Akibat dari pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan, pemerintah mulai
gencar mengusung pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk mengurangi kawasan kumuh di perkotaan. Namun permasalahan umum yang sering muncul pada konsep rumah vertikal adalah kurang optimalnya sistem pengolahan air limbah serta pengelolaan limbah padat. Hal ini menimbulkan tercemarnya lingkungan yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi penghuni rusunawa. Bila hal ini terus berlangsung maka rusun tersebut dapat menjadi tidak layak huni. Rancacili merupakan salah satu rusunawa yang diusung oleh Pemerintah Kota Bandung yang dibangun dengan pendanaan sebesar 50 miliar yang diperuntukkan bagi 1200 jiwa. Penulis melakukan studi dan observasi di Rusun Rancacili untuk menemukan solusi agar tidak timbul permasalahan pengelolan limbah di wilayah tersebut dengan langkah yang ekonomis. Konsep yang penulis gunakan adalah konsep Rusun Sehat yang merupakan sebuah sistem terpadu dengan mempertimbangkan konservasi air dan penjaminan kelayakan sanitasi. Konsep ini diwujudkan dengan sistem reuse untuk pengolahan grey water yang dapat dimanfaatkan untuk mencuci baju, wudhu, menyiram tanaman, dan pengendalian vektor penyakit dengan proses pengolahan berupa sistem filtrasi dan sumur resapan. Sementara untuk mengolah black water digunakan teknologi Anaerobic Baffled Reactor (ABR) beserta Anaerobic Upflow Filter (AUF) yang aman untuk dibuang ke badan air. Konsep Rusun Sehat juga didukung dengan kegiatan berbasis masyarakat yang difokuskan pemberdayaan perempuan dan anak-anak berupa gabungan dari konsep Bank Sampah dan Sosialiasi Sanitasi. Diharapkan dengan program tersebut, penghuni tidak hanya tersadarkan tentang pentingnya sanitasi, namun juga terdorong untuk meningkatkan nilai ekonomi yang berasal dari keuntungan penjualan sampah.