehension) dapat diartikan suatu kemampuan

untuk menjelaskan suatu objek dan dapat menginterpretasikannya

secara benar. Orang yang sudah memahami harus dapat

menjelaskan, menguraikan, menyebutkan contoh, dan

menyimpulkan.
26

3) Aplikasi (application) merupakan kemampuan dimana seseorang

telah memahami suatu objek, dapat menjelaskan dan dapat

mengaplikasikan prinsip yang diketahui meskipun pada situasi

yang berbeda.

4) Analisis (analysis) merupakan kemapuan seseorang untuk

menggunakan ide-ide abstrak yang baru dipelajari untuk diterapkan

dalam situasi nyata. Sehingga dapat menggambarkan atau

memecahkan suatu masalah.

5) Sintesis (synthesis) merupakan kemampuan untuk merangkum

komponen- komponen dari suatu formulasi yang ada dan

meletakkannya dalam suatu hubungan yang logis, sehingga

tersusun suatu formula baru.

6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, yang

didasarkan pada suatu kriteria yang telah dibuat sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak

dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin


27

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika

seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan

nilai-nilai baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis

besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri

baru.

4) Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam

5) Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik

seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman

terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan


28

timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan

sikap positif.

6) Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi

yang didapat melalui media cetak maupun media elektronik.

d. Kategori pengetahuan

Menurut Nursalam (2008), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1) Baik: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari

seluruh pertanyaan.

2) Cukup: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 51%-75% dari

seluruh Pertanyaan.

3) Kurang: Bila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari

seluruh pertanyaan.

5. Kesehatan gigi

a. Pengertian kesehatan gigi

Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau penyakit

gigi Lainnya. Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa
29

aktifitas seperti berbicara, tidur, makan dan bersosialisasi tidak akan

terganggu karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman dan malu.

b. Perawatan Gigi

Perawatan gigi merupakan usaha penjagaan untuk mencegah kerusakan

gigi dan penyakit gusi (Schuurs, 1992). Perawatan gigi sangat penting

dilakukan karena dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, infeksi,

bahkan malnutrisi. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada

lubang atau penyakit gigi lainnya. Tan dalam Houwink, et al (1993)

mengatakan perawatan gigi yang dapat dilakukan untuk mencegah

masalah kesehatan gigi antara lain:

1) Menggosok gigi (brushing)

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menggosok gigi, yaitu:

a) Cara menggosok gigi yang benar

Masalah yang seringkali ditemui pada masyarakat

Indonesia adalah cara menggosok gigi yang salah. Pada

prinsipnya mengosok gigi yang benar harus dapat membersihkan

semua sisa-sisa makanan terutama pada ruang intradental.

Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan mengabrasi

lapisan gigi dengan tidak menekan secara berlebihan. Fitriana

(2006) mengatakan dalam menggosok gigi sikatlah gigi pada

permukaan luar dan permukaan dalam gigi, lakukan gerakan

vertikal dan searah dari bagian gusi ke arah permukaan gigi.

Untuk rahang atas Hubungan tingkat gerakan sikat dari atas

ke bawah, untuk rahang bawah dari bawah ke atas. Sedangkan


30

untuk bagian permukaan kunyah, baik gigi atas maupun gigi

bawah, teknik penyikatannya adalah gigi disikat horizontal dari

gigi-gigi belakang ke arah gigi depan. Selain itu permukaan

lidah juga perlu disikat pelan-pelan, karena permukaan lidah

tidak rata sehingga mudah terselip sisa-sisa makanan.

Menurut Gupte (1991) teknik menggosok gigi yang benar

antara lain gosoklah seluruh permukaan gigi yang menghadap

ke pipi dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah tergosok.

Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya

untuk gigi bawah gerakan sikat dari bawah ke atas. Gosoklah

dengan lembut permukaan gusi dan lidah. Posisi sikat gigi

kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi

sehingga gusi tidak terluka.

b) Pemilihan sikat yang benar

Sikat gigi menjadi salah satu faktor dalam menjaga

kesehatan gigi. Apabila kita salah memilih dan menggunakan

sikat gigi maka sisa-sisa makanan yang ada di sela gigi tidak

dapat terjangkau. Untuk anak usia sekolah sikat gigi yang baik

adalah sikat gigi dengan bulu halus yang terbuat dari nilon

dengan panjang sekitar 21 cm (Potter & Perry, 2005).

Menurut Fitriana (2006) pilih sikat gigi yang kecil baik

tangkai maupun kepala sikatnya sehingga mudah dipegang dan

tidak merusak gusi. Ujung kepala sikat menyempit agar mudah

menjangkau seluruh bagian mulut yang relatif kecil.


31

c) Frekuensi menggosok gigi

Menggosok gigi sedikitnya empat kali sehari (setelah

makan dan sebelum tidur). Hal itu merupakan dasar untuk

program oral hygiene yang efektif (Potter & Perry, 2005).

Menggosok gigi sebelum tidur sangat penting karena saat tidur

terjadi interaksi antara bakteri mulut dengan sisa makanan pada

gigi (Hockenberry & Wilson, 2007).

2) Mengatur Makanan

Anak pada usia sekolah sering mengonsumsi makanan manis

seperti cokelat, permen, kue, dan lain sebagainya. Makanan manis

mengandung larutan gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan

tersebut dapat menembus plak gigi dan dimetabolisasi untuk

menghasilkan asam sebelum dinetralisasi oleh saliva. Konsumsi

makanan tersebut apabila tidak dikontrol dengan perawatan gigi

yang benar akan berisiko terkena karies gigi.

Oleh karena itu pada anak usia sekolah dianjurkan diet rendah

gula dan tinggi nutrisi serta memperhatikan perawatan gigi lainnya

(Potter & Perry, 2005).

3) Penggunaan Flouride

Flouride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari

kerusakan, namun kadarnya harus diperhatikan (Anderson, 1989).

Flouride dapat menurunkan produksi asam dan meningkatkan

pembentukan mineral pada dasar enamel (Schuurs, 1992). Pasta gigi

yang sekarang beredar mengandung 0,15 % fluoride yang


32

sebelumnya mengandung 0,10 % (Houwink, 1993). Fluoride dapat

ditemukan dalam berbagai bentuk.

Pada negara maju seperti Belanda dan Amerika, sebagian besar

jumlah fluoride berasal dari air minum dengan konsentrasi 1 ppm

(Anderson, 1989). Di Indonesia beredar fluoride dalam bentuk pasta

gigi yang kadar fluoride-nya sudah diatur. Berdasarkan standar SNI

16-4767-1998, pasta gigi anak mengandung kadar flour 500-1000

ppm.

4) Flossing

Flossing membantu pencegahan karies gigi dengan menyingkirkan

plak dan sisa makanan pada sela gigi. Waktu yang tepat untuk

melakukan dental flossing adalah setelah menggosok gigi karena

saat itu pasta gigi masih ada dalam mulut. Dental flossing yang

dilakukan setelah menggosok gigi akan membantu penyebaran pasta

gigi ke sela-sela gigi (Columbia University of Dental Medicine,

2006). Menurut Potter dan Perry (2005) dental flossing cukup

dilakukan satu kali dalam sehari


33

B. Kerangka Teori

Pengetahuan tentang
Kesehatan Gigi
Faktor- faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan Gigi :
2. Pengalaman
3. Kebudayan 1. Metode :
4. Usia a. Peta pemikiran
5. Informasi b. Berdongeng
c. Ceramah
6. Jenis kelamin
d. Diskusi
7. Minat
Kelompok
e. Role Play

Kerangka Teori dimodifakasi dari Notoatmodjo (1993) dalam Maulana (2009)

C. Hipotesis

Ho : Metode dongeng lebih efektif dibandingkan metode peta pemikiran

terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada siswa SDN Manggarmas 1

Ha : Metode dongeng tidak lebih efektif dibandingkan metode peta pemikiran

terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada siswa SDN Manggarmas 1

You might also like