Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Makroskopis(3)
1
pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah
dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepatis dexter yang
besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak
yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan.
2
Gambar 2. Gambaran normal CT-Scan ginjal(3)
3.1.2 Mikroskopis(2)
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-
1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang
mengosongkan diri keduktus pengumpul.
3
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin.
4
3.1.5 Fisiologi Ginjal(3)
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari.
5
amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood
Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui
glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman
disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat
antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman, tekanan hidrostatik darah
dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan
oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan
osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh
tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding
kapiler.
2) Reabsorpsi.
3) Sekresi.
6
3.2.1 Definisi
Ruptur ginjal adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa. (3)
Ruptur ginjal dapat terjadi pada ginjal yang normal maupun pada ginjal yang
telah mengalami proses patologis sebelumnya.(8)
3.2.2 Epidemiologi
Frekuensi terjadinya trauma ginjal tergantung pada populasi pasien.
Jumlah trauma ginjal biasanya 3% dari jumlah semua trauma yang ada di seluruh
rumah sakit dan sebanyak 10% dari total pasien yang mengalami trauma
abdomen.(6,9,16)
Pada anak-anak, umumnya lebih mudah terjadi rupture ginjal, terkait dengan
ukuran ginjal anak yang relatif besar, lebih bersifat mobile dan perirenal fat yang
minim.(6,16)
3.2.3 Etiologi
Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia.
Kurang lebih 10% dari trauma pada abdomen mencederai ginjal. Cedera
ginjal dapat terjadi secara: (1) langsung akibat benturan yang mengenai
daerah pinggang atau (2) tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi
akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum.
Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka
tusuk, ataupun luka tembak.(1)
Terdapat dua macam trauma abdominal, yaitu trauma tumpul dan
trauma penetrasi. Trauma tumpul dihasilkan oleh kekerasan yang diberikan
pada tubuh tanpa menyebabkan adanya luka terbuka. Penyebab trauma
tumpul adalah pukulan langsung (akibat olahraga, kekerasan), tekanan
(akibat pekerjaan industrial seperti terperangkap di dalam alat-alat berat),
atau deselerasi (kecelakaan motor atau jatuh dari ketinggian yang signifikan.
(10)
7
kanan. Hal ini bisa saja terjadi pada ginjal dengan atau tanpa didahului
proses patologis pada ginjal. (8)
3.2.4 Patogenesis
Ruptur ginjal adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa.
(3)
8
III Perlukaan sampai di 5 Cedera arteri atau vena
pelviureteric junction renalis disertai perdarahan
Avulsi pedikel ginjal
Ginjal terbelah (shattered
kidney)
IV
3.2.5 Diagnosis
9
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat
bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada
organ lain yang menyertainya. Pada trauma derajat ringan mungkin hanya
didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat
hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.(1)
Derajat cedera pada ginjal tidak selalu berbanding lurus dengan parah
tidaknya hematuria yang terjadi; hematuria makroskopik dapat terjadi pada trauma
ginjal yang ringan dan hanya hematuria ringan pada trauma mayor.(11)
Pada trauma mayor atau rupture pedikel sering kali pasien datang dalam
keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama
makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani
pemeriksaan IVP karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak
membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup banyak. Untuk
itu harus segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.
(1)
. 3.2.5.2 Laboratorium
10
telah dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak
disertai hematuria. Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari
pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal
masih didapatkan kesulitan.(2,11)
3.2.6. Penatalaksanaan
3.2.6.1 Non-Operatif dan Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini
dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh),
kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran
lingkaran perut, penurunan kadar hemoglobin darah, dan perubahan warna
urin pada pemeriksaan urine serial.(1)
3.2.6.2 Operatif
Penanganan operatif pada ruptur ginjal ditujukan pada trauma ginjal
mayor dengan tujuan untuk segera menghentikan perdarahan. Selanjutnya,
mungkin dilakukan debridement, reparasi ginjal (berupa renorafi atau
penyambungan vaskuler) atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi
parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.
(1)
3.2.7 Prognosis
Dengan follow-up yang dilakukan secara hati-hati, kebanyakan kasus
ruptur ginjal memiliki prognosis yang baik, dengan proses penyembuhan
yang berlangsung secara spontan dan mengembalikan fungsi ginjal.
Pengawasan terhadap excretory urography dan tekanan darah juga dapat
menjamin deteksi dan manajemen yang tepat akan kejadian hidronefrosis
dan hipertensi.(11)
11
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Foto Konvensional
Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU) mungkin akan berguna pada
kasus ruptur ginjal.(12)
Gambaran yang terlihat adalah pembengkakan pada ginjal, kontras yang
ekstravasasi keluar, tampakan massa perdarahan juga bisa terlihat, serta tampak
kelainan ekskresi jika dibandingkan dengan ginjal sebelah.(13)
Apabila terdapat dugaan jumlah produksi urin yang sedikit, IVU dapat
menemukan letak kelainan dan mengestimasi jumlah kehilangan cairan
tersebut. Namun, walaupun IVU sangat mudah dan banyak digunakan, harus
diingat bahwa IVU memberikan ekspose radiasi yang cukup tinggi sehingga
harus dipertimbangkan jika ingin dilakukan pada anak-anak. IVU juga harus
diperhatikan pemakaiannya pada orang-orang dengan gangguan fungsi ginjal,
neuropati, dan alergi yang mungkin akan sangat berbahaya jika menerima
ekspose radiasi.(12)
12
Gambar 4. Gambar radiografi ruptur ginjal spontan. (a) psoas line kiri
terlihat normal (panah hitam), psoas line kanan tidak terlihat (panah
merah). (b,c) IVU diambil pada menit ke-15 dan 45, terlihat ekstravasasi
meluas di peripelvis dan perirenal(12)
B. Ultrasonografi (USG)
Tingkat keparahan pada trauma ginjal sangat beraneka ragam, oleh
karena itu terdapat kemungkinan terdeteksi dengan USG. Ada keadaan
dimana ruptur ginjal disebabkan oleh trauma langsung, sehingga akan
didapatkan darah dan/atau urin yang mengalami ekstravasasi ke perinephric
space. Cairan-cairan tersebutlah yang akan diidentifikasi oleh ultrasound. Jika
terdapat urin maupun hematoma yang banyak dapat dilakukan drainase secara
percutaneus.(14)
Penggunaan USG Doppler berwarna juga dapat sangat berguna untuk
mendiagnosis ruptur ginjal. Pada pemeriksaan USG Doppler, akan terlihat
seperti semburan (jet effect) pada bagian sisi ginjal yang ruptur ketika ada
sedikit kompresi oleh urinoma.(12)
13
Gambar 5. Penampakan ruptur ginjal spontan. (a,b) terlihat defek
berdiameter 4.5 mm pada pelvis renali. (c) penampakan USG Doppler
berwarna, terlihat aliran warna pada ginjal yang berhubungan dengan
kompresi oleh urinoma(12)
C. CT-Scan
Sejauh ini CT-Scan adalah modalitas yang paling baik untuk melihat
gambaran ruptur ginjal karena informasi yang diberikan berkaitan dengan
morfologi dan fungsional ginjal bisa didapatkan dalam satu kali pemeriksaan
saja.(15)
Pada pasien dengan trauma abdomen, pemeriksaan CT-scan lebih baik
digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan luas perlukaan dan juga lebih
bermanfaat untuk melihat organ retroperitoneum, khususnya ginjal.(4)
Gambaran yang mungkin didapatkan pada ruptur ginjal adalah memar
atau kontusi ginjal, umunya muncul sebagai gambaran zona focal yang
kurang penyangatannya karena ekskresi tubular yang terganggu sementara.
Jika terdapat Hematoma intrarenal akan muncul sebagai area yang
termarginasi sangat tipis tanpa penyangatan. Untuk Hematoma subscapular
biasanya memperlihatkan bentuk lentikular sesuai dengan displacement yang
terjadi pada korteks renalis. Jika terdapat perdarahan minor, sisa pendarahan
ekstrarenal akan tertahan pada perirenal space dan meluas ke kompartemen-
kompartemen retroperitoneal yang saling berdekatan. Laserasi ginjal akan
terlihat sebagai sebuah garis atau bentuk irisan (wedge-shape) yang hipodens.
“Shattered kidney” adalah laserasi mengelilingi ginjal menghasilkan multiple
fragmen.(15)
14
Gambar 6. Tampak ruptur renal bilateral pada pemeriksaan CT-scan
potongan axial(15)
15
Gambar 9. Hematoma perinephric dan laserasi korteks renal <1 cm tanpa
ekstravasasi urin(21)
Gambar 10. Laserasi korteks renal >1 cm, tanpa disertasi ruptur pada
collecting system atau ekstravasasi urin(21)
16
Gambar 12. Shattered kidney, avulsi ureteropelvic junction, dan laserasi atau
trombosis arteri dan vena renalis(21)
D. MRI
Sebenarnya CT-scan adalah modalitas utama untuk menilai kasus hematuria
pada trauma abdomen akut. Walaupun hasil penelitian pada binatang
membuktikan bahwa MRI mempunyai keakuratan yang sama bahkan lebih
dibandingkan CT-scan, peralatan MRI ini kurang tersedia dimana-mana, serta
membutuhkan waktu yang lebih lama. Seperti halnya CT-scan, pada MRI juga
dapat terlihat ekstravasasi kontras, bahkan mampu membedakan hematoma
perirenal dan intrarenal.(20)
17
DAFTAR PUSTAKA
18
15. Marincek, Borut dan robert F. Dondlinger. Emergency Radiology. [Electronic
Book]. Springer; 2007. P. 197-8
16. Blair, Meg. Oeverview of Genitourinary Trauma. [Electronic Book]; 2011. P.
139-45
17. JW, Mc. Aninch dan Santucci RA. Ureter. [Online]. [Dikutip] 20 April 2012.
Available from:
http://www.urologic-bad-segeberg.de/Urology/Treatment-
options/ureter/ureter.html
18. Gray, H. Elsevier Image. [Online]. [Dikutip] 20 April 2012. Available from:
http://www.elsevierimages.com/image/25276.htm
19. Standring, Susan, et al,eds. Gray’s Anatomy The Anatomical Basis of Clinical
Practice 39th Edition. USA: Elsevier; 2008
20. Siegelman, Evan S, ed. Body MRI. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2005. P.
158,169-70
21. Dogra, Vikram S dan Shweta Bhatt. Radiologic Clinics of North America.
New York: Elsevier Saunders. [Electronic Book]; 2007. P. 581-90
19