You are on page 1of 6

ABSTRAK

Meningkatnya angka kejadian merokok pada populasi dunia menyebabkan


angka kematian akibat merokok juga terus meningkat. Paparan asap rokok dapat
menstimulasi kerja makrofag alveolar. Makrofag alveolar adalah lini pertama
pertahanan sistem imun nonspesifik yang berfungsi untuk membersihkan saluran
nafas dari agen-agen infeksi, toksik, atau partikel alergi yang berhasil melewati
pertahanan mekanik dari saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas fungsional makrofag
alveolar setelah dipaparkan asap rokok. Diketahui, pada perokok, jumlah
makrofag alveolar mengalami peningkatan, namun kemampuan makrofag untuk
melindungi sel dari dari partikel asing tersebut justru menurun. Penurunan
kemampuan makrofag dalam melindungi sel merupakan bentuk kompensasi dari
peningkatan jumlah makrofag yang terlalu cepat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan penelitian analisis
eksperimental terhadap aktivitas makrofag tikus putih galur wistar. Penelitian
dilakukan dalam 2 tahap, pada tahap pertama dilakukan analisis fungsi makrofag
alveoli terhadap kemampuan bakterisidal, sedangkan tahap kedua analisis
pertumbuhan bakteri setelah dipapar oleh asap rokok.
Adapun hasil yang didapatkan menunjukkan nilai p>0,05 yang artinya tidak
bermakna secara statistik, baik pada percobaan analisis invivo maupun invitro.
Namun, pada kedua analisis ditemukan kecenderungan kemampuan fungsi dari
makrofag alveolar pada tikus yang dipaparkan asap rokok.

Kata kunci: paparan asap rokok, makrofag alveolar


ABSTRACT
The increasing incidence of smoking in the world population causes the
death rate due to smoking is also increasing. Exposure to cigarette smoke can
stimulate the alveolar macrophages. Alveolar macrophages are the first line of
defense nonspecific immune system which serves to cleanse the respiratory tract
of infectious agents, toxic or allergenic particles that got past
mechanical defenses of the respiratory tract.
This study aims to look after the functional activity of alveolar macrophages
exposed to cigarette smoke. Known, in smokers, the number of alveolar
macrophages increased, but the ability of macrophages to protect the cells from
foreign particles actually decreased. A decrease in the ability of macrophages to
protect cells is a form of compensation from the increase in the number of
macrophages that are too fast.
To achieve these objectives, the research carried out experimental analysis
of the activity of macrophages wistar strain white rats. The study was conducted
in two stages, the first stage of alveolar macrophage function analysis of the
bactericidal capabilities, while the second stage analysis of bacterial growth after
being exposed to cigarette smoke.
The results obtained demonstrate the value of p> 0.05, which means not
significant based on statistic, both in vivo and in vitro experiments analysis.
However, the analysis found a tendency both functional capability of alveolar
macrophages in mice exposed to cigarette smoke.
Keywords: cigarette smoke, alveolar macrophages
PENDAHULUAN

Menurut WHO pada tahun 2004, sebanyak 5,4 juta jiwa meninggal akibat
penggunaan rokok. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun
2030 yang mencapai 8,3 juta jiwa. Kematian akibat rokok memberikan kontribusi
10% dari total kematian di dunia yang 80% nya terjadi di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah
perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India dan menduduki peringkat lima
besar dunia konsumen rokok terbesar di tahun 2007.
Rokok mengandung banyak bahan kimia. Setiap satu batang rokok yang
dibakar akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia, seperti nikotin, gas karbon
monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, ammonia, akrolein, benzene, dan
etanol (Fitriani et al, 2012). Selain itu, dalam proses merokok juga terjadi dua
reaksi. Pertama adalah reaksi pirolisa. Reaksi ini menyebabkan pemecahan
struktur kimia rokok menjadi banyak senyawa lain yang lebih kompleks dan
bersifat toksik. Kedua, reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran dengan oksigen
pada proses ini menyebabkan terbentuknya senyawa CO2, H2O2, NO, dan Co
(Sukmaningsih, 2009). Akibatnya, terjadi penumpukan partikel-partikel rokok di
saluran nafas bagian bawah.
Penumpukan partikel rokok di saluran nafas bagian bawah akan
mengganggu proses pertahanan dari saluran pernafasan, seperti kerusakan pada
mukosa silia pernafasan; peningkatan kolonisasi bakteri di saluran nafas bawah,
yang normalnya steril; peningkatan permeabilitas epitel dan pembuluh darah
alveolar; mempengaruhi komposisi, struktur, dan fungsi dari sel-sel radang paru,
salah satunya adalah sel makrofag alveolar (Murin dan Bilello, 2005).
Makrofag alveolar adalah lini pertama pertahanan sistem imun nonspesifik
yang berfungsi untuk membersihkan saluran nafas dari agen-agen infeksi, toksik,
atau partikel alergi yang berhasil melewati pertahanan mekanik dari saluran
pernapasan. Adapun dalam menjalankan fungsinya, makrofag alveolar melakukan
aktivitasnya dengan berbagai cara yaitu fagositosis dan destruksi mikrorganisme,
kemotaksis, sebagai sel penyaji antigen, mensekresi enzim dan substansi biologis
yang lain serta mengontrol pertumbuhan sel tumor. Aktivasi makrofag merupakan
suatu fenomena yang kompleks. Makrofag yang teraktivasi menunjukkan
kemampuan yang meningkat untuk membunuh beberapa jenis mikroorganisme
(Farida, 2005).
Pada perokok, terjadi peningkatan jumlah makrofag alveolar dari hasil
bilasan bronkus dibandingkan yang bukan perokok. (Murin dan Bilello, 2005).
Meskipun demikian, peningkatan jumlah makrofag alveolar ini dapat
menyebabkan hal yang merugikan terhadap kesehatan perokok (Gardner, 1984).
Stimulasi makrofag alveolar akibat paparan asap rokok dapat menyebabkan
inaktivasi pada fungsi α1-AT, suatu protein serum yang dihasilkan oleh hepar dan
dalam keadaan normal berfungsi sebagai penghambat dari kerja elastase. Elastase
merupakan enzim yang bersifat destruktif untuk jaringan parenkim paru
(Supriyadi, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menilai aktivitas fungsional
makrofag alveolar pada tikus yang dipaparkan asap rokok.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only
control group design yang dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi dan
laboratorium biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada Bulan
Maret 2015- Juni 2015. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus
putih galur wistar. Sampel yang diambil adalah 30 ekor tikus putih galur wistar
yang telah mendapatkan optimasi penelitian selama 7 hari. Semua hewan coba
mendapatkan makanan dan minuman sesuai kebutuhan. Proses Invivo dilakukan
dengan cara injeksi bakteri secara intratorakal pada interkostal 3-4 sebelah kanan.
Sementara itu, analisis invitro dilakukan dengan cara pengambilan hasil bilasan
paru pada tikus. Data dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan
Levene’s Test dan T-Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian yang telah dilakukan dari Bulan Maret 2015- Juni 2015
menggunakan 12 ekor tikus putih betina galur wistar yang dikelompokkan
menjadi 6 ekor untuk analisis invivo dan 6 ekor untuk analisis invitro, yang
masing-masingnya terdiri dari 3 ekor kelompok kontrol dan 3 ekor kelompok
perlakuan. Dari 6 sampel pada analisis invitro didapatkan bahwa pada kelompok
kontrol mempunyai aktivitas bakterisidal makrofag yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok perlakuan. Hal ini dilihat dari hasil inkubasi makrofag pada
menit ke-30 dan menit ke-60. Sementara itu, pada hasil invivo, terdapat
pertumbuhan bakteri yang lebih banyak pada jaringan paru, yang dapat diketahui
dengan menumbuhkan hasil homogenisasi jaringan paru yang telah diinduksi
bakteri pada agar Endo. Berikut adalah hasil yang diperoleh:

Tabel
Tabel 1. Analisis Invitro

Kode
Tikus 30' 60'
A 19 4
A' 7 0
B 5 2
B' 4 0
C 21 5
C' 4 0
3K 5 5
3K' 1 0
3B 17 3
3B' 2 0
3E 9 6
3E' 2 0
Keterangan:
- 3K, 3B, 3E = Tikus yang dipaparkan asap rokok
- A, B, C = Tikus yang tidak dipaparkan asap rokok
- A, B, C, 3K, 3B, 3E = Pengenceran pertama
- A', B', C', 3K', 3B', 3E' = Pengenceran kedua
- Menit 30 dan 60 : hitung jumlah pertumbuhan bakteri

Tabel 2. Analisis Invivo

Kode Tikus Kanan Atas Kanan Bawah


2.3 Koloni = 0 Koloni = 0
2.4 Koloni = 0 Koloni = 0
2.5 Koloni = 7 Koloni = 0
5.1 Koloni = 0 Koloni = 0
5.2 Koloni = 0 Koloni = 0
5.5 Koloni = 1 Koloni = 0

Keterangan:
Kode 2 = Tikus yang dipaparkan asap rokok
Kode 5 = Tikus Kontrol

Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan dari jumlah


bakteri yang difagosit oleh makrofag pada kelompok kontrol dibandingkan
dengan kelompok perlakuan. Hal ini dilihat dari jumlah bakteri yang ada pada
menit ke-30 dan penurunan jumlah bakteri pada menit ke-60. Sementara itu, pada
tabel 2 terlihat jumlah koloni bakteri yang lebih banyak pada bagian kanan atas
paru tikus yang dipaparkan asap rokok dibandingkan dengan tikus kontrol.

Tabel 3. Hasil Statistik Invitro

Independent Samples Test


Levene's
Test for
t-test for Equality of Means
Equality of
Variances
95% Confidence
Sig. Interval of the
Mean Std. Error
F Sig. t df (2- Difference
Difference Difference
tailed)
Lower Upper
Equal
- -
variances 2,545 ,186 4 ,112 -15,0000 7,38128 5,49373
2,032 35,49373
assumed
Invitro Equal
variances - -
2,118 ,172 -15,0000 7,38128 15,12154
not 2,032 45,12154
assumed
Tabel 4. Hasil Statistik Invivo
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality t-test for Equality of Means
of Variances
95% Confidence
Sig. Interval of the
Mean Std. Error
F Sig. t df (2- Difference
Difference Difference
tailed)
Lower Upper
Equal
variances 11,520 ,027 ,707 4 ,519 16,67 23,570 -48,775 82,108
assumed
In
vivo Equal
variances
,707 2,082 ,550 16,67 23,570 -81,032 114,365
not
assumed

KESIMPULAN

You might also like