Professional Documents
Culture Documents
Menurut WHO pada tahun 2004, sebanyak 5,4 juta jiwa meninggal akibat
penggunaan rokok. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun
2030 yang mencapai 8,3 juta jiwa. Kematian akibat rokok memberikan kontribusi
10% dari total kematian di dunia yang 80% nya terjadi di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah
perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India dan menduduki peringkat lima
besar dunia konsumen rokok terbesar di tahun 2007.
Rokok mengandung banyak bahan kimia. Setiap satu batang rokok yang
dibakar akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia, seperti nikotin, gas karbon
monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, ammonia, akrolein, benzene, dan
etanol (Fitriani et al, 2012). Selain itu, dalam proses merokok juga terjadi dua
reaksi. Pertama adalah reaksi pirolisa. Reaksi ini menyebabkan pemecahan
struktur kimia rokok menjadi banyak senyawa lain yang lebih kompleks dan
bersifat toksik. Kedua, reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran dengan oksigen
pada proses ini menyebabkan terbentuknya senyawa CO2, H2O2, NO, dan Co
(Sukmaningsih, 2009). Akibatnya, terjadi penumpukan partikel-partikel rokok di
saluran nafas bagian bawah.
Penumpukan partikel rokok di saluran nafas bagian bawah akan
mengganggu proses pertahanan dari saluran pernafasan, seperti kerusakan pada
mukosa silia pernafasan; peningkatan kolonisasi bakteri di saluran nafas bawah,
yang normalnya steril; peningkatan permeabilitas epitel dan pembuluh darah
alveolar; mempengaruhi komposisi, struktur, dan fungsi dari sel-sel radang paru,
salah satunya adalah sel makrofag alveolar (Murin dan Bilello, 2005).
Makrofag alveolar adalah lini pertama pertahanan sistem imun nonspesifik
yang berfungsi untuk membersihkan saluran nafas dari agen-agen infeksi, toksik,
atau partikel alergi yang berhasil melewati pertahanan mekanik dari saluran
pernapasan. Adapun dalam menjalankan fungsinya, makrofag alveolar melakukan
aktivitasnya dengan berbagai cara yaitu fagositosis dan destruksi mikrorganisme,
kemotaksis, sebagai sel penyaji antigen, mensekresi enzim dan substansi biologis
yang lain serta mengontrol pertumbuhan sel tumor. Aktivasi makrofag merupakan
suatu fenomena yang kompleks. Makrofag yang teraktivasi menunjukkan
kemampuan yang meningkat untuk membunuh beberapa jenis mikroorganisme
(Farida, 2005).
Pada perokok, terjadi peningkatan jumlah makrofag alveolar dari hasil
bilasan bronkus dibandingkan yang bukan perokok. (Murin dan Bilello, 2005).
Meskipun demikian, peningkatan jumlah makrofag alveolar ini dapat
menyebabkan hal yang merugikan terhadap kesehatan perokok (Gardner, 1984).
Stimulasi makrofag alveolar akibat paparan asap rokok dapat menyebabkan
inaktivasi pada fungsi α1-AT, suatu protein serum yang dihasilkan oleh hepar dan
dalam keadaan normal berfungsi sebagai penghambat dari kerja elastase. Elastase
merupakan enzim yang bersifat destruktif untuk jaringan parenkim paru
(Supriyadi, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menilai aktivitas fungsional
makrofag alveolar pada tikus yang dipaparkan asap rokok.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only
control group design yang dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi dan
laboratorium biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada Bulan
Maret 2015- Juni 2015. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus
putih galur wistar. Sampel yang diambil adalah 30 ekor tikus putih galur wistar
yang telah mendapatkan optimasi penelitian selama 7 hari. Semua hewan coba
mendapatkan makanan dan minuman sesuai kebutuhan. Proses Invivo dilakukan
dengan cara injeksi bakteri secara intratorakal pada interkostal 3-4 sebelah kanan.
Sementara itu, analisis invitro dilakukan dengan cara pengambilan hasil bilasan
paru pada tikus. Data dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan
Levene’s Test dan T-Test.
Tabel
Tabel 1. Analisis Invitro
Kode
Tikus 30' 60'
A 19 4
A' 7 0
B 5 2
B' 4 0
C 21 5
C' 4 0
3K 5 5
3K' 1 0
3B 17 3
3B' 2 0
3E 9 6
3E' 2 0
Keterangan:
- 3K, 3B, 3E = Tikus yang dipaparkan asap rokok
- A, B, C = Tikus yang tidak dipaparkan asap rokok
- A, B, C, 3K, 3B, 3E = Pengenceran pertama
- A', B', C', 3K', 3B', 3E' = Pengenceran kedua
- Menit 30 dan 60 : hitung jumlah pertumbuhan bakteri
Keterangan:
Kode 2 = Tikus yang dipaparkan asap rokok
Kode 5 = Tikus Kontrol
KESIMPULAN