You are on page 1of 6

APLIKASI PEMBUATAN PELAT BIPOLAR PEMFC DENGAN

MENGGUNAKAN POLYMER-BASED CARBON COMPOSITE


1. Pendahuluan
Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang memiliki fasa yang
berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki sifat lebih baik dari keduanya. Jika perpaduan
ini terjadi dalam skala makroskopis maka disebut sebagai komposit. Namun, jika perpaduan ini
terjadi secara mikoroskopis (molecular level) maka disebut sebagai alloyatau paduan[1]. Dalam
bidang rekayasa, di mana kekuatan mekanik dan kekakuan merupakan persyaratan utama, istilah
“komposit” dikaitkan dengan campuran filamen yang berfungsi sebagai fasa penguat (penguatan).
Komposit dikembangkan dari gagasan sederhana dan praktis di mana dua atau lebih material
homogen dengan sifat yang berbeda digabungkan. Umumnya, filamen penguat untuk komposit
berdiameter sekitar 10 µm. Filamen tersebut kontinu, dan terbentang sepanjang komponen, atau
pendek (diskontinu) dengan orientasi yang sama atau orientasi acak bahkan berupa
tenunan kain[2].
Istilah “komposit” seringkali juga mencangkup material dimana fasa kedua mempunyai bentuk
partikel atau lamina. Pada kasus seperti ini struktur komposit menjanjikan keuntungan khusus,
selain kekuatan, juga memiliki nilai ekonomi dan ketahanan korosi (contoh: bahan pengisi dalam
plastik, lembaran baja berlapis plastik). Sejarah perkembangan teknologi komposit mencatat
berbagai temuan yang bersifat inovatif, bahkan ide yang menakjubkan[2].
Komposit terdiri dari matriks dan penguat / reinforcement. Secara ideal, matriks dari sebuah
komposit seharusnya mampu:
1. menginfiltrasi serat dan cepat membeku pada temperatur dan tekanan yang wajar,
2. membentuk suatu ikatan koheren, umumnya dalam bentuk ikatan kimia di semua
antarmuka matriks/serat,
3. menyelubungi serat yang biasanya sangat peka-takik, dan melindunginya dari kerusakan
antar-serat berupa abrasi dan melindungi serat terhadap lingkungan (serangan zat kimia,
kelembaban),
4. mentransfer tegangan kerja ke serat,
5. memisahkan serat sehingga kegagalan serat-individu dibatasi dan tidak merugikan
integritas komponen secara keseluruhan,
6. melepas ikatan (debond) dari serat individu, dengan cara absorpsi energi regangan, apabila
kebetulan terjadi perambatan retak dalam matriks yang mengenai serat, dan
7. tetap stabil secara fisika dan kimia setelah proses manufaktur[2].
Ada tiga jenis komposit yang membedakan dari komposit lainnya yaitu komposit dikuatkan oleh
bentuk penguatnya, yaitu partikel, fiber dan struktural.
Gambar 1. Skema klasifikasi perbedaan jenis-jenis komposit berdasarkan bentuk penguatnya[3].

Adapun berdasarkan matriksnya komposit dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:


Metal Matrix Composite (MMC) atau komposit dengan matriks logam
Kelebihan MMC:
1. Transfer tegangan dan regangan yang bagus.
2. Memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi.
3. Tidak menyerap kelembaban.
4. Tidak mudah terbakar.
5. Memiliki kekuatan tekan dan geser yang baik.
Kekurangan MMC:
1. Biayanya mahal.
2. Standarisasi material dan proses yang sedikit.
Polymer Matrix Composite(PMC) atau komposit dengan matriks polimer
Kelebihan PMC:
1. Ringan.
2. Memiliki nilai specific stiffness yang tinggi.
3. Memiliki nilai specific strength yang tinggi.
4. Anisotropy.
Kekurangan MMC:
1. Rentan terhadap suhu tinggi.
2. Mudah terbakar.
Ceramic Matrix Composite(CMC) atau komposit dengan matriks keramik
Kelebihan CMC:
1. Dimensinya stabil, bahkan lebih stabil daripada logam.
2. Sangat tangguh, bahkan hampir sama dengan ketangguhan dari besi tuang.
3. Mempunyai karakteristik permukaan yang tahan aus.
4. Unsur kimianya stabil pada temperatur tinggi.
Kekurangan CMC:
1. Sulit untuk diproduksi dalam jumlah besar.
2. Relatif mahal dan non-cost effective.
3. Hanya untuk aplikasi tertentu[1].

Gambar 2. Skema klasifikasi perbedaan jenis-jenis komposit berdasarkan matriksnya[1].

2. Latar belakang dikembangkan.


Membran elektrolit polimer (PEM) sel bahan bakar adalah alat konversi energi elektrokimia

yang akan mengubah hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan menghasilkan energi

listrik dan panas dalam prosesnya.[2] Membran elektrolit polimer (PEM) sel bahan bakar

merupakan suatu bentuk teknologi sederhana seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar untuk

mendapatkan energinya kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah hidrogen dan

oksigen. Membran elektrolit polimer (PEM) sel bahan bakar merupakan salah satu sumber daya
yang menjanjikan untuk aplikasi transportasi karena PEM sel bahan bakar memiliki nilai efesiensi

yang tinggi, kekuatan densitas yang tinggi, temperatur operasional yang relatif rendah, suplai

bahan bakar yang nyaman dan jangka panjang.[3] Namun biaya pemrosesan yang tinggi pada PEM

sel bahan bakar merupakan salah satu penghambat untuk komersialisasi sel bahan bakar.[4]

Membran elektrolit polimer (PEM) sel bahan bakar tersusun atas beberapa komponen. Salah

satu bagian komponen tersebut adalah pelat bipolar. Pelat bipolar merupakan sebuah pelat yang

menjadi penghubung antara anoda dan katoda. Umumnya pelat bipolar terbuat dari grafit, logam

dan komposit. Pelat bipolar mempunyai karakteristik sebagai konduktor listrik yang baik, kedap

gas, mempunyai kekerasan yang baik serta ringan. Dengan tujuan untuk membuat PEM sel bahan

bakar lebih bersifat ekonomis, maka perlu mengurangi biaya proses dan material yang dibutuhkan.

Pengurangan ini secara luas berkaitan dengan biaya pelat bipolar. Seperti halnya penggunaan

komponen yang umum digunakan pada PEM sel bahan bakar, jumlah pelat bipolar sekitar 80%

dari volume sel bahan bakar, 70% berat sel bahan bakar, dan sebanyak 60% seluruh biaya.[5] Pada

beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan percobaan pembuatan pelat bipolar dengan

menggunakan base material berbasis grafit. Pelat bipolar berbahan grafit memiliki konduktifitas

yang baik. Masalah pelat grafit adalah sifat getas dan memiliki kekerasan yang tinggi. Sehingga

pada pelat grafit dibutuhkan ketebalan tertentu agar sifat mekaniknya sesuai untuk digunakan

sebagai pelat bipolar. Hal ini tentunya akan mempengaruhi biaya serta berat pada PEM sel bahan

bakar. Oleh karena itu dalam penelitian ini limbah mill scale akan ditambahkan dengan grafit agar

biaya serta berat dari pelat bipolar dapat diperkecil.


Gambar 3. (a) Skematik Komposit Pada Pelat Bipolar Pemfc, (b) Mikrostruktur Komposit Pelar
Bipolar Pada SEM[6]

3. Daftar Pustaka
[1] Slide Kuliah Komposit, Prof. Dr. Ir. Anne Zulfia MSc, Pengantar Komposit, Departemen Teknik Metalurgi

dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. (2010).

[2] Xiao Zi Yuan et all. 2005. Bipolar Plates for PEM Fuel Cells - From Materials to Processing.

Canada : Journal of New Materials for Electrochemical Systems 8, 257-267

[3] Sigrid Lædre, 2011. Investigation of metallic bipolar plates for PEM fuel cells.
Norwegian University of Science and Technology Department of Materials
Science and Engineering

[4] Agus Pramono at all. 2012. Konduktifitas Listrik Komposit Polimer


Polipropilena/Karbon Untuk Aplikasi Pelat Bipolar Fuel Cell. Jurusan Teknik
Metalurgi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Departemen Metalurgi Material
Universitas Indonesia.
[5] Zhang jie, Zou Yan-Wen, He jun. 2005. Influence of graphite particle size and its shape on
performance of carbon composite bipolar plate. Beijing. Tsinghua University

[6] Taherian, Reza. 2015. A Riview Composite And Metalic Bipolar Plate In Proton Exchange
Membran Fuel Cell: Material, Fabrication, And Material Selection. Iran. Shahrood University

You might also like