Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Keywords: Inadequate food intake, during mothers knowledge of
Edukasi Gizi; MP- food complement of breast milk and disease weaning period may
ASI; Booklet cause child growth impairment. Mothers knowledge and
behavior have a great important role on children food intake
because a good knowledge of food complement of breast milk
may result in providing good menu for children. Effort to
improve knowledge can be conducted through information giving.
Giving nutrition education once a month during posyandu may
improve mothers knowledge on about food complement of breast
milk. The aim of this study to determine the improvement their
skil on making of mothers knowledge about food complement of
breast milk after receiving nutrition education by booklet. This is
a quasi experiment study with one group pretest post test
design. The population was all mother who have children in age 6-
24 months at Posyandu Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta. The samples were 31 respon dents using purposive
sampling. Kolmogorof smirnov test was undertaken to determine
the normality of the data, and paired t-test was used to acces the
difference. This study showed that before receiving nutrition
education by booklet 61,3% of the participants had poor
knowledge of food complement of breast milk. After receiving
nutrition education by booklet, 45,2% of the participants had
a enough knowledge of food complement of breast milk. This
study showed that there was enhancement of mothers by
knowledge about food complement of breast milk receiving
nutrition education by booklet in Posyandu Kelurahan Kadipiro
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
273
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
274
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
asupan zat gizi anak secara signifikan (p adalah anak usia 6-24 bulan yang
= 0,022) pada awal dan akhir penelitian. mengalami gizi kurang atau gizi lebih di
Hasil tersebut menguatkan penelitian Posyandu Balita Kelurahan Kadipiro
yang menyebutkan bahwa edukasi gizi Kecamatan Bnajarsari Kota Surakarta.
dengan cara konseling gizi sangat Responden dalam penelitian ini adalah
berperan penting dalam memperbaiki ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan
kepatuhan diet karena konseling gizi yang ada di Kelurahan Kadipiro
adalah suatu pendekatan personal yang Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
digunakan untuk menolong individu dengan status gizi kurang atau status gizi
memperoleh pengertian yang lebih baik lebih.
mengenai permasalahan gizi yang Jenis data yang dikumpulkan adalah
dihadapi dan memotivasi menuju data tentang status gizi anak usia 6-24
perubahan perilaku. Selanjutnya individu bulan untuk menentukan anak gizi kurang
mampu mengambil langkah-langkah dalam atau lebih serta data tentang pola
mengatasi permasalahan gizi tersebut, pemberian MP-ASI anak usia 6-24 bulan
termasuk perubahan praktik pemberian yang meliputi: bentuk makanan, frekuensi
makan. Meningkatnya perilaku ibu pemberian, jenis dan jumlah pemberian
mengenai pemberian makan pada anak, sebelum penyuluhan dan sesudah
menjadikan asupan zat gizi anak juga penyuluhan.
meningkat. Hal tersebut menunjukkan Cara pengumpulan data adalah data
bahwa konseling gizi yang dilakukan 1 kali tentang status gizi anak usia 6-24 bulan
tiap minggu terbukti cukup efektif dalam dikumpulkan dengan cara pengukuran
perubahan perilaku pemberian makan. [5] antropometri berat badan anak menurut
Tujuan penelitian ini adalah untuk umur dan data pola pemberian MP-ASI
mengetahui perubahan pengetahuan ibu (bentuk makanan, frekuensi, dan jumlah
tentang pola pemberian MP-ASI pada pemberian) dikumpulkan dengan cara
anak usia 6- 24 bulan setelah diberi edukasi wawancara dengan menggunakan
gizi dengan media booklet di Posyandu kuesioner terstruktur dan observasi
Balita Kelurahan Kadipiro Kecamatan (sebelum diberikan penyuluhan dan
Banjarsari Kota Surakarta. sesudah penyuluhan).
Data status gizi diolah dengan
2. METODE membandingkan BB/U dengan kriteria
Penelitian ini menggunakan jenis sebagai berikut:
pre- eksperimental, dengan desain a. Gizi lebih > 2,0 SD
penelitian one group pre-test - post test b. Gizi Baik - 2,0 SD sampai dengan +
design. Penelitian ini dilaksanakan pada 2SD
bulan April s.d. Agustus 2017 dan c. Gizi kurang , - 3.0 SD sld < - 2 SD
perlakuan dilaksanakan selama 3 bulan. d. Gizi Buruk < -3 SD
Setiap bulan subyek akan diberi edukasi Data pola pemberian MP-ASI
gizi berupa pendidikan gizi dengan media diolah menurut bentuk makanan,
booklet dan praktek pembuatan MP-ASI. frekuensi pemberian, jenis makanan, dan
Tempat pelaksanaan penelitian ini jumlah pemberian sesuai umur (dengan
di Posyandu Balita Kelurahan Kadipiro cara skoring), untuk memudahkan dalam
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. penyajian, maka pola pemberian MP-ASI
Populasi dalam penelitian ini adalah anak dikelompokan menjadi 3 yaitu:
usia 6-24 bulan yang ada di Posyandu a. Dikatakan pola pemberian MP-ASI
Balita Kelurahan Kadipiro Kecamatan nya baik, jika nilai skor 75-100,
Banjarsari Kota Surakarta yang terpilih b. Dikatakan pola pemberian MP-ASI
secara purposive sampling. Besar sampel nya cukup jika nilai Skor 50-74,
penelitian sebanyak 31 sampel yang c. Dikatakan pola pemberian MP-
dihitung dengan formula Lemeshow ASI nya kurang baik jika nilai
19976. Sampel dalam penelitian ini skornya < 50.
275
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
276
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
sumber energi terbaik dan paling ideal makanan yang tepat baik kualitas maupun
dengan komposisi yang seimbang sesuai kuantitasnya dapat menyebabkan
dengan kebutuhan bayi pada masa malnutrisi [2, 8].
pertumbuhan. Manfaat pemberian ASI Secara fisik bayi akan menunjukkan
tidak hanya untuk bayi saja tetapi juga tanda-tanda siap untuk menerima makanan
untuk ibu, lingkungan, bahkan negara. ASI selain ASI antara lain refleks ekstrusi
adalah makanan yang ideal untuk bayi, (menjulurkan lidah) telah sangat berkurang
sehingga pemberian ASI eksklusif atau sudah menghilang, mampu menahan
dianjurkan selama masih mencukupi kepala tetap tegak, dan duduk tanpa atau
kebutuhan bayi [1]. hanya dengan sedikit bantuan dan
Pemberian ASI ini diberikan sampai mampu menjaga keseimbangan badan
bayi berusia 6 bulan, setelah itu bayi harus ketika tangannya meraih benda di
mulai diperkenalkan dengan makanan dekatnya. Secara psikologis, bayi akan
padat, dan ASI masih tetap diberikan memperlihatkan perilaku makan lanjutan
hingga bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 yaitu dari reflektif ke imitatif, lebih
bulan kebutuhan bayi akan zat gizi makin mandiri, dan eksploratif, dan pada usia 6
bertambah seiring dengan pertumbuhan bulan bayi mampu menunjukkan keinginan
dan perkembangan bayi, sedangkan makan dengan cara membuka mulutnya,
produksi ASI mulai menurun sehingga rasa lapar dengan memajukan tubuhnya
bayi sangat memerlukan makanan ke depan atau ke arah makanan, serta
tambahan sebagai pendamping ASI. ASI tidak beminat atau kenyang dengan
hanya akan memenuhi sekitar 60-70% menarik tubuh ke belakang atau menjauh
kebutuhan bayi, sedangkan 30-40% harus [1, 8].
dipenuhi dari makanan pendamping atau Berdasarkan tingkat pendidikan
makanan tambahan [7]. responden didapatkan paling banyak
Makanan pendamping ASI adalah adalah SMA sebanyak 14 orang (45,2%),
makanan atau minuman tambahan namun masih ada yang berpendidikan SD
yang mengandung zat gizi yang yaitu sebanyak 3 orang (9,7%). Ibu yang
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 mempunyai pendidikan terakhir perguruan
untuk memenuhi kebutuhan gizi selain tinggi hanya sebanyak 5 oarang (16,1%).
dari ASI. Pada umumnya, setelah usia Menurut penelitian sebelumnya,
6 bulan kebutuhan zat gizi bayi baik zat didapatkan pendidikan ibu berpengaruh
gizi makro maupun zat gizi mikro tidak terhadap pemberian MP-ASI dimana
dapat terpenuhi hanya oleh ASI. Selain itu, pendidikan yang rendah, ibu cenderung
keterampilan makan (oromotor skills) terus memberikan MP-ASI dini, kualitas dan
berkembang dan bayi mulai kuantitas MP-ASI yang diberikan
memperlihatkan minat akan makanan lain umumnya tidak tepat sehingga
selain susu (ASI atau susu formula) [1] memperburuk status gizi bayi dalam
[2]. proses pertumbuhannya [9].
Memulai pemberian MP-ASI pada Penelitian pada populasi anak
saat yang tepat akan sangat bermanfaat tentang pola pemberian ASI, waktu
bagi pemenuhan kebutuhan zat gizi dan pemberian makanan tambahan, kualitas
tumbuh kembang bayi. Periode ini dikenal makanan dan perilaku makan aktif,
pula sebagai masa penyapihan (weaning), berkorelasi positif dengan status
yang merupakan suatu proses dimulainya antropometri anak pada orang tua
pemberian makanan khusus selain ASI dengan pendidikan rendah. Beberapa
secara bertahap dalam jenis, jumlah, penelitian tentang intervensi perilaku
frekuensi maupun tekstur dan konsistensi merupakan bagian yang direkomendasikan
sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak yang telah didapatkan berhubungan positif
terpenuhi oleh makanan. Masa peralihan terhadap efek pertumbuhan anak [9].
ini yang berlangsung antara 6 bulan sampai Tabel 5 menunjukkan jenis MP-ASI
24 bulan yang merupakan masa rawan yang sering dipakai oleh responden, dalam
pertumbuhan anak, karena bila tidak diberi penelitian ini dibagi menjadi jenis MP -
277
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
ASI yang dari bahan lokal dan pabrikan faktor antara lain pendidikan,
(instan). Responden paling banyak informasi/media massa, sosial budaya
menggunakan jenis MP-ASI pabrikan dan ekonomi, lingkungan, pengalaman
sebagai makanan tambahan untuk anak- dan usia [11, 12].
anak mereka, yaitu sebanyak 61,3 %. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa
Responden menyatakan alasan mereka pengetahuan tentang pola pemberian MP-
menggunakan jenis MP-ASI pabrikan ASI sebelum diberikan edukasi gizi paling
(instan) karena lebih mudah dan cepat banyak termasuk kategori pola pemberian
dalam panyajiannya dan banyak dari MP-ASI kurang (61,3%) dan setelah
mereka yang tidak mengetahui cara diberikan edukasi gizi paling banyak
pengolahan MP-ASI yang tepat dan sehat. termasuk kategori pola pemberian MP-
Tujuan MP-ASI untuk menambah ASI cukup (45,2%). Tabel 6 juga
energi dan zat gizi yang diperlukan bayi menunjukkan bahwa ada peningkatan
karena ASI tidak dapat memenuhi pengetahuan tentang pola pemberian MP-
kebutuhan bayi secara terus menerus. ASI, dimana kategori pola pemberian MP-
Makanan pendamping ASI untuk bayi ASI baik, sebelum diberikan edukasi gizi
sebaiknya memiliki beberapa kriteria sebesar 12,9 % meningkat menjadi 29%.
antara lain, memiliki nilai energi dan Berbagai penelitian terdahulu tentang
kandungan protein yang tinggi, memiliki penyuluhan dan MP-ASI yaitu
nilai vitamin dan mineral yang sesuai, dan Zulkarnaeni (2003) meneliti tentang
dapat diterima oleh pencernaan dengan Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap
baik. MP-ASI yang baik terbuat dari bahan Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan
makanan segar seperti tempe, kacang- Perilaku Ibu Keluarga Mandiri Sadar
kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, Gizi di Kabupaten Wonogiri. Hasil
sayur, buah- buahan [2, 9]. penelitian menunjukkan ada pengaruh
Pemberian MP-ASI dapat berupa pendidikan gizi terhadap dan perilaku ibu
bubur, tim, sari buah, biskuit. Pemberian keluarga mandiri sadar gizi [13].
MP- ASI baik jenis, porsi dan Penelitian serupa dilakukan [14]
frekuensinya tergantung dari usia dan mengenai pengaruh penyuluhan terhadap
kemampuan bayi. Agar pemberian MP- pengetahuan dan sikap ibu tentang
ASI berjalan baik, maka diperlukan makanan sehat dan seimbang. Hasil
pengetahuan yang baik pula mengenai penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pola pemberian MP- ASI yang tepat. ada pengaruh penyuluhan terhadap
Pengetahuan pada dasarnya terjadi peningkatan pengetahuan ibu dan
setelah orang melakukan penginderaan perubahan sikap ibu tentang
terhadap suatu objek tertentu melalui makanan sehat dan gizi seimbang dengan
pancaindra manusia, yakni indra metode ceramah dan pembagian leaflet
penglihatan, pendengaran, penciuman, [14]. Penelitian lainnya [15] mengenai
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan pendidikan kesehatan menggunakan
diperoleh melalui mata dan telinga. Jika booklet dan poster dalam meningkatkan
pengetahuan tentang MP-ASI baik, pengetahuan dan sikap remaja tentang
diharapkan pula para ibu termotivasi kesehatan reproduksi di Kabupaten
untuk memberikan MP-ASI tepat waktu Tasikmalaya. Hasil penelitian tersebut
[10, 11]. menunjukkan pendidikan kesehatan
Pengetahuan merupakan hasil menggunakan booklet dan poster
dari tahu yang terjadi melalui proses dapat meningkatkan pengetahuan dan
sensoris, khususnya mata dan telinga sikap remaja terhadap kesehatan
terhadap objek tertentu. Pengetahuan reproduksi [15].
merupakan domain yang sangat penting Ibu lebih aktif dan tertarik pada
untuk terbentuknya perilaku terbuka penyuluhan dengan media booklet.
(overt behaviour). Perilaku yang didasari Manfaat media dalam penyuluhan antara
oleh pengetahuan umumnya bersifat lama. lain, penyuluhan akan lebih menarik
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa perhatian ibu sehingga dapat
278
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
279
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang
280