You are on page 1of 12

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etik Profesi Dan Tata Kelola
Korporat
Dosen Pengampu: Dr. Sony Warsono, MAFIS, Ak, CA

Disusun Oleh:

ADITYO PRABOWO

EKO ROCHMAN NUGROHO

FAEZAL HERMAWAN

SURYA AL FATH

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016
Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah
perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari
keinginan untuk menghindari permasalahan-permasalahan di dunia nyata. Praktik bisnis
merupakan aktivitas utama masyarakat yang wajib didukung oleh perilaku baik. Pada era
kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis
merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etika
diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Etika bisnis memiliki
prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus
dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan
dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Adapun
prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
a. Prinsip otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral
atas keputusan yang diambil.
b. Prinsip kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam
hubungan kerja dan lain-lain).
c. Prinsip keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang
sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
d. Prinsip saling menguntungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
e. Prinsip integritas moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para
pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik
perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik

1. Praktik Bisnis yang Tidak Beretika


Terdapat beberapa masalah etika dalam bisnis yang dapat diklasifikasikan ke dalam
lima kategori, yaitu:
a. Suap (Bribery)
Merupakan tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang
dengan membeli pengaruh. Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayar
sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana.
Suap kadang kala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls
dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift)
tidak selalu dapat disebut sebagai suap tergantung dari maksud dan respons yang
diharapkan oleh pemberi hadiah.
b. Paksaan (Coercion)
Merupakan tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan
jabatan atau ancaman.Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan
jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
c. Penipuan (Deception)
Merupakan tindakan memperdaya,menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan
atau melakukan kebohongan.
d. Pencurian (Theft)
Merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti
milik orang laintanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti
fisik atau konseptual.
e. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination)
Merupakan perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.Suatu kegagalan
untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara yang disukai atau tidak.

Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat hubungan simbiosis antara etika dan
bisnis dimana masalah etik sering dibicarakan pada bisnis yang berorientasi pada keuntungan.
Kebutuhan aspek moral dalam bisnis adalah:
a. Praktik bisnis yang bermoral hanya akan memberikan keuntungan ekonomis dalam
jangka panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk keuntungan jangka pendek hanya
akan memberikan insentif yang kecil. Dalam kompetisi bisnis di pasar yang sama,
keuntungan jangka pendek merupakan keputusan yang diambil oleh kebanyakan
perusahaan untuk dapat bertahan.
b. Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak memiliki nilai ekonomis
bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh, bagaimana
mengkampanyekan kerugian merokok, sebagai lawan dari promosi rokok itu sendiri.
c. Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan keuntungan akan sangat tergantung
pada saat bisnis tersebut dijalankan. Pada pasar yang berbeda, praktik yang sama
mungkin tidak memberikan nilai ekonomis. Jadi masalah tumpang tindih antara
eksistensi moral dan keuntungan sifatnya terbatas dan insidental (situasional).

2. Tuntutan Masyarakat terhadap Bisnis


 Kemunculan Model-model Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemangku Kepentingan
Reaksi oleh bisnis terhadap evolusi dari mandat keuntungan murni menjadi
pengenalan adanya saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat. Beberapa tren
dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan kompetitif serta memiliki efek pada
etika bisnis dan akuntan professional, mencakup:
a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan.
b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan pengendalian
internal, dan
c. Ketetapan niat untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi.

Meskipun perubahan yang signifikan juga terjadi dalam cara organisasi beroperasi,
mencakup:
a. Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik yang
berhubungan.
b. Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indicator kinerja nonkeuangan yang
digunakan secara nyata.

Sebagai akibat dari tren dan perubahan tersebut, bahwa pendekatan tradisisonal
perintah dan kendali (atas-bawah) tidaklah cukup, dan organisasi menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk mendorong etika prilaku, bukan memaksakannya.Dewan dan
manajemen menjadi lebih tertarik pada isu-isu etika meskipun kompeksitas entitas bisnis dan
transaksi menjadi lebih besar dan cepat.Oleh karena itu, semakin penting bahwa setiap
karyawan memiliki kode perilaku pribadi yang harmonis dengan pemberi kerja.

 Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko


Para direktur, eksekutif, manajer, dan karyawan lainnya harus memahami sifat dari
interes pemangku kepentingan dan nilai-nilai yang mendukungnya untuk mengggabungkan
interes pemangku kepentingan ke dalam kebijakan, strategi, dan operasional perusahaan.Saat
ini, penyelidikan terhadap nilai-nilai, reputasi, dan manajemen risiko menjadi subjek studi
terbaru yang ramai diteliti. Nilai-nilai pada suatu perusahaan akan berbeda bergantung pada
kelompok pemangku kepentingan. Terdapat empat penentu reputasi sebuah perusahaan, yaitu
kredibilitas, keandalan, sifat dapat dipercaya, dan tanggung jawab.
Manajemen dan auditor sejak tahun 1990-an semakin berorientasi pada manajemen
risiko. Teknik-teknik manajemen risiko telah berkembang seiring dengan pengakuan oleh
direktur, eksekutif, dan akuntan professional mengenai nilai-nilai dalam mengidentifikasi
risiko di awal dan dalam perencanaan untuk menghindari atau mengurangi konsekuensi yang
tidak menguntungkan, yang melekat dalam risiko.

 Akuntabilias
Munculnya interes pemangku kepentingan dan akuntabilitas, serta terjadinya kasus
krisis keuangan yang menimpan Enron, telah meningkatkan keinginan untuk membuat
laporan (kinerja perusahaan) yang lebih relevan.Laporan dibuat lebih transparan dan akurat
dibandingkan dengan laporan masa lalu.Secara umum, kekurangan integritas sering kali
terdapat pada laporan-laporan perusahaan karena tidak mencakup beberapa hal atau
permasalahan. Dengan demikian, laporan tersebut tidak selalu memberikan presentasi yang
jelas dan seimbang bagaimana pemangku kepentinganakan terpengaruh oleh laporan.

3. Inisiatif untuk Menciptakan Bisnis yang Berkelanjutan


Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya telah membawa tuntutan
reformasi tata kelola dan pengambilan keputusan etis. Memahami harapan etika tempat kerja
sangat penting bagi keberhasilan organisasi dan para eksekutifnya. Sebuah perusahaan tidak
dapat memiliki etika budaya perusahaan yang efektif tanpa etika kerja yang terpuji. Melalui
tata kelola perusahaan (Good Coorporate Government), diharapkan seluruh organ perusahaan
mampu bertindak secara etis. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan Organ Perusahaan
untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan
bagi seluruh pemangku kepentingan, secara akuntabel dan berlandaskan peraturan
perundangan serta nilai-nilai etika.
Konsep dari GCG belakangan ini makin mendapat perhatian dari masyarakat karena
konsep ini semakin memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para
pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi konsep ini mencakup beberapa hal antara
lain:
a. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya,
b. Hak dan peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
lainnya,
c. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,
d. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
e. Tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan, kepada para
pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkrpentingan.
Konsep GCG sendiri muncul dilatar belakangi oleh maraknya skandal perusahaan
yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, salah satu contohnya Endron WorldCom, KAP
Arthur-Andersen ini adalah salah satu conto kegagalan sistem tata kelola yang buruk yang
tidak hanya menyebabkan resesi ekonomi di Amerika, tapi dampaknya bisa dirasakan oleh
masyarakat dunia pada umunya. Terdapat 10 prinsip-prinsip dasar yang melandasi konsep
GCG ini antara lain;Vision, Participation, Equality, Professional, Supervision, Efective &
Efficient, Transparent, Accountability/Accoutable, Fairness, dan Honest.

CONTOH KASUS

Pada tahun 1985, InterNorth, sebuah penyalur gas alam melalui pipa yang berbasis di
Ohama, mengakuisisi Houston Natural Gas. Pada awalnya perusahaan berencana untuk
mempertahankan kantor pusatnya di Ohama, tetapi dewan direksi Houston secara bertahap
mengambil kendali kegiatan perusahaan dan memutuskan untuk memindahkan kantor pusat
perusahaan ke Houston. Pada saat yang bersamaan gabungan perusahaan tersebut
menggunakan nama yang lebih futuristik dan modern yaitu Enron.
Enron muncul pada masa yang cukup sulit bagi perusahaan pipa gas alam.Pada saat
itu rantai distribusi dari produsen ke konsumen sangat diatur oleh pemerintah.Tingkat harga
yang dibebankan perusahaan pipa kepada perusahaan utilitas lokal dan yang dibebankan
perusahaan lokal kepada konsumen eceran juga diatur oleh pemerintah berdasarkan biaya-
plus (cost-plus). Untuk mendorong eksplorasi gas alam dalam menanggapi krisis energi pada
tahun 1970-an, pemerintah mengubah peraturannya mengenai patokan harga gas alam. Hal
ini menyebabkan terjadinya peningkatan harga yang dibayarkan kepada produsen secara
sangat cepat. Meskipun demikian, harga eceran dijaga agar tetap rendah melalui peraturan
pemerintah, dan perusahaan pipa mengalami kesulitan untuk membeli seluruh gas alam yang
mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan lokal.
Dalam pasar bebas risiko utama yang dihadapi oleh produsen gas dan perusahaan
lokal timbul dari gejolak harga bahan bakar. Kedua pihak merasa tidak nyaman untuk
melakukan kontrak-kontrak harga tetap jangka panjang, sehingga sebagian besar gas alam
dijual dengan menggunakan kontrak 30 hari.
Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai perantara, atau pencipta
pasar, untuk kontrak 30 hari tersebut. Disebut Gas Bank, aktivitas ini melibatkan perjanjian
jangka pendek yang ditandatangani Enron untuk membeli gas dari beberapa produsen,
menyatukan kontrak-kontrak tersebut, dan kemudian menawarkan komitmen harga jangka
panjang kepada perusahaan lokal. Enron telah membuat langkah awal dalam melakukan
transformasi aktivitis perusahaan dari perusahaan pipa tradisional menjadi perusahaan jasa
keuangan dan perdagangan.Pada tahun 2000, Enron mengembangkan usahanya dengan
menjadi pencipta pasar untuk listrik, minyak, dan bahkan kertas (Sjahputra dan Amin, 2005).
Pada Februari 2001, peningkatan pendapatan dan laba Enron sangat pesat diikuti oleh
peningkatan harga saham-perusahaan ini bernilai $60 miliar, dan harga per lembar sahamnya
$80 (sedikit menurun dari harga tertingginya sebesar $90).Fortune menamakan Enron
“Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif” selama enam tahun berturut-turut. Enron, suatu
perusahaan yang menduduki rangking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika
Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS yang kolaps dengan meninggalkan
hutang sebesar $ 31,2 milliar.

Fakta-fakta Kasus Enron:


1. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah
partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen
2. Selama tahun 2000, harga saham Enron berkisar antara $60 sampai $90, tertinggi
pada Agustus sebesar $90.56, dan pada akhir tahun mendekati $80.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan,
mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis
Enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai
klien KAP Andersen. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah
memepertanyakan praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan
mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner
KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum
perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak
memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang
melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat
hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan.
4. Mei 2001, Clifford Baxter, wakil komisaris Enron resmi berhenti bekerja untuk Enron
karena tidak tahan melihat bisnis kerja Enron yang tidak beretika.
5. 26 September 2001, harga saham jatuh menjadi $25 per lembar, Ken Lay masih
mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya membujuk mereka
untuk membeli. Dalam e-mail yang dikirimkan kepada karyawan yang risau, dia
mengatakan perusahaan dalam kondisi sehat secara keuangan dan harga saham Enron
“luar biasa murah” dalam posisi itu.
6. 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Pengumuman
kepada pers menyatakan bahwa pro forma laba bersih Enron telah meningkat menjadi
$393 juta pada triwulan ketiga tersebut, dibandingkan dengan $292 juta pada tahun
sebelumnya. Pimpinan perusahaan Enron Kenneth Lay menyatakan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik dan ia memilih
untuk tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus
(special accounting charge/ expense) sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil
aktual pada periode tertentu, bila dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP) akan menjadi kerugian sebsar $644 juta. Para analis dan
reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan
ternyata berasal dari transaksi yangdilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
didirikan oleh CFO Enron.
7. Harga saham perusahaan ini turun secara drastis dari $36,00 per lembarnya pada
minggu sebelum 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per lembarnya enam minggu
kemudian pada tanggal 30 November 2001.
8. 19 Oktober 2001, US Securities and Exchange Commision Rules (SEC Rules)
mengumumkan secara resmi ingin mereview file pembukuan Enron. Enron
mengumumkan kerugian sebesar 600 juta dolar AS dan nilai aset enron menyusut 1,2
triliun dolar AS. Pada laporan keuangan yang sama diakui, bahwa selama tujuh tahun
terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. David Duncan, Akuntan
Publik kantor Audit Independen Arthur Anderson menghancurkan dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan Enron.
9. 2 Desember 2001, Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan
yang tidak dilaporkan senilai lebih dari satu miliar dolar. Dengan pengungkapan ini
investasi dan laba yang ditahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang
sama.
10. 2 Januari 2002, CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri dari dewan direktur
perusahaan.
11. 24 Januari 2002, Cliffor Baxter bunuh diri dengan cara menembak kepala di dalam
mobil Mercedez di depan rumah mewahnya di Houston.
12. 28 Februari 2002, KAP Andersen menawarkan ganti rugi sebesar 750 juta US dollar
untuk menyelesaikan masalah gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
Pemerintahan Amerika melarang Enron dan KAP Anderson untuk melakukan kontrak
dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. 14 Maret 2002, departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah
atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang diselidiki. KAP Andersen terus
menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan
afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan keterlibatan
pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
14. 22 Maret 2002, mantan kedua Federal Reserve, Paul Volkeer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP
Andersen mengusulkan agar keseluruhan manajemen dirombak ulang untuk
menyusun manajemen baru.
15. 26 Maret 2002, CEO Anderson, Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
16. 8 April 2002, seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penganggung jawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan
proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi KAP
Anderson dan Enron.
17. 15 Juni 2002, juri federal Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan penghambatan terhadap proses peradilan.
PEMBAHASAN KASUS

Hubungan terhadap Etika Bisnis


Kasus yang dihadapi Enron dan KAP Arthur Andersen sudah jelas melanggar kode
etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya.Pelanggaran tersebut
awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan
kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yang telah dilanggar keduanya adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam
hubungan kerja dan lain-lain).
Dalam hal ini Enron dan KAP Andersen telah bersikap tidak jujur dengan bekerja
sama untuk menutupi keburukan dan kebangkrutan Enron. Mereka memanipulasi
laporan keuangan Enron dan mengatakan bahwa laba yang diperoleh perusahaan terus
meningkat.
b. Prinsip integritas moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para
pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik
perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
Dalam hal ini, Enron dan KAP Andersen terlalu mementingakan ego mereka agar
perusahaan dapat terus berjalan dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak
mempertimbangkan dampak yang akan mereka hadapi apabila kebohongan yang
mereka buat akan diketahui oleh masyarakat luas. Setelah kebohongan mereka mulai
terbongkar, nama perusahaan Enron dan KAP Andersen mulai semakin jatuh. Nilai
sahan Enrom pun semakin menurun.Dan pada akhirnya Pemerintahan Amerika
melarang Enron dan KAP Anderson untuk melakukan kontrak dengan lembaga
pemerintahan di Amerika karena sudah tidak dipercaya lagi.

Dilihat dari sisi jenis pelanggaran bisnis yang telah dilakukan Enron, perusahaan ini
telah melakukan banyak pelanggaran bisnis, diantaranya:
a. Penipuan (Deception)
Enron dan KAP Andersen telah melakukan penipuan dengan melakukan manipulasi
laporan keuangan.

b. Suap (Bribery)
Enron telah melakukan suap kepada pihak KAP Andersen dengan menjadikan KAP
Andersen sebagai rekan bisnisnya, dimana:
 Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner
KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
 Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
 Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen
Dengan begitu akan sangat mudah bagi Enron dan KAP Andersen untuk melakukan
manipulasi untuk keuntungan pribadi mereka.

Kesimpulan
Enron telah melakukan berbagai macam pelanggaran praktik bisnis dan keluar dari
prinsip good corporate governance.Hal itu lah yang menyebabkan Enron harus mengalami
kebangkrutan.KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi
independensi, dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar
dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat.Maka dari itu KAP Andersen telah
kehilangan kepercayaan dari lingkungan di sekitarnya.
Daftar Pustaka

Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2012. Etika Bisnis & Profesi, untuk direktur, eksekutif,
dan akuntan. Edisi 5, buku 1. Jakarta: Salemba empat.

Brooks, Leonard J. 2004. Business & Profesional Ethics for Directors, Executives, &
Accountants. Third Edition. University of Toronto.

You might also like